Anda di halaman 1dari 9

KINETIKA REAKSI KIMIA

b. 1) Berikanlah penjelasan mengenai metoda yang dapat digunakan untuk


menentukan persamaan laju reaksi!
Jawab :
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan / produk per satuan waktu.
Contoh :
A + 2B 3C + D, laju reaksinya adalah

Satuan laju reaksi adalah M/s (molar per detik). Tanda minus menunjukkan bahwa
konsentrasi reaktan berkurang seiringnya waktu.
Laju reaksi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi reaktan,
melainkan juga konstanta reaksinya (k). Nilai k hanya dapat diperoleh melalui
analisis data eksperimen, tidak berdasarkan stoikiometri maupun koefisien reaksi.
Persamaan tersebut dirumuskan sebagai :

ket : v = laju reaksi

x,y = orde reaksi

k = konstanta laju reaksi

[A], [B] = konsentrasi reaktan

Secara umum, untuk menentukan laju reaksi suatu reaksi, kita harus
mengetahui orde reaksinya terlebih dahulu. Ada 4 metode yang bisa digunakan
untuk menentukan orde reaksi yang nantinya bisa digunakan untuk menentukan laju
reaksinya, yaitu :
1. Metode Integral
Menggunakan integral dari laju reaksinya untuk mencari orde reaksinya.
Persamaan integral secara umum :

ket : Ca = konsentrasi reaktan k = konstanta laju reaksi


= orde reaksi

t = waktu

Persamaan integral tersebut diselesaikan sedemikian rupa sehingga diperoleh


nilai orde reaksinya. Kemudian nilai orde reaksi dimasukkan ke persamaan
laju reaksi, sehingga diperoleh nilai laju reaksinya.
contoh : reaksi A B, memiliki orde reaksi 1, maka :
r = k [A]

2. Metode Diferensial
Laju reaksi untuk orde reaksi n suatu reaktan C adalah :

ket : C = konsentrasi

k = konstanta laju reaksi

n = orde reaksi
misalnya melakukan 2 eksperimen, sehingga diperoleh :
.(1)

..(2)

log dari persamaan (1) :

(3)

log dari persamaan (2) :

(4)

Substitusi (4) ke (3) menjadi :


(

sehingga dapat dicari nilai orde reaksinya.


3. Metode Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat konsentrasi
suatu zat menjadi setengah dari konsentrasi awalnya. Perhitungan :

Misalkan konsentrasi dalam 2 eksperimen menjadi [A1] dan [A2], waktu


yang dibutuhkan untuk menjadi setengah konsentrasi awalnya adalah t1
dan t2.

[
(

]
[

4. Metode Laju Awal


Konsep dasar : menggunakan perubahan sistematis dari konsentrasi awal
reaktan dan perubahan hasil laju awal untuk menghitung orde reaksi.
Contoh : untuk menentukan orde reaksi A + B C + D, diperoleh data :
[A]

[B]

v (laju reaksi) M/s

0.1 M

0.1 M

3 M/s

0.2 M

0.1 M

6 M/s

0.2 M

0.2 M

24 M/s

*untuk menentukan orde reaksi B, menggunakan data konsentrasi A yang


sama, berlaku juga sebaliknya.
(

) (
(

) (

)
)

Jadi, orde reaksi B adalah 2. Kemudian mencari nilai orde reaksi A dengan
cara yang sama (membandingkan persamaan laju reaksi yang konsentrasi
B nya sama).

2) Jika pada reaksi dekomposisi C2H4O menjadi CH4 dan CO dalam fasa gas,
data yang dikumpulkan dari hasil percobaan adalah data perubahan tekanan
setiap waktu seperti di bawah ini :
t, menit

12

18

P, mm

116.51

122.56

125.72

128.74

133.23

141.37

Jelaskan langkah-langkah yang anda gunakan untuk menentukan konstanta


laju reaksi dan orde reaksinya!
Jawab :
Persamaan reaksi : C2H4O(g) CH4(g) + CO(g)
Konsentrasi C2H4O = Ca
Persamaan laju reaksi :
Untuk mencari nilai konstanta laju reaksi dan orde reaksi dari dekomposisi
C2H4O menjadi CH4 dan CO dalam fasa gas, langkah-langkahnya adalah :
1. Membuat hubungan antara Ptotal, Pparsial, dan Pmula-mula
Reaksi

: C2H4O(g) CH4(g) + CO(g)

Pawal (Po, t = 0)

Po

Terurai

P saat t=t

Po-x
8

Menurut Dalton: Ptot =

p
i 1

(V, T tetap), dengan Pi = tekanan parsial

komponen i
PA = PC2H4O , PB = PCH4 , PC = PCO
Pt = PA + PB + PC
Pt = PO x + x + x
Pt = PO + x

x = Pt PO

Jadi : PA = PO x
PA = P O Pt + PO
PA = 2PO Pt .(1)
- Pada saat t = 0 (mula-mula) tekanan total = tekanan C2H4O murni, artinya P0
= PA , bukti :
PA = 2PO Pt
= 2(116.51)-116.51 = 116.51
- Pada saat t = t, maka tekanan totalnya adalah penjumlahan Pa dengan tekanan
yang berlaku pada saat t tersebut.
2. Mencari nilai orde reaksi
Metode yang digunakan adalah metode integral
(
(

)(

(
[

Nilai x adalah nilai orde reaksinya. Cara menentukan nilai x nya adalah dengan
memasukkan nilai x satu-satu dari orde reaksi 0 sampai 3. Sehingga persamaan
di atas menjadi :
- untuk orde reaksi = 0, maka :

- untuk orde reaksi = 1, maka :

- untuk orde reaksi = 2, maka :

Dengan menggunakan asumsi gas ideal (Pi = Ci R T), maka besaran PA dapat
diubah ke dalam besaran CA, menjadi: PA = CA R T, sehingga CA = PA/RT.
Kemudian, CA pada setiap persamaan diganti dengan dengan PA/RT. Pada
sistem ini T yang digunakan adalah T ruang yaitu 25oC = 298 K
Hasil-hasil perhitungan untuk ketiga nilai k disajikan dalam tabel berikut :

Ptot

PA (atm)

CA

k orde nol

k orde satu
-1

k orde dua

(menit)

(atm)

(2Po-Pt)

( PA/RT )

(mol/Lmenit)

(menit )

(L/molmenit)

116.51

116.51

0.047

122.56

110.46

0.0446

6.05

0.0105

0.2289

125.72

107.3

0.0433

5.29 x 10-4

0.0117

0.259

128.74

104.28

0.0421

5.44 x 10-4

0.0122

0.275

12

133.23

99.79

0.0403

5.583 x 10-4

1.435 x 10-3

0.2947

18

141.37

91.65

0.0369

5.61 x 10-4

0.0134

0.324

Berdasarkan harga-harga k yang dihitung pada tiap-tiap tebakan orde reaksi di


atas, terlihat bahwa k untuk orde 0 dan orde 1 sama-sama tidak menunjukkan
konsistensi (karena keduanya memperlihatkan kecenderungan turun) seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi yang diamati. Harga k yang relatif tetap
(konsisten) dicapai pada orde reaksi 2.
Jadi, nilai orde reaksi pada reaksi dekomposisi C2H4O(g) CH4(g) + CO(g)
adalah 2

3. Menghitung laju reaksi


Untuk menghitung nilai laju reaksinya, maka konstanta laju reaksi harus dicari
terlebih dulu. Caranya adalah dengan mencari rata-rata nilai k pada orde 2,
yaitu :

Laju reaksi dicari menggunakan persamaan :

kemudian mensubsitusikan nilai Pa sesuai pada data. Nilai laju reaksi yang
didapat adalah berbeda-beda untuk setiap tekanan.

c. Jika nilai konstanta kesetimbangan sangat dipengaruhi oleh suhu, begitu juga
dengan nilai constanta laju reaksi. Hubungan antara konstanta laju reaksi dengan
suhu digambarkan oleh vant hoff dan Arrhenius dalam bentuk k = A e-E/RT.
Berdasarkan persamaan tersebut, jelaskan bagaimana anda bisa menentukan
energi aktivasi dari suatu reaksi, dan berikan satu contoh.
Jawab :
Energi aktivasi (Ea) adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia
agar dapat berlangsung. Agar suatu reaksi dapat terjadi maka molekul yang bertumbukan
harus memiliki energi kinetic total sama dengan atau lebih besar daripada Ea nya.
Hubungan antara konstanta laju reaksi dengan energi aktivasi dapat dirumuskan melalui
persamaan Arrhenius, yaitu :
k = A e-Ea/RT .(1)
ket : Ea = energi aktivas (kJ/mol) A = frekuensi tumbukan

R = 8.314 J/kmol

T = suhu mutlak

Persamaan (1) dapat diubah menjadi : ln k = ln A. e-Ea/RT


(2)

ln k = ln A

Untuk mencari nilai energi aktvasi dari suatu reaksi, persamaan (2) diubah menjadi :
(

Contoh kasus :
Reaksi thermal cracking n-nomana pada 900oC berlangsung 20 kali lebih cepat
dibandingkan dengan reaksi pada 800oC. Hitunglah energi aktivasi reaksi ini!
Penyelesaian
T1 = 800oC + 273 K = 1073 K
T2 = 900oC + 273 K = 1173 K
r2 = 20 r1
Kebergantugnan kecepatan reaksi dengan suhu dapat dirumuskan dengan persamaan
Arrhenius : k = A e-Ea/RT
Persamaan kecepatan reaksi : r = k

, sehingga jika ditinjau pada suhu yang berbeda

(T1 dan T2), maka :

)]

Dengan mengambil harga logaritma natural terhadap kedua ruas persamaan, maka :
(

Jika nilai T1 dan T2 disubstitusikan (R = 8.314 J/molK), maka :


(

)
(

Jadi, energi aktivasi reaksi n-nomana adalah

Anda mungkin juga menyukai