ABDULRAHMAN
NI LUH PUTU SOFIANI ARDA C.
NI PUTU ERAWATI
ANA RESTI MELYYANI
LUH ERNA ARISONA
PUTU TIARA ANGGI PERMANA
NI NYOMAN ARI SANCITADEWI
NI MADE EKA DEWI
IRMA NIKMATUS SOLEHA
EKA DESRI MAHARANI
KP.06.13.040
KP.06.13.022
KP.06.13.023
KP.06.13.021
KP.06.13.019
KP.06.13.002
KP.06.13.017
KP.06.13.001
KP.06.13.012
KP.06.13.013
PENGERTIAN
POLITIK
PENGERTIAN
MULTIKULTURAL
Akar Multikultural adalah kebudayaan
Secara etimologis multikulturalisme dibentuk dari kata :
Multi yang artinya banyak atau beragam,
Kultural yang berarti budaya atau kebudayaan
Isme yang berarti aliran atau paham
Jadi ,Multikulturalisme adalah paradigma yang menganggap
adanya kesetaraan antar ekspresi budaya yang plural, selain itu
multikulturalisme adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan
sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari
berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial
politik yang sama
Politik Multikultural
Pemerintahan berdasar politik
multikulturalisme adalah pemerintahan dimana semua
identitas partikular yang muncul dan berkembang di
dalam masyarakat mendapat ruang.
Arah Politik Multikultural
Menurut Kymlicka (dalam Haryatmoko, 2009),
arah atau tujuan politik multikulturalisme adalah
untuk mendapat pengakuan keberagaman budaya yang
menumbuhkan kepedulian agar berbagai kelompok
yang termarjinalisasi dapat terintegrasi, dan
masyarakat mengakomodasi perbedaan budaya agar
kekhasan identitas mereka diakui.
Perkembangan Politik
Multikultural di Indonesia
Pada tahun awal kebangkitan nasional Indonesia, ada ketegangan
budaya yang sangat dalam mengenai berbagai istilah dan rancangan
bangsa ini. Sementara itu, politik multikulturalisme mulai menjadi
wacana hangat yang diperbincangkan orang ketika mantan presiden
Abdur Rahman Wahid atau Gus Dur menjabat. Beliau merupakan
tokoh yang menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan atau
pluralisme yang ada di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan
mengakui keberadaan dan eksistensi kaum Tionghoa ditengah
tengah warga pribumi, bahkan keturunan Tionghoa mendapat
kesempatan untuk berperan serta dalam pemerintahan. Selain itu,
Konghuchu, agama warga Tionghoa diakui sebagai agama resmi ke
enam di Indonesia pada masa pemerintahannya.