Anda di halaman 1dari 8

COPING STRES

http://www.psychologymania.com/2012/12/aspek-aspek-coping-stress.html

Aspek-Aspek Coping Stress

Aspek-aspek coping stress terdiri dari beberapa macam. Coping dapat


diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam
wawancara. Menurut Jerabek (1998) ada 7 (tujuh) aspek coping stress, yaitu:
Reactivity to stress (reaksi terhadap stres)
Bagaimana individu bereaksi terhadap stres, atau dapat dikatakan sebagai
kemampuan seseorang untuk menghadapi stres. Jerabek (1998) mengatakan bahwa
semakin rendah kemampuan seseorang menghadapi stres, maka reaksinya terhadap
stres tergolong maladaptif. Sebaliknya, semakin tinggi kemampuan seseorang
menghadapi stres, maka reaksinya terhadap stres semakin adaptif.
Ability to assess situation (kemampuan untuk menilai situasi)
Kemampuan untuk menilai situasi yang dimaksud yaitu bagaimana cara individu
menanggapi situasi/masalah yang mengancam dirinya. Dimana situasi tersebut dapat
terkendali jika individu memiliki kemampuan yang tinggi untuk menilai situasi, dan
situasi yang menimpanya akan menimbulkan stres jika individu memiliki kemampuan
yang rendah untuk menilai situasi (Jerabek, 1998).
Self-reliance (kepercayaan terhadap diri sendiri)

Self-reliance merupakan kepercayaan individu terhadap dirinya untuk dapat


menghadapi/ menyelesaikan situasi atau masalah yang datang kepadanya. Jerabek
(1998) menyatakan bahwa, semakin tinggi kepercayaan diri individu dalam menghadapi
situasi yang mengancam dirinya, maka ia akan terhindar dari stres. Sebaliknya,
semakin rendah kepercayaan diri individu dalam menghadapi situasi yang mengancam,
maka ia akan mengalami stres.
Resourcefulness (banyaknya akal daya)
Menurut Jerabek (1998) resourcefulness merupakan daya/ kemampuan individu
untuk

memikirkan

jalan

keluar

dalam

menghadapi

situasi/

masalah

yang

mengancamnya. Semakin tinggi kemampuan individu untuk mencari jalan keluar bagi
masalahnya, ia akan terlepas dari stres, namun semakin rendah kemampuan individu
untuk mencari jalan keluar bagi masalahnya, ia akan mengalami stres. Salah satu
contoh dari aspek ini yaitu : berbagi masalah dengan teman atau orang yang disayangi,
mengikuti group therapy.
Adaptability and flexibility (adaptasi dan penyesuaian)
Adaptasi dan penyesuaian individu dalam menghadapi situasi/masalah yang
mengancam dirinya juga mempengaruhi tingkat stres seseorang. Jerabek (1998)
mengatakan bahwa, semakin tinggi adaptasi dan penyesuaian diri individu terhadap
situasi/ masalah yang mengancam, ia akan terhindar dari stres. Sebaliknya, semakin
rendah adaptasi dan penyesuaian diri individu terhadap situasi/ masalah yang
mengancam, ia akan mengalami stres.
Proactive attitude (sikap proaktif)
Jerabek (1998) menyatakan bahwa individu juga harus berperan aktif dalam
menghadapi situasi/ masalah yang mengancam dirinya. jika individu tidak aktif dalam
menyeleseaikan masalahnya atau terlalu bergantung kepada orang lain, ia akan
mengalami stres. Namun sebaliknya, jika seseorang aktif menghadapi situasi/ masalah
yang menancam dirinya, ia akan terlepas dari stres.
Ability to relax (kemampuan untuk relaks)

Jerabek (1998) menyatakan bahwa bersikap santai/ relaks dalam menghadapi


masalah, dapat mengurangi tingkat stres seseorang. Semakin tinggi kemampuan
individu untuk relaks dalam menghadapi maslaahnya, semakin rendah tingkat stress
nya. Namun semakin tegang seseorang menghadapi stres nya, maka tingkat stress nya
akan semakin tinggi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Coping Stress

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress. Reaksi


terhadap stres bervariasi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, dan
dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor
psikologis dan sosial yang tampaknya dapat merubah dampak stressor bagi individu.
Menurut Smet (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress adalah:
1. Variabel dalam kondisi individu; mencakup umur, tahap kehidupan, jenis kelamin,
temperamen, faktor genetik, intelegensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status
ekonomi dan kondisi fisik.
2. Karakteristik kepribadian, mencakup introvert-extrovert, stabilitas emosi secara
umum, kepribadian ketabahan (hardiness), locus of control, kekebalan, dan
ketahanan.
3. Variabel sosial-kognitif, mencakup dukungan sosial yang disrasakan, jaringan
sosial, serta kontrol pribadi yang dirasakan.
4. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi
dalam jaringan sosial.

5. Strategi coping stress; merupakan cara yang dilakukan individu dalam


menyelesaikan masalah dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam situasi
stres.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi coping stress adalah: kesehatan fisik, karakteristik kepribadian, variabel
sosial-kognitif, hubungan dengan lingkungan sosial dan strategi coping stress.

Pengertian Coping Stress

Pengertoan coping stress menurut Taylor (dalam Smet, 1994) adalah suatu
proses

dimana

individu

mencoba

untuk

mengelola

jarak

yang

ada

antara

tuntutantuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang
berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam
menghadapi situasi stressful.
Menurut Lazarus (1996) coping stress adalah upaya kognitif dan tingkah laku
untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang khusus dan konflik diantaranya
yang dinilai individu sebagai beban dan melampaui batas kemampuan individu tersebut.
Individu akan memberikan reaksi yang berbeda untuk mengatasi stres.
Dewasa ini proses terhadap stres menjadi pedoman untuk membangun coping
stress. Secara umum stres dapat diatasi dengan melakukan transaksi dengan
lingkungan dimana hubungan transaksi ini merupakan suatu proses dimana individu
berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan dengan

melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam
dirinya.
Coping adalah transaksi berseri antara individu yang memiliki satuan sumber
daya, nilai, komitmen, dan lingkungan tempat tinggal dengan sumber dayanya sendiri,
tuntutan. Coping bukan merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu tetapi
merupakan kumpulan respon yang terjadi setiap waktu, yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan individu tersebut (Yanny, dkk, 2004).
Reaksi emosional, termasuk kemarahan dan depresi, dapat dianggap sebagai
bagian dari proses coping untuk menghadapi suatu tuntutan. Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa coping stress merupakan suatu upaya kognitif untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan suatu siatuasi atau
kejadian yang penuh ancaman

Fungsi Coping Stress

Terdapat beberapa fungsi coping stress. Tetapi menurut Folkman, dkk (dalam
Smet, 1994), secara umum, fungsi coping stress mempunyai dua macam fungsi, yaitu:
Emotion-focused coping
Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini
melalui perilaku individu, seperti pengguna alkohol, bagaimana mengabaikan fakta-

fakta yang tidak menyenangkan dengan strategi kognitif. Bila individu tidak mampu
mengubah kondisi yang stressful, individu akan cenderung mengatur emosinya.
Salah satu strategi ini disebutkan Freud (dalam Smet, 1994) yaitumekanisme
pertahanan diri (self defense mechanism). Strategi ini tidak mengubah situasi stressful,
namun hanya mengubah cara orang memikirkan situasi dan melibatkan elemen
penipuan diri (denial).
Problem-focused coping
Strategi kognitif untuk penangan stres atau coping yang digunakan oleh individu
dalam menghadapi masalahnya dan berusaha untuk menyelesaikannya. Untuk
mengurangi stressor, individu akan mengatasinya dengan cara mempelajari cara atau
ketrampilan baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya yakin
akan dapat mengubah situasi. Metode ini digunakan oleh orang dewasa

Strategi Coping Stress

Terdapat beberapa strategi coping stress yang bisa dilakukan oleh seseorang
yang mengalami stress. Menurut Arthur Stone dan Jhon Neale (dalam Benjamin, dkk,
1987) terdapat 8 (delapan) kategori strategi coping stress, yaitu:
Direct action (tindakan langsung)
Individu memikirkan dan mencari pemecahan permasalahannya dan kemudian
melakukan sesuatu atau bertindak untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Acceptance (penerimaan)
Individu mampu menerima kenyataan bahwa keadaan stres tersebut telah terjadi
dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghindari masalah tersebut.
Destruction (pengacauan masalah)
Individu melibatkan diri pada aktivitas lain dan memaksakan diri untuk
memecahkan masalah lain.
Situation redefenition (mendefenisikan ulang situasi)
Mendefenisikan situasi dengan memikirkan masalah dengan cara yang berbeda
agar situasi stres tersebut menjadi dapat diterima.
Catharsis (katarsis)
Mencari pelepasan emosi sebagai alat untuk mengurangi ketegangan dari stres.
Relaxation techniques (teknik relaksasi)
Merupakan cara untuk mengurangi tekanan yang dialami individu.
Social support (dukungan sosial)
Mencari dukungan sosial, misalnya dari teman, orang yang dicintai, psikolog atau
dari lingkungan masyarakat sekitar untuk mengurangi stres.
Religious strategy (strategi keagamaan)
Mencari ketenangan spiritual yang diperoleh dari teman, orang tua atau pemuka
agama. Strategi ini dapat ditempuh dengan perilaku seperti berdoa. Berdoa diyakini
dapat membuat individu mampu menghadapi berbagai situasi yang penuh tekanan.
Menurut Taylor (dalam Smet, 1994) ada 8 (delapan) jenis strategi coping stress, yaitu:
1. Konfrontasi, yaitu sikap agresif untuk mengubah situasi
2. Mencari dukungan sosial, yaitu suatu sikap untuk mendapatkan kenyamanan
emosional dan informasi dari orang lain.

3. Merencanakan pemecahan masalah


4. Kontrol diri, adalah sikap untuk mengatur perasaan
5. Membuat jarak, adalah sikap untuk melepaskan diri dari situasi stress
6. Penilaian kembali secara positif (possitive appraisal), yaitu suatu upaya untuk
menemukan arti yang positif dari permasalahan yang dihadapi.
7. Menerima tanggung jawab dalam masalah peran
8. Melarikan diri/ menghindar (escape/avoidance), yaitu dengan cara makan,
minum, merokok, dan memakai obat-obatan.
Strategi penanganan stres juga dapat digolongkan menjadi mendekat (approach)
atau menjauh (avoidance). Strategi mendekat (approach strategies) meliputi usaha
kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres
tersebut dengan cara menghadapinya secara langsung. Strategi menghindar
(avoidance

strategies)

meliputi

usaha

kognitif

untuk

menyangkal

atau

meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku untuk
menarik diri atau menghindar dari penyebab stres (Santrock, 1998).
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode coping stress yang dapat
digunakan untuk semua situasi stres. Tidak ada strategi coping stress yang paling
berhasil. Strategi coping stress yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan
jenis stres dan situasi (Smet, 1994). Keberhasilan coping stress lebih bergantung pada
penggabungan strategi coping stress yang sesuai dengan ciri-ciri masing-masing
kejadian yang mengancam, daripada mereka mencoba menemukan satu strategi
coping stress yang paling berhasil

Anda mungkin juga menyukai