Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional di negara-negara berkembang pada umumnya
terfokus pada pertumbuhan ekonomi. Suatu ekonomi dikatakan mengalami
pertumbuhan yang berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi
daripada apa yang dicapai sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
berkaitan erat dengan peningkatan produksi dan jasa yang diukur melalui Produk
Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) pada tingkat daerah baik propinsi, kabupaten maupun kota.
Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditunjukan dengan tingginya nilai
PDRB menunjukan bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan dalam
perekonomian.
Menurut Sukirno (2006:421) pertumbuhan ekonomi merupakan
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksi dalam masyarakat bertambah. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara,
pertumbuhan ekonomi yang stabil atau cenderung meningkat menandakan
keberhasilan pemerintah negara tersebut dalam meningkatkan perekonomian
negaranya.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi di suatu negara, pertumbuhan ekonomi yang stabil atau
cenderung meningkat menandakan keberhasilan pemerintah negara tersebut dalam
meningkatkan perekonomian negaranya. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas
ini sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau
penyesuaian-penyesuaian teknologi, kelembagaan, dan ideologis terhadap
berbagai tuntutan yang ada (Todaro, 2009).
Sejak Banten terpisah dari Provinsi Jawa Barat dan menjadi provinsi pada
tahun 2000, cukup banyak perubahan di wilayah Banten. Sebagai provinsi yang
baru, maka Banten dituntut untuk mandiri, sehingga perlu mengembangkan
potensi-potensi yang sudah ada. Pengembangan potensi sumber daya alam (SDA),
dan sumber daya manusia (SDM) diharapkan mampu mengatasi isu-isu ekonomi
yang saat ini sedang berkembang.
Grafik 1.1 berikut ini menunjukan data pertumbuhan ekonomi selama
kurun waktu tahun 2001-2012. Tahun 2001-2006 perekonomian Banten telah
tumbuh dengan cukup menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi diharapkan
memberikan dampak yang positif, terutama untuk menciptakan lapangan
pekerjaan baru dan mengurangi tingkat pengangguran. Secara berturut-turut
pertumbuhan ekonomi Banten dari tahun 2001 2006 (persen) adalah, 3,95; 4,11;
5,07; 5,63 ; 5,88 dan 5,53. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Banten di tahun
2006 terutama karena adanya sektor ekonomi yang tumbuh lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Sama halnya dengan perekonomian yang
menembus level baru, pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2007 juga
menembus nilai baru. Sejak tahun 2000 hingga 2006, pertumbuhan ekonomi
Banten selalu berada di bawah angka 6 persen, akan tetapi pada tahun 2007 untuk
pertama kalinya pertumbuhan ekonomi Banten melewati angka 6 persen
meskipun tidak begitu jauh yaitu hanya 6,04 persen. Pertumbuhan ekonomi
Banten mengalami fluktuasi pada tahun 2009 secara riil, ekonomi Banten pada
tahun 2009 tumbuh sebesar 4,69 persen, melambat bila dibandingkan dengan
tahun 2008 yang tumbuh sebesar 5,77 persen, karena adanya krisis ekonomi
global, namun hal ini tidak berlangsung lama dikarenakan ketahanan Banten
dengan krisis tercermin pada tahun selanjutnya dimana pertumbuhan ekonomi
kembali mengalami peningkatan. pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Banten
tumbuh sebesar 6,08 persen, tahun 2011 sebesar 6,39 dan tahun 2012 sebesar 6,14

Grafik 1.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten 2001-2012

Pada Grafik 1.1 di atas diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi terus
mengalami kenaikan, hal ini menunjukan kondisi perekonomian Banten yang
terus mengalami peningkatan di tiap tahunnya, namun pertumbuhan ekonomi
Banten sempat mengalami kenaikan yang tidak terlalu tinggi yakni ketika tahun
2009 disebabkan krisis global yang terjadi pada tahun tersebut, namun krisis
tersebut tidak terjadi lama namun penurunan pada tahun tersebut berdampak
apada penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,12%. Meskipun pertumbuhan
ekonomi Banten selalu mengalami tren kenaikan dari tahun 2001-2012 hal
3.95
4.11
5.07
5.63
5.88
5.57
6.04
5.81
4.69
6.08
6.39
6.14
0
1
2
3
4
5
6
7
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
pertumbuhan ekonomi
tersebut masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan Provinsi yang dekat
dengan Banten yaitu DKI Jakarta atau Provinsi lain yang ada di Pulau Jawa. Tabel
1.1 menunjukan keadaan pertumbuhan ekonomi Provinsi di Pulau Jawa kurun
waktu 2007-2012.
Table 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa 2007-2012


Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi (%) Rata Rata
Pertumbuhan
(%)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jawa Timur 6,11 5,90 5.01 6.68 7.22 7.27 6,36
DKI Jakarta 6,44 6,19 5.02 6.50 6.73 6.53 6,23
Jawa Barat 6,41 5,83 4.19 6.20 6.48 6.21 5,88
Banten 6,04 5,81 4.69

6.08 6.39 6.15 5,82
Jawa Tengah 5,59 5,45 5.14 5.84 6.01 6.34 5,73
DIY 4,31 5,01 4.43 4.88 5.16 5.32 4,85

Dilihat dari tabel 1.1 rata-rata pertumbuhan ekonomi Banten tahun 2007-
2008 berada di posisi ke 4 dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 5,82%.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi dimiliki oleh Jawa Timur sebesar 6,36%
kemudian disusul oleh Jakarta dan Jawa Barat dengan nilai rata-rata pertumbuhan
sebesar 6,23% dan 5,88%. Pertumbuhan ekonomi terendah setelah Banten
dimiliki oleh Jawa Tengah dan DIY dengan masing-masing nilai rata-rata
pertumbuhan sebesar 5,73% dan 4,85%.
Provinsi Banten terdiri atas 8 kabupaten/kota yang memiliki perbedaan
latar belakang antar wilayah. Perbedaan ini berupa perbedaan karekteristik sosial,
alam, ekonomi dan sumber daya alam. Perbedaan tersebut dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dibeberapa wilayah. Pada dasarnya proses pembangunan
ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Banten, dapat dilihat dari segi
pertumbuhan ekonominya maupun dari kontribusi sektor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi tersebut. Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kontribusi
kabupaten/kota dalam laju PDRB Provinsi Banten pada tahun 2005-2012.
Tabel 1.2
Laju PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000
(%)
Kabupaten/kota 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kab. Pandeglang 5,84 3,29 4,48 4,29 5,43 7,16 5,25 5,62
Kab. Lebak 3,74 3,15 4,90 4,06 5,18 6,69 5,57 5,01
Kab. Tangerang 7,32 6,88 6,61 6,17 5,29 6,33 6,72 6,22
Kab. Serang 4,39 4,82 5,12 4,41 3,18 4,58 5,18 5,10
Kota Cilegon 6,23 5,64 5,53 5,13 5,08 5,30 6,55 6,82
Kota Tangerang 6,89 6,85 6,86 6,37 5,74 6,68 6,84 6,41
Banten 5,88 5,57 6,04 5,81 4,69 6,08 6,39 6,15
Sumber : Banten Dalam Angka 2005-2012
Produk Domestik Regional Bruto Pemerintahan Kabupaten/Kota di Indonesia

Besarnya kontribusi untuk masing-masing kabupaten/kota di Provinsi
Banten sangat beragam dimana hampir semua di wilayah mengalami nilai yang
fluktuatif pada laju PDRB, pada tahun 2009 pertumbuhan laju PDRB Kabupaten
Pandeglang tumbuh sebesar 5,43% hal ini mengalami kenaikan sebesar 1,14%
dari tahun 2008, Kabupaten Lebak tumbuh sebesar 5,18% dan mengalami
kenaikan sebesar 1,12%, kemudian Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang
mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 0,88% dan
1,23%, hal ini disebabkan sudah terbentuknya Kota Serang dan Kota Tangerang
Selatan. Dimana Kota Serang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten
Serang dan Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah pemekaran dari
Kabupaten Tangerang.
Secara teoritis menurunnya tingkat pengangguran maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, jika daya beli masyarakat berkurang
disebabkan karena adanya pengangguran, maka permintaan terhadap barang-
barang produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan
Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru.
Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi pun
tidak akan terpacu.
Pengangguran merupakan salah satu masalah yang dihadapi negara
berkembang, tetapi juga negara maju. Keadaan di negara-negara berkembang
dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang
telah tercipta tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang lebih cepat
daripada pertambahan penduduk. Oleh karenanya masalah pengangguran yang
mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin serius. Jika tingkat pengangguran
tinggi, maka sumber daya akan terbuang percuma dan tingkat pendapatan
masyarakat menurun. Dalam situasi seperti ini keluasan ekonomi akan
berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga sehari-hari
(Paul A Samuelson)
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan
efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan, pembangunan
ekonomi, dan menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Tabel 1.3 berikut akan menunjukan tingkat pengangguran terbuka yang
terdapat di kabupaten/kota provinsi banten. Dilihat dari tabel 1.3 dalam kurun
waktu 2007-2012 tingkat pengangguran terbuka Provinsi Banten selalu
mengalami tren penurunan dengan penurunan sebesar %. Tetapi Tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Banten lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat pengangguran terbuka secara nasional. Ini kontradiktif dengan kenyataan
bahwa Provinsi Banten merupakan daerah industri tetapi tingkat pengangguran
tinggi. Ini disebabkan oleh sebagian besar industri di Provinsi Banten bersifat
padat modal dan bukan padat karya sehingga tidak banyak menyerap tenaga kerja.
Tingkat pengangguran yang tinggi di Provinsi Banten dipengaruhi juga oleh
tingginya arus urbanisasi ke Provinsi Banten sehingga menambah jumlah
pengangguran. Di samping itu, penduduk Banten banyak yang tidak dapat bekerja
pada industri di Banten karena kepandaian dan keterampilannya kurang sesuai
dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri.
Tabel 1.3
Tingkat Pengangguran Kabupaten/Kota Provinsi Banten
Dalam (%)
Kabupaten/kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kab. Pandeglang 11,13 10,98 11,34 11,32 9.30
Kab. Lebak 10,68 13,42 13,35 12,10 9.07
Kab. Tangerang 15,23 15,86 14,01 14,42 11.46
Kab. Serang 17,1 16,49 14,45 16,19 13,29 12,96
Kota Cilegon 18,65 18,26 19,84 13,14 11,31
Kota Tangerang 18,62 15,57 14,09 12,89 8,31
Banten 15,18 14,97 13,68 13,06 10,13
Nasional 9,75 8,61 8,14 7,41 6,56
Sumber : Banten dalam angka 2007-2012

Diliat dari tabel 1.3 Pada tahun 2008-2010 Kota Cilegon menduduki
tingkat pertama yang memiliki jumlah tingkat pengangguran yang lebih besar dan
disusul oleh Kota Tangerang dibandingkan dengan kabupaten/kota di Provinsi
Banten. Sedangkan sedangkan pandeglang memiliki jumlah tingkat pengangguran
terbuka lebih kecil dibandingkan kabupaten lainnya. Tahun 2012 tingkat
pengangguran kabupaten/kota Provinsi Banten cenderung mengalami penurunan
yang signifikan, kabupaten pandeglang mengalami penurunan sebesar 2,02%
dibanding tahun sebelumnya, kabupaten lebak mengalami penurunan sebesar
3,03%, kabupaten tangerang mengalami penurunan sebesar 2,96%, kabupaten
serang sebesar 0,33%, kota cilegon sebesar 1,83% dan kota tangerang sebesar
4,58%.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005) ada empat faktor sebagai
sumber pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah (1) sumberdaya
manusia, (2) sumberdaya alam, (3) pembentukan modal, dan (4)
teknologi. Pengeluaran pemerintah berperan dalam pembentukan modal melalui
pengeluaran pemerintah di berbagai bidang seperti sarana dan prasarana.
Pembentukan modal di bidang sarana dan prasarana ini umumnya menjadi social
overhead capital (SOC) yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. SOC
ini sangat penting karena pihak swasta tidak akan mau menyediakan berbagai
fasilitas publik, namun tanpa adanya fasilitas publik ini maka pihak swasta tidak
berminat untuk menanamkan modalnya. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan akan terdorong naik dengan adanya berbagai fasilitas publik.
Kebijakan pengeluaran pemerintah dituangkan dalam APBD. Kebijakan
pengeluaran pemerintah daerah dalam APBD tercermin dari total belanja
pemerintah yang dialokasikan dalam anggaran daerah. Pengeluaran pemerintah
yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah
yang proposional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran
pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Tetapi pada
umumnya pengeluaran pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan,
karena pada dasarnya pengeluaran pemerintah ditujukan untuk membiayai suatu
kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam
meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Salah satu indikator dalam melihat pembangunan daerah dapat dikaji dari
realisasi pengeluaran pemerintah daerah yang terdiri dari pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja
barang dan belanja operasional lainnya. Sementara pengeluaran pembangunan
terdiri dari pengeluaran untuk sarana dan prasarana fisik. Tabel 1.4 menunjukan
realisasi pengeluaran pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Banten, dimana pada
tahun 2012 Kabupaten Tangerang menjadi daerah dengan pengeluaran pemerintah
terbesar dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya yaitu sebesar 2,4 triliun rupiah,
disusul oleh Kota Tangerang sebesar 2,09 Triliun rupiah, Kabupaten Serang
sebesar 1,5 triliun rupiah, Kabupaten Pandeglang sebesar 1,249 triliun rupiah,
Kabupaten Lebak 1,248 triliun rupiah dan Kota Cilegon menjadi Kota dengan
pengeluaran pemerintah terkecil dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya yaitu
hanya sebesar 952 milyar rupiah.
Tabel 1.4
Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Banten
Tahun 2009-2012
Rp. (000)
Kabupaten/kota 2009 2010 2011 2012
Kab. Pandeglang 831.652.824 974.425.322 1.262.427.249 1.249.969.394
Kab. Lebak 893.060.348 1.002.860.679 1.287.670.738 1.248.211.467
Kab. Tangerang 2.493.632.620 2.446.112.991 2.523.368.887 2.406.051.966
Kab. Serang 1.053.218.496 1.114.427.025 1.439.526.764 1.520.351.594
Kota Cilegon 642.865.603 701.310.753 879.806.205 952.525.751
Kota Tangerang 1.491.510.257 1.705.638.636 2.134.769.405 2.091.768.709
Banten

Menurut Richard Armey (1995) hubungan antara porsi pengeluaran
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menyerupai huruf U yang terbalik
atau inverted U-curve, dimana pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat
seiring peningkatan pada porsi pengeluaran pemerintah dan setelah suatu saat
mencapai titik jenuh, pertumbuhan ekonomi akan menurun terus dengan makin
membesarnya porsi pengeluaran pemerintah. Menurutnya, hal ini terjadi karena
porsi pengeluaran pemerintah mempunyai dua pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi, yaitu peningkatan pajak akan mengurangi pertumbuhan ekonomi dan
pemerintah akan meningkatkan marginal productivity of capital atau setiap
tambahan belanja modal pemerintah akan meningkatkan produktivitas dari
akumulasi modal yang ada.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis ingin
melakukan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten
1.2 Rumusan Masalah
Pelaksanaan pembangunan di provinsi ditujukan untuk mewujudkan
pertumbuhan daerah. Dalam upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah
diperlukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah
antara lain faktor pengangguran dan pengeluaran pemerintah. Tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Banten lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat
pengangguran terbuka secara nasional. Pengangguran merupakan faktor negatif
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Berkurangnya
pengangguran akan mendorong terjadinya peningkatan produktifitas dan akan
memacu pertumbuhan ekonomi. Jika meningkatnya pengangguran maka akan
menurunkan tingkat produktifitas suatu daerah dan akan berdampak negatif bagi
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Menurut Keynes, pengeluaran pemerintah
sangat diharapkan dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi suatu
Negara. Melalui pengeluarannya, pemerintah melakukan intervensi terhadap
perekonomian nasional dengan tujuan untuk meningkatkan PDB, menciptakan
lapangan pekerjaan, meningkatkan pengangguran dan meningkatkan pendapatan
masyarakat dan hal itu akan memacu meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Dari penjelasan sebelumnya maka pertanyaan peneliti adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka dan pengeluaran
pemerintah secara individu terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten/Kota Provinsi Banten ?
2. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka dan pengeluaran
pemerintah secara bersama sama terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten/Kota Provinsi Banten ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka dapat
disumpulkan tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis besarnya pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Banten.
2. Menganalisis besarnya pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Banten.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
a. Hasil Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan bagi peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
b. Sebagai penerapan ilmu dan teori-teori yang didapatkan selama menempuh
pendidikan program sarjana dan membandingkan dengan kenyataan yang ada
dilapangan.
c. Secara umum penelitian ini diharapakan menambah khasanah ilmu ekonomi
khususnya ekonomi pembangunan. manfaat khususnya bagi ilmu pengetahuan
yakni dapat melengkapi kajian mengenai pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten.

1.4.2 Manfaat Praktis (Guna Laksana)
a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai salah satu acuan untuk
melakukan penelitian berikutnya.
b. Penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi lembaga-lembaga terkait
sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan
pertumbuhan ekonomi secara regional.
c. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak yang
berkepentingan dengan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai