http://www.psychologymania.com/2012/12/aspek-aspek-coping-stress.html
memikirkan
jalan
keluar
dalam
menghadapi
situasi/
masalah
yang
mengancamnya. Semakin tinggi kemampuan individu untuk mencari jalan keluar bagi
masalahnya, ia akan terlepas dari stres, namun semakin rendah kemampuan individu
untuk mencari jalan keluar bagi masalahnya, ia akan mengalami stres. Salah satu
contoh dari aspek ini yaitu : berbagi masalah dengan teman atau orang yang disayangi,
mengikuti group therapy.
Adaptability and flexibility (adaptasi dan penyesuaian)
Adaptasi dan penyesuaian individu dalam menghadapi situasi/masalah yang
mengancam dirinya juga mempengaruhi tingkat stres seseorang. Jerabek (1998)
mengatakan bahwa, semakin tinggi adaptasi dan penyesuaian diri individu terhadap
situasi/ masalah yang mengancam, ia akan terhindar dari stres. Sebaliknya, semakin
rendah adaptasi dan penyesuaian diri individu terhadap situasi/ masalah yang
mengancam, ia akan mengalami stres.
Proactive attitude (sikap proaktif)
Jerabek (1998) menyatakan bahwa individu juga harus berperan aktif dalam
menghadapi situasi/ masalah yang mengancam dirinya. jika individu tidak aktif dalam
menyeleseaikan masalahnya atau terlalu bergantung kepada orang lain, ia akan
mengalami stres. Namun sebaliknya, jika seseorang aktif menghadapi situasi/ masalah
yang menancam dirinya, ia akan terlepas dari stres.
Ability to relax (kemampuan untuk relaks)
Pengertoan coping stress menurut Taylor (dalam Smet, 1994) adalah suatu
proses
dimana
individu
mencoba
untuk
mengelola
jarak
yang
ada
antara
tuntutantuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang
berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam
menghadapi situasi stressful.
Menurut Lazarus (1996) coping stress adalah upaya kognitif dan tingkah laku
untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang khusus dan konflik diantaranya
yang dinilai individu sebagai beban dan melampaui batas kemampuan individu tersebut.
Individu akan memberikan reaksi yang berbeda untuk mengatasi stres.
Dewasa ini proses terhadap stres menjadi pedoman untuk membangun coping
stress. Secara umum stres dapat diatasi dengan melakukan transaksi dengan
lingkungan dimana hubungan transaksi ini merupakan suatu proses dimana individu
berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan dengan
melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam
dirinya.
Coping adalah transaksi berseri antara individu yang memiliki satuan sumber
daya, nilai, komitmen, dan lingkungan tempat tinggal dengan sumber dayanya sendiri,
tuntutan. Coping bukan merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu tetapi
merupakan kumpulan respon yang terjadi setiap waktu, yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan individu tersebut (Yanny, dkk, 2004).
Reaksi emosional, termasuk kemarahan dan depresi, dapat dianggap sebagai
bagian dari proses coping untuk menghadapi suatu tuntutan. Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa coping stress merupakan suatu upaya kognitif untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan suatu siatuasi atau
kejadian yang penuh ancaman
Terdapat beberapa fungsi coping stress. Tetapi menurut Folkman, dkk (dalam
Smet, 1994), secara umum, fungsi coping stress mempunyai dua macam fungsi, yaitu:
Emotion-focused coping
Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini
melalui perilaku individu, seperti pengguna alkohol, bagaimana mengabaikan fakta-
fakta yang tidak menyenangkan dengan strategi kognitif. Bila individu tidak mampu
mengubah kondisi yang stressful, individu akan cenderung mengatur emosinya.
Salah satu strategi ini disebutkan Freud (dalam Smet, 1994) yaitumekanisme
pertahanan diri (self defense mechanism). Strategi ini tidak mengubah situasi stressful,
namun hanya mengubah cara orang memikirkan situasi dan melibatkan elemen
penipuan diri (denial).
Problem-focused coping
Strategi kognitif untuk penangan stres atau coping yang digunakan oleh individu
dalam menghadapi masalahnya dan berusaha untuk menyelesaikannya. Untuk
mengurangi stressor, individu akan mengatasinya dengan cara mempelajari cara atau
ketrampilan baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya yakin
akan dapat mengubah situasi. Metode ini digunakan oleh orang dewasa
Terdapat beberapa strategi coping stress yang bisa dilakukan oleh seseorang
yang mengalami stress. Menurut Arthur Stone dan Jhon Neale (dalam Benjamin, dkk,
1987) terdapat 8 (delapan) kategori strategi coping stress, yaitu:
Direct action (tindakan langsung)
Individu memikirkan dan mencari pemecahan permasalahannya dan kemudian
melakukan sesuatu atau bertindak untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Acceptance (penerimaan)
Individu mampu menerima kenyataan bahwa keadaan stres tersebut telah terjadi
dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghindari masalah tersebut.
Destruction (pengacauan masalah)
Individu melibatkan diri pada aktivitas lain dan memaksakan diri untuk
memecahkan masalah lain.
Situation redefenition (mendefenisikan ulang situasi)
Mendefenisikan situasi dengan memikirkan masalah dengan cara yang berbeda
agar situasi stres tersebut menjadi dapat diterima.
Catharsis (katarsis)
Mencari pelepasan emosi sebagai alat untuk mengurangi ketegangan dari stres.
Relaxation techniques (teknik relaksasi)
Merupakan cara untuk mengurangi tekanan yang dialami individu.
Social support (dukungan sosial)
Mencari dukungan sosial, misalnya dari teman, orang yang dicintai, psikolog atau
dari lingkungan masyarakat sekitar untuk mengurangi stres.
Religious strategy (strategi keagamaan)
Mencari ketenangan spiritual yang diperoleh dari teman, orang tua atau pemuka
agama. Strategi ini dapat ditempuh dengan perilaku seperti berdoa. Berdoa diyakini
dapat membuat individu mampu menghadapi berbagai situasi yang penuh tekanan.
Menurut Taylor (dalam Smet, 1994) ada 8 (delapan) jenis strategi coping stress, yaitu:
1. Konfrontasi, yaitu sikap agresif untuk mengubah situasi
2. Mencari dukungan sosial, yaitu suatu sikap untuk mendapatkan kenyamanan
emosional dan informasi dari orang lain.
strategies)
meliputi
usaha
kognitif
untuk
menyangkal
atau
meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku untuk
menarik diri atau menghindar dari penyebab stres (Santrock, 1998).
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode coping stress yang dapat
digunakan untuk semua situasi stres. Tidak ada strategi coping stress yang paling
berhasil. Strategi coping stress yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan
jenis stres dan situasi (Smet, 1994). Keberhasilan coping stress lebih bergantung pada
penggabungan strategi coping stress yang sesuai dengan ciri-ciri masing-masing
kejadian yang mengancam, daripada mereka mencoba menemukan satu strategi
coping stress yang paling berhasil