PENDAHULUAN
1.1; Latar Belakang
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar fisiologis manusia yang
terjadi secara alami dan merupakan suatu proses perbaikan tubuh.
Perkembangan tidur berbeda dari waktu ke waktu, biasanya pola tidur pada
masa penuaan mengalami perubahan-perubahan daripada orang yang lebih
muda (Stanley and Beare, 2007).
Tidur mengalami perubahan seiring dengan pertambahan usia.
Efisiensi tidur (jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu berbaring di
tempat tidur) semakin berkurang. Sementara kebutuhan tidur pun semakin
menurun, karena dorongan homeostatik untuk tidur pun berkurang. Tidur
merupakan salah satu kebutuhan biologis yang harus dipenuhi oleh setiap
orang selain makan dan bernapas. Sebagian besar waktu hidup seseorang
dihabiskan dengan tidur (Prasadja, 2009). Luce and Segal mengungkapkan
bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
kualitas tidur. Telah dikatakan bahwa keluhan terhadap kualitas tidur sering
dengan bertumbuhnya usia. Pada kelompok lanjut 40 tahun hanya dijumpai
7% kasus yang mengeluh masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5
jam sehari). Hal yang sama dijumpai pada 22% kasus pada kelompok usia 70
tahun. Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh
terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi. Selain itu, terdapat 30%
kelompok usia 70 tahun yang banyak terbangun di waktu malam hari. Angka
ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20
tahun (Fitri, 2009). Berdasarkan data awal yang didapatkan peneliti di Panti
Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram ditemukan bahwa sebanyak 22
dari 82 lansia yang ada, mengeluh sering bangun pada malam hari dan tidak
puas dalam tidurnya.
Menurut Rasrinam yang dikutip oleh Nemoto (2008), ada dua tahap
yang harus dilalui dalam tidur, yakni tahap non-REM dan REM. Rapid Eye
Movements (REM) adalah tahap paradoxal sleep. Pada tahap ini, tonus otot
meninggi lagi setelah menuju titik paling lemas saat tubuh menjalani tahap
non-REM. Tahap non-REMS dibagi lagi menjadi empat tahap. Tahap
pertama, otot mulai melemas, kelopak mata bergerak bolak-balik. Tahap
kedua, bola mata berhenti bergerak, tapi tonus otot masih terpelihara. Tahap
ketiga dan keempat, fisik lemas lunglai dan tonus otot sangat rendah.
Ditambahkan, tidur bisa dikatakan berkualitas jika REMS dan non-REMS
terjadi berselang-seling 4-6 kali. Mencapai tidur berkualitas sangat penting
bagi tubuh. Sebab, tidur bisa menjadi perilaku perlindungan bagi tubuh. Tidur
juga bisa menjadi sarana perawatan energi tubuh. Demikian pula otak,
memerlukan istirahat untuk membangun kembali sel-selnya.
Perubahan yang terjadi adalah episode tidur REM pada lansia
cenderung memendek dan terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur
NREM 3 dan 4. Beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur
yang dalam. Seorang lansia akan terbangun lebih sering di malam hari dan
membutuhkan waktu yang lebih banyak waktu untuk kembali tertidur
(Reynols, 1993 dalam Potter dan Perry, 2002).
mengatur waktu tidur, ikuti petunjuk sleep hygiene dan cobalah untuk lebih
berpikiran positif.
Salah satu cara untuk mendapatkan kualitas tidur yang maksimal
adalah dengan menciptakan lingkungan eksternal yang nyaman. Ruangan dan
keadaan sekeliling yang nyaman akan menyebabkan tidur nyenyak (Wong,
2005). Hal ini bermanfaat untuk mengkondisikan tubuh dan pikiran
menjelang tidur. Di ruangan tidur, dapat diletakkan aromaterapi untuk
menambah rileks suasana. Aromaterapi wangi bunga atau aroma wangi lain
dapat digunakan sebagai pilihan untuk membantu menurunkan ketegangan.
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau
sari minyak murni untuk membantu memperbaiki kesehatan, membangkitkan
semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang
proses penyembuhan (Ashareefa, 2009).
Cara kerja aromaterapi adalah ketika manusia menghirup aroma
minyak esensial tertentu, minyak yang dihirup akan membuat vibrasi di
hidung. Dari sini minyak yang mempunyai manfaat tertentu itu akan
mempengaruhi sistem limbik, tempat pusat memori, suasana hati, dan
intelektualitas berada (Ashareefa, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh aromaterapi melon terhadap kualitas tidur
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Karma Mataram tahun 2011.
pengaruh
senam
ergonomis
terhadap
pemenuhan
1!br0ken!!
Mengidentifikasi pengaruh senam ergonomis terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur secara kualitas pada lansia
2!br0ken!!
Mengidentifikasi pengaruh senam ergonomis terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur secara kuantitas pada lansia
1.4; Manfaat Penelitian
1!br0ken!!
Teori
Penggunaan terapi aromaterapi melon terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur pada lansia baik secara kualitas maupun kuantitas dapat
digunakan
sebagai
pengembangan
ilmu
keperawatan
dalam
mengembangkan
intervensi
keperawatan
gerontik
berdasar
pada
Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan oleh institusi atau
3!br0ken!!
Perawat
Sebagai alternatif solusi bagi perawat dalam pilihan intervensi
Masyarakat/Lansia
Dengan terbuktinya pengaruh aromaterapi melon terhadap
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1; Konsep Lansia
1.1.1;Pengertian
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk
mempertahankan
psikologis.
Kegagalan
keseimbangan
ini
berkaitan
terhadap
dengan
kondisi
penurunan
stress
daya
: 60-74 tahun
: 75-90 tahun
: di atas 90 tahun
: 18 atau 20-25
tahun
: >65 atau 70
tahun
Masa lanjut usia (geriatric age) itu sendiri dibagi lagi menjadi
tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80
tahun), dan very old (>80 tahun).
1!br0ken!!
Teori Genetik
Menurut teori ini menua adalah telah terprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai suatu jam genetik di
dalam inti selnya yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila
tidak diputar, jadi menurut teori ini apabila jam kita berhenti akan
meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit akhir yang katastrofal.
2!br0ken!!
Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progersif pada DNA sel
somatic,
akan
menyebabkan
terjadinya
penurunan
kemampuan
tubuh
inilah
yang
menjadi
dasar
terjadinya
peristiwa
proliferasi
sel,
misalnya
insulin,
dan
hormone
pertumbuhan.
5!br0ken!!
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh jika
fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai
pernafasan di dalam mitokondria Makin lanjut usia makin banyak
radikal bebas terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi.
Kerusakan organel sel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati
(Oen,1993).
5.1.1;Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan-Perubahan Fisik
a. Sel.
1!br0ken!! Lebih sedikit jumlahnya.
2!br0ken!! Lebih besar ukurannya.
3!br0ken!! Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
4!br0ken!! Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah,
dan hati.
5!br0ken!! Jumlah sel otak menurun.
6!br0ken!! Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
lapangan
pandang,
berkurang
luas
pandangannya.
7!br0ken!! Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
e. Sistem Kardiovaskuler
1!br0ken!! Elastisitas dinding aorta menurun.
2!br0ken!! Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3!br0ken!! Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4!br0ken!! Kehilangan
elastisitas
pembuluh
darah,
kurangnya
2!br0ken!! Keterbatasan
refleks
menggigil
dan
tidak
dapat
merupakan
alat
untuk
mengeluarkan
sisa
Fase NREM berlangsung semalma 90 menit. Fase ini dibagi menjadi empat
stadium, yaitu :
1!br0ken!!
Fase ini merupakan fase antara fase terjaga dan fase awal tidur. Pada fase ini
didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang, dan tampak gerakan bola
mata ke kanan dan ke kiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali
dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, beta
dan kadang gelombang teta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan
adanya gelombang sleep spindle dan komplek K.
2!br0ken!!
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang,
tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang
theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks, dan
komplek K.
3!br0ken!!
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih
banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep
spindle.
4!br0ken!!
Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat
rendah, apabila dibangunkan hampir semua orang akan dapat menceritakan mimpinya,
denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi ereksi penis, tonus otot menunjukkan
relaksasi yang dalam. Tahap ini biasanya dimulai seitar 90 menit setelah mulai tidur,
terjadi peningkatan sekresi lambung.
2.2.3;Fisiologi Tidur
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus dan bergantian dengan
perode lebih lama dari keterjagaan. Proses tidur diatur oleh sebuah mekanisme
khusus yang disebut irama sirkadian. Irama sirkadian secara harfiah diartikan
sebagai sebuah siklus yang berlangsung sekitar 24 jam. Irama sirkardian berperan
sebagai jam biologis manusia. Irama sirkadian dalam tubuh diatur oleh Supra
Chiasmatic Nucleus (SCN). Supra Chiasmatic Nucleus (SCN) merupakan bagian
kecil dari otak yang terletak tepat di atas persilangan saraf mata. Itu sebabnya
pengaturan jam biologis peka terhadap perubahan cahaya (Prasadja, 2009).
Irama sirkardian, termasuk siklus tidur bangun harian, dipengaruhi oleh
cahaya dan suhu serta juga faktor-faktor eksternal seperti aktivitas eksternal
seperti pekerjaan dan aktivitas social (Potter dan Perry, 2005). Pada sore hari, saat
cahaya mulai meredup, tubuh kita secara otomatis mulai mempersiapkan diri
untuk tidur. Tubuh akan meningkatkan kadar hormon melatonin dalam darah.
Selain itu, tubuh juga mengatur agar kadar hormon melatonin tersebut tetap tinggi
sepanjang malam. Hormon melatonin sangat berperan dalam proses tidur dan
kualitas tidur seseorang (Prasadja, 2009).
. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua
mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan otak
tertinggi untuk mengatur tidur dan terjaga. Sistem aktivasi reticular (SAR)
berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercayai terdiri dari sel khusus yang
mempertahankan tidur dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual,
auditori, nyeri dan taktil. Aktivitas korteks serebral seperti emosi juga
mengaktivasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil dari neuron dalam SAR yang
mengeluarkan katekolamin seperti norepineprin (Sleep Research Society, 1993
dalam Potter dan Perry, 2005).
Tidur dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel-sel tertentu dalam
sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga
disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR). Apakah
seseorang tetap terjaga atau tertidur tergantung pada keseimbangan impuls yang
diterima dari pusat yang lebih tinggi (mis. Pikiran), reseptor sensosri perifer (mis.
Stimulus bunyi atau cahaya), dan sistem limbic (emosi). Ketika orang akan tidur,
mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR
menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih yang menyebabkan tidur
(Potter dan Perry, 2005).
2.2.4;Faktor yang mempengaruhi tidur
Menurut Potter dan Perry (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kualitas dan kuantitas tidur, diantaranya:
1!br0ken!!
Penyakit Fisik
Medikasi
Gaya Hidup
Stres emosional
Lingkungan
kemampuan
untuk
tidur. Klien
juga
mungkin
Merokok
Motivasi
Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
2!br0ken!!
Parasomnia
Parasomnia berasal dari bahasa latin yang berarti menjelang
atau
hampir
tidur.
Parasomnia
adalah
perilaku
yang
dapat
Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan
nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada
orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari,
insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang
hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung.
mempengaruhi pengaturan tidur. Jumlah tidur total tidak berubah pada sesuai
dengan pertambahan usia, tetapi kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada
kebanyakan lansia (Bliwise, 1993). Perubahan-perubahan tersebut mencakup
kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang,
penurunan tahap III dan tahap IV waktu non-REM.
Pada usia lanjut, wanita lebih banyak mengalami insomnia, dibandingkan
pria yang lebih banyak menderita sleep apnea atau kondisi medis lain yang dapat
mengganggu tidur. Gangguan tidur pada usia lanjut biasanya muncul dalam
bentuk kesulitan untuk tidur dan sering terbangun atau bangun terlalu awal
(Prasadja, 2009).
2.3.2;Kandungan Aromaterapi
Dalam pembuatan aromaterapi yang menyehatkan, digunakan
minyak atsiri yang benar-benar alami bukan bahan sintetis agar
diperoleh manfaat aromaterapi untuk pengobatan. Minyak atsiri disebut
juga minyak eteris, essential oil atau minyak terbang, karena minyak ini
mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri dihasilkan dari bagian
jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, buah atau
biji (Lutony dan Rahmayati, 2000). Menurut Guenther (2006), minyak
atsiri merupakan salah satu hasil metabolisme dalam tanaman yang
terbentuk karena reaksi berbagai persenyawaan kimia dengan adanya
air. Minyak atsiri disintesa dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman
dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin.
Minyak atsiri memiliki aroma yang sangat khas pada masingmasing tanaman. Aroma yang khas dari minyak atsiri dihasilkan dari
senyawa kimia yang dikandungnya. Kandungan minyak atsiri pada
umumnya dapat berupa terpen, persenyawaan berantai lurus, turunan
benzena dan bermacam-macam persenyawaan lainnya (Guenther,
2006).
Minyak atsiri yang digunakan dalam pembuatan aromaterapi
harus diperhatikan kandungannya. Minyak atsiri umumnya terdiri dari
berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur
carbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa
persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang
(S). Pada umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi
oksidasi
cahaya
dan
memperbesar
konsentrasi
senyawa
dengan
pelarut
menguap
yang
biasanya
sistem
syaraf.
Uap
minyak
atsiri
yang
Kegunaan
Membantu mengurangi depresi, mengatasi sulit t
meditasi
Menghilangkan
Greentea
ketegangan,
kegelisahan,
depr
Lemon
pikiran
Menenangkan suasana, aromanya dapat menimbul
Lotus
Membantu imsomnia
Menyejukkan, memberi
rasa
nyaman,
memba
untuk relaksasi
Mengurangi rasa marah, stres dan cemas
Melegakan otot dan pikiran. Aromanya membantu le
Pepermint
Night Queen
Opium
Ylang-lang
Musk
Frangipani
Bergamot
depresi panik
Memeberikan energi positif, mengerangi depr
Champaka
Patcholi
relaksasi
Menyejukkan pikiran, daya tahan tubuh, rasa ten
Gardenia
dan sensualitas
Sensasional, ketenangan, suasana bahagia dan damai
dan
seman
memba
Depresi
Depresi merupakan suatu jenis gangguan mental atau
Stres
Stres adalah respon tubuh terhadap banyaknya tuntutan.
Gangguan tidur