BAGIAN
IKM DAN IKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH
Ria Mustika
C111 10 30
Novita Sucianty
C111 07
Neela
C111 10
Noor Izhharudin
C111 10 845
PEMBIMBING
dr. Sultan Buraena, MS, Sp. OK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bangunan tinggi di negara-negara maju dan berkembang merefleksikan adanya
kompleksitas simbol kehidupan modern para penghuninya dan simbol kejayaan negara atau
kota yang menaunginya. Bangunan tersebut didesain secara matang guna memfasilitasi
kebutuhan para penghuninya. Dalam panggung dunia, banyak terdapat gedung-gedung
pencakar langit yang menjadi simbol moderenisasi . Di Asia Tenggara sendiri terdapat
Menara kembar Petronas yang menjadi gedung sekaligus simbol negeri Jiran, Malaysia.
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia pun tak kalah dengan negara lain. Sebut
saja Monas (Monumen Nasional) yang menjadi lambang kejayaan Ibu Kota Indonesia, yaitu
Jakarta. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Jakarta memberikan pengaruh yang
luar biasa kepada kota-kota lain di Indonesia, Kota Bandung salah satunya. Sebagai Kota
Parahyangan sekaligus ibukota Jawa Barat, Bandung juga memiliki gedung-gedung pencakar
langit yang tak kalah megahnya.(1)
Namun, ternyata di samping pertimbangan estetika, pendirian bangunan yang kita sebut
sebagai gedung pencakar langit, bangunan tinggi dan sangat megah itu juga menyiratkan
ancaman bagi kesehatan dan keselamatan umum seperti yang dikemukakan oleh David
Knickerbocker Boyd dalam American Architect and Building News. Didukung dengan
pendapat para ahli di beberapa negara yang mulai banyak menulis tentang adanya gedunggedung pencakar langit yang "sakit", dan menimbulkan Sick Building Syndrome.(1)
Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di Singapura dilaporkan
bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick Building Syndrome (SBS).
Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit
kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.(1,2)
Masalah kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi. Pada 2010 tercatat
kasus kecelakaan kerja sebanyak 65.000 kasus atau menurun dibanding 2009 yang
mencapai 96.314 kasus. Dari 96.314 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia
pada 2009, sebanyak 87.035 tenaga kerja sembuh total, 4.380 mengalami cacat fungsi,
2.713 cacat sebagian, 42 cacat total, dan 2.144 meninggal dunia . Selain itu, di
Indonesia setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. (2,3)
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian
yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumbersumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian
kepada : 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2)
properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik
perusahaan.(3)
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada kantor gedung
bertingkat
1.2.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pada kantor gedung bertingkat
2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan pada kantor gedung bertingkat
3. Untuk mengetahui tentang APD yang digunakan pada kantor gedung bertingkat
4. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K pada kantor gedung bertingkat
5. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan
(sebelum bekerja, berkala, berkala khusus)
6. Untuk mengetahui tentang peraturan perusahaan tentang K3 di tempat kerja
7. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan
8. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan, pengukuran/pemantauan lingkungan tentang hazard yang
pernah dilakukan
9. Untuk mengetahui informasi tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran
10. Untuk mengetahui informasi tentang konstruksi bangunanan
1.3 RUANG LINGKUP
Ruang lingkupdari kegiatan ini adalah hanya terbatas pada identifikasi faktor-faktor
bahaya di tempat kerja dan cara pengendaliannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA
KANTOR GEDUNG BERTINGKAT
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang wajib diterapkan diseluruh
lingkungan kerja, baik perkantoran, rumah sakit, pabrik, sekolah-sekolah, perguruan tinggi,
maupun militer. Pengertian Kegiatan K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan budayanya
yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya. (1)
2.1.1
2.1.2
7)
2. Outdoor(8)
a. Disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan
keselamatan, dll.
b. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.
c. Pemasangan fan di dalam lift.
d. Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya):
1) Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan
untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
(secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
2) Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.
3) Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
4) Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
5) Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna
yang digunakan.
6) Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga.
e. Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali):
1) Internal
a) Over voltage (Kelebihan Tegangan Pada masing-masing Sumber AC)
b) Hubungan pendek
c) Induksi
d) Arus berlebih
e) Korosif kabel
f) Kebocoran instalasi
g) Campuran gas eksplosif
2) Eksternal
a) Faktor mekanik.
b) Faktor fisik dan kimia.
c) Angin dan pencahayaan (cuaca)
d) Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
hubungan pendek.
e) Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.
f)
Bencana alam atau buatan manusia.
2.1.3
3) Sumber air bersih dan saran distribusinya harus bebas dari pencemaran
fisik, kimia, dan bakteriologis.
4) Sampel air bersih untuk pemeriksaan lab diambil dari sumber atau bak
penampungan dan dari kran terjauh, diperiksa minimal 2 (dua) kali dalam 1
(satu) tahun.
2. Udara Ruangan
Penyehatan udara ruangan adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan
kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja
memenuhi persyaratan kesehatan.
a. Suhu dan Kelembaban
Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
2) Bila suhu > 280C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air
Conditioner (AC), kipas angin, dan lain-lain
3) Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunkan pemanas ruangan
4) Bila kelembaban ruang kerja :
a) > 60% perlu menggunakan alat dehumidifier.
b) < 40% perlu menggunakan alat humidifier (misalnya: mesin pembentuk
aerosol).
b. Debu.
Agar kandungan debu di dalam ruang kerja perkantoran memenuhi
persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut:
1) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan
sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum
pump).
2) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
tahun dan dicat 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
3) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.
c. Pertukaran Udara.
Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan baik, perlu
dilakukan upaya sebagai berikut:
1) Untuk ruangan kerja yang ber AC harus memiliki lubang ventilasi minimal
15% dari luas lantai.
2) Ruang ber AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat
pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan
jendela atau dengan kipas angin.
3) Membersihkan saringan atau filter udara AC secara periodek sesuai
ketentuan pabrik.
d. Gas Pencemar.
Agar kandungan gas pencemar dalam ruangan kerja perkantoran tidak
melebihi konsentrasi maksimal, maka perlu dilakukan tindakan sebagai
berikut:
1) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik.
2) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur.
3) Dilarang merokok di dalam ruang kerja.
4) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau yang
menyengat.
e. Mikroba.
Agar angka kuman di dalam ruang tdak melebihi batas persyaratan, perlu
dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut:
1) Keryawan yang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk
sementara waktu tidak boleh bekerja.
2) Lantai dibersihkan dengan antiseptik.
3) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.
4) Memelihara sistem AC sentral.
3. Limbah
a. Limbah padat/sampah Adalah sebuah buangan yang berbentuk padat termasuk
buangna yang berasal dari kegiatan perkantoran.
1) Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah yang kuat,
cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus
pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.
2) Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat yang terpisah.
3) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat.
4) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 (dua) kali
sehari.
5) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang berlainan
dengan menggunakan kantong plastik warna hitam.
6) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.
b. Limbah cair adalah buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.
1) Kualitas effluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
2) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir
dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
3) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum
dibuang kelingkungan minimal dengan septik tank.
4. Pencahayaan.
a.Jumlah penyinaran pada bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif.
b. Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.
c.Agar memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan sebagai
berikut:
1) Pencahayaan alam atau buatan diupayakan tidak menimbulkan kesilauan dan
memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan
bola lampu harus sering dibersihkan.
3) Bola lampu yang tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
5. Vektor penyakit
a. Tata cara pelaksanaan:
1) Pengendalian secara fisika.
a) Konstruksi
bangunan
tidak
memungkinkan
masuk
dan
berkembangbiaknya vektor reservoar penyakit kedalam ruang kerja
dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan
tikus.
8. Instalasi
a. Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air
bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiata
industri.
b. Persyaratan.
1) Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air
hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis
berlaku.
2) Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 m atau lebih tinggi dari
bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
8
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Lakukan peregangan.
Sudut lampu 45 derajat.
Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang.
Sudut pandang 15 derajat, jarak layar dengan mata 30 50 cm.
Kursi ergonomis (adjusted chair).
Jarak meja dengan paha 20 cm
Senam waktu istirahat.
Perlu membuat leaflet/poster yang berhubungan dengan penggunaan
komputer disetiap unit kerja.
n. Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat poster/leaflet.
o. Penggunaan komputer yang bebas radiasi (Liquor Crystal Display).
2.2 KETERSEDIAAN OBAT P3K DI TEMPAT-TEMPAT KERJA GEDUNG
P3K merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang
mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke
tempat rujukan. P3K sendiri ditujukan untuk memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum
pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya. (11)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 Pasal 19: Setiap badan, lembaga atau dinas
pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan
kemungkinan bahaya harus menyediakan apotik atau pos P3K sendiri, memelihara apotik atau pos
P3K bersama-sama dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya dan mempunyai
satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan P3K. (11)
Dalam upaya pengawasan P3K maka perlu tersedia fasilitas dan personil P3K.Fasilitas dapat
berupa kotak P3K, isi kotak P3K, buku pedoman, ruang P3K, perlengkapan P3K (alat perlindungan,
alatdarurat, alat angkut dan transportasi).Personil terdiri dari penanggung jawab: petugas P3K yang
telah menerima sertifikat pelatihan P3K ditempat kerja. (11)
Rekomendasi minimum failitas yang tersedia dalam kotak P3K tipe I yaitu kasa steril
terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas
(25 gram), perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker, aquades (100
ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K umum, buku catatan, daftar isi
kotak. Sedangkan pada kotak P3K tipe II terdiri dari kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm),
perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram), perban segitiga/mettela,
gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker, bidai, pinset, lampu senter, sabun, kertas
pembersih (Cleaning Tissue), aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku
panduan P3K umum. (11)
Secara umum penentuan jenis dan jumlah kotak yang disediakan tergantung dari jumlah pekerja.
(11)
11
Untuk jumlah personil P3K sendiri ditentukan oleh faktor risiko bahaya di tempat kerja dan
jumlah pekerja.(11)
Kelas A : kebakaran bahan padat mudah terbakar, contoh: kayu, kertas, plastik, kulit.
Kelas B : kebakaran jenis cairan dan gas, contoh: minyak, gas LPG, LNG, dan lain-lain.
Kelas C : kebakaran peralatan listrik bermuatan, contoh: genset, trafo, AC, dan lain-lain.
Kelas D : kebakaran jenis logam, contoh: aluminium, sodium, potasium, dan lain-lain.
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) / Fire extinguisher: alat yang berisi bahan pemadam api yang
memiliki tekanan, baik dalam bentuk cartridge maupun dalam bentuk store pressure.
2. Hidran kebakaran: terbagi menjadi dua berdasarkan letak penempatannya, yaitu hidran halaman
dan hidran gedung.
BAB III
13
METODE PENELITIAN
3.1 LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN
3.1.1 Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan keselamatan kerja
Nama Tempat
: Gedung Rektorat UNHAS
Alamat
: Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Makassar, Sulawesi Selatan
3.1.2 Waktu
Waktu pelaksanaan yaitu 15 19 Juni 2015 dengan agenda sebagai berikut.
No.
Tanggal
1.
2.
3.
15 Juni 2015
15 Juni 2015
4.
5.
6.
7.
1 Juni 2015
1 Juni 2015
17 Juni 2015
18 Juni 2015
18 Juni 2015
8.
19 Juni 2015
Kegiatan
Melapor ke bagian K3
Pembuatan proposal Walk Through
Survey
Koreksi proposal
Pengarahan kegiatan
Walk Through Survey
Walk Through Survey
Pembuatan laporan Walk Through
Survey
Presentasi laporan Walk Through
Survey
4. Pada saat pemeriksaan, diperiksa tempat-tempat dan bahan yang berbahaya bagi
pekerja
5. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan check list aspek kesehatan dan keselamatan kerja
yang telah dipersiapkan
6. Tarik kesimpulan dari hasil kegiatan pemeriksaan yang telah dilakukan
7. Membuatkan laporan hasil kegiatan pemeriksaan
3.3 BIAYA
Biaya yang digunakan pada survei ini adalah swadaya.
LAMPIRAN
CHECK LIST ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
KANTOR GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS HASANUDDIN
PADA
BAB IV
15
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 PEGAWAI KANTOR
4.2.1.1 Hazard Lingkungan Kerja
a. Faktor Fisik:
Hazard fisik radiasi disebabkan oleh komputer yang digunakan oleh staf. Dari hasil
survey didapatkan rata-rata layar computer cukup terang contrast/brightness nya sehingga
dapat memancarkan radiasi berlebih dan posisi duduk staff saat bekerja di depan komputer
jaraknya sangat dekat hanya sampai saat ini belum ada keluhan dari staff.
b. Faktor biologis
Hazard biologi tidak ditemukan pada ruang kantor gedung rektorat UNHAS.
c. Faktor kimia
Dari hasil survey didapatkan beberapa ruangan yang pemakaiannya tidak tiap hari
sehingga dibeberapa bagian ruangan didapatkan debu yang menempel cukup tebal sehingga
berpotensi sebagai penyebab penyakit.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi bekerja pada staff. Dari hasil survey
didapatkan bahwa staff rawan terhadap hazard ergonomi akibat duduk sewaktu bekerja. Dari
hasil survey didapatkan staff sering bekerja dengan posisi duduk yang terlalu lama dan bias
memakan waktu berjam-jam duduk dengan posisi yang sama saat bekerja.
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada staff, hubungan antara
sesama petugas, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal yang
terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional staff, sehingga harus
diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja Dari hasil survey didapatkan bahwa
staff terhindar dari hazard psikososial karena masing-masing staff memiliki tugas masingmasing dan waktu bekerja yang sesuai dengan gaji yang didapatkan. Dari segi hubungan
antara pekerja, pihak atasan dan pihak bawahan dikatakan baik dan tidak mengganggu
pekerjaan staff.
17
4.2.1.10
Manajemen kebakaran
Dari hasil survey didapatkan bahwa seluruh lantai di gedung rektorat UNHAS dilengkapi
dengan APAR. Para pekerja mengetahui cara penggunaannya. Gedung rektorat UNHAS tidak
dilengkapi dengan alarm kebakaran, rambu evakuasi dan tempat berkumpul.
PERIHAL
Kebisingan
Getaran
Tekanan
Temperatur
Radiasi
Iklim/cuaca
Sumber : computer
Faktor kimia
b. Nama Bahan :
4.
KETERANGAN
a. Jenis bahan:
3.
TIDAK
Faktor fisik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
YA
Faktor ergonomik
a. Posisi tubuh saat bekerja
b. Cara kerja
c. Alat kerja
d. Ketata rumahtanggaan
Faktor biologi
a. Sumber :
b. Penyebab :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
Lain-lain:
5.
Faktor psikososial
a. Jadwal pekerja
b. Hubungan interpersonal
c. Beban kerja
19
d. Kemampuan
Sesuai golongan
e. Pendapatan
f.
Tidak Ada
Lain-lain
PERIHAL
YA
1.
Alat tulis
2.
Komputer/laptop/mesin ketik
3.
Meja
4.
Kursi
5.
Mesin fotokopi
6.
Gunting
7.
Pelubang kertas
8.
Stapler
9.
Pisau pemotong/cutter
10.
Lemari/rak
11.
Telepon
12.
Lampu
13.
Sumber listrik
14.
Kipas angin/AC
15.
Tempat sampah
TIDAK
KETERANGAN
20
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Penutup kepala
Penutup muka / masker
Penutup mata
Penutup telinga
Seragam / pakaian
Sarung Tangan
Penutup sepatu
PERIHAL
YA
TIDAK
1.
2.
a. Verband
b. Betadine
KETERANGAN
c. Plester
d. Cairan antiseptik
e. Obat antiserangga
f.
3.
P3K?
4.
21
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
a. Pemeriksaan kesehatan
b. Pemeriksaan kesehatan awal
c. Pemeriksaan kesehatan berkala
d. Pemeriksaan kesehatan khusus
1.
PERIHAL
3.
TIDAK
KETERANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
YA
Kulit
Pernapasan
Mata
Telinga
Pencernaan
Jantung
Berkemih
Saraf
Reproduksi
Gangguan mata
1.
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
22
keselamatan kerja?
2.
3.
YA
TIDAK
KETERANGAN
terutama Mahasiswa-nya
1.
2.
3.
4.
YA
PERIHAL
Keadaan dinding:
a. cat dinding
b. retak pada dinding
TIDAK
KETERANGAN
Keadaan lantai:
a. apakah permukaan lantai licin?
b. apakah permukaan lantai miring?
23
NO
PERIHAL
1.
YA
TIDAK
KETERANGAN
penggunaan APAR?
d. Apakah ada alarm apabila terjadi
kebakaran?
berkumpul?
2.
Jika ya, apakah pekerja mengetahui ramburambu evakuasi dan area berkumpul?
3.
4.2.2 SATPAM
4.2.2.1 Hazard Lingkungan Kerja
a. Faktor Fisik:
Hazard fisik tidak ditemukan pada petugas satpam
b. Faktor biologis
Hazard biologi tidak ditemukan pada ruang kantor gedung rektorat UNHAS.
c. Faktor kimia
Dari hasil survey didapatkan beberapa ruangan yang pemakaiannya tidak tiap hari
sehingga dibeberapa bagian ruangan didapatkan debu yang menempel cukup tebal sehingga
berpotensi sebagai penyebab penyakit.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi bekerja pada staff. Dari hasil survey
didapatkan bahwa staff rawan terhadap hazard ergonomi akibat duduk sewaktu bekerja. Dari
hasil survey didapatkan staff sering bekerja dengan posisi berdiri yang terlalu lama dan bias
memakan waktu berjam-jam duduk dengan posisi yang sama saat bekerja.
e. Faktor psikososial
24
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada staff, hubungan antara
sesama petugas, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal yang
terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional staff, sehingga harus
diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja Dari hasil survey didapatkan bahwa
staff terhindar dari hazard psikososial karena masing-masing staff memiliki tugas masingmasing dan waktu bekerja yang sesuai dengan gaji yang didapatkan. Dari segi hubungan
antara pekerja, pihak atasan dan pihak bawahan dikatakan baik dan tidak mengganggu
pekerjaan staff.
4.2.2.10
Manajemen kebakaran
Dari hasil survey didapatkan bahwa seluruh lantai di gedung rektorat UNHAS dilengkapi
dengan APAR. Para pekerja mengetahui cara penggunaannya. Gedung rektorat UNHAS tidak
dilengkapi dengan alarm kebakaran, rambu evakuasi dan tempat berkumpul.
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
Faktor fisik
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Kebisingan
Getaran
Tekanan
Temperatur
Radiasi
Iklim/cuaca
2.
Faktor kimia
c. Jenis bahan:
d. Nama Bahan :
3.
4.
Faktor ergonomik
e. Posisi tubuh saat bekerja
f.
Cara kerja
g. Alat kerja
h. Ketata rumahtanggaan
Faktor biologi
c. Sumber :
d. Penyebab :
4. Bakteri
5. Virus
6. Jamur
26
Lain-lain:
5.
Faktor psikososial
g. Jadwal pekerja
h. Hubungan interpersonal
i.
Beban kerja
j.
Kemampuan
k. Pendapatan
l.
Tidak Ada
Lain-lain
PERIHAL
YA
1.
Alat tulis
2.
Telepon
3.
Lampu
4.
Kursi
5.
Sumber listrik
6.
Tempat sampah
TIDAK
KETERANGAN
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Penutup kepala
Penutup muka / masker
Penutup mata
Penutup telinga
Seragam / pakaian
Sarung Tangan
Penutup sepatu
PERIHAL
YA
TIDAK
1.
2.
a. Verband
b. Betadine
KETERANGAN
c. Plester
d. Cairan antiseptik
e. Obat antiserangga
f.
3.
P3K?
4.
PEMERIKSAAN KESEHATAN
NO
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
a. Pemeriksaan kesehatan
b. Pemeriksaan kesehatan awal
c. Pemeriksaan kesehatan berkala
d. Pemeriksaan kesehatan khusus
1.
PERIHAL
3.
TIDAK
KETERANGAN
10. Kulit
11. Pernapasan
12. Mata
13. Telinga
14. Pencernaan
15. Jantung
16. Berkemih
17. Saraf
18. Reproduksi
2.
YA
1.
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
29
2.
3.
YA
TIDAK
KETERANGAN
terutama Mahasiswa-nya
1.
2.
3.
4.
YA
PERIHAL
Keadaan dinding:
a. cat dinding
b. retak pada dinding
TIDAK
KETERANGAN
Keadaan lantai:
c. apakah permukaan lantai licin?
d. apakah permukaan lantai miring?
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
30
1.
penggunaan APAR?
h. Apakah ada alarm apabila terjadi
kebakaran?
berkumpul?
2.
Jika ya, apakah pekerja mengetahui ramburambu evakuasi dan area berkumpul?
3.
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada petugas cleaning service,
hubungan antara sesama petugas, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal yang terdapat
dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan
agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil survey didapatkan bahwa pekerja
terhindar dari hazard psikososial karena masing-masing pekerja memiliki tugas masingmasing dan waktu bekerja yang sesuai dengan gaji yang didapatkan. Dari segi hubungan
antara pekerja dikatakan baik dan tidak mengganggu pekerjaan para pekerja cleaning service.
32
4.2.3.10
Manajemen kebakaran
Dari hasil survey didapatkan bahwa seluruh lantai di gedung rektorat UNHAS dilengkapi
dengan APAR. Para pekerja mengetahui cara penggunaannya. Gedung rektorat UNHAS
dilengkapi dengan alarm kebakaran, rambu evakuasi dan tempat berkumpul.
PERIHAL
KETERANGAN
Kebisingan
Getaran
Tekanan
Temperatur
Radiasi
Iklim/cuaca
Faktor kimia
a. Jenis bahan:
b. Nama Bahan :
3.
TIDAK
Faktor fisik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
YA
Faktor ergonomik
a.
b.
c.
d.
33
4.
Faktor biologi
Dari lingkungan yang
dibersihkan seperti tioilet
a. Sumber :
b. Penyebab :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
Lain-lain:
5.
Faktor psikososial
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Jadwal pekerja
Hubungan interpersonal
Beban kerja
Kemampuan
Pendapatan
Lain-lain
PERIHAL
YA
1.
Sapu
2.
Pel
3.
Ember
4.
Berus
5.
Kantong sampah
TIDAK
KETERANGAN
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
34
c.
d.
g.
h.
i.
j.
Penutup mata
Penutup telinga
Seragam / pakaian
Sarung Tangan
Penutup sepatu
Celemek
PERIHAL
YA
TIDAK
1.
2.
3.
4.
KETERANGAN
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
a. Pemeriksaan kesehatan
b. Pemeriksaan kesehatan awal
c. Pemeriksaan kesehatan berkala
d. Pemeriksaan kesehatan khusus
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
35
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
3.
Kulit
Pernapasan
Mata
Telinga
Pencernaan
Jantung
Berkemih
Saraf
Reproduksi
PERIHAL
YA
TIDAK
1.
2.
3.
KETERANGAN
YA
TIDAK
KETERANGAN
36
1.
2.
3.
YA
PERIHAL
Keadaan dinding:
a. cat dinding
b. retak pada dinding
TIDAK
KETERANGAN
Keadaan lantai:
a. apakah permukaan lantai licin?
b. apakah permukaan lantai miring?
Apakah terdapat ventilasi?
Apakah terdapat pintu?
1.
2.
3.
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
Faktor Fisik:
37
Hazard fisik tidak ditemukan pada ruang makan maupun di dapur, hal ini dikarena
tidak adanya kegiatan masak memasak di dapur. Makanan berasal dari catering yang dibawa
masuk kemudian disajikan oleh petugas catering.
g. Faktor biologis
Hazard biologi di pengaruhi oleh debu dari kipas angin yang kotor dan petugas
catering yang tidak menggunakan sarung tangan dan masker yang bisa menyebabkan
jangkitan bakteri, virus ataupun jamur. Inilah yang menyebabkan mudahnya penularan
penyakit pencernaan pada mahasiswa.
h. Faktor kimia
Hazard kimia yang tidak didapatkan pada dapur dan ruang makan.
i.
Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi bekerja. Dari hasil survey didapatkan
bahwa minimal kemungkinan adanya gangguan kesehatan akibat posisi bekerja pada petugas
dapur. Karena para petugas bekerja secara mobilisasi, yakni menyiapkan makanan untuk
mahasiswa dari satu meja ke meja lain, selain itu jumlah petugas dapur juga banyak, sehingga
kalaupun ada gangguan kesehatan kemungkinan hanya kelelahan fisik saja.
j.
Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja dapur, hubungan
antara sesama petugas, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal yang terdapat dalam
hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan agar
tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil survey didapatkan bahwa pekerja terhindar
dari hazard psikososial karena masing-masing pekerja memiliki tugas masing-masing dan
waktu bekerja yang sesuai dengan gaji yang didapatkan. Dari segi hubungan antara pekerja
dikatakan baik dan tidak mengganggu pekerjaan para pekerja di dapur dan ruang makan.
38
setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan petugas amat dititikberatkan karena ia
bisa mempengaruhi petugas dalam melakukan pekerjaan mereka.
4.2.4.10
Manajemen kebakaran
Dari hasil survey didapatkan bahwa seluruh lantai di gedung rektorat UNHAS dilengkapi
dengan APAR. Para pekerja mengetahui cara penggunaannya. Gedung rektorat UNHAS
dilengkapi dengan alarm kebakaran, rambu evakuasi dan tempat berkumpul.
PERIHAL
TIDAK
KETERANGAN
Faktor fisik
g.
h.
i.
j.
k.
l.
2.
YA
Kebisingan
Getaran
Tekanan
Temperatur
Radiasi
Iklim/cuaca
Faktor kimia
c. Jenis bahan:
d. Nama Bahan :
39
3.
Faktor ergonomik
e.
f.
g.
h.
4.
Faktor biologi
Dari para pekerja dapur
(petugas catering yang tidak
menggunakan masker dan
sarung tangan)
a. Sumber :
b. Penyebab :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
Lain-lain:
5.
Faktor psikososial
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Jadwal pekerja
Hubungan interpersonal
Beban kerja
Kemampuan
Pendapatan
Lain-lain
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
40
1.
Panci
2.
Wajan
3.
Blander
4.
Kursi
5.
Meja
6.
Pisau
7.
Kompor
8.
Talenan
9.
Lap kering
10.
Lemari/rak
11.
Baki
12.
Lampu
13.
Sumber listrik
14.
Gas LPG
15.
Termos nasi
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
Penutup kepala
Penutup muka / masker
Penutup mata
Penutup telinga
Seragam / pakaian
Sarung Tangan
Penutup sepatu
Celemek
1.
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
41
2.
3.
4.
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
a. Pemeriksaan kesehatan
b. Pemeriksaan kesehatan awal
c. Pemeriksaan kesehatan berkala
d. Pemeriksaan kesehatan khusus
1.
PERIHAL
YA
KETERANGAN
10. Kulit
11. Pernapasan
12. Mata
13. Telinga
14. Pencernaan
15. Jantung
16. Berkemih
17. Saraf
18. Reproduksi
2.
TIDAK
3.
PERIHAL
YA
TIDAK
1.
2.
3.
KETERANGAN
YA
TIDAK
KETERANGAN
1.
2.
PERIHAL
Keadaan dinding:
a. cat dinding
b. retak pada dinding
Keadaan lantai:
e. apakah permukaan lantai licin?
f. apakah permukaan lantai miring?
YA
TIDAK
KETERANGAN
43
3.
1.
2.
3.
PERIHAL
YA
TIDAK
KETERANGAN
44
45
46
47
48
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1
Di beberapa ruangan di gedung rektorat UNHAS, tidak ditemukan Hazard apapun. Di bebeapa
ruangan lain, terdapat beberapa faktor Hazard yang berpotensi mengancam, namun dapat dihindari.
Alat kerja yang digunakan para pekerja di gedung rektorat UNHAS merupakan alat-alat kerja standar
sesuai profesi.
Terdapat beberapa alat dan bahan kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan para
sesuai profesinya.
Di tiap ruangan di gedung Rektorat UNHAS tidak ditemukan adanya kotak P3K dengan alasan
kampus tersebut memiliki poliklinik yang dituju ketika terjadi gangguan kesehatan atau kecelakaan
kerja.
Para pekerja gedung Rektorat UNHAS menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, serta ada
49
Para pekerja gedung Rektorat UNHAS sejauh ini belum pernah memiliki keluhan/penyakit yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramli. S. Sistem Menajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Jakarta: Dian Rakyat ; 2010 . hal.1-14.
2. Awanukaya. 2012. Hal-hal yang Berhubungan dengan Pelaksanaan K3 Perkantoran.
[Terhubung
berkala]:
http://www.awanukaya.com/2012/09/
hal-hal-yangberhubungan-dengan-pelaksanaan-k3-perkantoran.html.
Diakses
tanggal
28
September 2013.
3. Blum, Beskrajna noc Moli. 1981. aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja(K3).
Bandung: Rosda karya.
4. Fero. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). [Terhubung berkala]:
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-BAB%20II_fero.pdf.
Diakses tanggal 28 September 2013.
5. Generousdi. Dinar, D. D. 2004. Peranan Ahli K3 dalam Mendorong Efektifitas
Pengawasan K3 Sangat Penting dan Strategis. Jurnal Teknik Mesin. [Terhubung
berkala]: http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JTM/article/ view/340/340. Diakses
tanggal 28 September 2013.
6. Kusuma, Jati, Ibrahim. 2010. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang. Jurnal kesehatan dan
keselamatan
Kerja.
[Terhubung
berkala]:
http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf. Diakses tanggal 28 September 2013.
7. Syaaf, Masruri, Fathul. 2008. Analisa Perilaku Tenaga Kerja dalam Penerapan
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja.
Skripsi.
[Terhubung
berkala]:
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126237-S-5263-Analisis%20perilakuLiteratur.pdf. Diakses tanggal 28 September 2013.
50
51