Anda di halaman 1dari 4

Martdian Ratna Sari-355499 2014

Behavioral Research in Accounting-Gasal 2014 Page 1



Artikel : Framing and Presentation Mode Effects in Professional Judgment: Auditor Internal
Control Judgments and Substantive Testing Decision.
Journal : Jounal of Practice & Theory. Vol.13, Supplement:102-115
Point-point penting dari penelitian ini yaitu:
1. Ada dua faktor yang secara sistematik dapat mempengaruhi proses dan memiliki dampak
terhadap pengujian subtantif yaitu framing yang dikemukakan oleh Kahneman dan
Tversky, 1984, Tversky dan Kahneman 1981, 1986) dua frame secara umum digunakan
dalam karakteristik sistem pengendalian internal yaitu strength dan risk. Sedangkan
faktor yang kedua adalah yang dapat mempengaruhi keputusan auditor yaitu penyajian
dari bentuk informasi. Menurut Hogarth dan Einhorn 1992 memprediksi bahwa informasi
yang dievaluasi secara berkala akan menghasilkan perbedaan penilaian dengan informasi
yang sama ketika dievaluasi secara simultan.
2. Rumusan Masalah dalam penelitian ini: memeriksa kesesuaian dua karakteristikdalam
penilaian auditor dan keputusan yaitu framing dan model penyajian pada penilaian
professional.
3. Theoretical Background dalam penelitian ini:
Menurut prospect theory yang dikemukanan oleh Kahneman and Tversky (1979)
frame yang timbul dari resiko auditor akan menaksirkan pada tempat yang rugi
ketika Strenght auditor akan menafsirkan pada daerah laba. Sehingga pengujian
subtantif yang akan dilakukan oleh auditor tergantung pada deskripri secara detail
mengenai risiko yang diperoleh pada sistem pengendalian internal terhadap sistem
persediaan.
Model belief adjustment model dari Hogart and Einhorn 1992, yang konsen pada
efek potensial sequential vs simulataneous penyajian mode dari frame pada
keputusa auditor dalam pengujian subtantif terdapat dua langkah yaitu Step by
step (SbS) dan Squence (EoS). Model tersebut menyatakan bahwa bukti yang
dievaluasi dalam satu rangkaian akan menghasilkan penilaian yang jauh berbeda
dengan bukti yang dievaluasi secara simultan.
4. Logical Reasoning for Hypothesis
H
1
: Auditor yang memperoleh versi risk dari detail deskripsi sistem pengendalian
internal atas persediaan, rata-rata akan memilih tingkat pengujian substantif yang lebih
tinggi dibandingkan dengan auditor yang memperoleh versi strength.
H
2
: Ada efek interaksi antara mode penyajian dan frame pada keputusan pengujian
substantif auditor.
H
3
: Ada efek interaksi antara mode penyajian dan frame pada keputusan pengujian
substantif auditor.
5. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen
dengan desain eksperimennya 2x2 faktorial. Subjek dalam peneltian ini yaitu 159 auditor
dari akuntan public perusahaan kecil dan menengah yang memiliki pengalaman satu
Martdian Ratna Sari-355499 2014

Behavioral Research in Accounting-Gasal 2014 Page 2

sampai dua puluh tahun. Penelitan ini juga melakukan materials and Administration.
Dilakukan diasnosticity checks MANOVA dan ANOVA.
6. Hasil Penelitian dan kesimpulan: H
1
terdukung (F = 11,48, p < 0,001) dengan rata-rata
pengujian substantif dari semua responden adalah 5,498 (risk) dan 5,116 (strength),
sehingga dapat disimpulkan bahwa auditor yang memperoleh versi risk dari detail
deskripsi sistem pengendalian internal pada persediaan, rata-rata akan memilih tingkat
pengujian substantif yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang memperoleh
versi strength. H
2
terdukung hal ini didasarkan pada nilai (F = 7,78, p < 0,006),
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efek interaksi antara mode penyajian dan frame
pada keputusan pengujian substantif auditor. H
3
juga terdukung (F = 5,73, p <0,02), oleh
karena itu terdapat hubungan positif (negatif) antara penilaian auditor terhadap risk
(strength) dari sistem pengendalian internal dan keputusan akhir terhadap banyaknya
pengujian substantif yang dilaksanakan.
7. Keterbatasan Penelitian: untuk eksternal validitinya agak rendah, dan adanya potensi
kehilangan pada pengendalian dari geografinya.
8. Penelitian Lanjutan: dapat dilakukan eksperimen terhadap auditor Big 4 yang biasanya
melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan besar yang memiliki pengendalian internal
lebih baik.






















Martdian Ratna Sari-355499 2014

Behavioral Research in Accounting-Gasal 2014 Page 3


Title : Order Effect and Memory for Evidence in Individual versus Group Decision
Making in Auditing
Journal : Journal of Behavioral Decision Making. Vol.12:71-88
Point-point penting dari penelitian ini yaitu:
1. Dalam penelitian ini terdapat primary effect atau recency effect yang ditentukan oleh
berbagai faktor diantaranya tipe informasi, keyakinan awal dan konteks dari informasi
tersebut. Penelitian ini beranjak dari penelitian yang dilakukan oleh Hogert dan Eihorn
(1992) yang mengembangkan sebuah model belief adjustmen model yang menyatakan
model ini didasarkan pada titik tumpu (anchor) dan proses penyesuaian individu.
2. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembuatan keputusan kelompok
memoderasi recency effect berdasarkan framework yang digunakan oleh Kahnedy (1993)
dan Cushing & Ahlawat (1996).
3. Theoretical Background dalam penelitian ini:
Memory for evidence untuk memori audit ini menurut Johnson, 1994
mengyatakan bahwa ketika adanya kelompok auditor ingatan terhadap informasi
akan lebih akurat dibandingkan ketika audit itu bekerja sendiri. Selain itu sulit
untuk menangkap apakah individu itu akan mengingat informasi awal atau
informasi terakhir.
Ketika pekerjaan audit dilakukan secara berkelompok hasilnya akan lebih baik
karena dilakukan dengan meminta pendapat terhadap seluruh anggota kelompok.
Sehingga tingkat kepercayaan diri terhadap keputusan akhir juga akan lebih besar
dibandingkan ketika dilakukan secara individu, Snizek & Henry (1989). Namun
karena terlalu pecayanya dari hasil yang diperoleh ketika dilakukan dengan
kelompok dapat menimbulkan resensi bias.
4. Logical Reasoning for Hypothesis:
H
A1
: Dalam mengevaluasi bukti dengan mode SbS, penilaian individu akan
menunjukkan recency effect.
H
A2
: Dalam mengevaluasi bukti dengan mode SbS, penilaian kelompok akan
menunjukkan recency effect yang rendah (atau tidak sama sekali).
H
B1
: Pengenalan/recognition (bukti) oleh kelompok auditor akan lebih akurat
dibanding anggota kelompok yang lebih akurat dibanding auditor individu.
H
c1
: Semakin tinggi kepercayaan diri awal dalam pelaporan audit, maka semakin
rendah tambahan dari belief revision.
H
c2
: Validitas prediktif kepercayaan diri terhadap ingatan, akan lebih besar untuk
kelompok dibandingkan individu.
5. Metode Penelitian ini menggunakan Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan desain eksperimennya 2x2 faktorial. Yaitu unit keputusan (kelompok dan
individu) penyajian bukti (contrary-mitigating dan mitigating-contrary). Subjek dalam
penelitian ini yaitu 91 orang auditor dari KAP yang termasuk big six.
Martdian Ratna Sari-355499 2014

Behavioral Research in Accounting-Gasal 2014 Page 4

6. Hasil Penelitian: H
a1
terdukung (t = 3,96; p < 0,001), sehingga dapat disimpulkan ada
perbedaan antara penilaian individu ketika informasi disajikan secara contrary-mitigating
dengan informasi yang disajikan secara mitigating-contrary, ketika evaluasi bukti
dilakukan dengan mode SbS, penilaian individu akan menunjukkan recency effect. H
a2
-
terdukung (t = 0,47; p < 0,65), sehingga hasil ini menunjukan tidak ada perbedaan antara
penilaian kelompok ketika informasi disajikan secara contrary-mitigating dengan
informasi yang disajikan secara mitigating-contrary, ketika evaluasi bukti dilakukan
dengan mode SbS, penilaian kelompok akan menunjukkan recency effect yang rendah
(atau tidak sama sekali). H
b1
terdukung (t = 4,70; p <0,001), oleh karena itu pengenalan
bukti kelompok lebih akurat dibandingkan dengan individu, dan (t = 3,93; p <0,001),
yang artinya pengenalan bukti oleh anggota kelompok lebih akurat dibandingkan dengan
individu. H
c1
terdukung (F = 3,26; p <0,08; = -0,187), oleh karena itu semakin besar
kepercayaan diri awal, maka semakin kecil belief revision yang dilakukan. H
c2
terdukung
(t = -10,58; p <0,001), sehingga hasil tersebut mencerminkan kepercayaan diri kelompok
lebih tinggi dibandingkan dengan individu, dan (t = 2,88; p <0,01), yang artinya
kepercayaan diri anggota kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan individu.
7. Penelitian selanjutnya dapat menambah atau menganti variabel baru dalam penelitian,
karekteristik tugas akan memiliki efek terhadap pengembangan dari kepercayan termasuk
kepercayaan secara langsung, kekuatan, tipe dari bukti, tatatertip dari penyajian, mode
respon, kompleksitas tugas dan sejumlah informasi (H&E, 1992).

Anda mungkin juga menyukai