Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang Masalah
Penulisan makalah ini kami buat untuk memenuhi presentasi kelompok
semester 5 kami kepada Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia ( BI ). Karena begitu
pentingnya materi ini dan untuk menambah pematerian, maka dengan ini kami
membuat makalah tentang Hakikat Pragmatik dan Objek Kajiannya. Kata pragmatik
berasal dari bahasa Jerman PRAGMATISH yang diusulkan oleh seorang filsuf
jerman Immanuel Kant. Pragmatish dari pramaticus (bahasa latin) bermakna pandai
berdagang atau dalam bahasa Yunani Pragmatikos dari Pragma artinya perbuatan
dan berbuat. Pragmatika adalah ilmu tentang pragmatik yakni hubungan antar tanda
dengan penggunanya.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana kita memahai asal kata dan hakikat pragmatik
Objek apa saja yang dikaji dalam pragmatik



2

BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PRAGMATIK
Istilah Pragmatik berasal dari kata Pragmatika diperkenalkan oleh Charles
Moris (1938), ketika membuat sistematika ajaran Charles R Pierce tentang semiotika
(ilmu tanda). Pragmatika adalah ilmu tentang pragmatik yakni hubungan antar tanda
dengan penggunanya. Pragmatik adalah language in use, studi terhadap makna ujaran
dalam situasi tertentu. Sifat-sifat bahasa dapat dimengerti melalui pragmatik, yakni
bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi.
Kata pragmatik berasal dari bahasa Jerman PRAGMATISH yang diusulkan
oleh seorang filsuf jerman Immanuel Kant. Pragmatish dari pramaticus (bahasa latin)
bermakna pandai berdagang atau dalam bahasa Yunani Pragmatikos dari Pragma
artinya perbuatan dan berbuat. Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu bahasa
yang masih tergolong baru bila dilihat dari perkembangannya. Namun demikian,
tidak sedikit ahli bahasa yang mulai memberi perhatian secara penuh terhadap
pragmatik sehingga mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pragmatik
disebabkan semakin tingginya tingkat kesadaran para ahli bahasa terhadap
pemahaman pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi
(Leech,1983;Wijana,1995:46 dalam Rohmadi;2010:1).
Para ahli bahasa menyadari bahwa perkembangan bahasa selalu mengikuti
perkembangan kehidupan manusia, yakni perkembangan pola pikir manusia,
teknologi, budaya, dan pendidikan. Tanpa ada perkembangan zaman mungkin orang
juga tidak akan memiliki kreatifitas berpikir secara komprehensif. Firt
mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa
memepertimbangakan konteks situasi yang meliputi partisipasi, ciri-ciri situasi lain
yang relevan dengan hal-hal yang sedang berlangsung, serta dampak-dampak
tindakan tutur yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat
tindakan partisipan (Wijana, 1996:5 dalam Rohmadi, 2010:2). Sementara itu, Haliday
memandang bahasa sebagai kajian tentang makna yang berkaitan dengan struktur
3

sosial yang tidak terlepas dari aktivitas-aktivitasnya (Haliday& Hasan, 1985 dalam
Rohmadi, 2010:2). Beberapa pendapat tersebut menunjukkan bahwa perkembangan
pragmatik dilandasi oleh pemikiran-permikiran ahli bahasa terdahulu. Dengan
demikian, pemikiran para ahli bahasa tersebut memberikan inspirasi para tata
bahasawan sekarang untuk menyempurnakan dan membuktikan kebenaran teori-teori
para ahli bahasa terdahulu. Bertolak dari beberapa pendapat di atas, maka dapat
ditegaskan bahwa pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. Konteks
memiliki peranan kuat dalam menentukan maksud penutur dalam berinteraksi dengan
lawan tutur.
Senada dengan pernyataan tersebut, Leech (dalam Rohmadi, 2010:2)
mengungkapkan bahwa pragmatics studies meaning in relation to speech situation.
Menurutnya pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi,
dan bagaimana pragmatik menyelidiki makna sebagai konteks, bukan sebagai sesuatu
yang abstrak dalam komunikasi. Sementara itu, Wijana dalam bukunya Dasar-dasar
Pragmatik menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan
digunakan dalam komunikasi.
Jadi makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terkait konteks (conteks
dependent) atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat
dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud lawan tutur. Penutur dan
lawan tutur dapat memanfaat pengalaman bersama (bacground knowledge) untuk
memudahkan pengertian bersama. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa
hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar dalam pemahaman
pragmatik. Pemahaman yang dimaksud adalah memahami maksud penutur (O1),
lawan tutur (O2), dan partisipan (O3) yang melibatkan konteks. Tanpa konteks akan
sulit untuk dapat memaknai makna eksternal bahasa dan maksud tuturan penutur dan
lawan tutur. Oleh karena itu, pragmatik mengkaji maksud tuturan yang terikat
konteks dengan memanfaatkan piranti-piranti pragmatik. Konsep pengalaman
bersama (background knowledge) sangat mendukung dalam mendiskripsikan
4

berbagai maksud tersirat dari penutur bagi lawan tutur dalam berbagai konteks
pembicaraan.

B. Objek Kajian Pragmatik
Firth (dalam Fatimah, 2012: 72) berpendapat bahwa kaijan bahasa tidak dapat
dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi. Konteks situasi meliputi
partisipan, tindak partisipan (verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain yang
relevan dengan hal-hal yang sedang berlangsung, dan dampak tindak tutur yang
diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan.
Konteks situasi berhubungan erat dengan pragmatik. Tiga macam tindak tutur dalam
penggunaan bahasa (pragmatik): (1) Lokusi, (2) ilokusi, dan (3) perlokusi. Tindak
lokusi adalah suatu tindak berkata yang menghasilkan ujaran dengan makna dan
acuan tertentu. Kedua, tindak ilokusi adalah suatu tindak tutur yang dilakukan dalam
mengatakan sesuatu, seperti pernyataan, janji, perintah, permintaan. Ketiga, tindak
perlokusi adalah suatu tindak tutur yang dilakukan untuk mempengaruhi orang
marah, menghibur.
Pragmatik dapat dikaji dari empat kosentrasi, yakni: (1) kajian linguistik,
dipahami sebagai kajian dalam memdukan kompnen tanda bunyi dan makna serta
subsistemnya (fonologi, gramatika (morfologi, sintaksis), leksikon); (2) kajian
pragmatik ujaran (Tema-Rema), tema adalah bagian ujaran yang memberi informasi
tentang apa yang sedang dibicarakan rema yang memberi informasi tentang tema;
atau focus-latar, focus memberi informasi tentang unsure yang dianggap paling
penting, dan latar yang memberi dari mana ujaran dilihat; atau focus-kontras
(memberi informasi unsur positif-negatif); (3) kajian pragmatik wacana melalui
pemahaman wacana (konteks wacana) sebagai satuan terelngkap; (4) kajian kesatuan
dan ketakrifan.

5

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pragmatik itu berasal dari bahasa Jerman PRAGMATISH yang diusulkan
oleh seorang filsuf jerman Immanuel Kant. Pragmatish dari pramaticus (bahasa latin)
bermakna pandai berdagang atau dalam bahasa Yunani Pragmatikos dari Pragma
artinya perbuatan dan berbuat. Pengrtian pragmatik sendiri adalah cabang ilmu
bahasa yang mempelajari tentang tindak tutur penutur dalam berkomunikasi dengan
lawan tuturnya dan mempertimbangkan konteks (bagian suatu uraian atau kalimat yg
dapat mendukung atau menambah kejelasan makna). Sedangkan objek kajian
pragmatik adalah tindak tutur, penutur, dan komunikasi dengan lawan tuturnya.


6

DAFTAR PUSTAKA

Leech, GN. 1983. Prinsip-Prinsip Pragmatik (terjemahan). New York University
Rohmadi, Mohammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar
Djajasudarma, Fatimah. 2012. Wacana dan Pragmatik. Bandung: Refika Adita

Anda mungkin juga menyukai