Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS UJIAN

Seorang Anak dengan Demam Thypoid


dan Status Gizi Baik

Pembimbing:
dr. Hartono, Sp.A
dr. Slamet Widi, Sp.A
dr. Z. Hidayati, Sp.A
dr.Opy Diah P, Sp.A

Disusun oleh:
Ritchie Santoso
406107049

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


RSUD Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 24 Oktober 2011 31 Desember 201
1

LAPORAN KASUS UJIAN


I.

Identitas pasien
Nama
: An. V
Umur
: 7 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Delik Rejo RT 07 RW 11, Tembalang.
Nama Ayah
: Tn. K
Umur
: 25 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
Nama ibu : Ny. I
Umur
: 26 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Bangsal
Masuk RS

II.

: Parikesit
: 24 Desember 2011

Data dasar
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu
pasien, dilakukan pada tanggal 24 Desember 2011
pukul 14.00 WIB di ruang parikesit kamar 1-6 dengan
didukung catatan medis
Keluhan utama : Demam.
Keluhan tambahan : Lemas, Pusing, Nafsu makan
menurun, muntah.
Riwayat penyakit sekarang
Sebelum masuk rumah sakit
7 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami
demam yang tidak begitu tinggi, naik turun. Demam
diakui meninggi pada malam hari, namun pasien tidak
menggigil, tidak mengigau dan tidak kejang. Oleh ibu
pasien, diberi obat penurun panas, demam turun
kemudian naik lagi setelah beberapa jam diberi obat.
Ibu pasien mengakui nafsu makan anak dan minum
masih baik seperti biasa. Tidak ada mual dan ada
muntah. Tidak ada mencret. BAK lancar, tidak lebih

sering dari biasanya, dan adanya nyeri saat BAK


disangkal oleh anak. Pusing diakui. Nyeri telan
disangkal, batuk disangkal, pilek disangkal. Mimisan dan
adanya bintik merah juga disangkal.
5 hari sebelum masuk RS, anak masih demam yang
diakui oleh ibu pasien lebih tinggi dari sebelumnya.
Keluhan yang dirasakan belum membaik. Anak lemas.
Pasien mengaku merasa tidak nyaman di perut sebelah
atas namun diakui tidak terlalu menganggu. Tidak ada
mual dan muntah. Anak belum BAB. BAK seperti biasa
( kuning , jernih, banyak), tidak berkurang dari biasanya.
Ibu membawa anak ke puskesmas dan diberi obat oleh
puskesmas.
1 hari sebelum masuk RS, anak masih demam, pusing
dan terlihat semakin lemas. Nafsu makan berkurang
namun minum masih baik.. Nyeri perut di sebelah atas
semakin mengganggu. Tidak ada mual dan muntah. BAK
normal, namun anak belum BAB. Ibu membawa anak ke
puskesmas dan meminta rujukan ke RSU kota
Semarang. Keesokan harinya anak dibawa ke poli anak
RSU kota semarang dan dianjurkan untuk rawat inap.
Riwayat tinggal di daerah banjir disangkal.
Riwayat demam tinggi disertai mengigil dengan periode
tidak panas disangkal. Riwayat berpergian ke daerah
endemis malaria disangkal.
Riwayat Batuk lama yang tidak sembuh sembuh
disangkal. Riwayat kontak dengan penderita batuk lama
yang mendapat pengobatan lebih dari 6 bulan juga
disangkal. Rwayat berkeringat di malam hari disangkal.
Riwayat kencing anyang-anyangan dan nyeri pinggang
disangkal.
Riwayat sering jajan sembarangan diakui oleh anak, si
anak suka memakan makanan ringan Nugget yang
dijual di luar sekolah. Ibu pasien mengaku air yang
diminum selalu dimasak terlebih dahulu.

Setelah masuk rumah sakit


1 hari, demam turun, tidak ada mual. Anak muntah
1x/hari berisi makanan dan tidak ada darah. Anak
masih lemas. Anak tidak kejang. Anak sudah BAB. BAK
normal seperti biasanya, anak susah makan, makan

hanya sedikit-sedikit. Nyeri pada


dirasakan. Batuk Pilek disangkal.

daerah

ulu

hati

Riwayat penyakit dahulu


Anak belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat anggota keluarga yang sedang mengalami
keluhan serupa disangkal.

Riwayat persalian dan kehamilan


Anak perempuan lahir dari ibu G2P2A0, hamil 38
minggu, lahir secara spontan ditolong oleh bidan, anak
lahir langsung menangis, berat badan lahir 3400 gram.
Panjang badan 48 Cm, lingkar kepala ibu lupa dan
lingkar dada saat lahir ibu lupa.
Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan,
vigorous baby.

Riwayat pemeliharaan prenatal

Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara


teratur ke bidan terdekat. Mulai saat mengetahui
kehamilan yakni usia kehamilan 1 bulan hingga
usia kehamilan 8 bulan pemeriksaan dilakukan 1x/
bulan. Saat usia kehamilan memasuki usia
kandungan 9 bulan, pemeriksaan dilakukan
1x/minggu hingga lahir.
Selama hamil ibu mendapatkan suntikan imunisasi
TT 2x. Selama hamil ibu tidak pernah menderita
penyakit tertentu. Riwayat perdarahan saat hamil
disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal.
Riwayat minum obat-obatan tanpa resep dokter
maupun jamu-jamuan waktu hamil disangkal.
Obat-obat yang diminum selama kehamilan
adalah vitamin dan obat penambah darah.

Riwayat pemeliharaan postnatal


4

Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan terdekat dan


anak dalam keadaan sehat

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak


Pertumbuhan
Berat badan lahir 3.400 gram, panjang badan lahir 48
Cm, berat badan sekarang 16kg, panjang badan
sekarang 112 cm
Perkembangan
Senyum : ibu lupa
Miring : ibu lupa
Tengkurap : ibu lupa
Gigi keluar : ibu lupa
Duduk : ibu lupa
Merangkak : 5 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 10 bulan
Berlari : ibu lupa
Berbicara :12 bulan (beberapa kata)
Saat ini anak berusia 7 tahun 6 bulan. Anak duduk di
bangku sekolah kelas 2 SD. Anak tidak pernah tinggal
kelas.
Kesan:
Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan
umur. Tidak ada gangguan perkembangan mental dan
emosi.
Riwayat makan dan minum anak

Anak diberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan


lalu lanjut sampai usia 2 tahun.
Umur 7 bulan, anak diberikan makanan tambahan
berupa bubur susu dan sereal. Susu Formula juga
diberikan 2-3x sehari.
Anak diberikan makanan tambahan berupa nasi
tim dan lauk pauk yang diblender sejak umur 8
bulan.
Anak mulai diberikan makanan keluarga sejak
umur 10 bulan sampai dengan sekarang seperti
nasi, telur, ikan, ayam dan buah-buahan.
6

Jenis
Makanan
Nasi
Sayur
Daging
Telur
Ikan
Susu
Buah

Frekuensi dan jumlahnya


2x (1/2-1piring)/ hari
2 x/hari (sop sayur, kangkung,
bayam)
1x/hari @1potong
3x/minggu, 2 butir
3-5x/minggu, 1/4ekor
4x/hari
5-7x/minggu (pepaya, pisang)

Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup

Riwayat imunisasi
BCG

: dilakukan dan kapan dan berapa kali


ibu lupa Scar (+)
Hepatitis B : dilakukan , kapan dan berapa kali ibu
lupa
Polio
: dilakukan , kapan dan berapa kali ibu
lupa
DPT
: dilakukan , kapan dan berapa kali ibu
lupa
Campak
: dilakukan , 1x usia 9 bulan.
Riwayat Imunisasi tambahan (typhoid) : tidak
pernah diberikan.
Kesan : Imunisasi dasar sulit dievaluasi. Ibu mengaku
anak mendapat imunisasi lengkap sesuai dengan
jadwal imunisasi yang tertera pada kartu menuju
sehat (KMS)

Riwayat keluarga berencana


Ibu mengikuti program KB suntik tiap 3 bulan sekali di
bidan.

Riwayat sosial ekonomi


Ayah si anak bekerja di toko bangunan dengan
penghasilan Rp 1.000.000 / bulan. Menanggung 1 istri
8

dan 2 orang anak.Ibu penderita adalah ibu rumah


tangga. Biaya pengobatan ditanggung jamkesmas.
Kesan : kehidupan sosial ekonomi kurang.

Data keluarga
Perkawinan
keUmur
Konsanguinita
s
Keadaan
kesehatan
Agama
Pendidikan
terakhir

Ayah
1

Ibu
1

25 tahun
-

26 tahun
-

Sehat

Sehat

Islam
SMA

Islam
SMP

Data perumahan
Kepemilikan rumah : rumah sendiri
Keadaan rumah : dinding rumah tembok, 2 kamar
tidur, ada dapur di dalam rumah, kamar mandi di luar
rumah. Ventilasi dan pencahayaan cukup. Limbah
buangan ke septic tank dan selokan yang ada. Jarak
Septic tank dan sumur 12 m.

Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan,


cukup padat

2. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 24 Desember 2011, pukul 14.00 anak
perempuan berusia 7tahun 6 bulan, berat badan 16 Kg,
panjang badan 112 cm.
Kesan umum : compos mentis, tampak sakit sedang,
anak lemas, gizi cukup.
Tanda Vital
HR
Nadi
Laju nafas
Suhu

:
:
:
:

90 x/ menit
Isi dan tegangan cukup
16 x/menit, reguler
37,3O C (aksila)

Status Internus
Kepala
: wajah: risus sardonicus (-), bentuk kepala
mesocephale. Rambut hitam, tumbuh
merata, tidak
mudah dicabut.
Mata
langsung (+/+)

: Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),


Refleks cahaya langsung dan tidak
Pupil isokor ODS = 3mm
Refleks kornea (+/+)

Hidung

: Bentuk normal, simetris, sekret (-/-),


napas cuping hidung (-/-), epistaksis (-/-)

Telinga

: Bentuk dan ukuran normal, discharge (-/-)

Mulut

: Trismus (-), bibir kering(-), bibir


sianosis (-)

Lidah

:Normoglosia, lidah kotor(-) Tepi Hiperaemis


(-) Tremor (-)

Tenggorok :
Tonsil
T1/T1
hiperemis(-),hipertrof
(-),detritus(-)
mukosa faring hiperemis (+), permukaan
licin.
Leher

: Simetris, pembesaran KGB (-),


Pemerksaan kelenjar
tiroid dalam batas
normal.

Thorax

: dinding thorax normothorax dan simetris

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler,
Murmur (-), Gallop (-)
Palpasi : ictus cordis tak teraba
Perkusi :batas jantung sulit dinilai

Pulmo

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris,


retraksi (-)
Auskultasi : suara nafas dasar vesikuler,
suara napas tambahan (-/-), wheezing(-/-),
ronkhi(-/-) dan stridor(-/-).

10

Palpasi : stem fremitus tidak dapat dinilai


Perkusi :sonor dikedua lapang paru

Abdomen:

Inspeksi : datar, simetris


Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi :timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (+), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba.

Genitalia : Perempuan.
Anorektal : anus (+), dalam batas normal

Ekstremitas :

Akral dingin
Akral sianosis
Petechiae
CRT (Capillary
Time)

Reffil

Superior
-/-/-/<2

Inferior
-/-/-/<2

Kulit : Lesi kulit (-), rose spot (-)

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah, pada tanggal 24 Desember
2011
Hb
: 11,4 gr/dL
Hematokrit : 35,5 %
Leukosit
: 5.200 /mm3
Trombosit : 131.000 / mm3
Kesan : Trombositopenia
Pemeriksaan Widal
Widal S Thypii O : 1/160 (+)

11

Widal S Thypii H : 1/160 (+)


4. Pemeriksaan khusus
Data antropometri :
Anak perempuan usia 7 tahun 6 bulan
Berat badan : 16 Kg
Panjangbadan :112 cm
Pemeriksaan Status Gizi
WAZ = (BB riel - Median)/ SD = (16 21,6)/ 2,7 =
-2,0(normal)
HAZ = (TB riel - Median) / SD = (112 120,6 )/ 5,5 =
-1,6(normal)
WHZ = (BB riel Median) / SD = (16 18,9)/ 1,7 = -1,7
(gizi normal)
Kesan : Gizi baik dan perawakan normal

5. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan 7 tahun, BB 16
kg dengan keluhan utama demam kurang lebih 7 hari yang
lalu. Sewaktu keluhan pertama kali timbul, demam dirasakan
tidak begitu tinggi, naik turun, dan diakui lebih tinggi pada
malam hari. Ibu pasien mengatakan anak tidak mengigil, tidak
mengigau dan tidak kejang. Selain itu, nafsu makan dan
minum baik. Pusing (+). Tidak ada mual dan tidak muntah.
BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat jajan sembarangan
diakui. Minum air yang tidak bersih disangkal, BAB dan BAK
sembarangan disangkal.
5 hari sebelum masuk RS, anak masih demam yang diakui
oleh ibu pasien lebih tinggi dari sebelumnya. Keluhan yang
dirasakan belum membaik. Anak lemas. Pasien mengaku
merasa tidak nyaman di perut sebelah atas namun diakui
tidak terlalu menganggu. Tidak ada mual dan muntah. Anak
belum BAB. BAK seperti biasa ( kuning , jernih, banyak), tidak
berkurang dari biasanya. Ibu membawa anak ke puskesmas
dan diberi obat oleh puskesmas.
1 hari sebelum masuk RS, anak masih demam, pusing dan
terlihat semakin lemas. Nafsu makan berkurang namun
minum masih baik.. Nyeri perut di sebelah atas semakin
mengganggu. Tidak ada mual dan muntah. BAK normal,
namun anak belum BAB. Ibu membawa anak ke puskesmas
dan meminta rujukan ke RSU kota Semarang. Keesokan

12

harinya anak dibawa ke poli anak RSU kota semarang dan


dianjurkan untuk rawat inap.

Dari pemeriksaan fsik tanggal 24 Desember 2011 ditemukan:


Keadaan umum : compos mentis,
sedang, anak lemas, gizi cukup.
Tanda Vital
HR
Nadi
Laju nafas
Suhu

:
:
:
:

tampak

sakit

90 x/ menit
Isi dan tegangan cukup
16 x/menit, reguler
37,3O C (aksila)

Status Internus
Kepala
: dalam batas normal.
Mata

: dalam batas normal

Hidung

: dalam batas normal

Telinga

: dalam batas normal

Mulut

: dalam batas normal

Lidah
: Lidah Kotor, tepi Hiperaemis (-), Tremor (-)
Tenggorok : dalam batas normal
Leher

: Simetris, pembesaran KGB (-), pembesaran


kel tiroid (-)

Thorax

: Dinding thorax normothorax dan simetris,


tidak terlihat kelainan pada dinding thorax

Cor

: dalam batas normal

Pulmo: dalam batas normal


Abdomen

: Nyeri tekan epigastrium.

Genitalia

: Perempuan, dalam batas normal

Anorektal

: anus (+), dalam batas normal

Ekstremitas : dalam batas normal


Kulit

: dalam batas normal

Pemeriksaan darah, pada tanggal 24 Desember


2011
13

Hb
: 11,4 gr/dL
Hematokrit : 35,5 %
Leukosit
: 5.200 /mm3
Trombosit : 131.000 / mm3
Kesan : Trombositopenia.
Pemeriksaan Widal
Widal S Thypii O : 1/160 (+)
Widal S Thypii H : 1/160 (+)
6. Diagnosa banding
Observasi Febris > 7 hari
Leptospirosis.
Tuberkulosis.
Infeksi Saluran Kemih.
Malaria.
Demam Typhoid.
Status gizi baik

7. Diagnosa sementara
1. Demam Typhoid.
2. Status gizi baik.
8. Terapi dan Dietetik

Infus 2A 1/2N 10 tpm


Injeksi Ceftriaxone 2 x 400 mg iv
Injeksi Ranitidine 3 x 15 mg
PO :
o Paracetamol 3x 150 mg(jika panas)

Diet
Kalori : 1200 kkal
Protein : 38 gr/ hari

14

9. Program

Evaluasi keadaan umum dan tanda-tanda vital


Awasi muntah.
Kompres bila panas
Diet rendah serat.

10. Prognosa
Quo ad vitam
: Ad bonam
Quo ad sanam
: Ad bonam
Quo ad fungsionam
: Ad bonam
11. Usulan
Gall Kultur
IgM Anti Salmonella typhi ( tubex test )
Cek DR dan Widal ulang setelah 3 hari.
Foto Thorax ( atas indikasi )
Vomitus Syrp untuk muntah nya.

12. Nasihat
Anak harus istirahat dan tidak boleh beraktivitas
berlebihan
Diusahakan untuk makan makanan yang lunak,
tidak merangsang, tidak menimbulkan gas dan
rendah serat
Kurangi kebiasaan jajan sembarangan, serta
menjaga kebersihan makanan dan minuman
Memasak makanan dan minuman sampai matang
Sebelum dan sesudah makan cuci tangan
Jangan BAB dan BAK sembarangan
Bila anak sakit, segera periksa ke sarana
pelayanan kesehatan terdekat.

15

Tinjauan Pustaka

DEMAM TIFOID

I.

Pendahuluan
Demam tifoid dan paratifoid merupakan infeksi akut usus
halus. Sinonim dari demam tifoid dan paratifoid adalah
typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, tifus dan
paratifus abdominalis. Demam paratifoid menunjukkan
manifestasi yang sama dengan tifoid, namun biasanya
lebih ringan.

II.

Etiologi
Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi. Kuman ini
mempunyai 107 strain yang berbeda. Sedangkan demam
paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk
dalam spesies Salmonella enteridis, yaitu S. Enteriditis
bioserotipe paratyphi A, S.enteriditis bioserotipe paratyphi
B, S. Enteriditis bioserotipe paratyphi C. Kuman-kuman ini
lebih dikenal dengan nama S.paratyphi A, S.schotmuelleri,
dan S.hirschfeldii. Kuman Salmonella sendiri mempunyai
lebih dari 2.300 serotype. Salmonella merupakan kuman
gram negatif dari famili Enterobacteriaceae.

III.

Epidemiologi
Demam tifoid dan paratifoid endemik di Indonesia. Penyakit
ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat
sporadik, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang

16

terjadi lebih dari satu kasus pada orang serumah. Di


Indonesia

penderita

diperkirakan

800

demam

/100.000

tifoid

penduduk

cukup
per

banyak

tahun

dan

tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang


tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid
dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling
sering pada anak besar,umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih
banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3 : 1. 4
Terdapat dua sumber penularan S.typhi, yaitu pasien
dengan demam tifoid dan yang lebih sering carier. Di
daerah

endemik,

transmisi

terjadi

melalui

air

yang

tercemar S.typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh


karier

merupakan

sumber

penularan

di

daerah

non

endemik.

IV.

Patogenesis
S.typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air
yang tercemar, sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke dalam usus halus,
dan mencapai jaringan limfoid plak peyeri di ileum
terminalis yang hipertrof. Di dalam plak Peyer multiplikasi
dilanjutkan, kemudian masuk sirkulasi darah, sampai di hati
dan kandung empedu (bakteriemia ke-1). 5 Kuman dalam
peredaran

darah

yang

pertama

berlangsung

singkat,

terjadi 24-72 jam setelah kuman masuk, meskipun belum


menimbulkan gejala tetapi telah mencapai organ-organ
hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang dan ginjal. 46
Multiplikasi kuman dipacu oleh empedu yang merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan; selanjutnya bersama
empedu kuman S.typhi turun ke dalam usus/ileum dan
invasi lagi ke dalam plak Peyer. Pada saat ini kuman mulai
dikenali oleh neutrofl dan fagosit yang memfagositnya.

17

Namun kuman S.typhi mempunyai kemampuan untuk


bertahan, malah berkembang dalam fagosit dan sel RES.
Bakteriemia ke-2 terjadi di mana pada saat itu terdapat
kuman bebas dan intrasel. Diperkirakan 60% kuman
berada di dalam intrasel makrofag dan 40% berada bebas
di luar sel.5 Hal ini terjadi pada akhir masa inkubasi 5 9
hari dimana terjadi pelepasan endoktoksin menyebar ke
seluruh tubuh dan menimbulkan gejala demam tifoid. 4
Gejala

klinis

pun

mulai

nyata

saat

makrofag

rusak

(disrupsi), membebaskan sitokin, dan kuman S.typhi ke


dalam sirkulasi.5
Gejalanya sendiri baru muncul setelah 3 sampai 60 hari.
Pada

masa-masa

itulah

kuman

akan

menyebar

dan

berkembang biak. Organ tubuh lalu merangsang sel darah


putih mengeluarkan zat interleukin. Zat inilah yang akan
merangsang terjadinya gejala demam. Kuman yang masuk
ke hati akan masuk kembali dalam peredaran darah dan
menyebar ke organ tubuh lainnya.6 Masa inkubasi rata-rata
7 14 hari. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat
lebih ringan dan lebih bervariasi.4

Bila terjadi komplikasi

perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus


lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe
mesenterial, dan masuk aliran darah melalui duktus
torasikus. S.typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi
portal dari usus. S.typhi bersarang di plak peyeri, limpa,
hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial.
Endotoksin S.typhi berperan dalam proses inflamasi lokal
pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak.
S.typhi

dan

endotoksinnya

merangsang

sintesis

dan

pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang


meradang, sehingga terjadi demam.

18

V.

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala

yang

timbul

bervariasi.

Dalam

minggu

pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit


infeksi akut pada umumnya, yaitu demam naik secara
bertangga, lalu demam menetap (kontinyu) atau remiten
pada minggu kedua. Demam terutama sore atau malam
hari. Nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk

dan

epistaksis.

Pada

pemeriksaan

fsik

hanya

didapatkan peningkatan suhu badan.4


Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas
demam yang tinggi terus menerus, nafas berbau tak
sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah
/terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan
tepinya kemerahan dan tremor, pembesaran hati dan limpa
(hepatosplenomegali) dan timbul rasa nyeri bila diraba,
perut

kembung.

Anak

nampak

sakit

berat,

disertai

gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif,


acuh tak acuh (apati) sampai berat (delier, koma).4 Selain
itu juga terdapat Bradikardi relatif, sedangkan roseola
jarang ditemukan pada orang Indonesia.
Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat
demam terus menerus lebih dari 1 minggu yang tidak
dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan
kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak
buang air besar atau diare beberapa hari.4

Jadi ada tiga komponen utama dari gejala demam


tifoid yaitu:
1.Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari),

19

2.Gangguan saluran pencernaan


3. Gangguan susunan saraf pusat/ kesadaran

VI.

Diagnosis
Pada

pemeriksaan

leukopeni

(hingga

darah

lengkap

<3000/mm)

dapat

ditemukan

ditemukan

pada

fase

demam4, leukositosis, atau leukosit normal. Aneosinoflia,


limfopenia,

peningkatan

LED,

anemia

ringan,

trombositopenia, SGPT dan SGOT seringkali meningkat,


tetapi kembali ke normal setelah sembuh.
Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi
biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid.
Biakan darah ini dapat ditemukan pada minggu I infeksi
dan menurun pada minggu ke-3. Biakan tinja positif
menyokong diagnosis klinis demam tifoid. Biakan sumsum
tulang juga dapat menyokong diagnosa klinis demam tifoid
dan biasanya ditemukan 5 hari setelah diberi antibiotik.
Peningkatan

titer

uji

Widal

empat

kali

lipat

pada

pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5


hari memastikan diagnosis demam tifoid. Reaksi widal
tunggal dengan titer antigen O /320 atau titer antigen H
/640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien
dengan gambaran klinis yang khas. Beberapa laporan
yang ada tiap daerah mempunyai nilai standar Widal
tersendiri,

tergantung

endemisitas

daerah

tersebut.

Misalnya : Surabaya titer OD > 1/160, Yogyakarta titer OD


> 1/160, Manado titer OD > 1/80, Jakarta titer OD > 1/80,
Ujung Pandang titer OD 1/320. 4 Pada beberapa pasien, uji

20

widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walaupun


biakan darah positif.
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar riwayat
penyakit, gambaran klinik dan laboratorium (jumlah lekosit
menurun dan titer widal yang meningkat) . Diagnosis pasti
ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada salah satu
biakan.4

VII.

Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
i. Perdarahan usus
ii. Perforasi usus
iii. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstraintestinal
i. Komplikasi kardiovaskular ; kegagalan sirkulasi
perifer (renjatan,sepsis), miokarditis, trombosis,
dan tromboflebitis.
ii. Komplikasi

darah

anemia

hemolitik,

trombositopenia dan atau koagulasi intrvaskuler


diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
iii. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan
pleuritis.
iv. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis
dan kolelitiasis.
v. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis
dan perinefritis.

21

vi. Komplikasi

tulang

osteomielitis,

periostitis,

spondilitis, dan artritis.


vii. Komplikasi

neuropsikiatrik

meningismus,
sindrom

meningitis,

Guillian-Barre,

delirium,

polyneuritis

psikosis,

dan

perifer,
sindrom

katatonia.
Komplikasi ini muncul dalam minggu ke-3 dan ke-4,
biasanya terjadi akibat tidak adanya pengobatan, termasuk
komplikasi

interstinal.

Perforasi

usus

dan

perdarahan

saluran verna sangatlah berbahaya dan membutuhkan


penanganan segera baik pengobatan dengan antibiotik
spektrum luas maupun operasi.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih
jarang terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan
toksemia berat dan kelemahan umum, bila perawatan
pasien tidak sempurna.

VIII

Penatalaksanaan
Tujuan perawatan dan pengobatan demam tifoid anak
adalah

meniadakan

invasi

kuman

dan

mempercepat

pembasmian kuman, memperpendek perjalanan penyakit,


mencegah terjadinya komplikasi, mencegah relaps dan
mempercepat penyembuhan.4

Terapinya adalah sebagai berikut :


1. Nonformakologis :

Istirahat

dan

mencegah
penyembuhan.

perawatan

komplikasi
Pasien

harus

profesional;
dan
tirah

bertujuan

mempercepat
baring

absolut

sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih

22

selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai


dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam perawatan
perlu sekali dijaga hygiene perseorangan, kebersihan
tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai
pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya
perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan
pneumonia hipostatik. Mobilisasi bertahap yaitu : hari I
duduk 2 x 15 menit, hari II duduk 2 x 30 menit, hari III
jalan, hari IV pulang.4 Defekasi dan buang air kecil
harus

diperhatikan,

karena

kadang-kadang

terjadi

obstipasi dan retensi urin.


Diet dan terapi penunjang (simptomatif dan suportif)
Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian
bubur

kasar,

kesembuhan

dan
pasien.

akhirnya

nasi

Namun

sesuai

beberapa

tingkat

penelitian

menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,


yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang
sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral
yang cukup untuk mendukung keadaan umum pasien.
Diharapkan dengan menjaga keseimbangan. Sistem
imun akan tetap berfungsi dengan optimal.
2. Farmakologis
Pilihan utama : Kloramfenikol 4x500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam. Di Indonesia belum ada
laporan yang pasti tentang resistensi terhadap obat
terutama

kloramfenikol.5

Efek

samping

dari

pengobatan dengan kloramfenikol ini yaitu :7


-

Reaksi hematologik : anemia, retikulositopenia,


peningkatan serum iron dan iron binding capacity
serta vakuolisasi seri eritrosit bentuk muda.

23

Reaksi alergi : kemerahan kulit, angiouderm,


urtikaria dan anaflaksis.

Reaksi saluran cerna : mual, muntah, glositis,


diare, dan enterokolitis.

Sindrom gray. Terutama pada bayi prematur yang


mendapat

dosis

tinggi

(200

mg/kg

BB).

Manifestasinya berupa : permulaan bayi muntah,


tidak mau menyusu, pernafasan cepat dan tidak
teratur, perut kembung, sianosis dan diare dengan
tinja berwarna hijau dan bayi tampak sakit berat.
Pada

hari

brikutnya

tubuh

bayi

lemas

dan

berwarna keabu-abuan.
-

Reaksi neurologik : depresi, bingung, delirium, dan


sakit kepala.

Alternatif lain :
-

Tiamfenikol 4x500 mg (komplikasi hematologi lebih


rendah dibanding kloramfenikol). Efek sampingnya
yaitu depresi sumsum tulang yang reversibel,
depresi eritropoesis, leukopenia, trombositopenia,
dan peningkatan kadar serum iron.7

Kotrimoksazol 2x2 tablet selama 2 minggu


Kekhawatiran terhadap efek supresi sumsum
tulang, adanya resistensi obat, alergi obat dan
terjadinya Stevens Johnson pada kotrimoksazol
mendorong

orang

mencari

obat

lain

sebagai

alternatif.5
-

Ampisilin dan amoksisillin 50-150 mg/kgBB selama


2 minggu

Cefalosporin

generasi III,

yang terbukti efektif

adalah Ceftriakson 1-2 g/hari. Dapat juga diberikan


Cefotaxim 2-3x 1gram/hari, Cefoperazon 2x1 gram.
(IV atau IM)

24

Keberhasilan obat ini karena kemampuan penetrasi


sel dan tetap stabil di dalam lisosom sebelum
membunuh kuman. Dengan waktu paruhnya yang
sangat panjang ( 9 jam); Obat ini memenuhi
syarat kontak dengan kuman dalam konsentrasi di
atas MIC pada daerah terinfeksi dalam waktu
tertentu. Pada pemberian dosis tunggal kadar
serum

setelah

24

jam

lebih

dari

10

ug/ml.

Seftriakson dapat diberikan IM, IV lambat atau tetes


dalam infus.
Ekskresi melalui urin 50-60%, melalui empedu 4050%. Bila fungsi ginjal terganggu, ekskresi melalui
empedu
Berbagai

meningkat,

demikian

penelitian

sejak

pula

sebaliknya.

tahun1989,

telah

membandingkan seftriakson dosis tunggal 1x1-2 g,


dan sefotaksim 3-4 x 2 g dengan hasil sama baik.
Seftriakson untuk demam tifoid telah diteliti di
Surabaya dan di Jakarta dengan dosis 1 x 3 g
(dalam tetes infus -1 jam) didapat hasil baik.
Bahkan pada anak dengan dosis 80 mg/kg BB, telah
diteliti untuk demam tifoid yang berat dengan hasil
baik (Sri Rezeki, 1993).
Sebagai terapi alternatif seftriakson dapat/baik di
gunakan pada wanita hamil atau bila dijumpai
hambatan pemakaian obat-obat lainnya.5
-

Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari III


atau menjelang hari IV) :
Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari.
Ciprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari.
Oflosasin 2x400 mg/hari selama 7 hari.

25

Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari.


Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari.
Penggunaan pada wanita hamil belum ada laporan
keamanannya; perlu diingat kerja obat ini adalah
menghambat

DNA

gyrase

kuman,

sehingga

kemungkinan besar dapat terjadi cacat janin atau


malformasi dalam pembentukan organ janin.5
Jenis obat yang pernah dicoba dalam pengobatan
dosis

tunggal

pefloksasin

untuk

dan

demam

fleroksasin.

tifoid

adalah

Dengan

cara

pengobatan seperti ini diharapkan meningkatkan


kepatuhan

pasien

dalam

meminum

obat.

Fleroksasin memperlihatkan penetrasi yang amat


baik ke semua organ termasuk ke otak. Konsentrasi
obat dalam jaringan sama atau melebihi kosentrasi
dalam serum/plasma. Konsentrasi obat tersebut di
dalam sel dua kali lipat dibanding di ekstraselular.
Eliminasi obat melalui dua cara yaitu non-renal
(hati, kandung empedu) dan renal. Eliminasi melalui
ginjal dalam bentuk obat aktif, sehingga obat ini
baik untuk pengobatan infeksi saluran kencing.
Mengingat waktu paruhnya sekitar 10 jam, maka
bagi

pasien

tanpa

gangguan

ginjal

direkomendasikan interval dosis setiap 24 jam.


Efek

samping

yang

umum

ditemukan

pada

pemberian fleroksasin adalah mual, muntah, pusing


dan insomnia yaitu pada 7% kasus (Suharyo). Efek
samping

tersebut

ringan

dan

biasanya

tidak

memerlukan penghentian pengobatan.

26

Kasus toksik tifoid ( demam tifoid disertai gangguan


kesadaran dengan atau tanpa kelainan neurologis
lainnya serta hasil pemeriksaan cairan otak masih
dalam batas normal) langsung diberikan kombinasi
kloramfenikol 4x500 mg dengan ampisilin 4x1 gram
dan deksametason 3x5 mg/hari (IV).5 Atau diberikan
Ceftriakson 3-4 gram dalam dextrose 100cc selama
30 menit per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari.

3. Vaksin
Vaksin untuk demam tifoid yang beredar di pasaran saat
ini ada dua macam, pertama ialah Ty21a suatu oral
attenuated vaccine dan yang kedua adalah parenteral
purifed

Vi

polysaccharide.

Tampaknya vaksin untuk demam tifoid memang perlu


dikembangkan lebih lanjut mengingat efkasi yang
diberikan kedua vaksin ini masih sekitar 65 - 70%.6

DAFTAR PUSTAKA

27

1. Tjokronegoro A, Utama H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid


I, edisi 3. Jakarta, FKUI , 1996.
2. Braunwald, dkk. Harisons Principles of Internal Medicine Vol.1,
edisi 15. Medical Publishing Division, 2001.
3. Demam Tifoid, Available at :
http://www.tabloid_nakita.com/artikel.php3?
edisi=06303&rubrik=bayi. (Accessed March 1, 2006)
4. Pengenalan Dini Demam Tifoid, Available at :
http://www.apotik2000.net/ Apotik/berita_kesehatan.asp?
f=11&def=1&id=100043. (Accessed March 1, 2006)
5. Antibiotik Dosis Tunggal pada Demam Tifoid, Available at :
http://www.interna.enid/interna/artikel/current2001/cdt0120.htm. (Accessed March 1, 2006)
6. Protein Adhrsin Salmonella typhi Sebagai Faktor Virulensi
Berpotensi Imunogenik pada Produksi S-IgA Protektif,
Available at : http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?
id=j.ptunair_gdl_53-2003-santoso2c55anarto-834protein&phps(551)=4009387-f3ec7a7a3366351bf29dc16ed
(Accessed March 1, 2006)
7. Syarif.A, dkk. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta, FKUI,
1995.

Pembahasan Kasus

28

Diagnosa demam Tifoid ditegakkan dengan gejala khas dan


pemeriksaan fsik serta pemeriksaan penunjang. Trias gejala dari
demam tifoid ialah:
a. Demam lebih dari tujuh hari
b. Ganguan saluran gastrointestinal
c. Penurunan Kesadaran
Selain tiga hal diatas, pada demam tifoid ditemukan demam
yang menyerupai anak tangga, bradikardi relatif, coated tongue,
dan rose spot.
Jumlah hari ketika pasien mengalami demam ialah 7 hari.
Demam pada hari ke-5 sampai ke-7 patut dicurigai demam karena
infeksi kuman. Pada pasien ini yang ditemukan hanyalah demam
yang menyerupai anak tangga. Keluhan buang air besar yang sulit
berhari-hari pada pasien menunjukkan suatu gejala gastrointestinal
yaitu obstipasi. Pada demam tifoid obstipasi merupakan gejala yang
menonjol, sedangkan pada demam paratifoid gejala diarelah yang
menonjol. Pada penderita demam tifoid dapat ditemukan penurunan
kesadaran. Penurunan kesadaran ini dimaksudkan menurunnya
kesadaran dibawah batas normal. Penderita dapat ditemukan acuh
tak acuh atau tidak merespon aktiftas orang lain. Namun pada
pasien ini tidak ditemukan penurunan kesadaran yang berarti.
Terlebih pula terdapatnya kesadaran berkabut merupakan prognosis
buruk untuk demam tifoid. Oleh karena beberapa manifestasi klinis
diatas, penulis mengarahkan diagnosis kerja ke demam tifoid. Untuk
itu dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang.

Berikut ini tiga macam pemeriksaan untuk membantu diagnosis


demam tifoid.
a. Deteksi S. typhi
Kultur

merupakan

pemeriksaan

baku

emas

namun

sensitiftasdnya rendah. Hasil negatif tidak menyingkirkan


29

diagnosis. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila jumlah


spesimen sedikit, waktu pengambilan spesimen tidak tepat
atau telah mendapat pengobatan antibiotik.
Keterlibatan biakan strain Salmonella biasanya merupakan
dasar untuk diagnosis.

Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan

penyakit.

Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4


Biakan sumsum tulang merupakan metode yang paling

sensitif

Kultur tinja biasanya positif pada minggu ke-3 sampai ke-5

b. Deteksi DNA S.typhi


Metode yang digunakan yaitu PCR dimana DNA S.typhi dilipat
gandakan. Metode PCR dapat mendeteksi DNA bakteri baik
yang

hidup

maupun

mati.

Hasil

positif

tidak

selalu

menunjukkan adanya infeksi aktif, sedangkan hasil negatif


tidak menyingkirkan adanya infeksi karena terdapat beberapa
zat yang dapat menghambat reaksi
c. Deteksi anti S.typhi
Tes Widal merupakan pemeriksaan serologis yang pertama
kali diperkenalkan dan masih banyak digunakan. Uji widal
klasik mengukur antibodi terhadap antigen O dan H S typhi.
Diagnosis demam tifoid ditegakkan bila kenaikan titer S. Typhi
titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase
konvalesens5Deteksi anti O dan anti H dalam serum tidak
selalu menunjukkan adanya infeksi S.typhi. S.typhi memiliki
beberapa antigen O dan H yang sama dengan Salmonella lain,
sehingga peningkatan titer tidak spesifk untuk S.typhi. Anti O
dan H negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi. Hasil
negatif palsu dapat disebabkan antibodi belum terbentuk
30

karena spesimen diambil terlalu dini atau antibodi tidak


terbentuk akibat defek pembentukan antibodi.
Pada pasien ini titer baru 1/160, oleh karena itu berdasarkan
referensi dikatakan suspek demam tifoid. Namun kriteria positif
untuk pemeriksaan Widal di tiap rumah sakit beragam.

Pada pemeriksaan fsik anak ini tidak ditemukan gejala khas pada
tifoid kemungkinan karena anak sudah dibawa ke puskesmas
untuk

berobat

sebelumnya

sehinnga

gejala-gejala

tersebut

menghilang.
Pada pemeriksaan riwayat penyakit sekarang ditanyakan beberapa
hal untuk menyingkirkan diagnosa banding.
Riwayat tinggal di daerah banjir disangkal Leptospirosis
Riwayat demam tinggi disertai mengigil dengan periode tidak panas
disangkal. Riwayat berpergian ke daerah endemis malaria
disangkal malaria
Riwayat Batuk lama yang tidak sembuh sembuh disangkal. Riwayat
kontak dengan penderita batuk lama yang mendapat pengobatan
lebih dari 6 bulan juga disangkal. Rwayat berkeringat di malam hari
disangkal TB
Riwayat kencing anyang-anyangan dan nyeri pinggang disangkal
ISK

Terapi

Infus 2A 1/2N 10 tpm kebutuhan cairan, anak


susah makan..
Injeksi Ceftriaxone 2 x 400 mg iv Antibiotik yang
dianjurkan sefalosporin generasi III.
Injeksi Ranitidine 3 x 15 mg nyeri pada ulu hati.
PO :
o Paracetamol 3x 150 mg bila anak panas.

31

Pada Kasus ini tidak digunakan kloramfenikol karena efek


sampingnya yang berbahaya untuk anak-anak dan dilaporkan sudah
banyak yang resisten. Ciprofloksasin tidak digunakan juga karena
efek samping ny. Pada anak ini digunakan antibiotic golongan
sefalosporin generasi II yaitu cefotaxime dimana antibiotic ini juga
sesuai pada referensi.

Komplikasi tidak ditemukan karena pengobatan nya yang adekuat.


Prognosis bias dibilang baik.

32

Anda mungkin juga menyukai