Anda di halaman 1dari 6

BAB XI

SENI DAN BUDAYA DALAM ISLAM


A. Pengantar
Ajaran-ajaran Islam yang penuh kemaslahatan mencakup segala aspekkehidupan
manusia, salah satunya adalah seni dan budaya yang telah diatur denganbatasan-batasannya.
B. Pengertian dan Hakikat Seni dan Budaya dalam Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa:
Budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Bahasa Inggris sering menggunakan istilah
culture dan civilization untuk merujuk arti budaya. Sedangkan dalam bahasa Arab, adaistilah
al-tsaqafah ( culture ) yang menunjuk pada aspek ide, sedangkan kata al-hadlarah (
civilization ) menunjuk pada aspek material.Jangkauan kebudayaan menurut Ernst Cassirer
dibagi menjadi 5 aspek: 1)kehidupan spiritual; 2) bahasa dan kesusasteraan; 3) kesenian;
4) sejarah; dan 5)ilmu pengetahuan.Sementara itu, seni adalah hasil ungkapan akal dan budi
manusia dengan segalaprosesnya. Aspek seni dapat dibagi menjadi 2, yaitu: visual art
dan performing art yang mencakup seni rupa, seni pertunjukan, seni teater, seni arsitektur.
C. Wujud Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, meliputi:
1. Wujud ideal, berupa ide-ide, norma, peraturan, hukum, dsb.
2. Wujud tingkah laku, berupa aktivitas tingkah berpola dari manusia di masyarakat.
Pola tingkah laku yang mendasar dalam Islam meliputi:
a. Ketakwaan, beriman, cinta, dan takut kepada Allah SWT.
b. Penyerahan diri yang mencakup penghindaran diri dari nafsu hewani,kemuliaan sejati
kepribadian, dan kelestarian usaha kebajikan.
c. Kebenaran menciptakan tingkah laku setia pada realita.
d. Keadilan baik terhadap diri sendiri, orang lain, atau makhluk lain.
e. Cinta kepada makhluk Tuhan dan menghindarkan diri dari melukai perasaan pihak lain.
f. Hikmah mendorong seseorang untuk menumbuhkan tingkah lakuberdasarkan keilmuan.
g. Keindahan membuahkan kemanisan, kelembutan, dan keluwesan dalammoral dan
kebiasaan.Dengan pola tingkah laku tersebut diharapkan dapat melahirkan sifat-sifat
mahmudah antara lain: setia, pemaaf, benar, menepati janji, dan lain-lain.
Dengan pola tingkah laku yang mendasar diharapkan dapat melahirkan sifat-sifat
mahmudah. Kalau kita kembali pada definisi iman yang mempnyai tiga unsur,yaitu:
Tambatan hati (qaib),
Perkataan (lisan), dan
Amal perbuatan (amalan bil arkaan).
Maka kebudayaan Islam tidak lain adalah iman. Dengan demikian, kebudayaan adalah
pandangan dan sikap hidup berdasarkan Al-Quran menurut Sunah Rasul atau selain AlQuran menurut Sunah Rasul. Kebudayaan menurut Al-Quran adalah iman haq,
sedangkan Kebudayaan yang tidak menurut Al-Quran adalah kebudayaan bathil, yang
bersifat destruktif.
3. Wujud benda, berupa benda hasil karya.

D. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam


Kebudayaan berkaitan erat dengan perubahan masyarakat, perubahan itu mempunyai
dimensi waktu, tempat, gerak, dan arah. Walaupun kebudayaan erat kaitannya dengan tempat,
namun tidak berarti tempat menentukan sebuah kebudayaan menjadi unggul. Begitu juga
dengan waktu, gerak, dan arah.
Kebudayaan bisa bergerak ke arah yang lebih maju (progresive) atau bergerak mndur
(regresive). Atau dengan maksud lain, Kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih baik
(maslahat/nur) atau bergerak ke arah yag lebih buruk (mafsadah/dzulumat), semua ini
tergantung pada aktor-aktor penggeraknya.
Prinsip kebudayaan Islam adalah salah satu diantara kedua kebudayaan tersebut.
Sepanjang sejarah umat manusia, kebudayaan hanya mempunyai dua model, yaitu
membangun atau merusak. Kedua model kebudayaan ini hidup dan berkembang saling
bergantian. Seperti yang tersirat dalam Surat Al-Anbiya: 104, (Yaitu) pada hari Kami
gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah
memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang
pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.
Prinsip kebudayaan dalam pandangan Islam adalah adanya ruh (jiwa) didalamnya dan
ruuh itu tidak lain adalah wahyu Allah S.W.T. (Al-Quran menurut Sunah Rasul-Nya), seperti
yang dinyatakan dalam Surat Asy-Syuraa: 52 dan 53, Dan demikianlah Kami wahyukan
kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui
apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki
di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus. dan (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua
urusan.
Jika ruh budaya adalah wahyu Allah S.W.T, maka kebudayaan bergerak kearah
membangun, sedangkan jika ruh kebudayaan bukan wahyu Allah S.W.T, maka kebudayaan
cenderung bergerak ke arah yang merusak (destruktif).
E. Hubungan Antara Agama dan Budaya
Pendapat para ahli dalam menyikapirelasi agama dengan budaya. Sebagian ahli
kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan dinamika ilahi.
Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tata
negara, kesenian, dan filsafat tak lain dari pada proses realisasi diri dan ruh ilahi.
Sebaliknya menurut kaum rohaniawan(terutama dari kalangan katolik), menyatakan
bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya bahwa agama
merupakan keyakinan hidup rohanipemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi.
Keyakinan ini disebut iman, dan iman merupakan pemberian dari tuhan, sedangkan
kebudayaan merupakan karya manusia. Adapun menurut ahli antropologi, bahwa agama
merupakan salah satu unsur kebudayaan. Oleh karena itu ahli antropologi mengatakan bahwa
manusia mempunyai akal pikiran dan mempunyai sistem pengetahuan yang dgunakan untuk
menafsirkan berbagai gejala serta simbol-simbol agama.
Berbagai tingkah laku keagamaan, masih menurut ahli antropologi, bukanlah diatur oleh
ayat-ayat dari kitab suci. Melainkan oleh interpretasi mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan para ahli kebudayaan berbeda pendapat dalam
memandang hubungan agama dan kebudayaan. Kelompok pertama menganggap bahwa

agama merupakan sumber kebudayaan. Pendapat ini diwakili oleh Hegel. Kelompok kedua
menganggap bahwa kebudayaan tidak ada hubungannya dengan agama. Kelompok ketiga
menganggap bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan. Sejarah, agama dan
kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama
adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Agama memerlukan sistem
simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan. Agama adalah sesuatu yang final,
universal, abadi (parennial) dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan
bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tampa kebudayaan memang dapat
berkembang menjadi agama yang pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai
kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Interaksi antara agama dan kebudayaan dapat terjadi dengan:
pertama
agama memengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya.
Kedua
agama dapatmemengaruhi symbol agama.
Ketiga
kebudayaan dapat menggantikan sistem nilaidan simbol agama.
Agama dan kebudayaan mempunyai 2 persamaan, yaitu keduanya adalah sistem nilai dan
sistem symbol dan keduanya mudah sekali terancam tiap kali ada perubahan. Agama dalam
perspektif ilmu-ilmu sosial adalah sebuah sistem nilai yang memuat sejumlah konsepsi
mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata normatif
dan tata sosial serta memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar. Sementara seni dan tradisi
merupakan ekspresi cipta, karya, dan karsa manusia (dalam masyarakat tertentu) yang berisi
nilai-nilai dan pesan-pesan religiustas, wawasan filosofis dan kearifan local (local wisdom).
Baik agama maupun kebudayaan, sama-sama memberikan cara pandang kehidupan agar
sesuai kehendak Tuhan dan kemanusiaan. Misalnya dalam menyambut anak yang baru lahir.
Agama memberikan wawasan untuk melaksanakan aqiqah untuk penebusan (rahinah) anak
tersebut. Sementara kebudayaan yang dikemas dalam marhabaan dan bacaan berjanji
memberikan wawasan dan caran andang lain. Yaitu mendoakan kesalehan anak yang baru
lahir agar sesuai dengan harapan ketuhanan dan kemanusiaan. Demikian juga upacara dalam
tahlilan, baik agama maupun budaya lokal dalam tahlilan sama-sama saling memberikan
wawasan dan cara pandang dalam menyikapi orang yang meninggal.
Allah telah memberikan manusia kemampuan dan kebebasan berkarya, berpikir,dan
meciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa budaya
merupakan hasil karya manusia, sedang agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan
manusia. Yaitu suatu anugrah tuhan kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing
karya-karya manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan
mengangkatharkat manusia itu sendiri. Islam telah berperan sebagai pendorong manusia
untuk berbudaya.islamlah yang telah meletakkan kaidah-kaidah, norman dan pedoman.
Kebudayaan itu sendiri berasal dari agama, sama seperti dengan apa yang dinyatakan oleh
Hegel diatas.
Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat.
Tetapi agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan
membawa mudharat di dalam kehidupannya. Sehingga islam perlu meluruskan dan
membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab
dan kemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Dari sudut pandang Islam, kebudayaan terbagi menjadi 3 macam:
Pertama
Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam fiqh disebut

al-adatu muhakkamatun. Maksudnya, adat istiadat suatu masyarakat mempunyai


pengaruh dalam penentuan hukum. Tapi kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-halyang
belum ditentukan dalam syariat, seperti kadar besar kecilnya suatu mahar dalam
pernikahan.
Kedua
Kebudayaan
yang
sebagian
unsurnya
bertentangan
dengan
Islam, kemudiandirekonstruksikan menjadi Islami. Contohnya, tradisi jahiliyah seperti
talbiyah yang sarat kesyirikan, thawaf di Kabah dengan telanjang direkonstruksi dengan
menghilangkan unsur jahiliyahnya menjadi ibadah yang telah diatur.
Ketiga
Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti ngaben di Bali,budaya tiwah di
Kalimantan Tengah, budaya pemakaman di Toraja, dsb.Kebudayaan yang bertentangan
dengan Islam itu dilarang, karena kebudayaantersebut tidak mengarah kepada kemajuan
adab, persatuan, dan serta tidakmempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

F. Seni Islam sebagai Manifestasi Budaya Umat Islam


Seni (fann, art) secaraumum merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam
manusia, dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap
oleh indera pendengar (seni suara) penglihatan (seni tulis/lukis) atau dilahirkan dengan
perantara gerak (seni tari, drama), (Ensiklopedi Indonesia, V / 3080, 3081).
Islam menggambarkan sesuatu yang indah dan baik itu dengan istilah ihsan, shalih, atau
jamil. Seni menurut Islam itu subjektif dari sudut pandang ketuhanan dan objektif
bagimanusia, bersifat kekal abadi, dan universal berlaku bagi semua manusia. Secara
definitif, seni menurut Islam pada hakikatnya sebagai refleksi dan ekspresi berbagaicita rasa,
gagasan, dan ide sebagai media komunikasi bergaya estetis untuk menggugah cita rasa
inderawi dan kesadaran manusiawi dalam memahamiberbagai fenomena, panorama dan
aksioma yang menyangkut alam, kehidupan,manusia dan keesaan ketuhanan. Kriteria seni
Islam menurut Yusuf al-Qaradhawi:
1) Harus mengandung pesan kebaikan di antara sentuhan estetikanya.
2) Menjaga dan menghormati nilai-nilai susila Islam.
3) Tetap menjaga aurat dan menghindari erotisme dan keseronokan.
4) Menghindari semua hal yang meniru gaya khas ritual agama lain dan yang menjurus
kemusyrikan.
5) Menjauhi kata-kata, gerakan, gambaran yang tidak mendidik.
6) Menjaga disiplin dan prinsip hijab
7) Menghindari perilaku takhannus (kebancian).
8) Menghindari fitnah dan kemaksiatan dalam penyajiannya.
9) Dilakukan dan dinikmati sebatas keperluan dan hindari berlebihan.Menurut Islam seni
bukan sekadar untuk seni yang absurd dan hampa nilai.
SeniIslam harus memiliki semua unsur penting pembentuknya, yaitu: jiwanya,
prinsipnya,cara penyampaiannya, tujuan dan sasarannya. Motivasi seni Islam adalah
spiritibadah kepada Allah, menjalankan kebenaran dan menegakkannya demi ridha
AllahSWT. Seni Islam harus memiliki risalah dakwah melalui 3 pesan:
1. Ketauhidan.
2. Kemanusiaan dan penyelamatan hak asasi manusia.
3. Akhlak dan kepribadian Islam.
Puncak dari manifestasi seni Islam adalah al-Quran. Maka dari itu, ukuran jiwa seni
bagi setiap Muslim adalah seberapa besar kesadaran dan penghayatan nilai-nilai al-Quran

pada dirinya yang menumbuhkan kesadaran terhadap ayat-ayatTuhan lainnya, yakni jagad
raya.
G. Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam
Masjid umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat beribadah. Padahalmasjid
berfungsi lebih luas daripada itu. Masjid di zaman Nabi berfungsi sebagaipusat peradaban.
Nabi SAW menyucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan al-Quran dan al -hikmah,
bermusyawarah menyelesaikan masalah kaum muslimin,membina sikap dasar muslimin
terhadap orang yang beda agama dan ras, hinggaupaya meningkatkan kesejahteraan umat
justru dari masjid.Tapi sangat disesalkan masjid kemudian mengalami penyempitan fungsi,
apalagiadanya intervensi pihak tertentu yang menjadikan masjid sebagai alat
memperolehkekuasaan. Ruh dan aktivitas pendidikan menjauh dari masjid. Masjid
hanyamengajari umat belajar baca tulis al-Quran tanpa pegembangan wawasan Islami.
Lebih parah lagi masjid-masjid menjadi tempat belajar menghujat mazhab lain yangbeda.
Dengan demikian, bagaimana mungkin akan tumbuh sikap toleran terhadappenganut agama
lain jika sesama umat seagama saja ditanamkan permusuhan.Pada perkembangan berikutnya
muncul kelompok yang sadar mengembalikanfungsi masjid sebagaimana mestinya,
khususnya dari kalangan intelektual muda.Dimulai dengan gerakan pesantren kilat yang
dimulai awal tahun 1978 dan pengentasan buta huruf al-Quran di awal tahun 1990-an,
gerakan ini berhasilmengentaskan buta huruf al-Quran sekitar 30% anak TK s/d SLTP dan
40% siswa SLTA dan mahasiswa.Dalam syariat Islam masjid memiliki 2 fungsi utama, yaitu:
pertama sebagai pusatibadah ritual dan kedua berfungsi sebagai pusat ibadah sosial. Dari
kedua fungsitersebut titik sentralnya bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai
pusatpembinaan umat Islam.
H. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia
Karena Islam besar dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidaklepas
dari budaya Arab. Masyarakat awam seolah menyamakan antara perilakuyang ditampilkan
orang Arab dengan perilaku ajaran Islam.Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia,
para dai mendakwahkan ajaran Islam dengan mengemasnya dalam bahasa budaya
setempat.Lebih jauh lagi nilai-nilai Islam sudah menjadi bagian tak terpisahkan
darikebudayaan masyarakat Indonesia yang mana tanpa disadari apa yang telahmereka
lakukan merupakan bagian dari ajaran Islam.
I.

Islam dan Budaya Lokal


Universalisme Islam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting.
Ajaran Islam yang mencakup aspek akidah, syariah dan akhlak, menampakkan
perhatiannya pada kemanusiaan. Hal ini dapat dilihat dalam 5 tujuan umum syariah, yaitu:
menjamin keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan, akal, keturunan, harta.Selain itu, risalah
Islam juga menampilkan nilai kemasyarakatan yang luhur, yaitu:keadilan, ukhuwwah
(persaudaraan), tafakul (jaminan keselamatan), kebebasan dankehormatan.Pandangan bahwa
tidak ada umat yang tidak didatangi utusan Tuhan secarafungsional, membawa kepada
pemahaman tentang kesatuan kenabian.Berdasarkan hal tersebut memunculkan sikap
kosmopolitanisme budaya Islam.Refleksi dan manifestasi kosmopolitanisme Islam bisa
dilacak dalam etalasesejarah budaya Islam sejak zaman Rasulullah, baik non material seperti
konseppemikiran, maupun yang material seperti seni arsitektur, dsb.
Pengaruh filsafat dan budaya Yunani dalam sejarah perkembangan budayaIslam bukan hal
baru lagi. Begitu juga budaya Persia yang besar sahamnya dalambudaya Islam.Walaupun

Islam agama universal yang menembus batas bangsa, ras, klan, danperadaban, tidak bisa
dinapikan bahwa unsur Arab mempunyai keistimewaan dalamhal:
Pertama
Islam diturunkan pada Muhammad bin Abdullah, seorang Arab. Al-Quran
didatangkan dengan bahasa Arab yang sudah tinggi kesusasteraannya.
Kedua
dalam penyiaran dakwah Islam, bangsa Arab berada pada garda terdepan,dengan
pimpinan kearaban Nabi dan al-Quran, kebangkitan realita Arab dari segisebab
turunnya wahyu dan lokasi dimulainya dakwah Islam.
Ketiga
jika agama terdahulu berkarakteristik yang sesuai konsep Islam lokal,kondisional, dan
temporal, pada saar Islam berkarakteristikan universal dan mondial, maka posisi
mereka sebagai garda terdepan agama Islam adalah menembus batas wilayah
mereka.
J.

L o c a l

W i s d o m (Kearifan Lokal)

Gagasan pribumisasi Islam secara geneologis dilontarkan pertama kali oleh Abdurrahman
Wahid pada tahun 1980-an. Dalam Pribumisasi Islam tergambar Islam sebagai ajaran yang
normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalamkebudayaan manusia tanpa kehilangan
identitasnya masing-masing. Inti Pribumisasi Islam adalah kebutuhan, bukan untuk
menghindari polarisasi agama dan budaya, sebab polarisasi demikian memang tidak
terhindarkan.Pribumisasi Islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling
mengalahkan,melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi
mengambilbentuknya yang otentik dari agama. Islam Pribumi sebagai jawaban dari
Islam otentik mengandaikan 3 hal.
Pertama
Islam Pribumi bersifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai ajaran yang
terkait konteks zaman dan tempat.
Kedua
Islam Pribumi bersifat progresif, yakni kemajuan zaman dilihat sebagai
pemicu untuk melakukan respons kreatif secaraintens.
Ketiga
Islam Pribumi berkarakter membebaskan, yakni Islam penjawabproblem
kemanusiaan secara universal. Dengan demikian, Islam tidak kaku dalammenghadapi
realitas sosial yang selalu berubah.
Sejak kehadiran Islam di Indonesia, para ulama telah mencoba mengadopsibudaya lokal
secara selektif, sistem sosial, kesenian dan pemerintahan yang pastidak diubah. Kalangan
ulama Indonesia memang telah berhasil mengintegrasikankeislaman dan keindonesiaan.
Karena itu, jika nilai Islam dianggap sesuai denganadat setempat, tidak perlu diubah sesuai
dengan selera, adat atau ideologi Arab.Islam masuk ke Indonesia dengan cara begitu elastis.
Baik yang berhubungandengan pengenalan simbol Islami maupun ritus keagamaan. Inilah
pribumisasi Islamyang dilakukan para penyebar Islam, khususnya Wali Songo di
Jawa.Masjid-masjid pertama yang dibangun di Nusantara bentuknya menyerupaiarsitektur
lokal-warisan Hindu. Dengan demikian, Islam tidak memindahkan simbolbudaya Timur
Tengah.Secara lebih luas, dialektika agama dan budaya lokal dapat dilihat dalamperspektif
sejarah. Penyebaran Islam selalu berhadapan dengan budaya lokalsetempat. Salah satu contoh
adalah tradisi kentrungan yang telah diisi ajaran kalimusodo (kalimat syahadat) atau ajaran
keadilan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai