Anda di halaman 1dari 41

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011 - 2031

PENDAHULUAN
1.1 DASAR HUKUM
Dasar hukum untuk penyusunan rencana tata ruang ini,meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Himpunan Peraturan Negara Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3272);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470);

I-1

8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3647);
9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun1996 tentang Pangan (Lembaran Negara

tahun 1992

Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);


10. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);
12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara No.
134, Tambahan Lembaran Negara No.3477);
13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4389);
14. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433);
15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonsia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan
Undang Republik Indonesia

Undang-

Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
17. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Nomor 132
Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 444.);
18. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

I-2

19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
20. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan PulauPulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4690);
21. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4849);
22. Undang-Undang

Republik

Indonesia

Nomor

18

Tahun

2008

Tentang

Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4956);
24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
25. Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83.Tambahan Lembaran Negara
Tepublik Indonesia Nomor 5014);
26. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5059;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1995 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten
Dati II Tangerang Dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang Ke Kecamatan Tigaraksa
Di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang, (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 27,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3597);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3658);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban,
Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660);

I-3

30. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta Tata Ruang(Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran negara Nomor 3934);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang PenatagunaanTanah (Lembaran
Negara tahun 2004 Nomor 45 Tambahan lembaran Negara Nomor 4385);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5019);
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan pemerintahan
Antara

Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah

Provinsi,

Dan

Pemerintahan

Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi
Sumber Daya Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779);
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4833);
38. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pengelolaan Kawasan Pusat kegiatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
39. Peraturan

Pemerintah

Penyelenggaraan

Republik

Indonesia

Nomor

56

Tahun

2009

Tentang

Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);


40. Peraturan

Pemerintah

Republik

Indonesia

Nomor

15

Tahun

2010

Tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010


Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata
Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang;

I-4

42. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur;
43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan
Kawasan Pusat kegiatan;
44. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
45. Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Beserta Rencana
Rincinya;
46. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman

PenyusunanRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;


47. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010 2030;
48. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Penyediaan Lahan
untuk Tempat Pemakaman Umum oleh Pengembang Perumahan, (Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Tahun 1999 Nomor 1 Seri E);
49. Peraturan

Daerah

Kabupaten

Tangerang

Nomor

Tahun

2006

tentang

Penyelenggaraan Reklamasi untuk Kawasan Pengembangan Perkotaan Baru (KPPB),


(Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Tahun 2006
Nomor 0806); dan
50. Peraturan

Daerah

Kabupaten

Tangerang

Nomor

Tahun

2008

tentang

Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi, (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 08.
Tambahan Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 0808).

1.2 PROFIL WILAYAH KABUPATEN TANGERANG


1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Tangerang
1.2.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Provinsi Banten pada koordinat 10620-10644
Bujur Timur dan 558-621 Lintang Selatan. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu
daerah yang menjadi bagian dari wilayah Provinsi Banten.

I-5

Terletak pada posisi geografis dengan batas-batas:


Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,
dengan panjang garis pantai 51 Km1.
Sebelah

timur

berbatasan

dengan

Kota

Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan DKI


Jakarta
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Bogor (Provinsi Jawa Barat) dan Kabupaten Lebak
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Serang dan Lebak.
Kabupaten Tangerang secara geografis berada diantara Provinsi Banten dengan DKI Jakarta,
sehingga Kabupaten Tangerang menjadi pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten
dengan Provinsi DKI Jakarta. Posisi ini menimbulkan interaksi yang menumbuhkan fenomena
interdepedensi yang kemudian berdampak pada timbulnya pertumbuhan pada suatu wilayah.
Sebagai bentuk efek pertumbuhan wilayah, trickling down dan backwash effect, sehingga
terjadi bentuk hubungan yang sinergis.
Jarak antara pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik
Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 km. Keduanya dihubungkan dengan lajur jalan tol JakartaMerak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau
Sumatera.

1.2.1.2 Wilayah Administrasi


Luas wilayah Kabupaten Tangerang sebesar 95.961 Ha atau 959,61 Km2. Luas terbesar
berada di Kecamatan Rajeg yaitu sebesar 5.370 Ha atau 5,60 % dari luas wilayah Kabupaten
Tangerang, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil yaitu Kecamatan Sepatan yaitu
1.732 Ha atau 1,80 % dari seluruh luas Kabupaten Tangerang. Wilayah Kabupaten Tangerang
terbagi ke dalam 29 kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 desa dengan pusat pemerintahan
berada di Kecamatan Tigaraksa. Secara rinci, luas dan jumlah administrasi pemerintahan
Kabupaten TangerangTahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 dan Gambar
1.2

I-6

Tabel 1.1
Wilayah Administrasi Kabupaten TangerangTahun 2009

Cisoka

Luas
Wilayah
2
( Km )
26.98

Solear

No.

Kecamatan

Kelurahan

Desa

10

29.01

Tigaraksa

48.74

12

Jambe

26.02

10

Cikupa

42.68

12

Panongan

34.93

Curug

27.41

Kelapa Dua

24.38

Legok

35.13

10

10

Pagedangan

45.69

10

11

Cisauk

27.77

12

Pasar Kemis

25.92

13

Sindang Jaya

37.15

14

Balaraja

33.56

15

Jayanti

23.89

16

Sukamulya

26.94

17

Kresek

25.97

18

Gunung Kaler

29.63

19

Kronjo

44.23

10

20

Mekar Baru

23.82

21

Mauk

51.42

11

22

Kemiri

32.7

23

Sukadiri

24.14

24

Rajeg

53.7

12

25

Sepatan

17.32

26

Sepatan Timur

18.27

27

Pakuhaji

51.87

13

28

Teluknaga

40.58

13

29

Kosambi

29.76

959.60

28

246

Jumlah

Sumber :Kabupaten Tangerang Dalam Angka, BPS Tahun 2010

I-7

Gambar 1.1
Peta orientasi Kabupaten Tangerang

I-8

Gambar 1.2
Peta Batas Administrasi
Kabupaten Tangerang

I-9

1.2.2. Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia


1.2.2.1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2010 sebanyak 2.617.189 jiwa dengan
laju pertumbuhan 3,5 % pertahun. Berdasarkan data yang diperoleh, Kecamatan Pasar Kemis
mempunyai jumlah penduduk terbesar sebanyak 203.175 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
terkecil terdapat di Kecamatan Mekar Baru dengan jumlah penduduk 41.873 jiwa. Apabila
dilihat dari laju perkembangannya tahun 2003 2010 terbesar adalah di Kecamatan Mekar
Baru dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 5,7 % per tahun, sedangkan yang paling
rendah adalah Kecamatan Cisoka dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,05 %
pertahun.

1.2.2.2. Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk mencerminkan jumlah penduduk per luas tertentu (dalam satuan Km2).
Kepadatan penduduk per satuan luas tertentu dapat mencerminkan pula interaksi antar
individunya. Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2008 sebesar 2.615
jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk di Kabupaten Tangerang dapat
dilihat padaTabel 1.2 dan Gambar 1.3 Peta Sebaran Penduduk.
Tabel 1.2
Jumlah dan PertumbuhanPenduduk Per Kecamatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2003 2010
No.

Laju

Pertumbuhan Penduduk Pertahun (Jiwa)

Kecamatan

Pertumbuhan

Kepadatan
Penduduk

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

(%)

(Jiwa/km2)

Cisoka

122.624

122.952

127.631

132.206

69.226

70.866

72.213

73.585

2,05

2.676

Solear*

66.102

67.668

68.971

70.295

2,07

2.378

Tigaraksa

87.334

87.568

89.366

95.314

97.243

99.545

101.735

103.973

2,53

2.087

Jambe

34.597

34.690

34.622

37.690

38.509

39.423

40.663

41.940

3,14

1.563

Cikupa

172.541

173.003

179.586

185.854

188.506

192.974

196.546

200.182

2,15

4.605

Panongan

60.476

60.638

60.672

66.015

67.471

69.069

71.210

73.410

2,84

2.039

Curug

217.162

217.743

226.031

237.357

137.600

140.861

143.941

147.079

2,24

5.252

Kelapa Dua*

134.115

137.308

140.019

142.777

2,11

5.744

Legok

104.096

104.375

108.347

110.405

82.701

84.662

86.569

88.517

2,30

2.464

10

Pagedangan

75.446

78.498

78.708

78.911

77.483

79.234

82.880

86.692

3,84

1.814

11

Cisauk

86.195

91.039

91.283

91.294

98.835

45.503

47.443

50.636

5,50

1.708

12

Pasar Kemis

197.400

225.565

226.169

242.278

246.746

192.264

195.342

203.175

2,81

7.537

13

Sindang
Jaya*

68.853

70.486

71.633

74.520

2,67

1.928

I-10

No.

Laju

Pertumbuhan Penduduk Pertahun (Jiwa)

Kecamatan

Pertumbuhan

Kepadatan
Penduduk

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

(%)

(Jiwa/km2)

14

Balaraja

132.075

137.288

137.655

142.895

149.558

103.117

105.633

110.777

3,65

3.148

15

Jayanti

56.018

59.314

59.473

59.657

63.610

57.226

60.341

63.624

5,44

2.526

16

Sukamulya*

59.402

62.410

65.568

5,06

2.316

17

Kresek

95.214

103.414

103.691

104.379

111.932

61.977

64.881

67.917

4,68

2,443

18

Gunung
Kaler*

53.541

54.729

55.939

2,21

1.847

19

Kronjo

82.471

84.361

84.587

85.483

91.567

56.151

59.211

62.432

5,44

1.339

20

Mekar Baru*

37.348

39.615

41.873

5,7

1.663

21

Mauk

69.642

70.743

70.932

71.209

75.992

77.701

81.319

85.100

3,86

1.581

22

Kemiri

36.579

37.466

37.566

37.531

41.066

42.102

44.192

46.384

4,25

1.351

23

Sukadiri

48.265

49.464

49.596

49.411

53.354

54.535

56.936

59.441

3,76

2.359

24

Rajeg

95.086

107.292

107.579

108.016

111.035

108.819

113.802

119.003

4,57

2.119

25

Sepatan

127.543

132.305

132.659

132.787

143.665

76.778

78.687

80.638

2,48

4.543

26

Sepatan
Timur*

72.023

75.601

79.351

4,96

4.138

27

Pakuhaji

89.595

91.021

91.265

91.221

98.758

101.098

105.603

110.302

3,05

2.036

28

Teluknaga

107.447

113.391

113.694

113.749

123.004

125.757

131.372

137.231

4,22

3.237

29

Kosambi

95.316

96.963

97.223

96.784

104.744

106.869

111.785

116.927

3,00

3.756

2.141.307

2.276.954

2.283.049

2.331.860

2.456.190

2.456.190

2.528.685

2.617.189

3,5

2,673

Jumlah

Sumber : BPS, Kabupaten Tangerang Dalam Angka, Tahun 2003 2010


Keterangan : * data masih tergabung dengan kecamatan induk

1.2.2.3 Sumber Daya Manusia


Perkembangan wilayah di Kabupaten Tangerang saat ini mengalami perkembangan yang
cukup signifikan.Diantaranya pengembangan diberbagai macam sektor seperti sektor ekonomi,
sosial, budaya, jasa, dan pertanian.Hal ini dapat mempengaruhi cara pandang, Perilaku,
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi terhadap masyarakatnya.

Sumberdaya manusia Kabupaten Tangerang dilihat berdasarkan mata pencaharian masih


unggul disektor Industri Pengolahan, menurut data BPS, 2010 sekitar 2.617.189 penduduk
Kabupaten Tangerang bekerja disektor Industri Pengolahan, kemudian disektor perdagangan,
Hotel dan Restoran sebesar 41.352 orang, disektor jasa-jasa sebesar 19.882 orang, sektor
keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan 10.153 orang, sektor bangunan 8.838 penduduk,
dan sisanya disektor pertambangan, gas, listrik dan air bersih, konstruksi, keuangan dan
transportasi dan komunikasi.

Melihat perkembangan Kabupaten Tangerang dimasa yang akan datang menunjukkan sektor
industri pengolahan akan semakin meningkat, hal ini akan mempengaruhi sistem mata

I-11

pencaharian masyarakat. Berkurangnya lahan pertanian untuk pengembangan kawasan


industri akan mengakibatkan terjadinya peralihan mata pencaharian dari petani menjadi pekerja
industri. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan adanya pelatihan di bidang industri, agar
masyarakat dapat memperdalam pengetahuan tentang potensi besar yang dapat dihasilkan
oleh industri.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel I.3 dibawah ini:

Tabel 1.3
Jumlah Perusahaan Berdasarkan Sektor dan Tenaga Kerja
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Sektor

Jumlah Tenaga Kerja


(WNI)

Jumlah
Perusahaan

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan


Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa

4.899
278.362
540
8.838
41.352
4.025
10.153
19.882

113
2.437
12
141
1.172
86
222
431

Jumlah

368.051

4.614

Sumber: BPS, Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2010

1.2.3. Potensi Bencana Alam


Pengembangan wilayahdiarahkan pada didaerah yang tidak rawan bencana. Untuk mengetahui
dalam penentuan zona kerentanan gerakan tanah yang ditentukan berdasarkan pada kejadian
gerakan tanah setempat maupun tingkat kerentanan untuk terkena gerakan tanah adalah
dengan parameter penentunya yaitu : geologi, geomorfologi, kemiringan, curah hujan, vegetasi
penutup serta intensitas kegempaan.Untuk mengetahui dalam penentuan zona kerentanan
gerakan tanah yang ditentukan berdasarkan pada kejadian gerakan tanah setempat maupun
tingkat kerentanan untuk terkena gerakan tanah adalah dengan parameter penetunya yaitu :
geologi, bentuk (kelerengan), curah hujan, vegetasi penutup serta intensitas kegempaan.
1.2.3.1. Kerentanan tanah
Dokumen analisis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang menyatakan
kerentanan terhadap gerakan tanah relatif tidak mempengaruhi terhadap pembangunan
wilayah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.4. Peta Kerentanan Tanah.

I-12

1.2.3.2. Rawan Longsor/Amblesan


Berdasarkan pada laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang dalam
dokumen analisisnya menyatakan bahwa daerah rawan longsor/amblesan yang diakibatkan
oleh kerentanan terhadap gerakan tanah di Kabupaten Tangerang relatif tidak memiliki kendala
pengembangan wilayah yang cukup serius.
1.2.3.3. Rawan Banjir
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang berada pada dataran rendah sehingga rentan
terhadap potensi banjir, apalagi pada saat curah hujan atau hari hujan sedang tinggi maka ada
beberapa lokasi langganan banjir di beberapa wilayah atau kecamatan di Kabupaten
Tangerang. Untuk mengetahui lokasi-lokasi banjir dapat dilihat pada Gambar 1.5 Peta Sebaran
Lokasi Banjir.
1.2.3.4. Rawan Terhadap Erosi/Abrasi dan Intrusi Air Laut
Wilayah pantai utara sepanjang 50 Km rawan terhadap erosi/abrasi akibat gelombang laut,
terjadi akibat berkurangnya hutan bakau yang penjadi pelindung pantai dari gelombang serta
pasang surut air laut. Kurangnya tanaman keras yang ditanam di daerah pantai mengakibatkan
intrusi air laut yang cukup parah, bahkan pada beberapa tempat seperti Kecamatan Kosambi,
Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri, Kecamatan Mauk,
Kecamatan Kemiri, dan Kecamatan Kronjointrusinya sudah mencapai 7 Km dari pantai.

1.2.4. Potensi Sumber Daya Alam


1.2.4.1. Topografi
Wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah, yang memiliki topografi relatif datar
dengan kemiringan tanah rata-rata 0 - 3%. Ketinggian wilayah antara 0 - 85 m di atas
permukaan laut. Secara garis besar terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
1.

Dataran rendah dibagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter diatas
permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Sukadiri, Kecamatan Kresek, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan Kronjo,
Kecamatan Mekar Baru, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan dan Kecamatan
Sepatan Timur.

I-13

2.

Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian antara 25 - 85 meter
diatas permukaan laut. Kemiringan tanah rata-rata 0 - 8 % menurun ke Utara. Untuk lebih
jelasnya kondisi topografi ini dapat dilihat pada Gambar 1.6

I-14

Gambar 1.3
PetaSebaran Penduduk

I-15

Gambar 1.4
Peta Kerentanan Tanah

I-16

Gambar 1.5
Peta Sebaran Lokasi Banjir.

I-17

Gbr 1. 6 Peta topografi

I-18

1.2.4.2. Jenis Tanah


Jenis tanah Kabupaten Tangerang secara keseluruhan terdiri dari aluvial kelabu, aluvial kelabu
tua, asosiasi aluvial kelabu tua dan glei humus rendah, asosiasi glei humus, dan planosol,
regosol coklat, asosiasi latosol merah dan latosol merah kecoklatan, padsolic kuning, asosiasi
padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning dan hidromorf kelabu.Dengan jenis tanah demikian
dapat dikembangkan kegiatan pertanian dan budidaya.Proses terjadinya tanah aluvial
berlangsung karena adanya endapan sungai dan danau di daerah pedatarandandaerah
cekungan. Di wilayah dataran rendah dijumpai pula jenis tanah gleiregosol dan sedikit padsolic
yaitu asosiasinya.Keadaan jenis tanah ini dapat dilihat pada Gambar 1.7.Peta Jenis Tanah
Kabupaten Tangerang.

1.2.4.3. Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah komposisi fraksi pasir, debu dan tanah liat pada agregat (massa) tanah,
sehingga dapat dikelompokkan ke dalam kelas tekstur tanah yaitu : halus, sedang, dan kasar.
Luas wilayah Kabupaten Tangerang berdasarkan pengelompokan tersebut terdiri dari :
1.

Tekstur halus

52.327 Ha (54,53 %)

2.

Tekstur sedang :

40.563 Ha (42,27 %)

3.

Tekstur kasar

3.071 Ha (3,20 %)

Tekstur tanah seperti ini sangat cocok untuk pengembangan budidaya pertanian dan tanaman
keras.
1.2.4.4. Kedalaman Efektif Tanah
Yang dimaksud dengan efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan tanah atau
suatu lapisan dimana perakaran tanaman dapat menerobosnya. Kedalarnan efektif tanah
berpengaruh terhadap erosi dan pemilihan jenis tanaman yang cocok di suatu wilayah.
Kabupaten Tangerang terbagi atas 3 kelas kedalarnan efektif tanah, meliputi :
1.

Kedalaman 30 - 60 cm seluas 5.759 Ha (6 %)

2.

Kedalaman> 60 - 90 cm seluas 2.245 Ha (2,34 %)

3.

Kedalaman > 90 cm seluas 87.957 Ha (91,66 %)

I-19

Gambar 1.7
Peta Jenis Tanah Kabupaten Tangerang

I-20

1.2.4.5. Hidrologi
1.2.4.5.1. Kondisi SumberDaya Air
Air tanah di Kabupaten Tangerang secara umum memiliki potensi yang cukup tinggi, meskipun
di beberapa Kecamatan (Kecamatan Mauk, Sukadiri, Kemiri, Kronjo, Pakuhaji, Teluk Naga dan
Kecamatan Kosambi) terindikasi intrusi air laut dan terjadinya eksploitasi air tanah yang cukup
tinggi untuk kebutuhan industri karena terbatasnya sumber air permukaan. kualitas air tanah di
daerah utara (Mauk) didominasi oleh air tanah payau-asin sedang ke arah selatan kualitas air
tanah relatif lebih baik.
1.2.4.5.2. Potensi SumberDaya Air
Potensi air sungai dan situ/rawa yang merupakan potensi air permukaan di Kabupaten Tangerang,
diketahui bahwa berdasarkan Satuan Wilayah Sungai (SWS) menunjukan potensi sebagai berikut:
1. Sumber air berasal dari sungai Cisadane-Ciliwung, Cisadane-Cikuningan, Sungai
Cikoncang, Sungai Cimadur.
2. Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukan bahwa
Kabupaten Tangerang mengalami defisit air pada bulan Maret sampai bulan November (8
bulan) sementara suplus air hanya terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari (3
bulan).
3. Air tanah, debit air tanah di KabupatenTangerang berkisar antara 3 10 liter/detik/Km2. Air
tanah ini cenderung diambil secara berlebihan di sepanjang jalan Jakarta Tangerang oleh
industri-industri, sehingga terjadi penurunan muka air tanah yang cukup drastis. Di bagian
utara kabupaten air tanah umumnya tidak dapat digunakan karena asin/payau.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.8
Selain sungai dan air tanah di Kabupaten
Tangerang juga banyak dijumpai badan air
permukaan berupa danau atau situ yang
tersebar
Situ Pasir Gadung
Kecamatan Cikupa

I-21

hampir

di

wilayah

Kabupaten

Tangerang. Sebaran situ beserta luasannya


dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4
Sebaran Situ di Kabupaten Tangerang
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Nama
Situ/Danau/Rawa
Situ Pondok
Situ Cilongok
Situ Pasir Gadung
Situ Kelapa Dua
Situ Cihuni
Situ Jengkol
Rawa Ilat
Rawa Waluh
Rawa Garugak
Rawa Patrasana
Rawa Gabus
Rawa Genggong
Rawa Setingan
Rawa Gede
Rawa Sulang
Rawa Koja
Rawa Kepuh
Rawa Gelam/Panggam
Rawa Pangodokan
Rawa Dadap
Rawa Warung Rebo
Rawa Bojong
Rawa Jambu

Lokasi
Kecamatan
Sindang Jaya
Pasar Kemis
Cikupa
Kelapa Dua
Pagedangan
Solear
Kronjo
Kronjo
Kresek
Kresek
Kresek
Kresek
,Kemiri
Sukadiri
Sepatan
Sepatan
Pakuhaji
Pasar Kemis
Pasar Kemis
Pasar Kemis
Sindang Jaya
Cikupa
Rajeg

Luas (ha)

Desa
Sukaharja
Sukamantri
Pasir Gadung
Kelapa Dua
Cihuni
Cikuya
Cirumpak dan Kemuning
Kosambi Dalam
Kemuning
Patrasana dan Pasir Rampo
Tamiang
Tamiang
Klebet
Pekayon dan Sukadiri
Lebakwangi
Pisangan Jaya
Rawaboni
Kutajaya
Kutabumi
Pangadegan
Wanakerta
Cikupa
Jambukarya

27,70
23,,00
7,30
37,50
32,34
4,10
67,98
70,00
177,00
24,50
9,72
8,40
26,40
2,80
8,00
11,70
7,90
7,60
-

Sumber :Lapaoran Akhir RTRW Provinsi Banten 2010-2030

1.2.4.5.3. Kualitas Air Sungai dan Air Tanah


Perkembangan kegiatan industri meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya air dalam hal
penurunan kualitas air (terjadi pencemaran air), demikian juga buangan limbah domestik
(rumah tangga) ikut memberi andil terhadap penurunan kualitas air. Pencemaran cukup
bervariasi yang ditunjukkan oleh beberapa paramater dan lokasi pengambilan contoh yang
berbeda-beda. Gambaran kualitas air sungai ini dapat dilihat pada Tabel 1.5
Tabel 1.5
Kualitas Air Sungai di Kabupaten Tangerang
Sungai
Cidurian

Kuantitas
Panjang 81,5 km;
2
luas 865 km , Debit
rata-rata bulanan =
3
2,551m /dt (st. Parigi)

I-22

Parameter Pencemar yang melebihi baku mutu


(kelas III) PP 82/2001
Hulu
Tengah
Hilir
Kekeruhan,
Kekeruhan,
Salinitas, kekeruhan,
Total koliform,
COD, Total
COD, Total koliform,
Total fosfat
koliform, Total Total fosfat
fosfat

Sungai
Cisadane

Cimanceuri

Kuantitas
Panjang 140 km;
2
luas 1411 km ,
Debit rata-rata
bulanan = 115,315
3
m /dt (st. Batu
Beulah)
Panjang 60 km;
2
luas 570 km , debit
= 0,601 m/dt (st.
Balaraja)

Parameter Pencemar yang melebihi baku mutu


(kelas III) PP 82/2001
Hulu
Tengah
Hilir
Kekeruhan,
COD,
COD,
COD,
Oksigen
Total koliform
Total koliform
terlarut

Tiga raksa
Kekeruhan ,
Permanganat
Kekeruhan,
COD, total
koliform

Cibadak
Kekeruhan,
Permanganat
COD
Total koliform

Balaraja
Kekeruhan,Permanganat,
Nitrit

Sumber : Hasil pemantauan kualitas air tahun 2002 (BPSDA-Kabupaten Tangerang).

1.2.4.6. Geologi
Struktur batuan yang terbentuk di Kabupaten Tangerang adalah:
a. Alluvium, terdiri dari lempung,kerikil,kerakal.
b. Tuf Banten (Banten Tuff), terdiri dari batu apung dan batu pasir tuffan.
Kabupaten Tangerang bagian Utara merupakan daerah yang sedikit bergelombang lemah.
Daerah ini termasuk dalam ketegori bentuk lahan bentukan asal pengendapan (alluvial). Untuk
lebih jelasnya peta geologi di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 1.9.Peta
Geologi Kabupaten Tangerang.
1.2.4.7. Klimatologi
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,8 33,90C, suhu maksimum tertinggi pada bulan
Oktober yaitu 33,90C dan suhu minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu
22,80C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3 % dan 59,3 %.
Keadaan curah hujan tertingi terjadi pada bulan Februari sedangkan rata-rata curah hujan
dalam setahun adalah 177,3 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan
sebanyak 20 hari. Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 1.10.Peta curah hujan Kabupaten
Tangerang.
1.2.4.8. Kondisi Udara
1.2.4.8.1. Kondisi Eksisting Pencemaran dan Kualitas Udara
Pencemaran udara dapat terjadi yang disebabkan oleh adanya kontaminan (pencemar) di
udara yang mengakibatkan kandungan senyawa gas menjadi berubah. Indikator terjadinya
pencemaran udara mengacu pada 2 peraturan yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41
tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan SK Menaker No. 51/Menaker/1999 tentang
nilai ambang batas (NAB).
I-23

GAMBAR 1.8
PETA HIDROLOGI

I-24

Gambar 1.9
PETA GEOLOGI
KABUPATEN TANGERANG

I-25

Gambar 1.10
PETA CURAH HUJAN
KABUPATEN TANGERANG

I-26

Pencemaran udara di Kabupaten Tangerang terutama di daerah perkotaan dari waktu ke waktu
diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan di
berbagai sektor seperti sektor industri, perhubungan/transportasi dan pariwisata. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian secara serius dan perlu penanganan atau pengendalian secara baik
dan komprehensif antara instansi terkait.

1.2.4.8.2. Sumber Pencemaran Udara


Sumber-sumber utama penyebab pencemaran udara yang terdapat di Kabupaten Tangerang
meliputi 4 (empat) kegiatan meliputi :
1. Kegiatan transportasi
2. Kegiatan industri
3. Kegiatan rumah tangga atau pemukiman
4. Persampahan
Sumber pencemaran udara juga dapat dikategorikan menjadi dua sumber yaitu :
1.

Sumber bergerak yaitu berasal dari pengoperasian kendaraan darat dan udara.

2.

Sumber tidak bergerak yaitu berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan
persampahan.

Pencemaran udara sebagai akibat kegiatan transportasi disebabkan oleh pembakaran bahan
bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan gas buang atau emisi, sedang pencemaran
udara karena kegiatan atau proses industri disebabkan oleh penggunaan energi seperti batu
bara dan pembakaran bahan bakar untuk generator dan penggunaan AC. Pencemaran udara
yang berasal dari kegiatan rumah tangga antara lain berasal dari pembakaran kayu, sedang
pencemaran udara dari kegiatan persampahan disebabkan oleh proses pembakaran sampah
akan menghasilkan partikel debu.Sumbersumber lain yang juga akan menyumbang terjadinya
pencemaran udara antara lain adalah kebakaran hutan dan kegiatan pembangunan.
1.2.4.8.3. Kondisi Beban Pencemaran Udara
1.

Pencemaran udara dari kegiatan transportasi

Pengamatan terhadap kondisi dan beban pencemaran udara di Kabupaten Tangerang


diuraikan sebagai berikut :
a) Kualitas udara ambien masih dibawah Nilai Ambang Batas yang ditentukan. Tingkat kualitas
udara terendah terdapat di area Pasar Balaraja, yang disebabkan tingginya mobilitas
penduduk dan tingkat kepadatan transportasi yang terjadi di area pasar tersebut.
b) Beberapa titikk lokasi kebisingan yang terukur telah melebihi Nilai Ambang Batas yang
ditentukan yaitu 70 dbA (Kep48/MENLH/11/1996).

I-27

2.

Pencemaran udara dari Lokasi TPA sampah

Permasalahan pencemaran udara juga terjadi pada lokasi tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah. Pengelolaan TPA yang kurang optimal dan adanya kesalahan cara penanganan
sampah memicu timbulnya penurunan kualitas udara pada lingkungan yang ada di sekitarnya.
Pengamatan pemantauan kualitas udara pada salah satu TPA di Kabupaten Tangerang
dilakukan terhadap parameter yang diukur meliputi CO, SO2, NOX, H2S, NH3, dan partikel debu.
1.2.4.8.4. Permasalahan Pencemaran Udara
Masalah pencemaran udara di Kabupaten Tangerang, sebagian besar karena:
1.

Kesadaran akan pengendalian pencemaran udara masih sangat kurang

2.

Daerah belum dilengkapi dengan alat pendeteksi pencemar udara

3.

Belum dilaksanakannnya peraturan yang dilengkapi persyaratan teknis untuk layak


kendaraan dan layak jalan termasuk aturan untuk mematuhi batas emisi dan batas
kebisingan.

1.2.4.9. Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang saat ini meliputi penggunaan untuk kawasan
lindung meliputi sempadan pantai, danau/situ, dan sempadan sungai dan penggunaan lahan
untuk kawasan budidaya meliputi perumahan perkotaan, perumahan perdesaan, perdagangan
dan jasa, zona industri, kawasan industri, pertanian irigasi teknis, pertanian tadah hujan, kebun
campuran, tegalan, perikanan (tambak), hutan, dan lain-lain.
Penggunaan tanah eksisting di Wilayah Kabupaten Tangerang terdiri dari :
1. Lahan terbangun
a.

Kawasan permukiman perkotaan dengan luas penggunaan sebesar 4.575 Ha. (4,68%)

b.

Kawasan permukiman perdesaan 18.624 Ha. (19,04%)

c.

Zona industri 2.059 Ha. (2,10%)

d.

Perdagangan 936 Ha. (0,95%)

e.

Jasa 923 Ha. (0,94%)

2. Lahan non terbangun


a.

Sawah irigasi teknis 30.809 Ha. (31,49%)

b.

Sawah tadah hujan 14.958 Ha. (15,29%)

c.

Kebun campuran 8.681 Ha. (8,87%)

d.

Tegalan 4.128 Ha. (4,21%)

e.

Rawa 2.917 Ha. (2,98%)


I-28

f.

Tambak 2.175 Ha. (2,22%)

g.

Hutan 1.502 Ha. (1,53%)

h.

Lain-lain 5.536 Ha. (5,66%)

Karakter perkembangan kawasan terbangun Kabupaten Tangerang tidak lepas dari


keberadaan Kabupaten Tangerang yang berada pada perlintasan pergerakan antar wilayah
serta jaringan jalan regional yang menghubungkan kota-kota utama di Provinsi DKI Jakarta,
Banten, dan Jawa Barat. Sebagai konsekuensinya kawasan terbangun yang mencakup
permukiman perkotaan, permukiman perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri,
kawasan industri industri dan fasilitas umum cenderung berkembang mengikuti pola jaringan
jalan utama (linier).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.6 dan Gambar 1.11
1.2.5. Potensi Ekonomi Wilayah
1.2.5.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Tangerang
PDRB adalah suatu deretan angka yang dipakai sebagai salah satu indikator untuk megukur
tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Nilai-nilai PDRB biasanya disajikan menurut deret
waktu dari tahun ke tahun, sehingga dapat dilihat setiap sektor perkembangannya menunjukan
trend yang meningkat atau sebaliknya.
Menurut hasil BPS sampai dengan tahun 2010, jumlah PDRB berdasarkan harga berlaku yang
dihasilkan sektor sektor ekonomi pada tahun 2010 di Kabupaten Tangerang adalah sebesar
Rp. 30.707.144 (Juta Rupiah). Kondisi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2008 yang
jumlahnya sebesar Rp. 28,270,740(Juta Rupiah). Untuk jelasnya lihat Tabel 1.7

I-29

Tabel 1.6.
Luas Penggunaan Tanah Tiap Kecamatan Tahun 2009

(A3)

I-30

Gambar 1.11
Peta Tutupan Lahan
KABUPATEN TANGERANG

I-31

Tabel 1.7
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kabupaten Tangerang
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001 2010 (Dalam Juta RP )
No
1
2

LAPANGAN USAHA
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007*

2008*

2009*

1,235,988

1,420,806

1,615,131

1,805,799

1,941,057

2,232,612

2.545.241

2,918,448

3.308.259

9,801

12,42

14,054

16,046

17,23

19,131

21,103

24.577

29.945

7,086,960

8,259,052

9,425,015

10,107,607

11,012,568

12,254,100

13,917,242

15.937.718

16.716.675

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air Bersih

733,087

870,44

1,214,848

1,341,094

1,507,857

2,160,402

2,231,912

2.841.394

3.033.546

Bangunan

223,375

256,049

299,456

323,495

379,33

435,419

502,193

205.865

240.501

1,472,475

1,760,854

2,068,508

2,262,560

2,594,374

3,055,047

3,755,197

2.540.717

2.932.529

794,384

942,755

1,143,979

1,439,861

1,867,385

2,375,958

2,985,274

2.768.333

3.273.782

279,27

327,201

400,551

465,289

532,726

751,528

929,306

89.961

105.248

498,062

586,238

679,584

800,112

918,037

1,131,743

1,346,792

943.728

1.066.658

12,333,401

14,435,816

16,861,125

18,561,863

20,770,564

24,415,940

28,062,137

28.270.740

30.707.144

6
7
8
9

Perdagangan, Hotel, dan


Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Produk Domestik
Regional Bruto

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 2010

1.2.5.2.

* Perbaikan

** Sementara

Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan perekonomian Kabupaten Tangerang selama 5 (lima) tahun terakhir terus


menunjukan kecenderungan yang semakin membaik. Hal ini menunjukan semakin pulihya
kondisi perekonomian Kabupaten Tangerang, meskipun belum sepenuhnya keluar dari
pengaruh krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda perekonomian Indonesia pada
umumnya. Pada tahun 2010 tingkat pertumbuhan riil sektor ekonomi Kabupaten Tangerang
berdasarkan harga berlaku sebesar 8.62 %, pertumbuhan tertinggi dari sektor Pengangkutan
dan komunikasi sebesar 18,26% sedangkan terendah dari sektor industri pengolahan sebesar
7.89%. Berdasarkan harga konstan, maka tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010
sebesar 4,40% pertumbuhan tertinggi dari sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar
18.26%, sedangkan yang terendah dari sektor industri pengolahan sebesar 4.89%. Untuk lebih
jelasnya lihatTabel 1.81.10.
Tabel 1.8
Laju PertumbuhanPDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten TangerangTahun 2001-2009
No

2001

2002

2003

2004

Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan

Lapangan Usaha

11.36%

14.95%

13.68%

11.81%

7.49%

6.34

13,48

14,66%

13,36%

Pertambangan dan Penggalian

21.88%

26.73%

13.15%

14.18%

7.37%

10,31%

9,07%

7,24%

21,84%

Industri Pengolahan

11.89%

16.54%

14.12%

7.24%

8.95%

13,57%

7,08%

7,68%

4,89%

Listrik, Gas, dan Air Bersih

43.92%

18.74%

39.57%

10.39%

12.43%

3,32%

18,1

22,38

6,76%

Bangunan

25.27%

14.63%

16.95%

8.03%

17.26%

15,33%

19,82%

21,91%

16,82%

I-32

2005

2006

2007*

2008**

2009**

No

Lapangan Usaha

2001

2002

2003

2006

2007*

2008**

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

10.78%

19.58%

17.47%

9.38%

14.67%

22,72%

12,57%

14,70%

15,42%

Pengangkutan dan Komunikasi

30.47%

18.68%

21.34%

Keuangan, Persewaan, dan Jasa


Perusahaan

25.86%

29.69%

25,41%

8,07%

17,16%

18,26%

121.65%

17.16%

22.42%

16.16%

14.49%

20,95%

15,73%

25,24%

16,99%

Jasa-jasa

14.65%

Produk Domestik Regional


Bruto (PDRB)

17.70%

15.92%

17.24%

14.74%

15,51%

15,30%

18,68%

13,06%

15.94%

17.05%

16.80%

10.09%

11.90%

13,65%

9,55%

11,72%

8,62%

Sumber :Tangerang dalam angka, BPS 2001 2010

2004

Perbaikan

2005

2009**

** Sementara

Tabel 1.9
Laju PertumbuhanPDRB Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten TangerangTahun 2001-2009
No

Lapangan Usaha

2001

2002

2003

2004

2005

2006*

2007*

2008*

2009**

5.87%

4.67%

4.23%

5.35%

3.89%

0.14%

7,07%

5,70%

6,12%

1.77%

10.61%

3.14%

9.58%

2.81%

4,01%

6,49%

1,73%

16,63%

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,


dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

2.33%

4.48%

3.04%

4.01%

5.48%

6,02%

4,25%

2,18%

2,13%

Listrik, Gas, dan Air Bersih

7.44%

9.37%

3.10%

6.29%

7.71%

0,50%

19,20%

18,34%

3,72%

Bangunan

16.75%

5.41%

4.77%

6.86%

8.13%

8,07%

16,71%

8,43%

10,16%

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

3.02%

6.29%

6.60%

3.81%

8.55%

13,49%

8,83%

8,06%

9,26%

Pengangkutan dan Komunikasi


Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa

22.37%

8.39%

7.69%

8.17%

10.16%

12,00%

6,63%

12,45%

12,77%

67.86%

4.00%

11.13%

7.10%

10.31%

9,58%

11,92%

18,14%

13,38%

5.03%

4.80%

5.30%

8.85%

7.35%

9,20%

9,86%

11,56%

9,46%

5.86%

5.26%

4.29%

4.95%

6.40%

6,02%

6,48%

5,51%

4,40%

8
9

Produk Domestik Regional Bruto

Sumber :Tangerang dalam angka, BPS 2001 2010

Perbaikan

** Sementara

Tabel 1.10
Indeks Harga Implisit PDRB Menurut Lapangan UsahaTahun 2001-2009
No

Lapangan Usaha

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,


dan Perikanan

2001

2002

2003

2004

2005

2006*

2007*

2008*

2009**

270.72

297.30

324.26

344.12

131.99

154,35

163,58

177,45

189,56

Pertambangan dan Penggalian

172.78

197.95

217.18

226.28

136.78

157,89

161,71

170,47

178,09

Industri Pengolahan

306.63

342.03

378.78

390.55

131.57

146,04

150,00

158,07

162,34

Listrik, Gas, dan Air Bersih

290.59

315.49

427.10

443.59

159.34

166,96

165,66

171,31

176,33

Bangunan

286.50

311.54

347.76

351.57

133.07

155,04

159,18

178,97

189,80

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

296.77

333.89

367.95

387.70

138.12

161,50

167,05

177,32

187,32

Pengangkutan dan Komunikasi

319.99

350.37

394.78

459.34

172.16

210,59

213,14

222,06

232,86

Keuangan, Persewaan, dan Jasa


Perusahaan

203.04

228.74

251.98

273.29

139.79

170,89

176,71

187,32

193,28

Jasa-jasa

230.12

258.46

284.54

307.77

143.06

167,13

175,42

186,63

190,70

Produk Domestik Regional Bruto

293.50

326.36

365.50

383.39

137.82

154,96

159,42

168,8

175,61

Sumber :Tangerang dalam angka, BPS 2001 20010

Perbaikan

** Sementara

1.2.5.3 Potensi Ekonomi Daerah


Potensi Ekonomi daerah merupakan tulang punggung keberhasilan wilayah, dibawah ini
beberapa potensi daerah yang akan terus didorong peningkatannya:

I-33

A. Sektor Industri
Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan terus berupaya meningkatkan
hasil dibidang industri di Kabupaten Tangerang. Keberhasilan sektor perindustrian telah
memberikan konstribusi cukup besar dalam perekonomian daerah. Dapat dilihat dari terus
meningkatnya pembangunan Industri di wilayah kabupaten Tangerang.
B. Sektor Perdagangan
Kegairahan dunia usaha sektor perdagangan tahun 2010 di Kabupaten Tangerang dapat
dilihat dari menjamurnya toko, ruko dan pusat perbelanjaan yang berkembang di kawasan
strategis.
C. Sektor Pertanian
Data dari BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang tahun 2010 jenis komoditi yang
dihasilkan Kabupaten Tangerang untuk padi sawah, padi gogo, palawija dan sayuran.
D. Sektor Peternakan
Populasi ternak besar yang cukup dominan di Kabupaten Tangerang pada tahun 2010
adalah, Kambing, Domba, Sapi potong, Kerbau, Babi, dan Kuda. Sedangkan untuk unggas
terdiri dari Ayam Pedaging, Ayam Petelur, Ayam Buras dan Itik.
E. Sektor Perikanan
Kegiatan sektor perikanan di Kabupaten Tangerang meliputi kegiatan perikanan laut,
perikanan perairan umum (rawa, situ, ex galian pasir, sungai), tambak, kolam dan mina
padi.
F.

Sektor Pariwisata
Kegiatan pariwisata di Kabupaten Tangerang terdapat di 7 (tujuh) kecamatan. Di
Kecamatan Kresek terdapat 3 situ yaitu Garukgak, Patrasana, Cilongek,

Kecamatan

Kronjo terdapat obyek wisata Pulau Cangkir (makam pangeran Jaga Laut), Kecamatan
Mauk terdapat obyek wisata Tanjung Kait (kelenteng Tua dan penyeberangan ke Pulau laki
/ Kepulauan Seribu), Kecamatan Teluknaga terdapat obyek wisata Pantai tanjung Pasir
dan Pantai Muara, Kecamatan Kosambi terdapat wisata pantai Dadap, serta Kecamatan
Cisoka terdapat makam kramat dan komunitas monyet.
G. Keuangan Daerah
Pada tahun anggaran 2010 realisasi penerimaan daerah dan pendapatan asli daerah

I-34

Kabupaten Tangerang bersumber dari 3 (tiga) sumber, yaitu pendapatan asli daerah (pajak
daerah, retribusi daerah, BUMD dan lainnya), dana perimbangan (bagi hasil pajak, bagi
hasil bukan pajak dan dana alokasi umum), penerimaan lain-lain
Sebagai besar sumber penerimaan dalam APBD Kabupaten Tangerang sekitar 80 % lebih
berasal dari bagian dana perimbangan. Sedangan sumber penerimaan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah hanya memberikan kontribusi kurang dari 20 % setiap tahunnya
selama kurun waktu tahun 2005 - 2010.

Selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2010sumber penerimaan Kabupaten
Tangerang yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagian besar berasal dari pajak
daerah dan restribusi. Sedangkan sumber penerimaan yang berasal dari bagian dana
perimbangan lebih banyak berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan bagi hasil bukan pajak.
Realisasi pengeluaran keuangan daerah, terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan.
1.2.5.4 ISU ISU STRATEGIS

Perkembangan kegiatan di Kabupaten Tangerang saat ini sangat pesat, baik fisik, sosial
ekonomi, sosial budaya, dan aspek lainnya. Berbagai isu strategis saat ini mulai mengedepan
dan ramai dibahas. Isu tersebut pada dasarnya berorientasi pada percepatan pembangunan,
peningkatan ekonomi wilayah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, respon terhadap
aspirasi masyarakat, dan menanggapi permintaan-permintaan yang datang dari berbagai pihak,
khususnya keinginan para investor untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Tangerang.
Hal ini disebabkan oleh daya tarik daerah ini sebagai salah satu daerah yang sedang
berkembang dan memiliki daya saing (comparative advantage) yang cukup baik. Aksesibilitas
yang cukup tinggi terhadap pusat-pusat pengembangan nasional maupun Provinsi (Jakarta,
Serang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Bogor), dan aspek pendukung lainnya.

Berdasarkan hal tersebut ada beberapa isu yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan
dalam penyusunan RTRW Kabupaten Tangerang ini. Adapun isu-isu strategis yang perlu
dipertimbangkan tersebut diantaranya di antaranya meliputi :

a. Munculnya Wacana Pembentukan Megapolitan Area


Perkembangan Ibukota Jakarta yang begitu pesat menuntut kebutuhan ruang yang cukup
besar, sementara ketersediaan ruang di Ibukota Jakarta sangat terbatas. Keterbatasan

I-35

ruang di Ibukota Jakarta ini memunculkan wacana pembentukan Megapolitan Area yang
salah

satu

bagian

wilayahnya

adalah

Kabupaten

Tangerang.

Sehingga

perlu

mempertimbangkan keterkaitan dengan pengelolaan ruang bersama antara DKI Jakarta,


Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan
Cianjur.

b. Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Tol


Keterkaitan dengan rencana pembangunan Jalan Tol baru yang melintasi wilayah
Kabupaten Tangerang antara lain Jalan Lingkar Luar Jakarta atau JORR II (Cinere
Serpong dan Serpong Tangerang).

c. Pengelolaan DAS Cisadane


Berkaitan dengan keberadaan DAS Cisadane sebagai sumber air baku bagi Kabupaten
Tangerang dan Kota/Kabupaten disekitarnya, sebagai media buangan air limbah, dan
sistem drainase dan penanganan masalah banjir di Kabupaten Tangerang dan sekitarnya,
oleh karena itu perlu adanya perencanaan secara terpadu yang bertujuan untuk
mengamankan fungsi DAS tersebut dari mulai wilayah hulu, tengah, maupun wilayah hilir.

d. Wilayah Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan


Wilayah utara Kabupaten Tangerang didominasi oleh kegiatan pertanian sebagai penunjang
program ketahanan pangan nasional, agar kegiatan pertanian ini bisa terus dilaksanakan
maka diperlukan proteksi dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang untuk itu diperlukan
penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang sesuai dengan undang-undang
nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

e. Rencana Perluasan Bandara Soekarno Hatta


Berkaitan dengan adanya rencana perluasan Bandara Soekarno Hatta, maka dalam RTRW
Kabupaten Tangerang ini hal tersebut perlu diantisipasi, terutama menyangkut perubahan
struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah-wilayah di sekitar bandara.

f. Pemadu Serasian RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW Wilayah sekitarnya


Sebagai bagian dari wilayah Provinsi Banten, maka perlu adanya upaya untuk memadu
serasikan antara RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW Provinsi Banten, RTRW
Kota/Kabupaten di Provinsi Banten, terutama manyangkut kebijakan-kebijakan strategis
yang telah dibuat oleh Pemerintah Provinsi Banten yang berkaitan dengan wilayah
Kabupaten Tangerang. Disamping itu perlu pula upaya untuk memaduserasikan antara
RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW DKI Jakarta dan RTRW Kabupaten Bogor
khususnya pada wilayah-wilayah perbatasan atau pintu-pintu masuk.

I-36

g. Perubahan dan Alih Fungsi Lahan


Perubahan dan alih fungsi lahan antara yang tertuang dalam rencana dan kejadian yang
terjadi di lapangan, banyak mengalami penyimpangan, baik yang dilakukan oleh
masyarakat dan pelaku ekonomi, maupun oleh pelaksana atau aparat karena adanya
desakan permintaan pasar yang sulit untuk dihindari, contohnya alih fungsi lahan pertanian
menjadi permukiman, alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya, dan lain-lain.
Keadaan ini memberikan konsekuensi terhadap tidak efektifnya rencana tata ruang.Oleh
sebab itu perlu pengkajian kembali untuk meluruskan dan mengarahkan kembali
penggunaan lahan agar tidak terjadi pergeseran yang tidak diinginkan.

h. Peningkatan Jumlah Penduduk


Sebagai wilayah yang sedang mengalami perkembangan, Kabupaten Tangerang menjadi
suatu wilayah yang memberikan daya tarik bagi masyarakat untuk dikunjungi. Hal ini
didukung pula oleh adanya aksesibilitas yang baik yang mempermudah masyarakat masuk
dan keluar wilayah ini. Di satu sisi keberadaan wilayah Kabupaten Tangerang yang
berbatasan langsung dengan DKI Jakarta membawa konsekuensi meningkatnya jumlah
penduduk di wilayah ini, terutama akibat keterbatasan DKI Jakarta dalam menampung
jumlah penduduk pendatang.

i.

Peningkatan Jumlah Permohonan Investasi


Perbaikan

dan

pulihnya

kondisi

ekonomi

nasional

setelah

dilanda

krisis

yang

berkepanjangan, telah memberikan aroma segar bagi perkembangan investasi dan ekonomi
daerah di seluruh Indonesia. Perkembangan yang menggembirakan ini, meskipun belum
seratus persen pulih, telah membangkitkan permintaan akan investasi di Kabupaten
Tangerang. Kabupaten Tangerang sebagai salah satu kabupaten yang memiliki nilai
comparative advantage tinggi, karena kedekatannya dengan Metropolitan Jakarta, Kota
Tangerang, Bogor, dan Depok serta didukung pula aksesibilitas yang memadai terhadap
pusat pertumbuhan lainnya, memiliki potensi daya tarik investasi yang cukup baik pula.
Keadaan ini perlu diantisipasi dengan tata ruang yang tanggap terhadap perkembangan
investasi sekaligus tetap berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Peningkatan jumlah permohonan investasi ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan
atau permohonan investasi di bidang perumahan skala besar yang merupakan salah satu
isu yang mulai berkembang di Kabupaten Tangerang sebagai konsekuensi kedekatannya
dengan pusat-pusat pertumbuhan nasional dan regional seperti Kota Tangerang, Jakarta,
dan daerah lainnya.

I-37

Comparative advantage Kabupaten Tangerang, juga telah menyebabkan meningkatnya


permintaan akan lokasi kawasan industri, yang selain mempunyai akses dengan jalan tol,
juga memiliki potensi hamparan ruang yang cukup menggiurkan. Pada saat ini lokasi
tersebut merupakan pusat pertanian tanaman padi yang sangat potensial, sehingga
perkembangannya perlu mendapatkan proses analisis yang sangat seksama, agar
memberikan hasil yang tidak merugikan baik dari sudut pandang ekologi, ekonomi, maupun
keberlanjutan pembangunan di masa yang akan datang, dan kesejahteraan penduduk lokal
yang saat ini menggarap lahan tersebut.
Perkembangan kawasan industri tidak boleh dipandang sebagai keuntungan nilai ekonomi
sesaat semata, akan tetapi diperlukan kearifan dan kebijaksanaan yang holistik untuk
perkembangan yang lebih menguntungkan secara jangka panjang dan memberikan
pengaruh regional dan nasional.

j.

Penanganan Kawasan Lindung


Adanya Perubahan guna lahan dari Kawasan Lindung seperti sempadan pantai, sempadan
sungai, dan lainya menjadi kawasan budidaya seperti permukiman memerlukan penangan
secara lebih tegas dan bijaksana agar kelestarian lingkungan tidak terganggu. Pemanfaatan
ruang bagi kegiatan lain yang bukan peruntukannya, pengrusakan lingkungan, konflik
penggunaan ruang dan lain sebagainya, dapat disebabkan oleh berbagai faktor penyebab.
Bisa oleh masyarakat atau pelaku kegiatan ekonomi sebagai user penggunaan ruang,
maupun ketidak tegasan aparat pengawas dan pengendali pembangunan, maupun
lemahnya peraturan yang memayungi penggunaan ruang tersebut. Ketegasan penegak
hukum juga sering menjadi salah satu faktor dominan dalam pembangunan daerah di
Indonesia, dan mungkin juga di Kabupaten Tangerang.Oleh sebab itu, produk rencana tata
ruang (development plan) perlu didampingi oleh produk lainnya yang tidak kalah
pentingnya, yaitu pengendalian tata ruang (development control) khususnya yang berkaitan
dengan kawasan lindung. Dua produk ini sebaiknya dibuat secara simultan dalam bentuk
saling melengkapi sebagai produk yang berbeda. Development control dibuat setelah
development plan dibuat.

k. Pengelolaan Sistem Transportasi


Pengaturan arus trasportasi (traffict flow), pembagian arus pergerakan (traffict distribution)
perlu dirancang dengan baik untuk menghindari adanya pendistribusian arus pergerakan
yang tidak seimbang. Keadaan ini dapat merugikan efisiensi pergerakan karena dapat
menimbulkan kemacetan, kerusakan jalan, pertumbuhan yang tidak merata, dan kerugian
lainnya bagi para pengguna jalan. Ruas-ruas jalan di Kabupaten Tangerang banyak yang

I-38

mengalami bottle neck dan berpengaruh terhadap kemacetan, khususnya di ruas-ruas


tertentu, baik di pusat kota maupun di beberapa daerah perbatasan dengan kabupaten atau
kota lain. Untuk itu perlu dikaji sistem transportasi yang lebih optimal.
Selain itu dengan adanya perkembangan jalur regional dan nasional di Kabupaten
Tangerang telah menuntut adanya peningkatan baik fungsi maupun fisik jalan. Keadaan ini
telah menjadikan adanya peningkatan fungsi jalan yang perlu disikapi secara positif dan
dipersiapkan pola perkembangannya agar serasi dengan pola ruang dan penggunaan lahan
di sekitarnya. Akses-akses tambahan seperti interchange dan akses lainnya perlu
dipersiapkan secara matang dan optimal, agar memberikan manfaat yang diinginkan oleh
semua pihak.

l.

Peningkatan Infrastruktur
Perkembangan wilayah dan penduduk yang begitu cepat di Kabupaten Tangerang
menuntut adanya peningkatan infrastruktur. Infrastruktur yang perlu dipersiapan tersebut
meliputi : sistem pengelolaan persampahan (TPA), sistem pengelolaan limbah (IPAL),
sistem penanganan banjir (drainase) terkait dengan fungsi DAS Cisadane, sistem
penyediaan air bersih, sistem penyediaan energi, serta sistem komunikasi.

m. Rencana Pengembangan Reklamasi Pantai Utara


Kawasan

reklamasi

pantai

utara

diperlukan

untuk

mencegah kerusakan wilayah pesisir pantai, degradasi


lingkungan seperti abrasi, sedimentasi, pencemaran
lingkungan dan kerusakanbiota laut. disamping itu,
reklamasi juga untuk mengurangi tekanan terhadap
perubahan alih fungsi lahan khususnya lahan pertanian.
Dalam skala regionalkawasan reklamasi pantai utara
Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari rencana strategis pengelolaan teluk jakarta
meliputi pengelolaan sungai-sungai yang bermuara ke teluk jakarta dan pengelolaan daerah
aliran sungai(DAS) serta Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Startegis (KLHS) Pantai
Utara Teluk Jakarta.

Pada saat ini telah tumbuh permintaan eksplorasi sumberdaya pesisir dan kelautan di
Kabupaten Tangerang, salah satu di antaranya adalah penambangan pasir laut. Dalam
pelaksanaannya telah terjadi konflik yang cukup menganggu, sehingga perlu pengaturan
yang holistik dalam pengembangan wilayah pesisir pantai ini.

I-39

Kondisi Bathimetri dan pergerakan arus di kawasan Pantai Utara Kabupaten Tangerang
dapat dilihat pada Gambar 1.12 dan Gambar 1.13.

Gambar 1.12
Peta Bathimetri

I-40

Gambar 1.13
Peta Pergerakan Arus

I-41

Anda mungkin juga menyukai