PENDAHULUAN
1.1 DASAR HUKUM
Dasar hukum untuk penyusunan rencana tata ruang ini,meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Himpunan Peraturan Negara Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3272);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470);
I-1
tahun 1992
Undang-
I-2
19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
20. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan PulauPulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4690);
21. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4849);
22. Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor
18
Tahun
2008
Tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4956);
24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
25. Undang-Undang
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83.Tambahan Lembaran Negara
Tepublik Indonesia Nomor 5014);
26. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5059;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1995 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten
Dati II Tangerang Dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang Ke Kecamatan Tigaraksa
Di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang, (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 27,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3597);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3658);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban,
Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660);
I-3
30. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta Tata Ruang(Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran negara Nomor 3934);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang PenatagunaanTanah (Lembaran
Negara tahun 2004 Nomor 45 Tambahan lembaran Negara Nomor 4385);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5019);
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi,
Dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi
Sumber Daya Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779);
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4833);
38. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pengelolaan Kawasan Pusat kegiatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
39. Peraturan
Pemerintah
Penyelenggaraan
Republik
Indonesia
Nomor
56
Tahun
2009
Tentang
Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
15
Tahun
2010
Tentang
I-4
42. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur;
43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan
Kawasan Pusat kegiatan;
44. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
45. Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Beserta Rencana
Rincinya;
46. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Daerah
Kabupaten
Tangerang
Nomor
Tahun
2006
tentang
Daerah
Kabupaten
Tangerang
Nomor
Tahun
2008
tentang
Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi, (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 08.
Tambahan Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 0808).
I-5
timur
berbatasan
dengan
Kota
I-6
Tabel 1.1
Wilayah Administrasi Kabupaten TangerangTahun 2009
Cisoka
Luas
Wilayah
2
( Km )
26.98
Solear
No.
Kecamatan
Kelurahan
Desa
10
29.01
Tigaraksa
48.74
12
Jambe
26.02
10
Cikupa
42.68
12
Panongan
34.93
Curug
27.41
Kelapa Dua
24.38
Legok
35.13
10
10
Pagedangan
45.69
10
11
Cisauk
27.77
12
Pasar Kemis
25.92
13
Sindang Jaya
37.15
14
Balaraja
33.56
15
Jayanti
23.89
16
Sukamulya
26.94
17
Kresek
25.97
18
Gunung Kaler
29.63
19
Kronjo
44.23
10
20
Mekar Baru
23.82
21
Mauk
51.42
11
22
Kemiri
32.7
23
Sukadiri
24.14
24
Rajeg
53.7
12
25
Sepatan
17.32
26
Sepatan Timur
18.27
27
Pakuhaji
51.87
13
28
Teluknaga
40.58
13
29
Kosambi
29.76
959.60
28
246
Jumlah
I-7
Gambar 1.1
Peta orientasi Kabupaten Tangerang
I-8
Gambar 1.2
Peta Batas Administrasi
Kabupaten Tangerang
I-9
Laju
Kecamatan
Pertumbuhan
Kepadatan
Penduduk
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
(%)
(Jiwa/km2)
Cisoka
122.624
122.952
127.631
132.206
69.226
70.866
72.213
73.585
2,05
2.676
Solear*
66.102
67.668
68.971
70.295
2,07
2.378
Tigaraksa
87.334
87.568
89.366
95.314
97.243
99.545
101.735
103.973
2,53
2.087
Jambe
34.597
34.690
34.622
37.690
38.509
39.423
40.663
41.940
3,14
1.563
Cikupa
172.541
173.003
179.586
185.854
188.506
192.974
196.546
200.182
2,15
4.605
Panongan
60.476
60.638
60.672
66.015
67.471
69.069
71.210
73.410
2,84
2.039
Curug
217.162
217.743
226.031
237.357
137.600
140.861
143.941
147.079
2,24
5.252
Kelapa Dua*
134.115
137.308
140.019
142.777
2,11
5.744
Legok
104.096
104.375
108.347
110.405
82.701
84.662
86.569
88.517
2,30
2.464
10
Pagedangan
75.446
78.498
78.708
78.911
77.483
79.234
82.880
86.692
3,84
1.814
11
Cisauk
86.195
91.039
91.283
91.294
98.835
45.503
47.443
50.636
5,50
1.708
12
Pasar Kemis
197.400
225.565
226.169
242.278
246.746
192.264
195.342
203.175
2,81
7.537
13
Sindang
Jaya*
68.853
70.486
71.633
74.520
2,67
1.928
I-10
No.
Laju
Kecamatan
Pertumbuhan
Kepadatan
Penduduk
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
(%)
(Jiwa/km2)
14
Balaraja
132.075
137.288
137.655
142.895
149.558
103.117
105.633
110.777
3,65
3.148
15
Jayanti
56.018
59.314
59.473
59.657
63.610
57.226
60.341
63.624
5,44
2.526
16
Sukamulya*
59.402
62.410
65.568
5,06
2.316
17
Kresek
95.214
103.414
103.691
104.379
111.932
61.977
64.881
67.917
4,68
2,443
18
Gunung
Kaler*
53.541
54.729
55.939
2,21
1.847
19
Kronjo
82.471
84.361
84.587
85.483
91.567
56.151
59.211
62.432
5,44
1.339
20
Mekar Baru*
37.348
39.615
41.873
5,7
1.663
21
Mauk
69.642
70.743
70.932
71.209
75.992
77.701
81.319
85.100
3,86
1.581
22
Kemiri
36.579
37.466
37.566
37.531
41.066
42.102
44.192
46.384
4,25
1.351
23
Sukadiri
48.265
49.464
49.596
49.411
53.354
54.535
56.936
59.441
3,76
2.359
24
Rajeg
95.086
107.292
107.579
108.016
111.035
108.819
113.802
119.003
4,57
2.119
25
Sepatan
127.543
132.305
132.659
132.787
143.665
76.778
78.687
80.638
2,48
4.543
26
Sepatan
Timur*
72.023
75.601
79.351
4,96
4.138
27
Pakuhaji
89.595
91.021
91.265
91.221
98.758
101.098
105.603
110.302
3,05
2.036
28
Teluknaga
107.447
113.391
113.694
113.749
123.004
125.757
131.372
137.231
4,22
3.237
29
Kosambi
95.316
96.963
97.223
96.784
104.744
106.869
111.785
116.927
3,00
3.756
2.141.307
2.276.954
2.283.049
2.331.860
2.456.190
2.456.190
2.528.685
2.617.189
3,5
2,673
Jumlah
Melihat perkembangan Kabupaten Tangerang dimasa yang akan datang menunjukkan sektor
industri pengolahan akan semakin meningkat, hal ini akan mempengaruhi sistem mata
I-11
Tabel 1.3
Jumlah Perusahaan Berdasarkan Sektor dan Tenaga Kerja
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Sektor
Jumlah
Perusahaan
4.899
278.362
540
8.838
41.352
4.025
10.153
19.882
113
2.437
12
141
1.172
86
222
431
Jumlah
368.051
4.614
I-12
Dataran rendah dibagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter diatas
permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Sukadiri, Kecamatan Kresek, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan Kronjo,
Kecamatan Mekar Baru, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan dan Kecamatan
Sepatan Timur.
I-13
2.
Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian antara 25 - 85 meter
diatas permukaan laut. Kemiringan tanah rata-rata 0 - 8 % menurun ke Utara. Untuk lebih
jelasnya kondisi topografi ini dapat dilihat pada Gambar 1.6
I-14
Gambar 1.3
PetaSebaran Penduduk
I-15
Gambar 1.4
Peta Kerentanan Tanah
I-16
Gambar 1.5
Peta Sebaran Lokasi Banjir.
I-17
I-18
Tekstur halus
52.327 Ha (54,53 %)
2.
Tekstur sedang :
40.563 Ha (42,27 %)
3.
Tekstur kasar
3.071 Ha (3,20 %)
Tekstur tanah seperti ini sangat cocok untuk pengembangan budidaya pertanian dan tanaman
keras.
1.2.4.4. Kedalaman Efektif Tanah
Yang dimaksud dengan efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan tanah atau
suatu lapisan dimana perakaran tanaman dapat menerobosnya. Kedalarnan efektif tanah
berpengaruh terhadap erosi dan pemilihan jenis tanaman yang cocok di suatu wilayah.
Kabupaten Tangerang terbagi atas 3 kelas kedalarnan efektif tanah, meliputi :
1.
2.
3.
I-19
Gambar 1.7
Peta Jenis Tanah Kabupaten Tangerang
I-20
1.2.4.5. Hidrologi
1.2.4.5.1. Kondisi SumberDaya Air
Air tanah di Kabupaten Tangerang secara umum memiliki potensi yang cukup tinggi, meskipun
di beberapa Kecamatan (Kecamatan Mauk, Sukadiri, Kemiri, Kronjo, Pakuhaji, Teluk Naga dan
Kecamatan Kosambi) terindikasi intrusi air laut dan terjadinya eksploitasi air tanah yang cukup
tinggi untuk kebutuhan industri karena terbatasnya sumber air permukaan. kualitas air tanah di
daerah utara (Mauk) didominasi oleh air tanah payau-asin sedang ke arah selatan kualitas air
tanah relatif lebih baik.
1.2.4.5.2. Potensi SumberDaya Air
Potensi air sungai dan situ/rawa yang merupakan potensi air permukaan di Kabupaten Tangerang,
diketahui bahwa berdasarkan Satuan Wilayah Sungai (SWS) menunjukan potensi sebagai berikut:
1. Sumber air berasal dari sungai Cisadane-Ciliwung, Cisadane-Cikuningan, Sungai
Cikoncang, Sungai Cimadur.
2. Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukan bahwa
Kabupaten Tangerang mengalami defisit air pada bulan Maret sampai bulan November (8
bulan) sementara suplus air hanya terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari (3
bulan).
3. Air tanah, debit air tanah di KabupatenTangerang berkisar antara 3 10 liter/detik/Km2. Air
tanah ini cenderung diambil secara berlebihan di sepanjang jalan Jakarta Tangerang oleh
industri-industri, sehingga terjadi penurunan muka air tanah yang cukup drastis. Di bagian
utara kabupaten air tanah umumnya tidak dapat digunakan karena asin/payau.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.8
Selain sungai dan air tanah di Kabupaten
Tangerang juga banyak dijumpai badan air
permukaan berupa danau atau situ yang
tersebar
Situ Pasir Gadung
Kecamatan Cikupa
I-21
hampir
di
wilayah
Kabupaten
Tabel 1.4
Sebaran Situ di Kabupaten Tangerang
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Nama
Situ/Danau/Rawa
Situ Pondok
Situ Cilongok
Situ Pasir Gadung
Situ Kelapa Dua
Situ Cihuni
Situ Jengkol
Rawa Ilat
Rawa Waluh
Rawa Garugak
Rawa Patrasana
Rawa Gabus
Rawa Genggong
Rawa Setingan
Rawa Gede
Rawa Sulang
Rawa Koja
Rawa Kepuh
Rawa Gelam/Panggam
Rawa Pangodokan
Rawa Dadap
Rawa Warung Rebo
Rawa Bojong
Rawa Jambu
Lokasi
Kecamatan
Sindang Jaya
Pasar Kemis
Cikupa
Kelapa Dua
Pagedangan
Solear
Kronjo
Kronjo
Kresek
Kresek
Kresek
Kresek
,Kemiri
Sukadiri
Sepatan
Sepatan
Pakuhaji
Pasar Kemis
Pasar Kemis
Pasar Kemis
Sindang Jaya
Cikupa
Rajeg
Luas (ha)
Desa
Sukaharja
Sukamantri
Pasir Gadung
Kelapa Dua
Cihuni
Cikuya
Cirumpak dan Kemuning
Kosambi Dalam
Kemuning
Patrasana dan Pasir Rampo
Tamiang
Tamiang
Klebet
Pekayon dan Sukadiri
Lebakwangi
Pisangan Jaya
Rawaboni
Kutajaya
Kutabumi
Pangadegan
Wanakerta
Cikupa
Jambukarya
27,70
23,,00
7,30
37,50
32,34
4,10
67,98
70,00
177,00
24,50
9,72
8,40
26,40
2,80
8,00
11,70
7,90
7,60
-
Kuantitas
Panjang 81,5 km;
2
luas 865 km , Debit
rata-rata bulanan =
3
2,551m /dt (st. Parigi)
I-22
Sungai
Cisadane
Cimanceuri
Kuantitas
Panjang 140 km;
2
luas 1411 km ,
Debit rata-rata
bulanan = 115,315
3
m /dt (st. Batu
Beulah)
Panjang 60 km;
2
luas 570 km , debit
= 0,601 m/dt (st.
Balaraja)
Tiga raksa
Kekeruhan ,
Permanganat
Kekeruhan,
COD, total
koliform
Cibadak
Kekeruhan,
Permanganat
COD
Total koliform
Balaraja
Kekeruhan,Permanganat,
Nitrit
1.2.4.6. Geologi
Struktur batuan yang terbentuk di Kabupaten Tangerang adalah:
a. Alluvium, terdiri dari lempung,kerikil,kerakal.
b. Tuf Banten (Banten Tuff), terdiri dari batu apung dan batu pasir tuffan.
Kabupaten Tangerang bagian Utara merupakan daerah yang sedikit bergelombang lemah.
Daerah ini termasuk dalam ketegori bentuk lahan bentukan asal pengendapan (alluvial). Untuk
lebih jelasnya peta geologi di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 1.9.Peta
Geologi Kabupaten Tangerang.
1.2.4.7. Klimatologi
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,8 33,90C, suhu maksimum tertinggi pada bulan
Oktober yaitu 33,90C dan suhu minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu
22,80C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3 % dan 59,3 %.
Keadaan curah hujan tertingi terjadi pada bulan Februari sedangkan rata-rata curah hujan
dalam setahun adalah 177,3 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan
sebanyak 20 hari. Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 1.10.Peta curah hujan Kabupaten
Tangerang.
1.2.4.8. Kondisi Udara
1.2.4.8.1. Kondisi Eksisting Pencemaran dan Kualitas Udara
Pencemaran udara dapat terjadi yang disebabkan oleh adanya kontaminan (pencemar) di
udara yang mengakibatkan kandungan senyawa gas menjadi berubah. Indikator terjadinya
pencemaran udara mengacu pada 2 peraturan yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41
tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan SK Menaker No. 51/Menaker/1999 tentang
nilai ambang batas (NAB).
I-23
GAMBAR 1.8
PETA HIDROLOGI
I-24
Gambar 1.9
PETA GEOLOGI
KABUPATEN TANGERANG
I-25
Gambar 1.10
PETA CURAH HUJAN
KABUPATEN TANGERANG
I-26
Pencemaran udara di Kabupaten Tangerang terutama di daerah perkotaan dari waktu ke waktu
diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan di
berbagai sektor seperti sektor industri, perhubungan/transportasi dan pariwisata. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian secara serius dan perlu penanganan atau pengendalian secara baik
dan komprehensif antara instansi terkait.
Sumber bergerak yaitu berasal dari pengoperasian kendaraan darat dan udara.
2.
Sumber tidak bergerak yaitu berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan
persampahan.
Pencemaran udara sebagai akibat kegiatan transportasi disebabkan oleh pembakaran bahan
bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan gas buang atau emisi, sedang pencemaran
udara karena kegiatan atau proses industri disebabkan oleh penggunaan energi seperti batu
bara dan pembakaran bahan bakar untuk generator dan penggunaan AC. Pencemaran udara
yang berasal dari kegiatan rumah tangga antara lain berasal dari pembakaran kayu, sedang
pencemaran udara dari kegiatan persampahan disebabkan oleh proses pembakaran sampah
akan menghasilkan partikel debu.Sumbersumber lain yang juga akan menyumbang terjadinya
pencemaran udara antara lain adalah kebakaran hutan dan kegiatan pembangunan.
1.2.4.8.3. Kondisi Beban Pencemaran Udara
1.
I-27
2.
Permasalahan pencemaran udara juga terjadi pada lokasi tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah. Pengelolaan TPA yang kurang optimal dan adanya kesalahan cara penanganan
sampah memicu timbulnya penurunan kualitas udara pada lingkungan yang ada di sekitarnya.
Pengamatan pemantauan kualitas udara pada salah satu TPA di Kabupaten Tangerang
dilakukan terhadap parameter yang diukur meliputi CO, SO2, NOX, H2S, NH3, dan partikel debu.
1.2.4.8.4. Permasalahan Pencemaran Udara
Masalah pencemaran udara di Kabupaten Tangerang, sebagian besar karena:
1.
2.
3.
Kawasan permukiman perkotaan dengan luas penggunaan sebesar 4.575 Ha. (4,68%)
b.
c.
d.
e.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
I-29
Tabel 1.6.
Luas Penggunaan Tanah Tiap Kecamatan Tahun 2009
(A3)
I-30
Gambar 1.11
Peta Tutupan Lahan
KABUPATEN TANGERANG
I-31
Tabel 1.7
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kabupaten Tangerang
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001 2010 (Dalam Juta RP )
No
1
2
LAPANGAN USAHA
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007*
2008*
2009*
1,235,988
1,420,806
1,615,131
1,805,799
1,941,057
2,232,612
2.545.241
2,918,448
3.308.259
9,801
12,42
14,054
16,046
17,23
19,131
21,103
24.577
29.945
7,086,960
8,259,052
9,425,015
10,107,607
11,012,568
12,254,100
13,917,242
15.937.718
16.716.675
Industri Pengolahan
733,087
870,44
1,214,848
1,341,094
1,507,857
2,160,402
2,231,912
2.841.394
3.033.546
Bangunan
223,375
256,049
299,456
323,495
379,33
435,419
502,193
205.865
240.501
1,472,475
1,760,854
2,068,508
2,262,560
2,594,374
3,055,047
3,755,197
2.540.717
2.932.529
794,384
942,755
1,143,979
1,439,861
1,867,385
2,375,958
2,985,274
2.768.333
3.273.782
279,27
327,201
400,551
465,289
532,726
751,528
929,306
89.961
105.248
498,062
586,238
679,584
800,112
918,037
1,131,743
1,346,792
943.728
1.066.658
12,333,401
14,435,816
16,861,125
18,561,863
20,770,564
24,415,940
28,062,137
28.270.740
30.707.144
6
7
8
9
1.2.5.2.
* Perbaikan
** Sementara
Pertumbuhan Ekonomi
2001
2002
2003
2004
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
Lapangan Usaha
11.36%
14.95%
13.68%
11.81%
7.49%
6.34
13,48
14,66%
13,36%
21.88%
26.73%
13.15%
14.18%
7.37%
10,31%
9,07%
7,24%
21,84%
Industri Pengolahan
11.89%
16.54%
14.12%
7.24%
8.95%
13,57%
7,08%
7,68%
4,89%
43.92%
18.74%
39.57%
10.39%
12.43%
3,32%
18,1
22,38
6,76%
Bangunan
25.27%
14.63%
16.95%
8.03%
17.26%
15,33%
19,82%
21,91%
16,82%
I-32
2005
2006
2007*
2008**
2009**
No
Lapangan Usaha
2001
2002
2003
2006
2007*
2008**
10.78%
19.58%
17.47%
9.38%
14.67%
22,72%
12,57%
14,70%
15,42%
30.47%
18.68%
21.34%
25.86%
29.69%
25,41%
8,07%
17,16%
18,26%
121.65%
17.16%
22.42%
16.16%
14.49%
20,95%
15,73%
25,24%
16,99%
Jasa-jasa
14.65%
17.70%
15.92%
17.24%
14.74%
15,51%
15,30%
18,68%
13,06%
15.94%
17.05%
16.80%
10.09%
11.90%
13,65%
9,55%
11,72%
8,62%
2004
Perbaikan
2005
2009**
** Sementara
Tabel 1.9
Laju PertumbuhanPDRB Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten TangerangTahun 2001-2009
No
Lapangan Usaha
2001
2002
2003
2004
2005
2006*
2007*
2008*
2009**
5.87%
4.67%
4.23%
5.35%
3.89%
0.14%
7,07%
5,70%
6,12%
1.77%
10.61%
3.14%
9.58%
2.81%
4,01%
6,49%
1,73%
16,63%
Industri Pengolahan
2.33%
4.48%
3.04%
4.01%
5.48%
6,02%
4,25%
2,18%
2,13%
7.44%
9.37%
3.10%
6.29%
7.71%
0,50%
19,20%
18,34%
3,72%
Bangunan
16.75%
5.41%
4.77%
6.86%
8.13%
8,07%
16,71%
8,43%
10,16%
3.02%
6.29%
6.60%
3.81%
8.55%
13,49%
8,83%
8,06%
9,26%
22.37%
8.39%
7.69%
8.17%
10.16%
12,00%
6,63%
12,45%
12,77%
67.86%
4.00%
11.13%
7.10%
10.31%
9,58%
11,92%
18,14%
13,38%
5.03%
4.80%
5.30%
8.85%
7.35%
9,20%
9,86%
11,56%
9,46%
5.86%
5.26%
4.29%
4.95%
6.40%
6,02%
6,48%
5,51%
4,40%
8
9
Perbaikan
** Sementara
Tabel 1.10
Indeks Harga Implisit PDRB Menurut Lapangan UsahaTahun 2001-2009
No
Lapangan Usaha
2001
2002
2003
2004
2005
2006*
2007*
2008*
2009**
270.72
297.30
324.26
344.12
131.99
154,35
163,58
177,45
189,56
172.78
197.95
217.18
226.28
136.78
157,89
161,71
170,47
178,09
Industri Pengolahan
306.63
342.03
378.78
390.55
131.57
146,04
150,00
158,07
162,34
290.59
315.49
427.10
443.59
159.34
166,96
165,66
171,31
176,33
Bangunan
286.50
311.54
347.76
351.57
133.07
155,04
159,18
178,97
189,80
296.77
333.89
367.95
387.70
138.12
161,50
167,05
177,32
187,32
319.99
350.37
394.78
459.34
172.16
210,59
213,14
222,06
232,86
203.04
228.74
251.98
273.29
139.79
170,89
176,71
187,32
193,28
Jasa-jasa
230.12
258.46
284.54
307.77
143.06
167,13
175,42
186,63
190,70
293.50
326.36
365.50
383.39
137.82
154,96
159,42
168,8
175,61
Perbaikan
** Sementara
I-33
A. Sektor Industri
Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan terus berupaya meningkatkan
hasil dibidang industri di Kabupaten Tangerang. Keberhasilan sektor perindustrian telah
memberikan konstribusi cukup besar dalam perekonomian daerah. Dapat dilihat dari terus
meningkatnya pembangunan Industri di wilayah kabupaten Tangerang.
B. Sektor Perdagangan
Kegairahan dunia usaha sektor perdagangan tahun 2010 di Kabupaten Tangerang dapat
dilihat dari menjamurnya toko, ruko dan pusat perbelanjaan yang berkembang di kawasan
strategis.
C. Sektor Pertanian
Data dari BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang tahun 2010 jenis komoditi yang
dihasilkan Kabupaten Tangerang untuk padi sawah, padi gogo, palawija dan sayuran.
D. Sektor Peternakan
Populasi ternak besar yang cukup dominan di Kabupaten Tangerang pada tahun 2010
adalah, Kambing, Domba, Sapi potong, Kerbau, Babi, dan Kuda. Sedangkan untuk unggas
terdiri dari Ayam Pedaging, Ayam Petelur, Ayam Buras dan Itik.
E. Sektor Perikanan
Kegiatan sektor perikanan di Kabupaten Tangerang meliputi kegiatan perikanan laut,
perikanan perairan umum (rawa, situ, ex galian pasir, sungai), tambak, kolam dan mina
padi.
F.
Sektor Pariwisata
Kegiatan pariwisata di Kabupaten Tangerang terdapat di 7 (tujuh) kecamatan. Di
Kecamatan Kresek terdapat 3 situ yaitu Garukgak, Patrasana, Cilongek,
Kecamatan
Kronjo terdapat obyek wisata Pulau Cangkir (makam pangeran Jaga Laut), Kecamatan
Mauk terdapat obyek wisata Tanjung Kait (kelenteng Tua dan penyeberangan ke Pulau laki
/ Kepulauan Seribu), Kecamatan Teluknaga terdapat obyek wisata Pantai tanjung Pasir
dan Pantai Muara, Kecamatan Kosambi terdapat wisata pantai Dadap, serta Kecamatan
Cisoka terdapat makam kramat dan komunitas monyet.
G. Keuangan Daerah
Pada tahun anggaran 2010 realisasi penerimaan daerah dan pendapatan asli daerah
I-34
Kabupaten Tangerang bersumber dari 3 (tiga) sumber, yaitu pendapatan asli daerah (pajak
daerah, retribusi daerah, BUMD dan lainnya), dana perimbangan (bagi hasil pajak, bagi
hasil bukan pajak dan dana alokasi umum), penerimaan lain-lain
Sebagai besar sumber penerimaan dalam APBD Kabupaten Tangerang sekitar 80 % lebih
berasal dari bagian dana perimbangan. Sedangan sumber penerimaan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah hanya memberikan kontribusi kurang dari 20 % setiap tahunnya
selama kurun waktu tahun 2005 - 2010.
Selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2010sumber penerimaan Kabupaten
Tangerang yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagian besar berasal dari pajak
daerah dan restribusi. Sedangkan sumber penerimaan yang berasal dari bagian dana
perimbangan lebih banyak berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan bagi hasil bukan pajak.
Realisasi pengeluaran keuangan daerah, terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan.
1.2.5.4 ISU ISU STRATEGIS
Perkembangan kegiatan di Kabupaten Tangerang saat ini sangat pesat, baik fisik, sosial
ekonomi, sosial budaya, dan aspek lainnya. Berbagai isu strategis saat ini mulai mengedepan
dan ramai dibahas. Isu tersebut pada dasarnya berorientasi pada percepatan pembangunan,
peningkatan ekonomi wilayah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, respon terhadap
aspirasi masyarakat, dan menanggapi permintaan-permintaan yang datang dari berbagai pihak,
khususnya keinginan para investor untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Tangerang.
Hal ini disebabkan oleh daya tarik daerah ini sebagai salah satu daerah yang sedang
berkembang dan memiliki daya saing (comparative advantage) yang cukup baik. Aksesibilitas
yang cukup tinggi terhadap pusat-pusat pengembangan nasional maupun Provinsi (Jakarta,
Serang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Bogor), dan aspek pendukung lainnya.
Berdasarkan hal tersebut ada beberapa isu yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan
dalam penyusunan RTRW Kabupaten Tangerang ini. Adapun isu-isu strategis yang perlu
dipertimbangkan tersebut diantaranya di antaranya meliputi :
I-35
ruang di Ibukota Jakarta ini memunculkan wacana pembentukan Megapolitan Area yang
salah
satu
bagian
wilayahnya
adalah
Kabupaten
Tangerang.
Sehingga
perlu
I-36
i.
dan
pulihnya
kondisi
ekonomi
nasional
setelah
dilanda
krisis
yang
berkepanjangan, telah memberikan aroma segar bagi perkembangan investasi dan ekonomi
daerah di seluruh Indonesia. Perkembangan yang menggembirakan ini, meskipun belum
seratus persen pulih, telah membangkitkan permintaan akan investasi di Kabupaten
Tangerang. Kabupaten Tangerang sebagai salah satu kabupaten yang memiliki nilai
comparative advantage tinggi, karena kedekatannya dengan Metropolitan Jakarta, Kota
Tangerang, Bogor, dan Depok serta didukung pula aksesibilitas yang memadai terhadap
pusat pertumbuhan lainnya, memiliki potensi daya tarik investasi yang cukup baik pula.
Keadaan ini perlu diantisipasi dengan tata ruang yang tanggap terhadap perkembangan
investasi sekaligus tetap berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Peningkatan jumlah permohonan investasi ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan
atau permohonan investasi di bidang perumahan skala besar yang merupakan salah satu
isu yang mulai berkembang di Kabupaten Tangerang sebagai konsekuensi kedekatannya
dengan pusat-pusat pertumbuhan nasional dan regional seperti Kota Tangerang, Jakarta,
dan daerah lainnya.
I-37
j.
I-38
l.
Peningkatan Infrastruktur
Perkembangan wilayah dan penduduk yang begitu cepat di Kabupaten Tangerang
menuntut adanya peningkatan infrastruktur. Infrastruktur yang perlu dipersiapan tersebut
meliputi : sistem pengelolaan persampahan (TPA), sistem pengelolaan limbah (IPAL),
sistem penanganan banjir (drainase) terkait dengan fungsi DAS Cisadane, sistem
penyediaan air bersih, sistem penyediaan energi, serta sistem komunikasi.
reklamasi
pantai
utara
diperlukan
untuk
Pada saat ini telah tumbuh permintaan eksplorasi sumberdaya pesisir dan kelautan di
Kabupaten Tangerang, salah satu di antaranya adalah penambangan pasir laut. Dalam
pelaksanaannya telah terjadi konflik yang cukup menganggu, sehingga perlu pengaturan
yang holistik dalam pengembangan wilayah pesisir pantai ini.
I-39
Kondisi Bathimetri dan pergerakan arus di kawasan Pantai Utara Kabupaten Tangerang
dapat dilihat pada Gambar 1.12 dan Gambar 1.13.
Gambar 1.12
Peta Bathimetri
I-40
Gambar 1.13
Peta Pergerakan Arus
I-41