Anda di halaman 1dari 12

Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegahterjadinya cedera otak
sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktorsistemik seperti hipotesis atau
hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak(Tunner, 2000). Pengatasan nyeri
yang adekuat juga direkomendasikan padapendertia cedera kepala (Turner, 2000).

Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :

Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi.

Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma.

Berikan oksigenasi.

Awasi tekanan darah

Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik.

Atasi shock

Awasi kemungkinan munculnya kejang.


Penatalaksanaan lainnya:

Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosissesuai dengan
berat ringannya trauma.

Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.

Pemberian analgetika

Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20%
atauglukosa 40 % atau gliserol 10 %.

Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).

Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah
tidakdapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel(18 jam
pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikanamakanan lunak.

Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak
cairan.Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dandextrosa
5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah,makanan diberikan
melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantungnilai urea N.

DEFINISITrauma kapitis adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung
atautidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan
fungsineurologis





































TRAUMA CAPITIS

I. KONSEP PENYAKIT
1.1. Definisi
Trauma capitis adalah bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak
dalam menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik, intelektual, emosi, sosial
atau sebagai gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan pada
fungsi otak. (Black, 1997)
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
tidak langsung pada kepala. (Suriadi, 2003)
Cedera kepala adalah cedera yang menimbulkan kerusakan atau perlukaan
pada kulit kepala, tulang tengkorak, dan jaringan otak yang disertai atau tanpa
disertai perdarahan. (Lukman, 1993)

1.2. Etiologi
Penyebab yang sering adalah kecelakaan lalu lintas dan terjatuh. Seiring
dengan kemajuan teknologi, frekuensi cedera kepala cenderung meningkat.
Cedera kepala melibatkan kelompok usia produktif yaitu antara 15-44 tahun
dengan usia rata-rata 30 tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki.

Cedera kepala dapat dibagi menurut berat ringannya :
a. Cedera kepala ringan/minor (Hudak & Gallo, 1996)
- GCS : 13-15
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia < 30 menit
- Tidak ada fraktur tengkorak
- Tidak ada kontusio serebral
- Tidak ada hematoma
b. Cedera kepala sedang
- GCS : 9-12
- Kehilangan kesadaran atau amnesia > 30 menit tapi < 24 jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
c. Cedera kepala berat
- GCS : 3-8
- Kehilangan kesadaran atau amnesia > 24 jam
- Juga meliputi kontusio serebral
- Laserasi
- Hematoma intracranial

Gejala yang muncul bergantung pada jumlah dan distribusi cedera otak
(Brunner & Suddarth, 2002) :
a. Penurunan kesadaran
b. Nyeri setempat
c. Sukar bangun dan bicara
d. Muntah
e. Kelemahan pada suatu sisi tubuh tiba-tiba
f. Pembengkakan pada daerah fraktur
g. Abnormalitas pupil
h. Perubahan tanda-tanda vital.

Pada klasifikasi klinis cedera kepala misalnya: cedera kepala disertai cedera
pada daerah spinal atau cedera ekstrimitas, pengklasifikasian berdasarkan
cedera kepala terbuka dan tertutup, cedera kepala coup dan contra coup:
1. Cedera Kepala Terbuka
a. Cedera kepala terbuka berarti mengalami laserasi kulit kepala atau
menembus otak. Ini dapat menimbulkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi
durameter.
b. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk ke dalam otak,
sehingga menyebabkan kerusakan atau robekan pada durameter, pembuluh
darah dan jaringan otak.
c. Tanda dan gejala cedera kepala terbuka:
- Battle sign : echymosis pada daerah mastoid
- Perdarahan telinga, periorbital.

2. Cedera Kepala Tertutup
a. Dapat disamakan dengan pasien gegar ringan dengan edema serebral ringan
b. Komosio serebri atau gegar otak
Adalah sindrom yang melibatkan bentuk ringan dari cederea otak menyebar,
terjadi disfungsi neurologik sementara dan bersifat dapat pulih dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran, jika ada penurunan kesadaran mungkin hanya
beberapa detik atau beberapa menit. Setelah itu pasien mungkin mengalami
disorientasi dan bingung dalam waktu relative singkat, gejala lain : sakit kepala,
tidak mampu untuk berkonsentrasi, gangguan memori sementara.
3. Kontosio Serebri / Memar Otak
Menggambarkan area otak yang mengalami memar tanpa mengalami laserasi.
Tanda dan gejala berviariasi tergantung pada lokasi dan derajat perdarahan
kecil pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler, rusaknya
jaringan saraf yang akan mengakibatkan edema jaringan otak dan sekitarnya
pada akhirnya meningkatkan TIK dan meningkatkan laju mortalitas.
- Cedera coup mengakibatkan kebanyakan kerusakan yang relative dibagian
daerah yang terbentur
- Cedera contra coup mengakibatkan kerusakan berlawanan pada sisi desakan
benturan.
Cedera kepala coup dan contra coup setelah trauma tumpul :
1. Cedera Kepala Coup
- Sisi benturan dan tr5auma langsung pada otak
- Robekan pada vena subdural
- Trauma pada dasar otak
2. Cedera Kepala Contra Coup
- Sisi benturan dari pukulan otak sisi berlawanan dari tengkorak
- Robekan kuat pada otak

1.3. Manifestasi Klinis
1. Cedera Kepala Ringan
a. cedera kepala sekunder yang ditandai dengan nyeri kepala, tadak pingsan,
tidak muntah, tidak ada tanda-tanda neurology.
b. Komusio serebri ditandai denga tidak sadar kurang dari 10 menit, muntah,
nyeri kepala, tidak ada tanda-tanda neurology.
2. Cedera Kepala Sedang
Ditandai dengan pingsan lebih dari 10 menit, muntah, amnesia, dan tanda-
tanda neurology.
3. Cedera Kepala Berat
a. laserasi serebri ditandai dengan pingsan berhari-hari atau berbulan-bulan,
kelumpuhan anggota gerak, biasanya disertai fraktur basis kranii.
b. Perdarahan epidural ditandai dengan pingsan sebentar-sebentar kemudian
sadar lagi namun beberapa saat pingsan lagi, mata sembab, pupil anisokor,
bradikardi, tekanan darah dan suhu meningkat.
c. Perdarahan subdural ditandai dengan perubahan subdural, nyeri kepala, TIK
meningkat, lumpuh.

1.4. Fisiologi
Sistem persarafan.
Pengertian
Salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi
dalam organisasi san koordinasi kegiatan tubuh.
Pembagian susunan saraf
a. Susunan saraf sentral
- Medula spinalis
- Otak : otak besar, otak kecil dan batang otak
b. Susunan saraf perifer
Susunan saraf somatic
Susunan saraf otonom : susunan saraf simpatis dan susunan saraf parasimpatis.
c. Sel saraf dan serabut saraf
Meningen (selaput otak)
Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang, melindungi
struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah ke cairan sekresi (CSS),
memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari 3 lapisan :
1. Durameter (lapisan luar)
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat,
dibagian tengkorak terdiri selaput tulang tengkorak dan durameter propia
dibagian dalam. Didalam kanalis vertebralis kedua lapisan ini terpisah.
2. Arachnoid (lapisan tengah)
Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter
mmbentuk sebuah kantong dan balon berisa cairan otak yang meliputi seluruh
susunan saraf sentral.
3. Piameter (lapisan dalam)
Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak,
piameter behubungan dengan arachnoid melalui struktur-struktur jaringan ikat
yang disebut Trabekel.


1.5. Komplikasi
1. Edema cerebral
2. Herniasi
3. Komplikasi lain :
Infeksi sistemik atau infeksi bedah neuro contohnya infeksi luka, osteomelitis,
atau meningitis.
Paralisis saraf fokal (setempat)
- Anosmia
- Abnormalitas gerakan mata
- Afasia
- Kejang-kejang
Defisit psikososial organik dan tidak ada respon emosional

1.6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Rontgen tengkorak
Untuk mengetahui perubahan struktur tengkorak
2. Ct scan kepala
Untuk mengetahui perbahan struktur tengkorak, adanya Sol, hemoragik,
pergeseran jaringan otak.
3. Angiografi serebral
Untuk mengetahui hematoma serebral, kelainan sirkulasi serebral.
4. EEG
Untuk mengetahui pergeseran susunan garis tengah otak
5. Laboratorium
Pemeriksaan dara, Hb dan leukosit.

1.7. Penatalaksanaan
1. Penaganan terhadap 5B yaitu :
- Breathing : Bebaskan obstruksi, suction, intubasi, trakeostomi
- Blood : Monitor TD, pemeriksaan Hb, leukosit
- Brain : Ukur GCS
- Bladder : Kosongkan bladder karena urine yang penuh dan merangsang
mengedan.
- Bower : Kosongkan dengan alasan dapat meningkatkan TIK
2. Penatalaksanaan Medik
a. Konservatif
Istirahat baring di tempat tidur.
Analgetik untuk mengurangi rasa sakit.
Pemberian obat penenang
Pemberian obat gol osmotic diuretic ( manitol). Untuk mengatasi edema
serebral.
Setelah keluhan-keluhan hilang, maka mobilisasi dapat dilakukan secara
bertahap, dimulai dengan duduk di tempat tidur, berdiri lalu berjalan.
b. Operatif
Operasi hanya dapat dilakukan pada kasus tertentu seperti pada perdarahan
epidural dan perdarahan subdural dengan maksud menghentikan perdarahan
dan memperbaiki fraktur terbuka jaringan otak yang menonjol keluar, atau
pada fraktur dimana fragmen-fragmen tulang masuk ke jaringan otak.
KONSEP KEGAWAT DARURATAN

a. Airway
Jalan nafas apakah ada sumbatan/tidak
b. Breathing
- Apakah ada sesak/tidak
- Frekuensi pernafasan dalam/dangkal, reguler/ ireguler
- Irama pernafasan cepat/ lambat, apakah ada suara tambahan/tidak
c. Circulation
Frekuensi nadi regular/tidak
Akral hangat/ dingin
Capillary refiil time <> 3 detik
Warna kulit pucat, sianosis, kemerahan
Apakah ada edema di muka, ekstermitas atas/ bawah
Irama jantung teratur/ tidak, apakah ada bunyi jantung tambahan
Adanya palpitasi
d. Dissability (pencegahan dari kecacatan)
Drugs : obat-obatan.
Obat-0batan yang pernah dikonsumsi.
e. Explosure
Apakah ada trauma/ luka pada bagian tubuh.
f. Fluid
Cairan yang sering digunakan
g. Good vital
Temp, nadi, respirasi, tekanan darah.
h. Head to toe
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Anamnesa
- Identitas klien
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat keluarga
- Riwayat pekerjaan
- Riwayat geografi
- Riwayat alergi
- Riwayat kebiasaan sosial
b. Kaji hal penting saat kejadian : tempat, bagaimana posisi saat kejadian,
serangannya, lamanya, factor pencetus, adanya fraktur dan status kesadaran.
c. Status neurologi : perubahan kesadaran, pusing kepala, vertigo, menurunnya
reflkeks, malaise, kejang, iritabel, hemiparesis, letargi, coma.
d. Status Gastrointestinal : mual-muntah
e. Status kardiopulmonal : kesukaran bernapas / sesak, depresi napas, napas
lambat, hipotensi, bradikardi.




2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan :
- Penghentian aliran darah oleh SOL ( hemoragik, hematoma)
- Edema serebral
- Penurunan tekanan darah sistemik/ hipoksia
2. Resti pola nafas tidak efektif berhubungan dengan:
- Kerusakan neurovaskuler ( cedera pada pusat pernafasan otak)
- Kerusakan persepsi atau kognitif
3. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan trauma, deficit neurology
4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis, konflik
psikologis
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
- Kerusakan persepsi atau kognitif
- Kekuatan/tahanan
- Terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan
6. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan
- Trauma jaringan, kulit rusak, prosedur invasive
- Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh
- Kekurangan nutrisi
- Respon inflamasi tertekan
7. Resti perubahan nutsisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
- Perubahan kemampuan untuk mencerna nutrient ( penurunan tingkat
kesadaran )
- Kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan
- Status hipermetabolik.
8. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otak
dan perdarahan, serta meningkatnya TIK
9. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
- Transisi dan krisis situasi
- Ketidakpastian tentang hasil/ harapan
10. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan
- Kurang pemajanan, tidakmengenal informasi
- Kurang mengigat/ keterbatasan kognitif

3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK,
edema serebral, perdarahan serebral.
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan serebral yang adekuat.
Kriteria hasil :
a. Pusing (-), muasl (-), muntah (-), gelisah (-).
b. TD dalam batas normal
c. Tidak ada tanda peningkatan TIK
d. Kesadaran CM, GCS : 15
e. Pupil isokor, reaksi terhadap cahaya kuat





NO
Intervensi

1.Pantau adanya tanda peningkatan TIK : sakit kepala berat, muntah
2.Monitor TTV
3.Pantau GCS
4.Berikan posisi setinggi 15-30 o pada kepala
5.Bantu klien untuk mneghindari batuk
6.Jelaskan manfaat pembatasan aktivitas pada klien

Rasional
1.Peningkatan TD dan penurunan RR secara bermakna akan memperberat
kondisi TIK
2.Monitor tingkat kesadaran klien
3.Mengurangi TIK dengan menurunkan tahanan dan pengaruh gravitasi
4.Meminimalisir rangsangan yang dapat meningkatkan TIK
5.Pembatasan aktivitas klien dimaksudkan untuk pemakaian O2 dan energi
yang membutuhkan suplay darah yang meningkat.

2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan refleks
dan akumulasi secret.
Tujuan : - Pasien mendemonstrasikan bersihan jalan napas yang adekuat
Kriteria : - Batuk efektif
a. Sianosis (-)
b. Sesak (-)
c. Pernapasan cuping hidung (-)
d. HR 60 100 x/menit
e. Sesak napas bersih

NO
Intervensi

1.Pertahankan jalan napas : pastikan secret dikeluarkan minimal tiap 2 jam
2.Anjurkan cara napas dalam
3.Demonstrasikan cara batuk efektif
4.Berikan posisi semi fowler

Rasional
Pantau adanya tanda dan gejala ketidakmampuan napas dalam dan
pneumothoraks
Anjurkan untuk perubahan posisi tiap 2 jam
Membebaskan jalan naspa hambatan ventilasi lancer
Kontrol diri dengan bernapas dalam
Memungkinkan pengeluaran secret
Mengurangi tahanan pada paru-paru, memungkinkan compliance paru.
Perlu penanganan lebih intensif



Mobilisasi sekresi dan memudahkan pembuangan

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan, terapi
pembatasan, immobilisasi.
Tujuan : Klien dapat mobilisasi secara optimal
Kriteria : - Melakukan kembali/ mempertahankan posisi fungsi optimal
- Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit atau
kompensasi
- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan dilakukannya
kembali aktifitas.
NO
Intervensi
1.Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan
yang terjadi.

2.Atur posisi pasien untuk menghindari kerusakan karena tekanan, ubah posisi
pasien secara teratur

3.Sokong kepala dan badan, tangan dan lengan, kaki dan paha ketika pasien
barada pada kursi roda.

4.Beri/ Bantu untuk melakukan latihan rentang gerak

5.Indikasikan/ Bantu pasien dengan program latihan dan penggunaanalat
mobilisasi. Tingkatkan aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri
sesuai kemampuan.

Rasional
Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan
mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.
Perubahan posisi secara teratur menyebabkan penyebaran terhadap BB dan
meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
Memperthankan kenyamanan, keamanan dan respon tubuh yang normal dan
mencegah/ menurunkan resiko kerusakan kulit padadaerah koksigis.
Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/ posisi normal ekstremitas dan
menemukan terjadinya vena yang statis.
Proses penyembuhan yang lambat, seringkali menyertai Trauma kepala dan
pemulihan secara fisik merupakan bagian yang amat [enting dari suatu
program pemulihan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai