PENDAHULUAN
ekonomi.
Namun,
upaya
untuk
mengentaskan
masalah
Kemudian,
meningkatnya
angka
pengangguran
akan
mengakibatkan pemborosan sumber daya dan potensi angkatan kerja yang ada,
meningkatnya beban masyarakat, merupakan sumber utama kemiskinan dan
mendorong
terjadinya
peningkatan
keresahan
sosial,
serta
manghambat
yang
ideal
dari
pertumbuhan
ekonomi
tenaga
kerja
merupakan
suatu
kondisi
adanya
wajar terjadi dalam perekonomian. Oleh karena itu, perlu dianalisis lebih lanjut
mengenai penyerapan tenaga kerja di Kota Cilegon.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis penyerapan tenaga kerja di sektor industri maupun
sektor perdagangan di Kota Cilegon.
2. Untuk merumuskan kebijakan yang terkait dengan penyerapan tenaga
kerja di Kota Cilegon.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjadi
masukan
atau
input
bagi
pengambil
keputusan
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja diukur dari segi jam kerja, produktivitas
tenaga kerja dan penghasilan yang diperoleh.
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak
bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Banyak sedikitnya pengangguran
dapat mencerminkan baik buruknya suatu perekonomian. Indeks yang dipakai
adalah tingkat pengangguran yang merupakan persentase jumlah orang yang
sedang mencari pekerjaan terhadap jumlah orang yang menawarkan tenaga
kerjanya (Kusumosuwidho, 1981). Menurut Dimas dan Nenik Woyanti (2009),
pengangguran
masih
dikategorikan
wajar
atau
normal
selama
indeks
IP=
x 100%
suatu
hubungan antar
harga
dan
kuantitas.
Penurunan
jumlah
tenaga
kerja
karena turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau
7
scale effect.
b. Kenaikan tingkat upah dalam jangka panjang akan direspon oleh
perusahaan dengan penyesuaian terhadap input yang digunakan.
Perusahaan akan menggunakan teknologi padat modal untuk proses
produksinya dan menggantikan tenaga kerja dengan barang-barang
modal seperti mesin dan lain-lain. Kondisi ini terjadi bila tingkat
upah naik dengan asumsi harga barang-barang modal lainnya tetap.
Penurunan penggunaan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena
adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut
efek substitusi tenaga kerja atau substitution effect (capital intensive).
Gambar 2.2 menjelaskan bahwa kenaikkan upah akan mendapatkan respon yang
berbeda pada permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang.
8
Kurva permintaan tenaga kerja dalam jangka panjang lebih landai atau elastis
daripada kurva permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek. Hal ini
disebabkan karena dalam jangka panjang kenaikan upah akan disikapi
perusahaan dengan mengkombinasikan penggunaan modal dan tenaga kerja yang
memberikan biaya yang paling rendah. Oleh karena itu, perusahaan akan
mengurangi penggunaan tenaga kerja sehubungan dengan upah tenaga kerja
yang naik dan perusahaan akan menambah modal untuk mengimbangi
pengurangan penggunaan tenaga kerja tersebut.
pengusaha
maupun
pencari
kerja
sama-sama
mempunyai
informasi yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (a) dan
(b). Keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan terjadi
apabila pencari kerja menerima pekerjaan yang ditawarkan pada tingkat
upah tertentu (W0) dan perusahaan bersedia mempekerjakan tenaga kerja pada
tingkat upah itu pula. Pada titik keseimbangan E, kedua pihak (pencari kerja dan
perusahaan) memiliki nilai kepuasan yang sama, dan pada tingkat upah W0
banyaknya tenaga kerja yang diminta maupun yang ditawarkan adalah seimbang,
yaitu sama dengan L0. Titik keseimbangan E akan akan berubah apabila
terjadi gangguan dipasar tenaga kerja sehingga mempengaruhi pergeseran kurva
permintaan atau penawaran tenaga kerja.
10
d.
minimum
adalah
upah
yang
untuk
memenuhi
mengangkat
derajat
ditetapkannya
standar
upah
minimum
penduduk
berpendapatan
rendah
(Tjiptoherijanto, 1990).
Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003.
Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor : Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum adalah upah bulanan
terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud
dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja
secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran
ataupun pencapaian prestasi tertentu. Tujuan dari penetapan upah minimum
adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal
yang menjadi bahan pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para
pekerja tanpa menafikkan produktifitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk
juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum.
Secara empiris ada tiga komponen yang dianggap mempengaruhi
11
suatu
daerah.
Keadaan
perekonomian
ini
akan
mempengaruhi
juga, harga yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga produsen.
Penilaian pada harga konsumen akan menghilangkan PDRB subsektor
perdagangan dan sebagian subsektor pengangkutan.
2.1.3.1 Penghitungan PDRB
Hasil penghitungan PDRB disajikan menjadi dua bagian yaitu
1. PDRB Atas Harga Berlaku, dan
2. PDRB Atas Harga Konstan Tahun 2000.
1. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode
tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.
NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output
dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB
menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan
tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor.
Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka
penilaian NPB/Output dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari
alam seperti pertanian, pertambangan dan penggalian, pertama kali dicari
kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan. Setelah itu
ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan. Satuan dan kualitas
yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten/ kota dengan
kabupaten/kota lainnya. Selain itu diperlukan juga data harga per unit/satuan
dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga
produsen, yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi
pada transaksi pertama antara produsen dengan pembeli/konsumen.
NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum
13
NTB
atas
dasar
harga
konstan
14
menggambarkan
perubahan
15
(2.8)
16
sebesar 0,4 persen setiap laju pertumbuhan PDB riil sebesar 1 persen per tahun.
Hukum Okun ini merupakan hasil dari penelitian empiris sehingga hukum
tersebut bukan merupakan hukum yang tetap, karena angka estimasi atas
hubungan antara trend laju pertumbuhan output dan tingkat pengangguran akan
berubah dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat memerlukan tenaga kerja
tambahan sebagai faktor produksi untuk memenuhi permintaan agregat yang
meningkat. Kondisi seperti ini terutama akan terjadi pada struktur perekonomian
yang memiliki corak padat karya (labour intensive). Apabila struktur
perekonomian suatu wilayah adalah capital intensive (padat modal), maka
pertumbuhan ekonomi hanya akan meningkatkan kebutuhan modal dan tidak akan
menyerap banyak tenaga kerja.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tinjauan pustaka dari penelitian terdahulu dijelaskan secara sistematis tentang
hasil-hasil
penelitian
yang
didapat
oleh
peneliti
terdahulu
dan
Metodologi
Data:
Penulis:
Haryo Kuncoro
Variabel:
Data
panel
Jenis data: sekunder
Dependen
Tahun: 2002
Variabel:
18
Hasil Penelitian
a. Variabel upah
lebih besar
berpengaruh pada
penyerapan tenaga
kerja di industri
tembakau daripada
industri alas kaki.
Hal ini disebabkan
industri tembakau
bersifat padat
karya dan pada
Variabel:
a. Upah
b. Output
c. Variabel dummy
perubahan
teknologi
b. Ouput
signifikan
berpengaruh
positif terhadap
penyerapan tenaga
kerja
Alat
Analisis:
Error Correction Model (ECM)
Model
Analisis:
Model
kerja
Permintaan
yang
digunakan
fungsi permintaan
kerja versi Naive
tenaga
adalah
tenaga
lnLd = 0 + 1 ln W + 2 lnQ +
P
3T + 4PS +
Dimana
:
Ld
kerja
= Penyerapan tenaga
w/p = Upah
riil
Q
Output
T
Teknologi
-
PS
19
=
=
Keuntungan
perusahaan
2
Judul : Analisis
Penyerapan Tenaga
Kerja Pada Industri
Kecil (Studi Industri
Mebel di Kota
Semarang)
Penulis:
M.Taufik
Zamrowi
Tahun: 2007
a. a. Variabel
upah/gaji
berpengaruh
Jenis Data : Primer dan Sekunder negative dan
signifikan
Variabel :
terhadap
permintaan tenaga
- Dependen variabel:
kerja.
Penyerapan tenaga kerja
2.
a. b. Variabel
- Independen Variabel:
produktivitas
a. Tingkat upah
berpengaruh
b. Produktivitas tenaga
negatif
kerja c. Modal
b. dan signifikan
d. Pengeluaran tenaga
terhadap
kerja non upah
permintaan tenaga
Alat Analisis:
kerja.
regresi linier berganda
c.
Model Analisis:
d. c. Variabel modal
LnY = Ln 0 + 1LnX1 + 2LnX2
berpengaruh
positif
+ 3LnX3 + 4LnX4 +
e. dan signifikan
Dimana:
terhadap
Y = Jumlah tenaga kerja
permintaan tenaga
yang terserap dalam
kerja.
sebulan
f.
X1 = Tingkat upah pekerja
X2 = Produktivitas tenaga kerja g. d. Variabel non
upah sentra
X3 = Modal kerja
berpengaruh
X4 = Pengeluaran tenaga
negatif dan
kerja non upah
signifikan
o = ntersep
terhadap
1, 2, 3, 4 = koefisien regresi
permintaan tenaga
parsial
kerja.
h.
= faktor pengganggu
i. e. Secara simultan
atau bersama-sama
variabel non upah,
modal, tingkat
upah atau gaji dan
produktivitas
mempunyai
pengaruh yang
positif dan
signifikan.
j.
k. f. Variabel yang
Data : time series pada tahun
2002-2004
20
Judul:
Penyerapan
Tenaga Kerja di
DKI Jakarta
Penulis: Dimas
dan Nenik
Woyanti
Tahun: 2009
Data:
Time series tahun 1990-2004
Jenis data: sekunder
Variabel:
- Dependen Variabel:
Jumlah tenaga yang terserap
- Independen Variabel:
a. PDRB
b. Upah riil
c. Investasi riil
Alat analisis:
OLS (Ordinary Least Square)
Model Analisis:
LnY = 0 + i Ln X1 + i Ln
X2+ i Ln X3 +
paling dominan
dalam
mempengaruhi
penyerapan tenaga
kerja pada industri
kecil mebel di
Kota Semarang
adalah variabel
modal
a. Variabel PDRB
signifikan
berpengaruh
positif terhadap
penyerapan tenaga
kerja.
b. Variabel upah
riil dan
investasi riil
signifikan
berpengaruh
negatif
terhadap
penyerapan
tenaga kerja.
Dimana:
- 0 = Intersep
- 1 = koefisien regresi
yang ditaksir
- Y
= Penyerapan
tenaga kerja
(Orang)
- X1 = PDRB (Rp Juta)
- X2 = Upah riil
- X3 = Investasi riil
- = faktor gangguan
stokastik
- Ln = logaritma natural
Upah Minimum
Penyerapan
Tenaga Kerja
PDRB
2.4 Hipotesis Penelitian
22
BAB III
METODE PENELITIAN
operasional
merupakan
petunjuk
bagaimana
variabel-
c. PDRB (X2)
Produk Domestik Regoinal Bruto (PDRB) yakni jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di Kota Cilegon antara tahun 2003
2012 atas dasar harga konstan.
oleh
lembaga
pengumpul
data
dan
Bera atau J-B Test. J-B Test membandingkan antara nilai J-B ( hitung)
2
24
Jika nilai J-B Test lebih besar dari tabel, maka stochastic term error dari
regresi tidak mengikuti distribusi normal.
25
X1
= PDRB
X2
BLUE
(Best
Linear
Unbiased
Estimator),
maka
persamaan
(3.2)
di
X1
= PDRB (Rp)
X2
= Konstanta
PDRB
2
Keunggulan
lain
melakukan
transformasi
kedalam
bentuk
model
yang
telah
digunakan
dapat
diketahui
dari
2
model koefisien determinasi (R Adjusted) yaitu dengan menunjukkan besarnya
daya menerangkan dari variabel independen terhadap variabel dependen pada
model tersebut. Nilai R
2
nilai R Adjusted, maka hubungan kedua variabel semakin kuat atau model
27
2
tersebut dikatakan baik. Sedangkan nilai R Adjusted yang bernilai mendekati 0
berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
3.5.2 Uji Hipotesis secara Parsial (Uji-t)
Digunakan
untuk
menunjukkan
apakah
masing-masing
variabel
dimana:
i
= Koefisien regresi
Se(i)
28
= Koefisien determinasi
= Jumlah observasi
= Jumlah variable
penduduk
pada
suatu
wilayah.
Dengan
berkembangnya
PDRB Kota Cilegon atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2008
sebesar 11.047.32 milyar rupiah atau meningkat sekitar 5,02%, lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2007, sedangkan untuk PDRB tahun 2010 sebesar
17.111.19 milyar rupiah atau meningkat sekitar 5,69 persen, lebih tinggi di
bandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 4.1
PDRB menurut harga konstan 2000 Kota Cilegon Tahun 2004-2012
(juta)
Tahun
PDRB
2003
8.281.367,51
2004
8.886.737,29
2005
9.440.708,14
2006
9.972.846,95
2007
10.518.939,33
2008
11.047.320,64
2009
11.580.598,11
2010
17.111.197,18
2011
18.288.289,69
2012
19.470.568,33
Sumber : Kota Cilegon Dalam Angka 2004-2012
akomodasi yaitu sebesar 26,90 persen, diikuti oleh sektor industri sebesar 23,76
persen dan sektor jasa-jasa sebear 17,67 persen.
Pada tahun 2012 persentase angkatan kerja tercatat sebesar 65,74 persen,
tetapi sektor industri hanya menyerap tenga kerja sebanyak 18,90 persen.
Tabel 4.2
Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Cilegon Tahun 2004-2012
(jiwa)
Tahun
Penyerapan Tenaga Kerja
2003
107.673
2004
112.353
2005
120.557
2006
115.183
2007
115.183
2008
127.241
2009
130.787
2010
151.129
2011
161.448
2012
159.760
Sumber : Kota Cilegon Dalam Angka Tahun 2003-2012
4.1.4 Perkembangan Upah Minimum Kota Cilegon
UMK Kota Cilegon dari tahun 2003 sampai 2012 selalu mengalami
kenaikan di karenakan kebutuhan akan hidup yang selalu meningkat. Pada tahun
2006 UMK kota Cilegon mengalami kenaikan sebesar 20,54 persen menjadi
835.937, Pada tahun 2008 UMK di Kota Cilegon mengalami kenaikan sebesar
7,34 persen dari tahun sebelumnya.
UMK
635.000
650.000
693.500
835.937
905.000
32
2008
2009
2010
2011
2012
4.2 Hasil Uji Statistik
971.400
1.099.000
1.174.000
1.224.000
1.340.000
dengan
Tabel 4.4
Rekapitulasi Data Hasil Regresi Linear Berganda
Dampak UMK dan PDRB terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Di Kota Cilegon (2003-2012)
Dependent Variable: PENYERAPAN_TENAGA_KERJA
Method: Least Squares
Date: 06/22/14 Time: 03:20
Sample: 2003 2012
Included observations: 10
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
UMK
PDRB
69045.45
0.007683
0.004315
6023.725
0.015241
0.000919
11.46225
0.504098
4.696105
0.0000
0.6297
0.0022
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
0.963520
0.953097
4371.712
1.34E+08
130131.4
20186.07
19.84702
19.93780
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
-96.23511
92.44293
0.000009
34
hasil
regresi
pengaruh
variabel
variable
Upah
Minimum
Kabupaten/Kota (X1) dan Produk Domestik Regional Bruto/ PDRB (X2) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja (Y) di Kota Cilegon, maka diperoleh F-tabel sebesar
11,46 sedangkan F-hitung sebesar 92.44293 dan nilai probabilitas F-statistik
0.000009. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen (F-hitung > F-tabel). Dalam hal ini
variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota (X1) dan Produk Domestik Regional
Bruto/ PDRB (X2) secara bersama-sama mampu memberikan pengaruh yang
signifikan Penyerapan Tenaga Kerja (Y) di Kota Cilegon.
35
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan analisis mengenai Pengaruh Upah
36
yang
adil
bukanlah
upah
yang
menjamin
upah
yang
tepat
sama
dengan
kontribusi
yang
menjadi
masalah
adalah
bagaimana
melindungi
pada
meningkatnya
kesejahteraan
daerah
dan
38