Satuan laju reaksi adalah M/s (molar per detik). Tanda minus menunjukkan bahwa
konsentrasi reaktan berkurang seiringnya waktu.
Laju reaksi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi reaktan,
melainkan juga konstanta reaksinya (k). Nilai k hanya dapat diperoleh melalui
analisis data eksperimen, tidak berdasarkan stoikiometri maupun koefisien reaksi.
Persamaan tersebut dirumuskan sebagai :
Secara umum, untuk menentukan laju reaksi suatu reaksi, kita harus
mengetahui orde reaksinya terlebih dahulu. Ada 4 metode yang bisa digunakan
untuk menentukan orde reaksi yang nantinya bisa digunakan untuk menentukan laju
reaksinya, yaitu :
1. Metode Integral
Menggunakan integral dari laju reaksinya untuk mencari orde reaksinya.
Persamaan integral secara umum :
t = waktu
2. Metode Diferensial
Laju reaksi untuk orde reaksi n suatu reaktan C adalah :
ket : C = konsentrasi
n = orde reaksi
misalnya melakukan 2 eksperimen, sehingga diperoleh :
.(1)
..(2)
(3)
(4)
[
(
]
[
[B]
0.1 M
0.1 M
3 M/s
0.2 M
0.1 M
6 M/s
0.2 M
0.2 M
24 M/s
) (
(
) (
)
)
Jadi, orde reaksi B adalah 2. Kemudian mencari nilai orde reaksi A dengan
cara yang sama (membandingkan persamaan laju reaksi yang konsentrasi
B nya sama).
2) Jika pada reaksi dekomposisi C2H4O menjadi CH4 dan CO dalam fasa gas,
data yang dikumpulkan dari hasil percobaan adalah data perubahan tekanan
setiap waktu seperti di bawah ini :
t, menit
12
18
P, mm
116.51
122.56
125.72
128.74
133.23
141.37
Pawal (Po, t = 0)
Po
Terurai
P saat t=t
Po-x
8
p
i 1
komponen i
PA = PC2H4O , PB = PCH4 , PC = PCO
Pt = PA + PB + PC
Pt = PO x + x + x
Pt = PO + x
x = Pt PO
Jadi : PA = PO x
PA = P O Pt + PO
PA = 2PO Pt .(1)
- Pada saat t = 0 (mula-mula) tekanan total = tekanan C2H4O murni, artinya P0
= PA , bukti :
PA = 2PO Pt
= 2(116.51)-116.51 = 116.51
- Pada saat t = t, maka tekanan totalnya adalah penjumlahan Pa dengan tekanan
yang berlaku pada saat t tersebut.
2. Mencari nilai orde reaksi
Metode yang digunakan adalah metode integral
(
(
)(
(
[
Nilai x adalah nilai orde reaksinya. Cara menentukan nilai x nya adalah dengan
memasukkan nilai x satu-satu dari orde reaksi 0 sampai 3. Sehingga persamaan
di atas menjadi :
- untuk orde reaksi = 0, maka :
Dengan menggunakan asumsi gas ideal (Pi = Ci R T), maka besaran PA dapat
diubah ke dalam besaran CA, menjadi: PA = CA R T, sehingga CA = PA/RT.
Kemudian, CA pada setiap persamaan diganti dengan dengan PA/RT. Pada
sistem ini T yang digunakan adalah T ruang yaitu 25oC = 298 K
Hasil-hasil perhitungan untuk ketiga nilai k disajikan dalam tabel berikut :
Ptot
PA (atm)
CA
k orde nol
k orde satu
-1
k orde dua
(menit)
(atm)
(2Po-Pt)
( PA/RT )
(mol/Lmenit)
(menit )
(L/molmenit)
116.51
116.51
0.047
122.56
110.46
0.0446
6.05
0.0105
0.2289
125.72
107.3
0.0433
5.29 x 10-4
0.0117
0.259
128.74
104.28
0.0421
5.44 x 10-4
0.0122
0.275
12
133.23
99.79
0.0403
5.583 x 10-4
1.435 x 10-3
0.2947
18
141.37
91.65
0.0369
5.61 x 10-4
0.0134
0.324
kemudian mensubsitusikan nilai Pa sesuai pada data. Nilai laju reaksi yang
didapat adalah berbeda-beda untuk setiap tekanan.
c. Jika nilai konstanta kesetimbangan sangat dipengaruhi oleh suhu, begitu juga
dengan nilai constanta laju reaksi. Hubungan antara konstanta laju reaksi dengan
suhu digambarkan oleh vant hoff dan Arrhenius dalam bentuk k = A e-E/RT.
Berdasarkan persamaan tersebut, jelaskan bagaimana anda bisa menentukan
energi aktivasi dari suatu reaksi, dan berikan satu contoh.
Jawab :
Energi aktivasi (Ea) adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia
agar dapat berlangsung. Agar suatu reaksi dapat terjadi maka molekul yang bertumbukan
harus memiliki energi kinetic total sama dengan atau lebih besar daripada Ea nya.
Hubungan antara konstanta laju reaksi dengan energi aktivasi dapat dirumuskan melalui
persamaan Arrhenius, yaitu :
k = A e-Ea/RT .(1)
ket : Ea = energi aktivas (kJ/mol) A = frekuensi tumbukan
R = 8.314 J/kmol
T = suhu mutlak
ln k = ln A
Untuk mencari nilai energi aktvasi dari suatu reaksi, persamaan (2) diubah menjadi :
(
Contoh kasus :
Reaksi thermal cracking n-nomana pada 900oC berlangsung 20 kali lebih cepat
dibandingkan dengan reaksi pada 800oC. Hitunglah energi aktivasi reaksi ini!
Penyelesaian
T1 = 800oC + 273 K = 1073 K
T2 = 900oC + 273 K = 1173 K
r2 = 20 r1
Kebergantugnan kecepatan reaksi dengan suhu dapat dirumuskan dengan persamaan
Arrhenius : k = A e-Ea/RT
Persamaan kecepatan reaksi : r = k
)]
Dengan mengambil harga logaritma natural terhadap kedua ruas persamaan, maka :
(
)
(