Istilah Polisi bersasal dari kata Politea atau Negara kota, di mana pada
zaman yunani kuno manusia hidup berkelompok-kelompok, kelompok-kelompok
manusia tersebut kemudian membentuk suatu himpunan, himpunan dari
kelompok-kelompok manusia inilah yang merupakan kota (polis). Agar
kehidupan masyarakat di kota tersebut dapat tertata maka dibuatlah norma-norma.
Norma-norma tersebut ditegakkan melalui suatu kekuatan, kekuatan inilah yang
dinamakan kepolisian. 33
Adapun pengertian polisi menurut Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia ialah :
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri
Negara Republik Indonesia adalah Negara bekas jajahan Belanda
termaksuk peraturan-peraturan khusus yang mengatur tentang masalah polisi
banyak diciptakan oleh Belanda. Hukum Kepolisian di Indonesia mengikuti
33
Yesmil Anwar , SH., M.SI. Dan Andang, SH., M.H. Sistem Peradilan Pidana,
(Bandung : Widya Padjadjaran, 2009), hal, 154.
paham Belanda, yaitu Politea Recht, yang berarti sejumlah peraturan hukum yang
mengatur hal polisi, baik segala tugas, fungsi maupun organ. Di dalam hukum
Kepolisian terdapat dua arti, yaitu hukum Kepolisian dalam arti Materil adalah
hukum yang mengatur polisi sebagai fungsi dan hukum Kepolisian dalam dalam
arti Formal adalah hukum yang mengatur polisi sebagai organ. 34
Istilah hukum Kepolisian di Indonesia menurut Tata Bahasa Istilah
hukum Kepolisian adalah istilah majemuk yang terdiri atas kata Hukum dan
Kepolisian. Menurut kamus WJS POERWADINATA kata Kepolisian berarti
urusan polisi atau segala sesuatu yang bertalian dengan polisi. Jadi menurut arti
bahasa hukum Kepolisian adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan polisi 35
Sejak ditetapkannya Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indoenesia Tahun 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara,
ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 dan ketetapan MPR RI No.VII/MPR/2000,
maka secara konstitusional telah terjadi perubahan yang menegaskan rumusan
tugas, fungsi, dan parana Kepolisian Negara Republik Indonesia serta pemisahan
kelambagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia
sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.
Menurut Warsito Hadi Utomo, Fungsi dan Peranan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dari masa kemasa selalu menjadi bahan perbincangan
berbagasi kalangan, mulai dari praktisi hukum maupun akademis bahkan
34
35
36
37
Wrsito Hadi Utomo dalam dalam Yesmil Anwar, SH., M.SI dan Adang. SH., M.H.
Ibid, hal 157.
belaka, mungkin dia harus menolong orang yang sudah tua untuk menyebrang
jalan raya yang padat dengan kendaraan bermotor, atau dia harus melerai suami
istri yang sedang bertengkar, atau dia harus menolong orang yang terluka karena
kasus tabrak lari dan lain sebagainya. Alangkah banyaknya tugas-tugas polisi,
akan tetapi warga masyarakat memang mempunyai harapan yang demikian, warga
masyarakat menghendaki polisi-polisi senantiasa siap pakai untuk melindungi
masyarakat.
Oleh karena masyarakat mengharapkan bahwa polisi akan dapat
melindunginya, maka dengan sendirinya polisi harus mengenal lingkungan tempat
dia bertugas dengan sebaik-baiknya. Pengenalan lingkungan
dengan sebaik-
baiknya tidak mungkin terjadi kalau polisi tidak manyatu dengan lingkungan
tersebut. Keadaan akan bertambah buruk lagi apabila sama sekali tidak ada
motivasi untuk mengenal dan memahami lingkungan tersebut, karena terlalu
berpegang pada kekuasaan formal atau kekuasaan fisik belaka.
Di dalam situasi-situasi tertentu, polisi mau tidak mau harus melaksanakan
peranan yang aktual yang tidak dikehendaki oleh masyarakat, misalnya penerapan
kekerasan, akan tetapi di dalam keadaan demikian perlu diteliti apakah kekerasan
tersebut memang berasal dari polisi atau merupakan suatu akibat dari lingkungan.
Polisi dan Kepolisian sudah sangat dikenal pada abad ke-6 sebagai aparat
Negara dengan kewenangannya yang mencerminkan suatu kekuasaan yang luas
menjadi penjaga tiranialisme sehingga mempunyai citra simbol penguasa tirani.
Sedemikian rupa citra polisi dan kepolisian pada masa itu maka Negara yang
bersangkutan dinamakan juga Negara Polisi dan dalam sejarah ketatanegaraan
pernah dikenal suatu bentuk negara Politea, pemisahan Polri dari ABRI pada
tanggal 1 April 1999 belum menjadi jaminan untuk terwujudnya Negara
berdasarkan kedaulatan rakyat, apabila proses perubahannya akan tersesat pada
pola Negara kepolisian seperti pada masa lampau yang diidentikan dengan
kekuasaan tirani. 38
Tugas dan kewenangan Polri di bidang administration of criminal
justice sebagai bagian dari ujung tombak peradilan pidana perlu ditumbuhkan
kemahiran menghadapi perilaku kriminal
39
tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai alat Negara penegak hukum
yang terutama bertugas memelihara keamanan di dalam negeri tercantum dalam
pasal 13 secara rinci sebagai berikut :
38
39
pelayanan
kepada
(2).Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaiman dimaksud dalam ayat. (1) huruf f
di atur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 40
(1). Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14
tersebut diatas, maka dalam Pasal 15 ayat 1 diuraikan bahwa Kepolisian
Negara Republik Indonesia secara umum berwenang :
a. Menerima laporan dan atau pengaduan.
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
menggangu ketertiban umum.
c. Mencegah dan menanggulangi tumbunya penyakit masyarakat.
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administrative kepolisian.
f. Melaksanakan pemerikasaan khusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan.
g. Melakukan tindakan pertema di tempat kejadian.
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainya serta memotret seseorang.
i. Mencari keterangan dan barang bukti.
j. Menyelenggarakan Pusat InformasiKriminal Nasional.
k. Mengeluarkan surat ijin dan atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat.
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serat kegiatan masyarakat.
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk semnetara waktu.
(2). Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan lainnya berwenang :
a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
mesyarakat lainnya.
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.
c. Memberikan surat ijin mengemudi kendaraan bermotor.
d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik.
e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,
dan senjata tajam.
f. Memberikan izin operasiaonal dan melakukan pengawasan terhadap badan
usaha di bidang jasa pengamanan .
g. Memberikan petunjuk, mendidik,, dan melatih aparat kepolisian khusus
dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian.
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian Negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional.
40
Polisi
Republik
Indonesia
(Kapolri)
menetapkan,
41
1981 tentang
Sehingga peran dan tugas satuan Reserse Kriminal sebagai Polisi Republik
Indonesia adalah sebagai
Penyidikannya guna membuat terang suatu tindak Pidana yang terjadi didalam
masyarakat. Dan juga menjaga ketertiban, keamanan, kedamaian, ketenangan,
kesehatan umum masyarakat, usaha-usaha ini juga bisa dilakukan berupa patroli,
penyuluhan, penerangan-penerangan pendidikan, melakukan bantuan atau
pertolongan dan sebagainya.
Semuanya dijalankan oleh Kepolisian demi memberikan rasa nyaman
kepada masyarakat dan sekaligus untuk mencegah tidak terjadinya suatu peristiwa
tindak pidana.
44
kegiatan
penyelidikan
ini
dimaksudkan
untuk
mencari
dan
mengumpulkan barang bukti permulaan atau barang bukti yang cukup guna dapat
dilakukan penyidikan, penyelidikan ini dapat disamakan tindakan pengusutan
sebagai usaha mencari dan menmukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti
sesuatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana. Yang dapat dilakukan
suatu tindak pidana, tersebut yang nantinya akan menambah kuat bagi Pihak
Kepolisian Khususnya Satuan Reserse Kriminal dalam mengungkap Pembunuhan
tersebut.
Dan yang berwenang mengeluarkan pemeriksaan saksi adalah penyidik
atau penyidik pembantu, pemeriksaan dilakukan atas dasar : laporan polisi,
laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas perintah penyidik atau
penyidik pembantu, berita acara pemeriksaan di TKP. Keterangan yang
dikemukakan oleh saksi akan dicatat dengan seteliti-telitinya oleh penyidik dalam
berita acara pemeriksaan.
5. Melakukan Visum/Otopsi
Ini dilakukan oleh Kepolisian Khususnya Satuan Reserse Kriminal untuk
mengetahui penyebab kematian dari korban tindak pidana Pembunuhan Mutilasi,
dikarenakan tidak mudah untuk mengetahui korban tindak pidana pembunuhan
mutilasi tanpa dilakukan visum/otopsi ini dikarenakan kondisi korban yang telah
terpotong-potong dan susah untuk dikenali, dengan dilakukannya visum/otopsi
akan mengetahui penyebab kematian korban, dan identitas sikorban melalui
DNAnya, dengan dilakukannya visum/otopsi tersebut akan memudahkan bagi
pihak kepolisian khususnya satuan reserse kriminal dalam mengusut tindak pidana
pembunuhan mutilasi tersebut apakah dipukul dengan benda tumpul, ditikam
menggunakan pisau, dan di cekik menggunakan tangan/menggunakan tali,
sehingga dengan demikian pihak Kepolisian dapat menyimpulkan tentang
kematian korban yang nantinya akan menjadi acuan untuk melakukan rekontruksi
berikut penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang buktinya kepada
penuntut umum.
Itulah yang menjadi Peran dan Tugas dari satuan Reserse Kriminal dalam
mencari dan mengungkap tindak pidana Pembunuhan sehingga dengan demikian
akan terungkap siapa yang melakukan tindak pidana Pembunuhan tersebut
sehingga pelakunya dapat dijatuhi hukuman yang sesuai dengan Undang-Undang
Hukum Pidana. 45
Dalam sistem peradilan pidana (criminal justice) terdapat beberapa
komponen fungsi yang terdiri dari kepolisian sebagai penyidik, kejaksaan sebagai
penuntut umum, pengadilan sebagai pihak yang mengadili, dan yang terakhir
adalah lembaga pemasyarakatan yang berfungsi untuk memasyarakatkan kembali
para pelaku kejahatan. Kesemua komponen ini berkerja secara bersama-sama,
45
. Hasil Wawancara dengan Iptu, M. Idris Harahap di Polresta Medan, tanggal 19 Juni
2010.
46
Yesmil Anwar, SH., M.SI dan Andang, SH., M.H Sistem Peradilan Pidana, (Bandung :
Widya Padjadjaran, 2009), hal 151.