Anda di halaman 1dari 4

Hamas, Israel, and Judaism

Pandangan Hamas Terhadap Yahudi


Pada bab ini, penulis (Khaled Hroub) mencoba untuk memberikan penjelasan bagaimana
pandangan Hamas terhadap Yahudi dan Israel. Dalam bab ini penulis menjelaskannya dengan
beberapa pertanyaan, yang pertama yaitu apakah Hamas sebuah gerakan anti-Semitic? Untuk
mulai dengan , istilah anti-Semitic sangat tidak tepat untuk menggambarkan persepsi Palestina
atau Arab Yahudi dan Yudaisme, karena warga Palestina dan Arab adalah Semit itu sendiri.
Sejak awal abad ke-dua puluh, Zionisme Eropa dieksploitasi oleh keinginan Eropa yang terus
tumbuh untuk menyelesaikan masalah Yahudi (saat Eropa diduduki Nazi) dengan mengekspor
populasi Yahudi di luar Eropa dan menciptakan sebuah negara Yahudi di Palestina. Dengan
demikian, orang-orang Yahudi/Zionis menghancurkan keharmonisan Muslim dan Yahudi yang
selama berabad-abad. Kecuali hal ini diperhitungkan, pemahaman tentang sikap eksplisit atau
implisit Hamas untuk orang-orang Yahudi tidak bisa dipastikan. Jika dilihat dengan pandangan
islam, Hamas tidak bisa menjadi anti-yahudi. Berdasarkan ajaran agama Islam, Hamas atau
individu atau kelompok Islam lainnya, dilarang menimbulkan bahaya pada orang-orang Yahudi
hanya karena mereka adalah orang Yahudi (atau Kristen, atau kelompok lain dalam hal ini). Jadi
faktanya adalah, Hamas bukan anti-yahudi, namun anti-Zionis, yang didefinisikan sebagai
seseorang atau kelompok yang bersikeras membentuk negara Yahudi di Palestina.
Kemudian, pertanyaan berikutnya yang ingin dijawab Khaled Hroub adalah, apakah
Piagam Hamas mengatakan bahwa mereka anti-Yahudi? Memang benar bahwa banyak
pernyataan anti-Yahudi dalam Piagam Hamas tahun 1988. Namun, piagam itu sendiri ditulis
oleh Old Guard Ikhwanul Muslimin di Jalur Gaza pada awal 1988 dan dipublikasikan tanpa
konsultasi, revisi atau konsensus Hamas. Para pemimpin Hamas dan juru bicara jarang
menyinggung atau mengutip isi piagam tersebut, karena piagam itu hanya dilihat sebagai beban
ketimbang platform intelektual yang mencakup prinsip-prinsip Hamas. 2 tahun setelah itu,
Hamas mempublikasikan dokumen pada tahun 1990 untuk menekankan bahwa perjuangannya
adalah semata-mata menentang Zionis dan Zionisme, bukan terhadap orang-orang Yahudi dan
Yudaisme, yang kemudian menarik perbedaan yang jelas antara dua hal itu: Orang Yahudi non-
Zionis adalah orang yang termasuk dalam kebudayaan Yahudi, apakah sebagai orang percaya
dalam iman Yahudi atau hanya lahir sebagai Yahudi, dan siapa yang tidak mengambil bagian
dalam tindakan agresif terhadap tanah dan bangsa mereka. Penulis membahas diferensiasi ini
dengan salah satu pemimpin Hamas yang mengatakan bahwa menjadi Yahudi, Zionis atau
Israel itu tidak masalah, masalahnya bagi saya adalah gagasan tentang pendudukan dan agresi.
Bahkan jika hal ini dilakukan oleh negara Arab atau Islam saya akan memberontak dan
melawan. Di Palestina dan kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, masyarakat,
termasuk anggota Hamas menggunakan istilah Yahudi, Zionis dan Israel secara terpisah.
Setelah mendapatkan jawaban tentang piagam Hamas, penulis mencoba menjelaskan
pertanyaan berikutnya, yaitu Dalam pandangan Hamas, apa yang akan menjadi masa depan
orang-orang Yahudi di Palestina? Pandangan Hamas dalam hal ini sedikit buram. Hamas telah
berusaha untuk melepaskan diri dari pemikiran yang hanya bisa membayangkan Palestina dan
Israel dibentuk menjadi Palestina/Israel. Ide yang muncul sekarang dalam wacana Hamas
adalah bahwa Palestina di masa depan harus menjadi bagian dari serikat yang lebih luas dari
wilayah Arab dan Muslim. Pandangan yang agak terlalu mengada-ada dan enggan dibicarakan
oleh Hamas dan merupakan solusi bagi satu negara, singkatnya keinginan mereka saat ini adalah
agar Israel mengizinkan pengungsi Palestina untuk kembali ke desa mereka yang sekarang
menjadi wilayah Israel. Israel tidak ambil pusing dari ide ini, mengatakan bahwa ide itu hanya
membawa kehancuran bagi negara Israel dan mayoritas Yahudi. Hal ini menyebabkan Hamas
harus bergulat lagi dengan pertanyaan tentang masa depan orang-orang Yahudi di Palestina.

Pandangan Hamas Terhadap Israel
Setelah membahas mengenai pandangan Hamas kepada Yahudi, penulis kemudian
melanjutkan ke pandangan Hamas kepada Israel. Pertanyaan yang dicoba jawab oleh penulis
adalah bagaimaknakah Israel di mata Hamas? Menurut Hamas, Israel adalah negara kolonial
yang didirikan dengan kekuatan dan dampak kolonialisme serta imperialisme Barat terhadap
Arab dan Muslim sebelum dan setelah pergantian abad kedua puluh. Pada tahun-tahun awal
pembentukannya, pandangan Hamas Israel penuh dengan makna keagamaan. Pandangannya
tentang Israel, kemudian berubah kedalam parameter penjajah, dengan alasan utama perlawanan
terhadap Israel ditujukan terhadap agresi, bukan agamanya. Tetapi dalam istilah umum wacana
politik yang disampaikan oleh pimpinan Hamas dan termasuk dalam laporan dan dokumen di
Israel, alasan resminya kini sebagian besar didasarkan pada bahasa hukum internasional, dan
asumsi politik, bukan agama.
Kemudian penulis melanjutkan dengan pertanyaan apakah Hamas merencanakan
penghancuran Israel? Istilah penghancuran Israel seperti yang sering digunakan oleh media
ketika mengacu pada tujuan utama Hamas, sebenarnya tidak pernah digunakan atau diadopsi
oleh Hamas, bahkan dalam pernyataan yang paling radikal. Slogan utama Hamas adalah
Pembebasan Palestina. Berbicara secara realistis, argumen bahwa tujuan utama Hamas adalah
untuk menghancurkan Israel tidak relevan. Berbicara kekuatan Israel, baik Hamas maupun pihak
lain Palestina atau Arab atau bahkan negara lain di Timur Tengah hanya bisa bermimpi memiliki
kemampuan untuk menghancurkan Israel. Israel unggul dalam militer, baik yang konvensional
maupun non-konvensional, yang akan memungkinkannya untuk menghancurkan semua negara-
negara tetangganya di Timur Tengah dalam hitungan hari. Menggambarkan Hamas (dan
Palestina) sebagai ancaman Israel hanyalah masalah propaganda politik dan sensasionalisme
emosional Israel. Dalam beberapa tahun terakhir Hamas telah berkembang dari ke-naif-annya
dan proyek Hamas saat ini lebih bernuansa dan mengandung pernyataan yang lebih realistis.
Keterlibatan Hamas dalam urusan politik dan dunia sebagian besar didorong oleh mekanisme
defensif, dan tujuan utama mereka dalam tahun-tahun mendatang adalah cukup untuk
mempertahankan keberadaannya sendiri dan menghindari kehancuran, bukan untuk
menghancurkan orang lain .
Selanjutnya, pertanyaan terakhir dalam bab ini adalah apakah Hamas akan mengakui
Israel dan menyimpulkan perjanjian perdamaian dengan Israel? Hal ini tidak terbayangkan
bahwa Hamas akan mengakui Israel. Pragmatisme Hamas dan pendekatannya yang realistis
terhadap masalah-masalah meninggalkan banyak ruang kosong untuk pengembangan tersebut.
Selama Israel menolak untuk mengakui hak-hak dasar rakyat Palestina dalam hasil akhir yang
didasarkan pada prinsip solusi dua-negara, tidak dapat dibayangkan bahwa Hamas akan
mengakui Israel. Meskipun retorika sering dikutip dalam wacana Hamas tentang
ketidakmungkinannya mengakui Israel, sebenarnya ada benang yang memungkinkannya,
meskipun hanya jika Israel merespon positif. Setelah menempati pos barunya pada awal April
2006, menteri luar negeri Hamas Mahmoud al-Zahhar mengirim surat kepada Kofi Annan,
Sekretaris Jenderal PBB, menyatakan bahwa pemerintahnya akan bersedia untuk hidup damai,
berdampingan dengan tetangganya, didasarkan pada solusi dua negara. Namun, pernyataan lain
dikaitkan dengan pemimpin Hamas telah tersirat bahwa masalah mengakui Israel harus menjadi
salah satu tujuan dari negosiasi, bukan prasyarat untuk mereka. Jika Israel tidak menunjukkan
minat dalam berurusan dengan Hamas, dan bersikeras mengabadikan kerja status quo, Hamas
tidak akan pernah mengakui Israel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perjanjian damai antara Israel
dan Hamas, bagaimanapun adalah tidak masuk akal.

Analisis Singkat
Khaled Hroub merupakan seorang akademisi Palestina dan juga seorang coordinator dari
Cambridge Arab Media Project di Cambridge University. Buku ini merupakan salah satu hasil
dari Project yang dilakukannya tersebut. Dalam buku ini, penulis mencoba memaparkan kepada
pembacanya mengenai apa Hamas yang sebenarnya, apa tujuan mereka, dan bagaimana
pandangan mereka terhadap Yahudi dan Israel. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivis,
penulis kemudian memaparkan bagaimana Hamas yang sebenarnya, tujuan mereka, dan
bagaiamana mereka melihat Israel dan Yahudi sangatlah berbeda dengan apa yang diberitakan di
Media. Penulis memulai dengan melihat sejarah mengenai Islam dan Yahudi di timur tengah dan
berlanjut ke penyebab terjadinya penyerangan Israel ke Palestina hingga penulis bisa menarik
sebuah kesimpulan bahwa warga Yahudi di Eropa lah yang kembali ke Israel dan memasukkan
doktrin-doktrin zionism. Kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan pemimpin
Hamas mengenai tujuan dan pandangan mereka terhadap Israel dan Yahudi. Dari wawancara
tersebut penulis mengatakan bahwa Hamas adalah anti-zionis bukanlah anti-yahudi, serta tujuan
mereka hanyalah menginginkan perdamaian bagi Palestina dan Israel.

Anda mungkin juga menyukai