BANGUNAN GEDUNG
Prosedur
dan
ketentuan
umum
perancangan
bangunan
gedung
merujuk pada SNI 03-1726-2002. untuk
gempa
Peraturan
Pembebanan
Indonesia
untuk Gedung - 1983
DAKTAIL
suatu
PENUH
5,3.
DAKTAIL PARSIAL
seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor
daktilitas di antara struktur gedung yang elastik penuh sebesar
1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
PERANCANGAN KAPASITAS
Dimana:
horizontal
Beban
gempa
C
I
=
=
Koefisien gempa
Faktor
keutamaan
gedung
Wt =
R =
Beban geser dasar nominal V menurut Pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi
yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :
Dimana: Fi
Wi
hi
V
Rencana
=
=
=
=
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap
sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban- beban gempa nominal statik ekuivalen
menurut Pasal 6.1.3.
Waktu
getar
alami
fundamental
Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masingmasing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :
di mana Wi
dan Fi
T1 <
Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk
penentuan Faktor Respons Gempa C1 menurut Pasal 6.1.2 ditentukan
dengan rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3
dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang
dihitung menurut Pasal 6.2.1.
KOMBINASI PEMBEBANAN
U
U
U
U
=
=
=
=
1,4
1,2
0,9
1,2
D
D + 1,6 L
D + 1,0 E
D + 1,0 L + 1,0 E
1.
2.
3.
4.
beraturan
akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam
spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut
Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I adalah
Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa
representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam
vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus
sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total
harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
Dalam
perencanaan
struktur
gedung
terhadap
pengaruh
Gempa
Rencana, eksentrisitas rencana ed antara pusat massa dan pusat rotasi lantai
tingkat menurut Pasal 5.4.3. harus ditinjau baik dalam analisis statik, maupun
dalam analisis dinamik 3 dimensi.
Wilayah Gempa
1
2
3
4
5
6
0,20
0,19
0,18
0,17
0,16
0,15
Pengaruh P-Delta
Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah lebih
dari 10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta, yaitu
suatu gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana simpangan
ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban lateral
tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi yang titik
tangkapnya menyimpang ke samping.
Gempa
dalam
arah
tegak
lurus
pada
arah
utama
Perhitunganrespons dinamik
Struktur gedung tidak
beraturan
Penjumlahan respons ragam yang disebut dalam Pasal 7.2.1 untuk struktur
gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang
berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi
Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar
alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%.
Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang
berjauhan, penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda
yang dikenal dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares
atau SRSS).
benturan
di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala
adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.2.3.
RANGKUMAN
PERATURAN PEMBEBANAN INDONESIA UNTUK GEDUNG - 1983
POMBINASI PEMBEBANAN:
Pembebanan Tetap : M + H
Pembebanan Sementara : M + H + A
:M+H+G
Pembebanan Khusus : M + H + G
:M+H+A+K
:M+H+G+K
Dimana:
M = Beban
H = Beban
A = Beban
G = Beban
K = Beban
PERENCANAAN
KOMPONEN
STRUKTURAL
GEDUNG
DIRENCANAKAN DENGAN KEKUATAN BATAS, MAKA BEBAN
TERSEBUT PERLU DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN
Pembebanan
Tetap
DDT izin
(kg/cm2)
Keras
Sedang
Lunak
Amat Lunak
Pembebanan
Sementara
kenaikan DDT
izin
(%)
5,0
50
2,0 5,0
30
0,5 2,0
0 - 30
0,0 - 0,5
0
* Catatan 1 kg/cm2 = 98,0665 kPa (kN/m2)
Faktor keamanan (SF 1,5)
an terhadap guling, gelincir dll.
Baja
Batu Alam
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk)
7.850
2.600
1.500
700
1.450
7.250
2.200
2.400
1.000
1.650
1.700
2.200
2.200
1.450
1.600
1.800
1.850
1.700
2.000
11.400
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
KOMPONEN GEDUNG
ADUKAN, PER CM TEBAL :
- dari semen
21 kg/m2
17 kg/m2
per cm tebal
14 kg/m2
450
250
kg/m2
kg/m2
200
120
kg/m2
kg/m2
300
200
kg/m2
kg/m2
200
kg/m2
kg/m2
11
10
40
kg/m2
kg/m2
7 kg/m2
50
kg/m2
40
kg/m2
10
24
11
kg/m2
kg/m2
kg/m2
Catatan :
(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.
(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia
200
kg/m2
b.
150
kg/m2
c.
250
kg/m2
d.
400
kg/m2
e.
500
kg/m2
f.
Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari
pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang pagelaran,
ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
400
kg/m2
g.
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton
yang berdiri.
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c.
500
kg/m2
300
kg/m2
i.
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan
g.
500
kg/m2
j.
250
kg/m2
k.
Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku,
toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban
hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
400
kg/m2
l.
800
kg/m2
400
kg/m2
300
kg/m2
h.
BEBAN HIDUP PADA ATAP GEDUNG, YANG DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI
OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL MINIMUM SEBESAR 100 KG/M2 BIDANG
DATAR.
ATAP DAN/ATAU BAGIAN ATAP YANG TIDAK DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI
OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL YANG MENENTUKAN (TERBESAR) DARI:
Beban terbagi rata air hujan
Wah = 40 - 0,8
dengan,
= sudut kemiringan atap, derajat ( jika > 50o dapat diabaikan).
Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2)
Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran
dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.
Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh
dinding atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan
adanya beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN BALOK INDUK DAN PORTAL (BEBAN
HORISONTAL/GEMPA DAN ANGIN), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI.
KOEFISIEN REDUKSI BEBAN HIDUP
Penggunaan Gedung
PERUMAHAN/HUNIAN
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit
PENDIDIKAN
0,75
0,30
0,90
0,50
0,90
0,50
Kantor, bank
PERDAGANGAN
0,60
0,30
0,80
0,80
0,80
0,80
Pabrik, bengkel
TEMPAT KENDARAAN
1,0
0,90
0,90
0,50
- perumahan/hunian
- pendidikan, kantor
- pertemuan umum, perdagangan, penyimpanan, industri, tempat
0,75
0,75
0,90
0,30
0,50
0,50
Tekanan Tiup:
daerah jauh dari tepi laut, diambil minimum 25 kg/m2.
di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, diambil minimum 40 kg/m2
atau diambil dari rumus pendekatan
dengan,
V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi terkait)