Anda di halaman 1dari 5

Pancasila sebagai dasar negara yang nilai-nilainya sudah tertanam dalam jiwa bangsa

Indonesia kini mulai luntur. Kita ambil satu nilai yang diajarkan pancasila yaitu kejujuran.
Ketidakjujuran di Indonesia sudah membawa wabah korupsi di Indonesia. Sudah bukan hal
asing lagi di telinga kita mendengar, melihat ataupun membaca berita tindak korupsi di Indonesia.
Mulai dari kasus korupsi di tingkat kota/kabupaten sampai nasional. Korupsi di Indonesia kini
benar-benar telah menjadi sebuah masalah yang sistemik, korupsi telah menjalar ke infra dan
supra struktur politik dalam ketatanegaraan Indonesia. Korupsi tentu saja sebuah perilaku
kriminal yang sangat menarik disoroti media karena merugikan banyak pihak dan
penyelesaiannnya yang pelik.
Era digital ini mendidik manusia untuk menjadikan informasi dari media massa sebagai
kebutuhan pokok. Media Massa menjadi sebuah sarana penting untuk hampir seluruh
masyarakat di dunia dalam mencari informasi. Seringkali media massa menayagkan berita-
berita yang sangat penting yang berguna bagi seluruh masyarakat. Banyak informasi yang
bisa kita dapatkan dari media massa. Lewat media massa, masyarakat dapat mengetahui Si A
melakukan korupsi , ataupun Si B melakukan pembunuhan..
Banyak kasus-kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme dimuat di media massa seperti televisi,
radio, koran, dll. Berita yang dimuat hampir secara terang-terangan dijelaskan secara rinci,
siapa pelakunya, berapa angkanya, dan lembaga yang terlibat. Setiap harinya informasi
tentang tindak pidana korupsi terus di perbarui oleh media massa.
Rumusan Masalah :
1. Apakah media massa berpengaruh terhadap pencegahan korupsi?
2. Bagaimana peran media massa dalam mencegah korupsi
BAB II
Menurut KBBI, media adalah alat atau perantara. Sedangkan media massa sendiri berarti sarana dan
saluran resmi sbg alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kpd masyarakat luas.Media
Massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan
jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam
pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan
tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang
lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang
terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan
akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan
mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.
Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruption berasal dari
kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun ke banyak
bahasa Eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitucorruption; dan Belanda
yaitu corruptie, korruptie.

Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia yaitu korupsi (Andi Hamzah,
2005:4).
Juniadi Suwartojo (1997) menyatakan bahwa korupsi ialah tingkah laku atau tindakan
seseorang atau lebih yang melanggar norma-norma yang berlaku dengan menggunakan
dan/atau menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui proses pengadaan, penetapan
pungutan penerimaan atau pemberian fasilitas atau jasa lainnya yang dilakukan pada kegiatan
penerimaan dan/atau pengeluaran uang atau kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan
serta dalam perizinan dan/atau jasa lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau
golongannya sehingga langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan dan/atau
keuangan negara/masyarakat.
Korupsi yang kini semakin menyebar ke berbagai kalangan masyarakat dan bahkan telah
digolongkan menjadi sebuah tindak pidana luar biasa atau extra ordinary crime membuat
pihak pemerintahan Indonesia khususnya lembaga yudikatif bekerja lebih ketat untuk
menangani hal tersebut. Namun usaha pemerintah belum juga membuahkan hasil, hal ini
dapat dibuktikan melalui fakta adanya berbagai kalangan dan tokoh pemerintahan baik dari
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif yang justru harus mendekam di balik tembok penjara
karena melakukan tindakan korupsi

Menyikapi hal tersebut maka diperlukan sarana lain (non-penal) selain sarana pidana (penal)
untuk memberantas tindak pidana korupsi. Salah satu langkah non-penal adalah melalui
pemanfaatan media pers atau juga media massa, dalam hal ini adalah melalui laporan
investigasi melalui media massa. Hal yang demikian juga senada dengan yang diungkapkan
oleh Barda Nawawi Arief yang dikutip dalam buku karangan Budiyono, bahwa upaya non-
penal dapat pula digali dari berbagai sumber lainnya yang juga mempunyai potensi efek-
preventif. Sumber lain itu misalnya media pers atau media massa, pemanfaatan akan
kemajuan teknologi.

BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu dampak dari krisis moral bangsa Indonesia adalah maraknya korupsi di berbagai
lembaga ataupun institusi. Buktinya Indonesia sukses menjadi negara terkorup ke lima di
dunia dan peringkat pertama se Asia Pasifik. Korupsi menjadi sebuah musibah yang sangat
dahsyat dinegeri ini, akibat dari itu kerugian negara sangat memprihatinkan. Kemiskinan
semakin merajalela karena ulah orang-orang tdak bertanggung jawab tersebut.
Kajian di Afrika Selatan menunjukkan bahwa efek dari korupsi berdampak sangat serius pada
pembangunan ekonomi dan secara signifikan mempengaruhi upaya menegakkan good
governance. The effect of corruption in South Africa has seriously constrained development
of the national economy and has significantly inhibited good governance in the country (
Pillay 2004). Hal ini menunjukkan bahwa salah satu musuh utama dalam upaya menegakkan
good governance adalah tindak pidana korupsi
Kasus-kasus korupsi akhir-akhir ini menjadi beberapa headline di Surat kabar,
Televisi, maupun Radio. Keingintahuan masyarakat dalam mengikuti berita-berita terkini
juga yang membuat media massa sanagat antusias dalam mencari berita kasus korupsi. Berita
kasus-kasus korupsi tersebut sudah menjadi teman sarapan bagi masyarakat. Masyarakat
selalu menunggu kelanjutan proses hukum kasus tindak pidana korupsi.
Media pers / media massa dalam memberikan berita tentang tindak pidana korupsi
menarik untuk dicermati. Hal ini karena; (1) media pers amat mudah membuat opini publik.
Artinya, media pers amat mudah membuat pejabat yang koru ptor menjadi personal yang
merupakan korban dan patut dikasihani, atau membuat wacana yang remang -remang
terhadap suatu kasus sehingga sang koruptor terkesan tidak bersalah dan (2) media pers
bagaimanapun institusi yang penuh kepentingan. Artinya, media pers selain sebagai suara
publik juga merupakan media bisnis. Ketika media pers lebih didominasi oleh kepentingan
bisnis semata, maka tak heran banyak media yang dapat dibeli oleh pejabat untuk melakukan
hal -hal yang menguntungkan bagi dirinya.

3.2 Peran Media Massa dalam Pencegahan Korupsi
Masyarakat sangat tergantung pada media. Berita tindak pidana korupsi tidak akan sampai ke
telinga masyarakat apabila media tidak menyiarkannya. Investigasi media dalam
mengungkap kasus-kasus korupsi sangat dibutuhkan. Sesuai dengan fungsi media sebagai
alat penyebaran imformasi, disamping itu media juga bisa berfungsi sebagai alat kontrol
sosial. Dengan fungsi kontrolnya inilah media dapat diharapkan dapat membantu pemerintah
dan masyarakat dalam mengungkapkan kasus-kasus korupsi yang semakin marak sekarang
ini.
Namun sangat disayangkan, meskipun sekarang ini dikatakan sebagai jamannya
keterbukaan media, hal ini disebabkan media massa masih dibawah bayang-bayang
kekuasaan. Memang secara langsung tidaklah terlalu kelihatan, tapi semua itu bisa terbaca
dari konten berita yang disajikan. Lain halnya media yang menyajikan liputan hasil
investigasi, sangat mungkin media seperti ini akan susah dikontrol oleh pemerintah
menyangkut hasil investigasinya.
Menurut Jani Yosef , proses investigasi biasanya dilakukan seolah-olah secara ilegal
dan bahkan tidak etis meskipun telah ada kode etik yang mengikat, hal ini karena reporter
investigatif harus berurusan bahkan menentang pihak-pihak yang tidak ingin rahasianya
dibongkar. Selanjutnya hasil dari invetigasi ini akan dipublikasikan dan mendapat banyak
respon dari khalayak.
Seperti misalnya ketika majalah Tempo mengungkap kasus rekening gendut petinggi
Polri, hampir tidak mungkin media lain bisa melakukan hal seperti ini. Memang dari awal
berdiri sampai sekarang ini Tempo masih konsisiten dengan penyajian berita yang up to date
dan pastinya menggemparkan, resikonya sudah bisa ditebak para jurnalisnyapun jadi bulan-
bulanan oknum yang tidak senang dengan pemberitaannya.
Apa yang dilakukan Tempo ini adalah bentuk dari berfungsinya kontrol media
terhadap prilaku sosial masyarakat dengan demikian sedikit banyak akan mempengaruhi
prilaku masyarakat. Menurut Goenawan Mohamad, Tempo selalu menyertakan data serta
sumber yang akurat sebagai bukti mengenai subjek investigasinya. Pada edisi terbarunya
Tempo kembali membuat gebrakan mengungkap kasus praktik calo di gedung DPR RI,
apakah hasil investigasi Tempo ini akan ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum? Saya
rasa nasibnya akan sama dengan hasil investigasi Rekening Gendut Petinggi Polri, karena
kita semua sudah tahu konspirasi menutupi setiap kasus dinegeri ini sangatlah rapih, sehingga
kasus-kasus besar seperti itu pada akhirnya hanya akan tersimpan dalam peti mati.
Terlepas dari hal-hal yang berbau kepentingan, dalam hal ini peran penting media
massa sangat membantu dalam mencegah tindakan korupsi yang diwujudkan dalam bentuk
memberikan informasi kepada masyarakat tentang makna korupsi. Tujuannya, agar
masyarakat mengetahui mana perbuatan yang termasuk korupsi atau bukan termasuk korupsi.
Dan hal yg harus digaris bawahi adalah Awak media massa harus menyadari bahwa
semuapembublikasian berita harus dilandasi prinsip kejujuran dan keterbukaan serta
ketidakberpihakan pada personal maupun institusi (netral).
Dengan pemberitaan yang cukup gencar terhadap kasus-kasus korupsi, diharapkan
akan memberikan efek jera bagi para koruptor. Dengan begitu pula kontrol masyarakat bisa
berjalan secara efektif. Sebab tanpa adanya kontrol penuh dari masyarakat, penanganan
korupsi di negeri ini tak mungkin akan bisa berjalan secara tuntas. Sebaliknya, masyarakat
tak akan bisa melakukan kontrol apabila tidak mendapatkan informasi yang akurat dan
lengkap dari media massa.








Korupsi adalah masalah serius bangsa Indonesia yang harus segera dituntaskan. Semua pihak
harus ikut bertanggung jawab atas membudayanya korupsi di Indonesia. Penanaman nilai-
nilai pancasila harus diterapkan dalam tindakan nyata dan harus dilakukan oleh semua pihak
agar generasi penerus tidak lagi mengenal adanya kata korupsi .

Media mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi yang aktual, tajam dan
terpercaya kepada masyarakat. Isi berita yang jelas dan terukur adalah salah-satu kekuatan
sebuah media yang dapat menjadikan keuntungan bagi lembaga pers tersebut. Namun dalam
memuat isi berita korupsi haruslah mempunyai asal-usul yang jelas agar tidak terjadi
pelanggaran nama baik terhadap terduga yang dapat mengakibatkan kerugian hukum bagi
media tersebut. Kode Etik Jurnalistik haruslah sangat dijunjung tinggi, mengingat saat ini
media massa hanya mementingan keuntungan komersial saja tanpa mempertimbangkan
keaktualan isi berita yang dimuat. Dalam penulisan berita pun media
Media memang mempunyai peranan dalam menjegah adanya tindakan korupsi yang
dilakukan oleh masyarakat. Isi berita yang vulgar, seperti pelaku yang ditayangkan,
hukuman, hingga latar belakang keluarga yang dimuat secara terang-terangan diharapkan
dapat menimbulkan efek jera terhadap Koruptor maupun Calon Koruptor.

Anda mungkin juga menyukai