Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan anugerah-Nya sehingga penyusunan Perkembangan Ekonomi dan
Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan laporan triwulanan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak
ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan ekonomi
regional.
Berpijak pada momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI)
yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai
economic intelligent and research unit yang diharapkan mampu memberikan
informasi ekonomi dan keuangan daerah yang lebih akurat, menyeluruh, dan
terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan
dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi
ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi
Regional Provinsi Gorontalo, yang berisi kajian dan analisis meliputi tingkat
inflasi, PDRB, dan kinerja perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan
daerah secara triwulanan.
Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan
kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami
ucapkan terima kasih.
Jeffrey Kairupan
Pemimpin
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................
1
2
RINGKASAN EKSEKUTIF.......................................................................................
23
24
26
26
2.2. Net
Interest
Margin
(NIM) .........................................................................................................45
2.3. Rasio
BOPO .................................................................................................................46
2.4. Return
on
Asset
(ROA) .........................................................................................................46
2.5. Sensitivitas
Resiko
Pasar .........................................................................................................47
3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ...............................................
49
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH.....................................................
51
1. Alokasi Keuangan Daerah Gorontalo...............................................................
52
2. Perkembangan Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi .....................................
52
2.1.
Pendapatan
Daerah ............................................................................................................
52
2.2.
Belanja
Daerah ........................................................................................................... .
54
2.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang
Beredar ..........................................................................................................
55
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ..................................................
1. Perkembangan Aliran Uang Kartal.................................................................
2. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo....................................................
BAB 6 KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
60
1. Pengangguran
61
2. Kemiskinan.....
62
3. Rasio
Gini ................................................................................................................
........
63
4. IPM
(Index
Pembangunan
Manusia)
.................................................................................
64
BAB 7 PROSPEK
66
1. Outlook
PEREKONOMIAN
Kondisi
Makro
DAERAH
ekonomi
Regional
67
1.1. Prospek
Penawaran
Agregat......................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
67
56
57
58
1.2. Prospek
Permintaan
Agregat.....................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
68
2. Outlook
Inflasi
68
3. Prospek
Perbankan .....................................................................................................
.....
69
LAMPIRAN........................................................................................................................
DAFTAR ISTILAH...............................................................................................................
70
75
RINGKASAN EKSEKUTIF
1.
Dari sisi
permintaan,
pertumbuhan
ekonomi Gorontalo
terutama didorong
oleh kegiatan
konsumsi
khususnya
konsumsi
pemerintah dan
investasi.
Di sisi penawaran,
sebagian besar
sektor ekonomi di
Gorontalo tumbuh
positif, kecuali
sektor listri, gas dan
air bersih yang
mengalami
perlambatan.
Seiring
meningkatnya
Gorontalo,
dengan
ekspor,
yaitu
kenaikan
kinerja
sektor
tiga
laju
sektor
pertambangan
konsumsi
dan
ekonomi
di
dan
penggalian,
restoran
yang
pada
triwulan
laporan
mengalami
PERKEMBANGAN INFLASI
Laju perubahan harga
di Gorontalo secara
tahunan mengalami
inflasi 9,20%.
disebabkan
oleh
meningkatnya
permintaan
dan
rokok
kretek.
Sedangkan
komoditas
yang
secara
bulanan,
terjadi
deflasi
pada
salah
satu
penurunan
pemerintah.
Kebijakan
harga
ini
BBM
yang
dilakukan
ditetapkan
untuk
oleh
merespon
Penyaluran kredit
berdasarkan bank
pelapor mengalami
pertumbuhan yang
positif
Penyaluran
kredit
berdasarkan
bank
pelapor
mengalami
sebaliknya
untuk
jenis
kredit
investasi
mengalami
mengalami
penurunan
yang
cukup
signifikan
10
akhir
memberikan
triwulan
kontribusi
laporan
bagi
sedikit
pertumbuhan
banyak
telah
perekonomian
terhadap
perkembangan
uang
beredar
di
11
miliar
III-2008
menjadi
0,43%
pada
triwulan
laporan,
Kesejahteraan Masyarakat
Jumlah angkatan
kerja (berusia 15
tahun ke atas) di
Gorontalo pada
bulan Agustus 2008
tercatat sebanyak
429.384 orang.
Persentase
penduduk miskin di
tahun 2008 sebesar
24.88%
12
sebesar
24,88%
atau
mengalami
penurunan
strukturnya,
oleh
20%
persentase
penduduk
pendapatan
berpenghasilan
yang
tertinggi
Index
Pembangunan
Manusia
(IPM)
Provinsi
Perekonomian
Gorontalo triwulan
IV-2008
diperkirakan
tumbuh 7,5% 8,3% (yoy).
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2009 diperkirakan
akan
tumbuh
sebesar
7,84%
dimana
konsumsi
masih
pada
triwulan
mendatang
diwarnai
oleh
13
pada sektor
pertanian.
Di sisi
permintaan,didoron
g oleh kinerja
sektor konsumsi,
baik pemerintah
maupun rumah
tangga.
dari
diperkirakan
masih
sisi
akan
permintaan,
di
dorong
pendorong
oleh
utama
kinerja
sektor
Pertumbuhan
konsumsi
rumah
tangga
Inflasi Gorontalo
pada triwulan
mendatang berada
pada kisaran 6,57,8%.
akan
mengalami
penurunan
dibandingkan
di
tingkat
internasional
yang
pada
akhirnya
memadai.
Dalam
tahun
2009,
walaupun
rasio
global
meningkat.
14
maka
diperkirakan
NPL
akan
cenderung
BAB 1
KONDISI MAKRO
EKONOMI REGIONAL
15
Tekanan
terhadap
ekspor bertambah
secara
16
Citigroup, kembali berjatuhan. Indeks saham Dow Jones mendekati level 7500,
yang merupakan level terendah sejak 2002. Dari
Tekanan
inflasi
mulai
dirasakan
mereda.
Perkembangan
eksternal
dan
17
18
Grafik I.1
Pertumbuhan Perekonomian Gorontalo (%)
kegiatan
investasi
juga
mengalami
peningkatan
cukup
signifikan
Jasa-jasa
mengalami
pertumbuhan
yang
cukup
tinggi
sehingga
19
1. SISI PERMINTAAN
Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh 7,55%
(y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 7,25%. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo didorong oleh
meningkatnya kegiatan konsumsi pemerintah dan investasi
Tabel I.2.
Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Prov.Gorontalo Dari Sisi Permintaan (%)
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
***) Angka sangat sementara sekali
Sumber : BPS Gorontalo
Tabel l.3.
Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Gorontalo (%)
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
***) Angka sangat sementara sekali
Sumber : BPS Gorontalo
1.1. Konsumsi
Konsumsi pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh 14,14% (y.oy), lebih
rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun periode yang
sama tahun sebelumnya. Menurunnya kegiatan konsumsi ini diperkirakan
sebagai akibat masyarakat menahan konsumsi dan meningkatkan tabungan.
20
Hal ini tercermin dari jumlah DPK perbankan di Gorontalo yang hingga
Desember 2008 telah mencapai jumlah Rp1.773 Triliun atau meningkat
13,12% (y.o.y). Namun demikian kegiatan konsumsi rumah tangga masih tetap
tumbuh positif selama triwulan laporan yaitu sebesar 4,34% (y.o.y) dengan
kontribusi sebesar 3,47%. Peningkatan konsumsi rumah tangga ini terutama
didorong oleh konsumsi non makanan. Sementara itu pertumbuhan konsumsi
pemerintah mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi 26,70% (y.o.y)
dengan kontribusi sebesar 16,68%, hal ini disebabkan kenaikan belanja
operasional
pemerintah
yang
mengalami
kenaikan
Rp76,30
miliar
pemerintah
mengalami
pertumbuhan
yang
signifikan
apabila
Standard
Industrial
Classification)
yaitu
pengelompokkan
Grafik I.3
Realisasi Nilai Ekspor Komoditas Non21
Migas
Prov. Gorontalo Menurut Kelompok Negara Tujuan
(USD)
manufaktur. Disisi lain, nilai ekspor sektor pertanian dan perikanan dengan sub
sektor industri hasil hutan dan kegiatan lain yang berhubungan, mengalami
peningkatan 165,59% atau sebesar USD 68.362.
dengan jumlah cukup besar, yakni Pakistan, sebesar 22,77% dari total ekspor
Gorontalo dengan nilai sebesar USD 231.500. Dengan adanya diversifikasi
pasar ekspor ini diharapkan dampak krisis moneter tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja ekspor Gorontalo.
2. SISI PENAWARAN
Respon di sisi penawaran ditandai oleh tumbuh positifnya sebagian besar
sektor ekonomi di Gorontalo, dengan laju pertumbuhan tertinggi dialami oleh
22
sedangkan sektor
listrik, gas dan air bersih mengalami kontraksi sebesar 0,71%. Berdasarkan
kontribusinya, sektor pertanian
terhadap laju
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
***) Angka sangat sementara
sekali
Sumber : BPS Gorontalo, diolah
Tabel I.8
Kontribusi Masing-Masing Sektor
Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo
23
tahun 2008, sebesar 7,52% (y.o.y), lebih tinggi bila dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,94% (y.o.y).
Berdasarkan komponen pembentuknya pertumbuhan sektor ini terutama
disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan
(y.o.y), sub sektor peternakan 0,45% (y.o.y) dan sub sektor perikanan sebesar
0,32% (y.o.y) terhadap laju pertumbuhan sektor pertanian secara umumnya.
Desember
2008
sebesar
Rp86,39
miliar,
lebih
tinggi
umum
sebesar
0,15%.
Berdasarkan
komponen
pembentuknya,
24
dengan
2008
sebesar
Rp2,94
miliar,
lebih
rendah
2008
sebesar Rp29,12 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar Rp31,52 miliar
2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Setelah pada periode sebelumnya nilai tambah sektor listrik, gas dan air bersih
mengalami perlambatan, pada triwulan IV-2008 sektor ini juga mengalami
pertumbuhan negatif sebesar
dan air bersih terutama didorong oleh penurunan kinerja sub sektor listrik
dengan pertumbuhan negatif sebesar 3,57%. Sementara sub sektor air bersih
mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,38%.
25
tahun
oleh
subsektor
Perdagangan
besar
dan
eceran
dengan
26
pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya
yang
tercatat
8,33%
dengan
sumbangan
sebesar
0,92%.
0,63%.
Sementara
itu,
berdasarkan
komponen
pembentuknya,
disumbangkan
oleh
subsektor
Pemerintahan
umum
dengan
27
struktur
perekonomian
daerah
tersebut.
Percepatan
laju
bagian wilayah (Gorontalo) terhadap kontribusi sektor yang sama dalam satu
Hasil Perhitungan LQ Provinsi Gorontalo , Sulawesi Utara dan
28
29
BAB 2
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH
30
INFLASI
Secara
tahunan
laju
inflasi
kota
Gorontalo
selama
triwulan
IV-2008
Sementara
inflasi
tahunan
pada
triwulan
Grafik II.1
Inflasi
Tahunan
(y.o.y)(y.o.y)
yaitu dari
12,66%
IV-2008
cenderung
(y.o.y) pada bulan November, dan terus menurun hingga mencapai angka
9,20% (y.o.y) pada bulan Desember 2008.
31
Dibandingkan dengan pola inflasi nasional, terlihat bahwa pola inflasi kota
Gorontalo pada triwulan IV-2008 menunjukkan arah yang sama. Pola inflasi
nasional,
seperti
halnya
pola
inflasi
Gorontalo,
cenderung
mengalami
penurunan yaitu jika pada awal triwulan IV - 2008 inflasi nasional berada pada
angka 11,77%, maka pada bulan November dan Desember terus mengalami
penurunan menjadi masing-masing pada angka 11,68% dan 11,06%.
Sumber tekanan inflasi di Gorontalo disebabkan karena harga yang belum
stabil khususnya komoditi yang dipasok dari luar Gorontalo, dimana kendala
jarak dan waktu sering berakibat pada fluktuasi harga.
Tabel II.1
Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)
32
data
inflasi
terakhir
bulan
Desember,
kelompok
yang
Kelompok
perumahan,
air,
listrik,
gas
dan
bahan
bakar
menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, yaitu jika pada tahun 2007
angka inflasi sebesar 1,70% (y.o.y), maka pada tahun 2008 angka inflasi
meningkat menjadi 14,02% (y.o.y). Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa
kali perubahan kebijakan harga BBM dan gas yang ditetapkan pemerintah
pada akhir tahun 2008. Sementara itu, kelompok yang menunjukkan adanya
penurunan angka inflasi adalah kelompok bahan makanan, kelompok sandang,
kelompok kesehatan, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
Penurunan angka inflasi terbesar pada kelompok Bahan makanan, jika pada
tahun 2007 angka inflasi kota Gorontalo sebesar 13,09 (y.o.y), maka pada
tahun 2008 angka inflasi menurun hingga mencapai 8,56% (y.o.y). Kondisi ini
merupakan
dampak
tidak
langsung dari
khususnya untuk pasokan barang dan bahan makanan dari luar Gorontalo.
33
34
halnya dengan kondisi inflasi tahun 2008. Pada tahun 2007 tingkat inflasi
bulanan kota Gorontalo menunjukkan peningkatan dari 0,19% (m.t.m) pada
bulan Oktober, meningkat menjadi 0,79% (m.t.m) pada bulan November, dan
terus mengalami peningkatan hingga akhir periode mencapai 3,50% (m.t.m).
Sementara pola yang terjadi pada tahun 2008 cenderung berfluktuasi, jika
pada bulan Oktober angka inflasi bulanan kota Gorontalo sebesar 0,22%
(m.t.m), maka pada bulan November mengalami penurunan bahkan deflasi
sebesar 0,09% (m.t.m) dan kembali mengalami inflasi di akhir periode sebesar
0,03% (m.t.m).
Dibandingkan dengan pola inflasi nasional, terlihat bahwa pola inflasi
Gorontalo pada awal periode laporan cenderung memiliki arah yang sama.
Terlihat adanya penurunan angka inflasi nasional dari awal triwulan IV-2008
sebesar 0,45% (m.t.m), yang terus menurun hingga mencapai 0,12%(m.t.m)
pada bulan November. Namun, berbeda dengan angka inflasi Gorontalo yang
kembali mengalami peningkatan pada akhir triwulan, angka inflasi nasional
pada akhir triwulan justru semakin menurun hingga terjadi deflasi sebesar
0,04% (m.t.m). Hal ini terjadi karena penurunan harga BBM berdampak lebih
luas dalam skala nasional. Beberapa sektor yang terkena dampak langsung
penurunan harga ini adalah transportasi dan produksi.
Tabel II.2
Kelompok Barang dan Jasa (m.t.m)
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka inflasi bulanan tertinggi pada
triwulan IV - 2008 adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
35
tembakau sebesar 2,11% (m.t.m). Namun demikian, angka ini masih lebih
rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai
9,49%
(m.t.m) pada kelompok Bahan makanan. Sementara itu, deflasi tertinggi tahun
2008 terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu
sebesar 2,40% (m.t.m). Angka ini jauh lebih tinggi dibanding deflasi yang
terjadi pada tahun lalu sebesar 0,02% (m.t.m) pada kelompok Sandang.
Angka deflasi pada bulan Desember 2008 ini merupakan deflasi tertinggi
sepanjang tahun 2008. Terjadinya deflasi dipicu oleh adanya kebijakan
penurunan harga BBM yang diterapkan pemerintah pada akhir tahun 2008.
Penurunan harga BBM ini berdampak langsung terhadap biaya untuk sektor
transportasi.
0,35%
(m.t.m).
Penurunan
terbesar
terjadi
pada
kelompok
Pada bulan November 2008 terjadi penurunan harga secara umum atau deflasi
di kota Gorontalo hingga 0.09% (m.t.m). Berbeda dengan bulan lalu yang
36
justru mengalami inflasi sebesar 0.22% (m.t.m), atau terjadi penurunan indeks
dari 113,46 pada Oktober 2008 menjadi 113,36 pada November 2008. Pada
periode ini, sebagian besar kota di kawasan timur Indonesia mengalami
deflasi. Dari 14 (empat belas) kota yang disurvey, hanya dua kota yang
mengalami kondisi inflasi yaitu Palopo dan Mamuju, sementara Gorontalo dan
kota lainnya mengalami deflasi. Namun jika dibandingkan dengan kota lainnya,
tingkat deflasi Gorontalo merupakan yang paling rendah.
Deflasi Kota Gorontalo terjadi karena adanya penurunan harga pada kelompok
bahan
makanan
mengalami
sebesar
kenaikan
dan
-1,57%.
dua
Sedangkan
kelompok
empat
tidak
kelompok
mengalami
lainnya
perubahan.
Tahun 2008 di kota Gorontalo ditutup dengan laju inflasi sebesar 0.03%
(m.t.m), meningkat dibandingkan bulan lalu yang justru mengalami deflasi
0.09%(m.t.m). Inflasi terjadi pada sebagian besar kelompok barang/jasa.
Kelompok yang menunjukkan adanya penurunan harga atau deflasi adalah
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, dengan angka 2,4%
(m.t.m). Tingginya angka deflasi dari kelompok ini terjadi karena adanya
kebijakan penurunan harga BBM yang diterapkan pemerintah di akhir tahun
2008 yang berdampak langung terhadap sektor transportasi. Komoditas yang
dominan memberi sumbangan deflasi adalah bensin sebesar 0,35% (m.t.m).
Sementara itu, angka inflasi bulanan tertinggi di kota Gorontalo berasal dari
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 2,11%
37
(m.t.m). Sub kelompok yang mengalami inflasi yaitu: sub kelompok minuman
yang tidak beralkohol sebesar 3,73% (m.t.m) dan sub kelompok tembakau dan
minuman beralkohol 3,58% (m.t.m), dengan sumbangan inflasi terbesar
berasal dari rokok kretek filter sebesar 0,13% (m.t.m).
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Desember
2008 antara
lain: layang, cabe rawit, tomat sayur, rokok kretek filter, gula
pasir, cakalang, beras, tongkol, pisang, cabe merah dan rokok kretek.
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain : bahan
agar-agar, saus tomat, soun, jahe, solar, wortel, sawi hijau, lada/merica, udang
basah, teri, ketimun, kelapa, semen, bayam, kemiri, telur ayam ras, kacang
panjang, terong panjang, ekor kuning, tude, kangkung, dan bensin.
38
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
;;;;;;;
BAB 3
PERKEMBANGAN
PERBANKAN DAERAH
39
2008
secara
garis
besar
Gorontalo
sampai dengan
menunjukan
bulan
perkembangan
yang
oleh
perbankan.
Sementara
itu
jika
dibandingkan
dengan
1. FUNGSI INTERMEDIASI
1.1. Respon Perbankan Gorontalo Terhadap Kebijakan Moneter
40
gejolak
tersebut,
kondisi
perbankan
Indonesia
secara
Namun,
perbankan
terlihat
mulai
berhati-hati
dalam
41
tingkat suku bunga kredit investasi sebesar 15,43% per tahun, dan
tingkat suku bunga kredit modal kerja sebesar 17,08% per tahun.
pangsanya,
penempatan
dana
dalam
sistem
perbankan
42
swasta
di
Manado
dalam
menjaring
nasabah
baru.
12,01%
(y.o.y).
Komposisi
kepemilikan
dana
swasta
dan
milik
swasta
yang
berhasil
dihimpun
oleh
perbankan
43
Grafik III.3
Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank
Penghimpun (Rp.Miliar)
44
Grafik III.4
Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Persen)
Tabel III.2
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Persen)
umum,
dibanding
triwulan
yang
sama
tahun
sebelumnya
Gorontalo
terus
meningkatkan
penyaluran
kredit
ke
45
46
47
Grafik III.7
Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor
Ekonomi (Rp.Miliar)
48
Komposisi penyaluran kredit berdasarkan kelompok bank, hingga saat ini bank
umum milik pemerintah masih terus mendominasi penyaluran kredit di
Gorontalo dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank
pemerintah berhasil menyalurkan kredit hingga triwulan laporan mencapai
Rp1.853
miliar
dengan
pangsa
mencapai
sekitar
91,81%
sedangkan
selebihnya disalurkan oleh kelompok bank swasta dan BPR (data bulan
November) yang tercatat masing-masing sebesar Rp150 miliar dan Rp15 miliar
atau pangsa pasar mencapai 7,44% dan 0,75%. Di samping itu kelompok bank
pemerintah juga mencatat pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi
yaitu sebesar 41,23% (y.o.y) dibandingkan kelompok bank swasta yang hanya
mencatat pertumbuhan sebesar 13,03% (y.o.y).
Grafik III.8
Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
(Rp.Miliar)
49
kredit
di
kota
Gorontalo
lebih
tinggi
dibandingkan
kabupaten Gorontalo.
Grafik III.9
Komposisi Kredit Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Persen)
Grafik III.10
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Persen)
50
Grafik III.12
Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor
dan Lokasi Proyek (Rp.Miliar)
51
maka
kredit
menurut
jenis
penggunaan
mengalami
52
selanjutnya diikuti oleh kredit sektor PHR yang menyerap kredit sebesar
Rp618 miliar atau tumbuh 30,65% (y.o.y). Relatif tingginya penyerapan
kredit di sektor PHR sejalan dengan dominasi sektor ini sebagai salah satu
penyumbang
pertumbuhan
ekonomi
daerah.
Berdasarkan
Grafik III.13
Penyaluran Kredit Lokasi Proyek
Berdasarkan Sektor Ekonomi (Persen)
Grafik III.14
Penyaluran Kredit Lokasi Proyek
Berdasarkan Kota/Kabupaten (Persen)
53
Grafik III.15
Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Rp.Miliar)
Grafik III.16
Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (Rp.Miliar)
54
Grafik III.18
Distribusi Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota
(Persen)
2. RISIKO KREDIT
1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan
IV2008 memperlihatkan penurunan yang signifikan baik dibandingkan
triwulan
sebelumnya
maupun
pada
periode
yang
sama
tahun
55
terkait
kemampuan
bank
dalam
menghasilkan
laba.
56
Grafik III.20
Net Interest Margin Bank Umum
(Rp.Juta)
57
Grafik III.21
Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Bank
Umum
on
kemampuan
Asset
bank
(ROA)
untuk
merupakan
suatu
menghasilkan
rasio
laba
yang
dengan
mengukur
asset
yang
dibandingkan
kemampuan
bank
untuk
menghasilkan
laba.
58
59
Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban,
dan rekening administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai
tukar baik aktivitas fungsional tertentu maupun aktivitas bank secara
keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap position suku bunga
maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position maka
semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan
peraturan gap yang sesuai dengan strategi yang diambil yaitu dengan
mempertimbangkan perkiraan arah suku bunga (interest rate forecast),
tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud (degree
of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang diambil (risk appetite).
Portofolio interest
instrument
perbankan
di Gorontalo
(maturity) dan karakteristik
suku
bunga bank
(floating
atau fixed).
60
Memperhatikan
kondisi
assets
dan
liabilities
perbankan
Gorontalo
sepanjang triwulan IV tahun 2008 berada pada kondisi positif gap, dimana
RSA > RSL. Apabila diasumsikan pada triwulan mendatang terjadi
penurunan suku bunga (BI Rate) berkenaan dengan berkurangnya
tekanan inflasi dan semakin membaiknya indikator makroekonomi,
diperkirakan bank akan merespon dengan menurunkan tingkat suku
bunga dari dana yang berhasil dihimpunnya (dengan asumsi struktur
pendanaan bank dalam keadaan yang normal), sehingga pendapatan
bank akan naik karena penurunan interest expense lebih besar dari pada
penurunan interest income.
61
dengan perbaikan kualitas kredit (NPL) namun yang masih tetap berada
jauh di atas batas toleransi BI sebesar 5%.
Tabel III.4
Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Di Gorontalo (Rp.Juta)
Pada triwulan IV-2008, total asset BPR di Gorontalo tercatat Rp20,77 miliar,
tumbuh negatif 9,38% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun turun sebesar
20,99% (y.o.y) menjadi Rp7,08 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar
DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa 54,23% atau
sebesar Rp3,84 miliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan sebesar
Rp3,24 miliar. Penyaluran kredit di triwulan laporan tercatat Rp15.093
miliar atau tumbuh sebesar 4,52% (y.o.y). Berdasarkan jenisnya, kredit
yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit modal kerja dengan
pangsa 74,36%, selanjutnya kredit konsumsi dengan pangsa 23,84% dan
sisanya kredit investasi sebesar 1,79%. Terlihat dalam tabel diatas, jenis
kredit konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggi jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 18,46% (y.o.y) kemudian
disusul oleh kredit modal kerja sebesar 1,48%. Sebaliknya, kredit investasi
mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 21,15% (y.o.y). Hal
ini disebabkan karena tingginya tingkat suku bunga kredit investasi
62
tingkat
kesehatan
BPR
nilai
LDR
diatas
102,25%
dapat
dikategorikan tidak sehat. Dari sisi kualitas kredit menunjukkan angka yang
masih jauh lebih tinggi dari batas toleransi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia sebesar 5%. Namun, selama triwulan laporan memperlihatkan
adanya peningkatan kualitas kredit yang ditunjukkan dengan penurunan
rasio NPL menjadi 20,48% dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 25,30%.
BAB 4
PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH
63
64
umum dan khusus masih tinggi, yaitu mencapai 78,94% dari total
realisasi pendapatan pada triwulan IV tahun 2008, namun jumlah ini
telah mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang
Tabel IV.2.
88,21 %
mencapai Rp 499,41
65
sebesar 102,20 % dari target yang telah ditetapkan pada awal tahun.
Cakupan pendapatan daerah tersebut meliputi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebesar Rp87,28 miliar dan dana perimbangan sebesar Rp405.87
miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, pencapaian komponen
utama dana perimbangan berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU)
sebesar Rp368.64 miliar dengan persentase pencapaian hingga Q42008 sebesar 100%, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak sebesar Rp14,39
miliar dengan
belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja tak terduga, belanja bagi
hasil dan bantuan keuangan serta belanja modal.
66
Tabel IV.3
Anggaran Induk dan Realisasi Belanja Provinsi Gorontalo
(Rp Miliar)
miliar
dengan
persentase
pencapaian
sebesar
78,30%.
laporan
sedikit
banyak
telah
memberikan
kontribusi
bagi
67
6,40 % dan
2,65 %
68
BAB 5
PERKEMBANGAN
SISTEM PEMBAYARAN
69
bekerjasama dengan
Kondisi
net
inflow
terjadi
sebagai
dampak
dari
meningkatnya
penyetoran uang yang dilakukan oleh masyarakat pasca hari raya Idul Fitri
yang jatuh pada bulan Oktober. Pada akhir triwulan III-2008 terlihat pola
aliran uang adalah net outflow sebesar
70
akhir tahun cukup bergairah. Hal ini didukung dengan tingginya kebutuhan
masyarakat akan uang untuk perayaan Natal dan tahun baru.
Grafik V.2
Perputaran Warkat Kliring Non BI di
Gorontalo
Grafik V.3
Perputaran Nominal Kliring Non BI di
Gorontalo
71
Sumber
Bank
Indonesia
Manado,
diolah
Rat
a-rata
harian
nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2008 meningkat 30,4%
dibandingkan triwulan yang sama Tahun 2007 yaitu dari Rp10.493 miliar
menjadi sebesar Rp13.678 miliar. Peningkatan juga terjadi pada jumlah
warkat yang dikliringkan, yaitu sebesar 2% yaitu dari 460 lembar per hari
pada triwulan IV-2007 menjadi 469 lembar per hari pada triwulan laporan.
Adanya
peningkatan
rata-rata
jumlah
warkat
dan
nominal
kliring
2007
Q1
Q2
Q3
Jumlah (lembar)
461
532
562
Nominal (Rp Miliar)
8793
11699
12217
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Q4
460
10493
Q1
390
8585
2008
Q2
Q3
442
383
10526
10049
Q4
469
13678
72
Grafik V.5
Rasio Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non
BI di Gorontalo
73
BAB 6
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
74
Pengangguran
Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif
meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Sakernas (Survey Tenaga
Kerja Nasional), pada bulan Agustus 2008, jumlah angkatan-kerja mencapai
429.384 orang naik sebanyak 6.008 orang dibandingkan keadaan Februari
2008. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak
11.559 orang. Jumlah pengangguran juga mengalami penurunan yaitu
sebesar
5.551
orang.
Sehingga
selama
periode
bulan,
tingkat
Februari
2008
menjadi
5,65%
pada
Agustus
2008.
Apabila
75
dari jumlah angkatan kerja) menjadi 24.258 orang (5,65 % dari jumlah
angkatan kerja).
Tabel VI.1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Agustus 2007 Agustus 2008
76
2.
Kemiskinan
Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan
pada tahun 2008 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 24,88%
atau mengalami penurunan dibandingkan peroide Maret 2007 yang tercatat
sebesar 27,35%. Dengan demikian penduduk miskin di Provinsi Gorontalo
selama periode Maret 2007 Maret 2008 berkurang sebanyak 20.277 jiwa.
Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret
2008 sebesar Rp147.154 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan
sebesar Rp8.973 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret
2007 yang tercatat sebesar Rp138.181 perkapita per bulan.
Tabel VI.3.
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo
77
Kabupaten
Bone
Bolango
(30,6%),
Kabupaten
Pahuwato
3.
Rasio Gini
Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang
dihitung dengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent
dengan luas segi tiga di bawah garis diagonal. Nilai Rasio Gini terletak
antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka tingkat
ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribusi pendapatan
merata dan apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan
pendapatan tinggi.
78
sebesar
0,36.
Namun
demikian
berdasarkan
strukturnya,
Tabel VI.5.
Rasio Gini Provinsi Gorontalo
4.
Rp608,65 ribu
79
Tabel VI.7.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota
Tahun 2006-2007
80
BAB 7
PROSPEK
PEREKONOMIAN
DAERAH
81
diperkirakan
mengalami
peningkatan,
yang
didorong
oleh
sasaran
diharapkan
dapat
memberikan
stimulus
terhadap
82
Dari
sisi
pembiayaan,
kegiatan
investasi
Tahun
2009
sumber
pembiayaan
lainnya,
seperti
modal
sendiri
dan
penyisihan laba.
Tabel VII.2.
83
2. OUTLOOK INFLASI
Tekanan inflasi di Triwulan IV 2008 pada umumnya didorong terutama
oleh inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau seiring
dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan komoditas tersebut
untuk memenuhi kebutuhan hari raya Natal dan tahun baru. Namun
demikian secara umum pola yang terjadi pada triwulan laporan adalah
penurunan harga atau deflasi. Hal ini dipicu oleh adanya beberapa kali
kebijakan penurunan harga BBM yang ditetapkan pemerintah akhir tahun
2008
terhadap
84
3.
PROSPEK PERBANKAN
Pada
periode
triwulan
I-2009,
perkembangan
indikator
perbankan
LAMPIRAN
85
LAMPIRAN I
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI GORONTALO
MENURUT KOMPONEN PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (RP JUTA)
2007
RINCIAN
KONSUMSI
Konsumsi Sw asta
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Perubahan Stok
Ekspor
Impor
PDRB
Q1
634.006
386.765
247.241
194.465
(182.499)
87.088
171.395
561.666
Q2
2008
Q3
676.395
400.721
275.674
211.700
(201.768)
94.518
192.769
588.075
Q4
714.481
420.882
293.599
226.297
(206.915)
100.648
217.006
617.505
Q1
815.090
457.755
357.335
250.649
(329.577)
102.242
266.433
571.972
Q2
701.457
425.635
275.822
198.891
(188.381)
105.003
213.487
603.482
Q3
766.875
432.622
334.253
230.871
(248.907)
107.447
225.495
630.792
837.877
459.159
378.718
270.536
(240.507)
101.221
293.541
675.586
Q4
930.340
477.608
452.732
313.338
(400.052)
85.393
313.888
615.131
86
2007
2008
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
172.634
5.754
45.908
3.508
44.068
76.592
55.456
49.161
108.586
561.666
187.557
5.828
47.254
3.586
45.167
79.510
58.846
49.551
110.775
588.075
203.584
6.024
48.507
3.687
47.008
82.260
62.351
50.607
113.477
617.505
152.341
6.176
49.559
3.711
48.221
83.575
63.924
51.357
113.107
571.972
186.414
6.041
46.570
3.415
47.133
82.739
62.656
52.480
116.036
603.482
198.879
6.378
49.080
3.489
49.448
84.487
64.273
53.309
121.450
630.792
227.104
6.720
52.164
3.585
52.100
87.556
66.391
54.393
125.572
675.586
163.796
7.056
53.879
3.685
54.552
89.134
67.792
54.948
120.290
615.131
LAMPIRAN II
2007
Q1
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2 *) Q3 **)
Q4**)
20,15
Konsumsi Sw asta
Konsumsi Rumah Tangga
3,47 4,99
7,20 13,29
6,92
5,42
6,20
3,47
Konsumsi Pemerintah
6,96 2,70
8,02
7,23
5,09
9,96 13,78
16,68
0,96 2,32
3,56
7,85
0,79
3,26
10,96
Investasi
Perubahan Stok
Ekspor
Impor
PDRB
Sektor
7,16
-5,44 -12,32
2,37 3,27
3,64
3,94
3,19
2,20
0,09
-2,95
4,09 5,47
7,88 15,85
7,49
5,56 12,39
8,30
6,09 8,32
8,30
7,45
7,26
7,55
7,25
2007
Q2
2008
Q3
Q4
Q1
Pertanian
1,16 3,10
3,28
1,34
2,45
1,93
3,81
2,00
Pertambangan
0,14 0,11
0,11
0,11
0,05
0,09
0,11
0,15
Industri Pengolahan
0,38 0,47
0,36
0,59
0,12
0,31
0,59
0,76
0,09 0,09
-0,02
0,00
Bangunan
0,81 0,74
0,77
0,81
0,55
0,73
0,82
1,11
0,89 0,94
0,79
1,17
1,09
0,85
0,86
0,97
0,45 0,68
0,84
0,92
1,28
0,92
0,65
0,68
0,77 0,70
0,69
0,70
0,59
0,64
0,61
0,63
Jasa-jasa
1,38 1,48
1,39
1,53
1,33
1,82
1,96
1,26
6,09 8,32
8,30
7,25
7,45
7,26
9,41
7,55
PDRB
Q1
9,41
Q2 *) Q3 **)
Q4**)
87
LAMPIRAN III
Indikator Ekonomi dan Perbankan
Provinsi Gorontalo
88
89
LAMPIRAN IV
SURVEY-SURVEY YANG DILAKUKAN KBI MANADO
DI GORONTALO
90
DAFTAR ISTILAH
91
Inflasi
inflasi
umumnya
diukur
dengan
melihat
faktor
baik
penyebabnya,
dari
penawaran
inflasi
dapat
maupun
dari
Food Inflation
permintaan.
Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari
Administered Inflation
barang
yang
perubahan
harganya
harga
diatur/
Traded Inflation
Inflation
Month
Month
to
international.
Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen
pada bulan yang diukur dengan IHK pada bulan
sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat
(m-t-m)
Inflasi kumulatif merupakan inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisba) perubahan harga indeks
konsumen bulan bersangkutan dibandingkan akhir
bulan pada tahun sebelumnya, sehingga merupakan
92
perbandingan
harga
(nisbah)
perubahan
harga
Inflasi
Quarter
Quarter
to
konsumen
bersangkutan
harga
(nisbah)/perubahan
pada
akhir
dibandingkan
IHK
indeks
triwulan
akhir
yang
triwulan
(kota/kebupaten)
disebut
PDRB
(produk
M1
M2
merupakan
indicator
tingkat
likuiditas
Mo
Uang Kartal
Uang Giral
bank umum.
Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat
dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan
93
NIM
simpanann
penduduk
dalam
rupiah
NPLs
bermasalah,
dengan
kolektibiltas
kurang
Restrukturisasi kredit
ketentuan BI.
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha
perkreditan
agar
debitur
dapat
memenuhi
UMKM
kepemilikan.
Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah
yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta
UYD
s/d Rp 5 Milyar.
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang
kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan
Inflow
Outflow
Netflow
PMTB
PTTB
94
95