Anda di halaman 1dari 6

Resume mengenai Peraturan Presiden RI No.

54 Tahun 2010
Prosedur atau Tatacara Pengadaan Barang Dan Jasa
di Indonesia
Aktivitas pengadaan tidak terbatas pada proses pengadaan, namun cakupan aktivitas
pengadaan meliputi lima kegiatan utama, yaitu rencana pengadaan, proses pengadaan,
penerimaan dan penyimpanan, serta pemakaian dan manajemen aset, dan tiga transaksi, yaitu
transaksi pembelian barang/jasa (kontrak), transaksi penerimaan barang/jasa, dan transaksi
pengeluaran atau penggunaan barang/jasa.
1. Dalam proses pengadaan barang dan jasa, ada beberapa istilah yang perlu diketa-hui
agar tidak menimbulkan ambiguitas dan misinterpretasi. Beberapa diantaranya adalah:
2. Barang, merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut benda, baik dalam bentuk
bahan baku, setengah jadi, maupun barang jadi yang menjadi objek dari pengadaan
barang pemerintah.
3. Jasa, terbagi menjadi Jasa Konsultasi, Jasa Pemborongan dan Jasa lainnya.
4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), merupakan pemilik pekerjaan yang bertanggung
jawab atas pelaksaan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah,yang diangkat
oleh Pengguna Anggara/ Kuasa Pengguna Anggaran.
5. Penyedia barang jasa, merupakan perusahaan maupun badan usaha perseorangan yang
menyediakan barang/jasa.

Tata Cara / Metode Pemilihan Penyedia Barang

A.

Pelelangan
1. Kelompok Kerja ULP (pejabat pengadaan) memilih metode pemilihan Penyedia.
2. Untuk pengadaan yang dilakukan melalui pelelangan, metode pemilihan dibedakan
menjadi: a) Pelelangan Umum; b) Pelelangan Sederhana; dan c) Pelelangan Terbatas.
3. Pada prinsipnya pengadaan menggunakan metode Pelelangan Umum.
4. Pelelangan Sederhana dapat digunakan untuk pengadaan yang tidak kompleks dan
bernilai sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
5. Pelelangan Terbatas dapat digunakan untuk pengadaan dengan jumlah Penyedia yang
mampu melaksanakan diyakini terbatas dan Pekerjaan Kompleks.

B.

Penunjukan Langsung
1. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan menetapkan metode Penunjukan Langsung
sesuai kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 yang
terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 beserta petunjuk
teknisnya.
2. Pemasukan Dokumen Penawaran menggunakan metode 1 (satu) sampul.
3. Evaluasi kualifikasi dilakukan dengan sistem gugur dan dilanjutkan dengan klarifikasi
teknis dan negosiasi harga.

C.

Pengadaan Langsung
1. Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap pengadaan yang bernilai sampai
dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut: a)
merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I; b) teknologi sederhana; c) risiko kecil;
dan/atau d) dilaksanakan oleh Penyedia orang perseorangan dan/atau badan Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil.
2. Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar kepada
Penyedia yang memenuhi kualifikasi.
3. Penyedia tidak diwajibkan untuk menyampaikan formulir isian kualifikasi, apabila
menurut pertimbangan Pejabat Pengadaan, Penyedia dimaksud memiliki kompetensi
atau untuk Pengadaan Langsung yang menggunakan tanda bukti perjanjian berupa
bukti pembelian/kuitansi.
4. Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan.

D.

Kontes
1. Kontes dilakukan untuk pengadaan yang memiliki karakteristik: a) tidak mempunyai
harga pasar; dan b) tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
2. Metode penyampaian dokumen adalah 1 (satu) sampul.
3. Evaluasi administrasi dilakukan oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan dan
evaluasi teknis dilakukan oleh Tim Juri/Tim Ahli dengan memberi nilai terhadap
kriteria yang telah ditetapkan dalam Dokumen Kontes.

Swakelola Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

1. Selain memilih penyedia jasa dari luar, pengadaan barang dan jasa pemerintah juga
bisa dilakukan secara mandiri oleh instansi tersebut. Hal ini memang telah dijelaskan
di dalam peraturan yang berlaku. Berbeda dengan menggunakan penyedia barang/jasa
diluar institusi, swakelola mengandalkan sumber daya yang ada didalam instansi
tersebut untuk merencanakan, mengorganisasi, mengerjakan dan mengawasi secara
mandiri proses pengadaan barang dan jasa. Sistem ini bisa dilakukan untuk pekerjaan
dengan kriteria khusus seperti:
a)

Pekerjaan yang besaran nilai, sifat, lokasi maupun besaran tidak diminati
oleh penyedia jasa.

b)

Pekerjaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan SDM


internal institusi tersebut.

c)

Pekerjaan yang pelaksanaan dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi


masyarakat atau SDM instansi tersebubut.

d)

Penyelenggaraan diklat, penataran, lokakarya, seminar, kursus maupun


penyuluhan.

e)

Pekerjaan yang tidak bisa dihitung secara rinci yang menempatkan penyedia
jasa di dalam posisi yang kurang menguntungkan.

f)

Pekerjaan yang berhubungan dengan proses data, pengujian laboratorium,


perumusan kebijakan pemerintah serta system penelitian tertentu.

g)

Proyek percontohan khusus yang belum pernah dilakukan oleh penyedia


barang/jasa.

h)

Pekerjaan yang bersifat rahasia di lingkungan instansi tersebut.


Dari kriteria diatas, kita mengetahui bahwa swakelola pengadaan barang

dan jasa pemerintah hanya bisa dilakukan pada keadaan tertentu. Meskipun telah
diatur dengan aturan diatas, sering ditemui kesalahan interpretasi dan persepsi di
dalam instalasi tersebut. Oleh karenanya, perlu dilakukan penjabaran yang
spesifik sebelum memutuskan untuk menjalankan metode swakelola.

Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa


Anggota panitia harus memenuhi beberapa persyaratan termasuk penguasaan tentang

prosedur pengadaan, substansi pengadaan, jenis pekerjaan yang akan dilakukan, serta
memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa pemerintah dan tidak mempunyai hubungan
keluarga dengan pejabat pengangkat.
Sama halnya dengan panitia pengadaan, penyedia barang dan jasa pemerintah juga
diharuskan memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan dalam peraturan tentang pengadaan
barang dan jasa pemerintah. Ketidaklengakapan persyaratan ini dapat menjadi penyebab tidak
diakuinya penyedia barang/jasa dalam lelang atau penunjukan oleh instansi terkait. Berikut
ini beberapa kriteria penyedia barang/jasa:
a) Memiliki keahlian, kemampuan manajerial dan teknis yang memadai, berpengalaman
yang sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh instansi yang memberikan proyek
pengadaan barang/jasa.
b) Memenuhi aturan menjalankan usaha seperti yang ditentukan oleh perundangundangan menyangkut bentuk dan legalitas usaha.
c) Mempunyai kapasitas hukum untuk menandatangani kontrak untuk proyek yang akan
dikerjakan.
d) Bebas dari keadaan pailit, pengawasan pengadilan maupun memiliki direksi yang
tidak dalam proses hukum.
e) Memenuhi kewajiban sebagain wajib pajak pada tahun sebelumnya yang dibuktikan
dengan pelampiran SPT dan SSP tahun terakhir.
f) Pernah menangani proyek pengadaan barang/jasa untuk institusi swasta maupun
pemerintah dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Poin ini termasuk pengalaman
subkontrak pengadaan barang/jasa.
g) Memiliki alamat tetap dan dapat dijangkau dengan pos.
h) Tidak masuk daftar hitam penyedia barang/jasa.

Prinsip Dasar Pengadaan


Pengadaan barang/jasa dilaksanakan dengan menggunakan prinsip dasar sebagai berikut:
1. Transparan: semua ketentuan dan informasi, baik teknis maupun administratif
termasuk tata cara peninjauan, hasil peninjauan, dan penetapan penyedia barang/jasa
harus bersifat terbuka bagi penyedia barang/jasa yang berminat dan mampu tanpa
diskriminasi;

2. Adil: tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan cara atau alasan apa pun;
3. Bertanggung jawab: mencapai sasaran baik fisik, kualitas, kegunaan, maupun
manfaat bagi kelancaran pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kebijakan serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa;
4. Efektif: sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi para pihak terkait;
5. Efisien: menggunakan dana, daya, dan fasilitas secara optimum untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan dengan biaya yang wajar dan tepat pada waktunya;
6. Kehati-hatian: berarti senantiasa memperhatikan atau patut menduga terhadap
informasi, tindakan, atau bentuk apapun sebagai langkah antisipasi untuk menghindari
kerugian material dan imaterial selama proses pengadaan, proses pelaksanaan
pekerjaan, dan paska pelaksanaan pekerjaan;
7. Kemandirian: berarti suatu keadaan dimana pengadaan barang/jasa dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun;
8. Integritas: berarti pelaksana pengadaan barang/jasa harus berkomitmen penuh untuk
memenuhi etika pengadaan;
9. Good

Corporate Governance: Memenuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan

yang baik.

Etika Pengadaan

Semua fungsi/pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa wajib mematuhi etika sebagai
berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, penuh rasa tanggung jawab, demi kelancaran, dan
ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
2. Bekerja secara profesional dengan menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan
menjaga informasi yang bersifat rahasia;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung, yang
mengakibatkan persaingan tidak sehat, penurunan kualitas proses pengadaan, dan
hasil pekerjaan;
4. Bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kewenangannya;

5. Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) pihak-pihak yang


terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan;
6. Mencegah terjadinya kebocoran keuangan dan kerugian;
7. Tidak menyalahgunakan

wewenang dan melakukan kegiatan bersama dengan

tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain secara langsung atau
tidak langsung;
8. Tidak menerima, menawarkan, dan atau berjanji akan memberi hadiah, imbalan, atau
berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan
dengan pengadaan barang/jasa.

Anda mungkin juga menyukai