Anda di halaman 1dari 2

Kemiskinan Struktural dari Perspektif

Teoritis
RABU, 14 DECEMBER 2011 00:00
Oleh: DR H Syamsul Bahrum (PhD)

Teori pembangunan yang khusus menganalisis phenomena kemiskinan di negara-
negara berkembang dan negara terbelakang (developing and under-developed
countries) menekankan akan tiga faktor penyebab kemiskinan yakni struktural,
kultural dan natural. Selanjutnya artikel ini akan memfokuskan pada sisi dan kisi
kemiskinan dalam perspektif sistem.

Kemiskinan yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi suatu negara atau kawasan
berkorelasi struktural. Bahkan industrialisasi perkotaan yang memunculkan berbagai
istilah kutub pertumbuhan (growth pole) sebagaimana yang dikatakan oleh Lausen,
(1972) dan Hermansen, (1972) dengan istilah "development poles, growth
center, growth areas, growing points, development nuclei, core areas, core regions,
and regional centers" yang diharapkan berfungsi sebagai mesin pertumbuhan utama
(the essential engines of growth) ternyata telah memunculkan persoalan
ketimpangan sosial ekonomi. Apalagi industri yang sifatnya berbasis di perkotaan
(urban based industry) memunculkan "urban bias" yakni terkonsentrasi
pembangunan di perkotaan yang kemudian dikritik oleh Lipton (1977) dengan istilah
"mal-distribution with growth" yakni gagalnya upaya pemerataan pembangunan
dengan pertumbuhan atau dikenal dengan terminologi "economic growth without
social equity", suatu kondisi kenapa orang miskin terbelenggu dengan kemiskinannya
(why poor people stay poor).

Idealnya industrialisasi merupakan jawaban atas pembangunan (Wignaraja, 1995;
Blumer, 1990; Hughes, 1988; Crow and Thorpe et al., 1988), karena pada prinsipnya
kebijakan investasi dan industrialisasi di negara berkembang karena mereka
diundang "industrialization by invitation" (Manley, 1991 dan Jenkins, 1992), tetapi
ternyata pembangunan di satu sisi diikuti dengan keterbelakangan di sisi lain
(development with under-development). Contoh empirikal adalah pembangunan
suatu proyek dengan melakukan penggusuran masyarakat atau (physical
development with social relocation)

Para pemikir teori developmentalis seperti Toyne (1987) juga mengaitkan dilema
dalam pembangunan, suatu paradoksikal antara satu kelompok menerima manfaat
atas kehilangan pendapatan kelompok yang lain (trade-off developmentalism).
Bahkan kemiskinan struktural secara spasial ini berkaitan dengan supremasi
kekuatan ekonomi makro dan dominasi kekuatan kapitalis perkotaan atas ekonomi
agraris pedesaan, yang dikenal dengan "internal colonialism" (Lawellen,
1995). Kemiskinan perkotaan juga berkaitan dengan pola-pola pembangunan
industrialisasi yang cepat (accelerated industrialization) yang diikuti dengan
pertumbuhan populasi perkotaan yang tinggi karena faktor migrasi (hyper
urbanization) demikian kata Jaffee (1998). Kesemua persoalan perkotaan
(kemacetan, pulusi, kesehatan, rumah liar, ...), sebagaimana pandangan Harrison
(1993) berawal dari persoalan industrialisasi perkotaan yang tidak terkendali.
Persoalan yang berbasis persoalan kependudukan (geographical shifts of human
population) ini karena faktor urbanisasi dari pedesaan yang disebut oleh McGee
(1971) dengan istilah "ruralization of cities"-"mendesakan kota". Kondisi ini dalam
perspektif dikotomi pembangunan dikenal dengan istilah "urban-rural dualism"
(Portes dan Watson, 1981).

Kemiskinan struktural merupakan sisi eksternal dari si miskin. Ia berkaitan
kegagalan sistem politik, institusi pemerintah, struktur elit dan birokrasi kekuasaan,
serta berbagai kebijakan yang "pro-rakyat" (people-oriented development). Disatu
sisi Pemerintah berusaha memerangi kemiskinan (the poverty alleviation) karena
faktor struktural, kultural dan natural, tetapi kemudian terjebak dalam perangkap
kemiskinan itu sendiri (the poverty traps). Dalam arti ketika Pemerintah berusaha
menjawab pertanyaan kemiskinan ekonomi dan persoalan keterbelakangan sosial,
ternyata di dalam jawaban masih banyak menyisakan pertanyaan. Inilah yang
dikenal dengan istilah "antagonistic developmentalism". Insya Allah kita
memahaminya.

Anda mungkin juga menyukai