agama merupakan sumber kebudayaan. Pendapat ini diwakili oleh Hegel. Kelompok kedua
menganggap bahwa kebudayaan tidak ada hubungannya dengan agama. Kelompok ketiga
menganggap bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan. Sejarah, agama dan
kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama
adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Agama memerlukan sistem
simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan. Agama adalah sesuatu yang final,
universal, abadi (parennial) dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan
bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tampa kebudayaan memang dapat
berkembang menjadi agama yang pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai
kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Interaksi antara agama dan kebudayaan dapat terjadi dengan:
pertama
agama memengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya.
Kedua
agama dapatmemengaruhi symbol agama.
Ketiga
kebudayaan dapat menggantikan sistem nilaidan simbol agama.
Agama dan kebudayaan mempunyai 2 persamaan, yaitu keduanya adalah sistem nilai dan
sistem symbol dan keduanya mudah sekali terancam tiap kali ada perubahan. Agama dalam
perspektif ilmu-ilmu sosial adalah sebuah sistem nilai yang memuat sejumlah konsepsi
mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata normatif
dan tata sosial serta memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar. Sementara seni dan tradisi
merupakan ekspresi cipta, karya, dan karsa manusia (dalam masyarakat tertentu) yang berisi
nilai-nilai dan pesan-pesan religiustas, wawasan filosofis dan kearifan local (local wisdom).
Baik agama maupun kebudayaan, sama-sama memberikan cara pandang kehidupan agar
sesuai kehendak Tuhan dan kemanusiaan. Misalnya dalam menyambut anak yang baru lahir.
Agama memberikan wawasan untuk melaksanakan aqiqah untuk penebusan (rahinah) anak
tersebut. Sementara kebudayaan yang dikemas dalam marhabaan dan bacaan berjanji
memberikan wawasan dan caran andang lain. Yaitu mendoakan kesalehan anak yang baru
lahir agar sesuai dengan harapan ketuhanan dan kemanusiaan. Demikian juga upacara dalam
tahlilan, baik agama maupun budaya lokal dalam tahlilan sama-sama saling memberikan
wawasan dan cara pandang dalam menyikapi orang yang meninggal.
Allah telah memberikan manusia kemampuan dan kebebasan berkarya, berpikir,dan
meciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa budaya
merupakan hasil karya manusia, sedang agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan
manusia. Yaitu suatu anugrah tuhan kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing
karya-karya manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan
mengangkatharkat manusia itu sendiri. Islam telah berperan sebagai pendorong manusia
untuk berbudaya.islamlah yang telah meletakkan kaidah-kaidah, norman dan pedoman.
Kebudayaan itu sendiri berasal dari agama, sama seperti dengan apa yang dinyatakan oleh
Hegel diatas.
Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat.
Tetapi agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan
membawa mudharat di dalam kehidupannya. Sehingga islam perlu meluruskan dan
membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab
dan kemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Dari sudut pandang Islam, kebudayaan terbagi menjadi 3 macam:
Pertama
Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam fiqh disebut
pada dirinya yang menumbuhkan kesadaran terhadap ayat-ayatTuhan lainnya, yakni jagad
raya.
G. Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam
Masjid umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat beribadah. Padahalmasjid
berfungsi lebih luas daripada itu. Masjid di zaman Nabi berfungsi sebagaipusat peradaban.
Nabi SAW menyucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan al-Quran dan al -hikmah,
bermusyawarah menyelesaikan masalah kaum muslimin,membina sikap dasar muslimin
terhadap orang yang beda agama dan ras, hinggaupaya meningkatkan kesejahteraan umat
justru dari masjid.Tapi sangat disesalkan masjid kemudian mengalami penyempitan fungsi,
apalagiadanya intervensi pihak tertentu yang menjadikan masjid sebagai alat
memperolehkekuasaan. Ruh dan aktivitas pendidikan menjauh dari masjid. Masjid
hanyamengajari umat belajar baca tulis al-Quran tanpa pegembangan wawasan Islami.
Lebih parah lagi masjid-masjid menjadi tempat belajar menghujat mazhab lain yangbeda.
Dengan demikian, bagaimana mungkin akan tumbuh sikap toleran terhadappenganut agama
lain jika sesama umat seagama saja ditanamkan permusuhan.Pada perkembangan berikutnya
muncul kelompok yang sadar mengembalikanfungsi masjid sebagaimana mestinya,
khususnya dari kalangan intelektual muda.Dimulai dengan gerakan pesantren kilat yang
dimulai awal tahun 1978 dan pengentasan buta huruf al-Quran di awal tahun 1990-an,
gerakan ini berhasilmengentaskan buta huruf al-Quran sekitar 30% anak TK s/d SLTP dan
40% siswa SLTA dan mahasiswa.Dalam syariat Islam masjid memiliki 2 fungsi utama, yaitu:
pertama sebagai pusatibadah ritual dan kedua berfungsi sebagai pusat ibadah sosial. Dari
kedua fungsitersebut titik sentralnya bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai
pusatpembinaan umat Islam.
H. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia
Karena Islam besar dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidaklepas
dari budaya Arab. Masyarakat awam seolah menyamakan antara perilakuyang ditampilkan
orang Arab dengan perilaku ajaran Islam.Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia,
para dai mendakwahkan ajaran Islam dengan mengemasnya dalam bahasa budaya
setempat.Lebih jauh lagi nilai-nilai Islam sudah menjadi bagian tak terpisahkan
darikebudayaan masyarakat Indonesia yang mana tanpa disadari apa yang telahmereka
lakukan merupakan bagian dari ajaran Islam.
I.
Islam agama universal yang menembus batas bangsa, ras, klan, danperadaban, tidak bisa
dinapikan bahwa unsur Arab mempunyai keistimewaan dalamhal:
Pertama
Islam diturunkan pada Muhammad bin Abdullah, seorang Arab. Al-Quran
didatangkan dengan bahasa Arab yang sudah tinggi kesusasteraannya.
Kedua
dalam penyiaran dakwah Islam, bangsa Arab berada pada garda terdepan,dengan
pimpinan kearaban Nabi dan al-Quran, kebangkitan realita Arab dari segisebab
turunnya wahyu dan lokasi dimulainya dakwah Islam.
Ketiga
jika agama terdahulu berkarakteristik yang sesuai konsep Islam lokal,kondisional, dan
temporal, pada saar Islam berkarakteristikan universal dan mondial, maka posisi
mereka sebagai garda terdepan agama Islam adalah menembus batas wilayah
mereka.
J.
L o c a l
W i s d o m (Kearifan Lokal)
Gagasan pribumisasi Islam secara geneologis dilontarkan pertama kali oleh Abdurrahman
Wahid pada tahun 1980-an. Dalam Pribumisasi Islam tergambar Islam sebagai ajaran yang
normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalamkebudayaan manusia tanpa kehilangan
identitasnya masing-masing. Inti Pribumisasi Islam adalah kebutuhan, bukan untuk
menghindari polarisasi agama dan budaya, sebab polarisasi demikian memang tidak
terhindarkan.Pribumisasi Islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling
mengalahkan,melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi
mengambilbentuknya yang otentik dari agama. Islam Pribumi sebagai jawaban dari
Islam otentik mengandaikan 3 hal.
Pertama
Islam Pribumi bersifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai ajaran yang
terkait konteks zaman dan tempat.
Kedua
Islam Pribumi bersifat progresif, yakni kemajuan zaman dilihat sebagai
pemicu untuk melakukan respons kreatif secaraintens.
Ketiga
Islam Pribumi berkarakter membebaskan, yakni Islam penjawabproblem
kemanusiaan secara universal. Dengan demikian, Islam tidak kaku dalammenghadapi
realitas sosial yang selalu berubah.
Sejak kehadiran Islam di Indonesia, para ulama telah mencoba mengadopsibudaya lokal
secara selektif, sistem sosial, kesenian dan pemerintahan yang pastidak diubah. Kalangan
ulama Indonesia memang telah berhasil mengintegrasikankeislaman dan keindonesiaan.
Karena itu, jika nilai Islam dianggap sesuai denganadat setempat, tidak perlu diubah sesuai
dengan selera, adat atau ideologi Arab.Islam masuk ke Indonesia dengan cara begitu elastis.
Baik yang berhubungandengan pengenalan simbol Islami maupun ritus keagamaan. Inilah
pribumisasi Islamyang dilakukan para penyebar Islam, khususnya Wali Songo di
Jawa.Masjid-masjid pertama yang dibangun di Nusantara bentuknya menyerupaiarsitektur
lokal-warisan Hindu. Dengan demikian, Islam tidak memindahkan simbolbudaya Timur
Tengah.Secara lebih luas, dialektika agama dan budaya lokal dapat dilihat dalamperspektif
sejarah. Penyebaran Islam selalu berhadapan dengan budaya lokalsetempat. Salah satu contoh
adalah tradisi kentrungan yang telah diisi ajaran kalimusodo (kalimat syahadat) atau ajaran
keadilan lainnya.