Informasi foto yang dapat diinterpretasikan sering kali dikemukakan dalam
gradasi tone dan kategori teksur, namun informasi tersebut sukar untuk dievaluasi atau diotomasikan. Bila tone dan tekstur disamakan dengan kerapatan, maka desimetri dapat digunakan sebagai dasar untuk menggunakan pola otomasi. Informasi foto diukur oleh gambar yang tercetak dimana gambar tersebut dapat diinterpretasikan dengan kemampuannya terhadap blok cahaya, yaitu opacity-nya. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung kerapatan optikal:
Dimana: D = Kerapatan optikal I o = Intensitas insiden I t = Intensitas yang ditransmisikan Densitometer dengan beberapa macam output telah dikembangkan untuk melakukan pengukuran densitometry. Jejak kerapatan direkam pada perekam peta berupa pita seperti sinyal lain yang dihasilkan secara elektris, mempunyai kerapatan (D), amplitude (A), dan frekuensi (F). Suatu pola fokus dicirikan dengan suatu jejak kerapatan disajikan sebagai berikut: Pola Foto: Kristal perak halida pada suatu gulungan emulsi film rata-rata berukuran 0,5 sampai 1,0 2 luasnya, secara teoritis mungkin untuk menentukan jumlah maksimum permutasi kurang dari 5 x 10 4 . Karena frekuensi lebih merupakan jarak antara butiran perak daripada diameternya, potensi jumlah permutasi mungkin lebih rendah beberapa lipat magnitude. Identifikasi dari suatu target dapat juga tergantung dari hubungan yang terjadi pada beberapa pola, seperti pola benda yang disinari matahari dan pola bayangan dari objek tunggal. Pola dapat dikenali sampai tingkat diketahui ada pengulangan bit informasi. Tafsiran foto jarang dengan sesuatu yang mendekati teori limit dari pola yang kompleks. Peranan ekologi yang berhubungan dengan sebuah pola foto atau gambar tergantung dari skala dan biasanya membutuhkan penegasan yang independen. D = log (I o /I t ) P = D.A.F Karena para ahli ekologi sering menghendaki informasi pada skala yang bervariasi, yaitu pada tingkat organisme, populasi, dan ekosistem, pengamatan dengan berbagai skala mungkin merupakan sarana yang berguna dari informasi terpadu pada beberapa tingkat resolusi.
Fotogametri Pengukuran discrete dapat diperoleh secara fotogametri maupun fotodensimeter berwarna yang sesuai dengan kurva respons emulsi. Dengan menggunakan fotodensimeter tersebut, gambaran warna atau kejenuhan pigmen dari film dapat dinyatakan secara kuantitatif. Dengan cara yang sama, penutupan naungan hutan (indeks penutupan kanopi) telah dikembangakan berdasarkan makrodensitometri dari foto hemisperikal yang diambil dari permukaan tanah (Johnson dan Vogel, 1968). Mikrotopografi dapat dibuat terasnya secara fotogrametri dari foto stereo yang dibuat dari penyangga ganda. Penyangga ini telah diketahui stabil secara dimensi untuk nilai yang mendekati 1 cm dari kamera yang dipasang setinggi 10 meter (Whittlesey, 1966). Untuk mengevaluasi topografi yang terinci dari pemandangan pada distribusi vegetasi, litologi yang dekat permukaan dan proses yang terjadi di dalam tanah, serta volume es dalam tanah (Brown dan Johnson, 1965), peta topografi disiapkan dari foto udara dengan interval kontur 0,5 m (Brown dan Johnson, 1966). Hambatan dalam menyarikan informasi informasi foto udara atau gambar pelacak adalah manusia sendiri, penafsir. Kemajuan yang pesat dicapai baru-baru ini dengan alat yang dibuat oleh Universitas Michigan yang mempunyai bukaan tunggal, pelacak optikal- mekanikal dengan 12 saluran (Polcya, 1969). Hal ini dapat dicapai dengan menggabungkan suatu spektrofotometer dengan pelacak konvensional (Holter dan Wolfe, 1960) sedemikian rupa sehingga energi yang memasuki celah dipisahkan menjadi 12 saluran yang bervariasi dari 400 m sampai 1000 m. Karena masing- masing saluran merekam bersama-sama, semua gambar tercatat dalam keadaan sempurna. Data untuk tiap-tiap pita yang dipilih dapat membentuk masukan untuk sebuah komputer untuk dihubungkan dengan kebenaran di tanah atau dapat disajikan sebagai gambar yang dapat dipelajari. Peranan Penginderaan Jarak Jauh dalam Penelitian Ekologi Ekologi sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan mempunyai suatu kesempatan untuk menjembatani senjang yang ada antara akademia, teknologi, dan masalah lingkungan yang nyata dan ekstensif yang berkonfrontasi dengan masyarakat modern dan masyarakat masa depan. Untuk mencapai tujuan ini, kebutuhan ekologi dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yang dapat dilakukan dengan teknik penginderaan jarak jauh. 1. Inventarisasi dan pemetaan sumber daya 2. Mengubah data lingkungan menjadi data kuantitatif 3. Mencandra aliran materi dan energi dalam ekosistem, dan 4. Mengevaluasi perubahan yang terjadi serta penyelesaian alternatif untuk mengelola lingkungan. Foto udara dan gambar sensor jarak jauh mempunyai potensi dalam ekologi. Sebenarnya, foto udara pada tingkat ekosistem dapat dipikirkan analog dengan mikroskop electron pada bidang molekuler; masing-masing tergantung pada cirri-ciri pantulan, penyerapan, pancaran, dan transmisi spektral dari contoh masing-masing. Peta yang diturunkan dari foto udara konvensional adalah bentuk komunikasi yang logis, termasuk survey magnetometer, dan dalam inventarisasi hutan (Colwell, 1961, 1968). Sifat biologis yang penting dari ekosistem secara potensial diukur dengan teknik penginderaan jarak jauh, spektral tunggal atau dalam kombinasi multispektral, termasuk indeks luas daun, volume batang; luas dan basil tanaman pangan; spesies dan penyebaran struktural (Olson, 1964, Miller, 1960, Wiekens, 1966), berat vegetasi dan kandungan klorofilnya, penyakit tertentu dan serangan hama serangga (Norman dan Fritz, 1965); jenis, kepadatan, dan biomas populasi mamalia besar, polusi panas dan kimia dari sistem akuatik, dan sebagainya. Pada perlakuan yang lebih canggih, penginderaan jarak jauh, terutama dengan alat bandpass yang sempit, dapat menghasilkan angka-angka yang akurat. Perkembangan mutakhir dari sistem laser sebagai profilometer udara untuk penelitian mikrotopografi mampu mengambil gambar perubahan ketinggian permukaan tanah. Kegagalan memahami proses ekologi sering kali disebabkan oleh kesalahan perencanaan sumber daya yang saling bertentangan. Mendeteksi hasil metabolisme atau perubahan fisik yang disebabkan oleh proses aktifitas biologis dengan menggunakan sensor dari udara merupakan petunjuk yang penting untuk menarik kesimpulan tentang arah dan jumlah aliran materi serta energi dalam ekosistem (Barringer et al., 1968, Lohman dan Robinove, 1964) maupun untuk menentukan tempat pengambilan contoh bagi keperluan pengukuran lebih lanjut. Perubahan ekosistem alam tentu saja akan tercermin dalam semua masalah sumber daya. Tanpa perubahan, masalahnya jarang tampak. Hal ini, mungkin adalah tipe informasi termudah yang dapat diperoleh dari pengamatan udara yang diulang- ulang, dan ini telah dieksploitasi dengan foto dalam panjang gelombang yang terlihat. Sekali kecenderungan perubahan atau konsekuensi teknologi manusia dievaluasi, alternatif sering dapat dikembangkan dari data yang sama.