Anda di halaman 1dari 14

3.

Tinjauan

Tambahan

Perhitungan

Konstruksi

Pelat

Lantai

Semibasement
Perhitungan konstruksi pelat lantai semibasement meliputi:
1. Perencanaan dimensi pelat lantai semibasement yang ditinjau adalah
pelat A dapat dilihat pada Gambar 3.35.
2. Perhitungan pembebanan pelat lantai semibasement
3. Penulangan pelat lantai semibasement
3.7.1 Perencanaan Dimensi Pelat Lantai Semibasement
Perencanaan tebal pelat menurut SK SNI-2002 adalah tebal pelat yang
menghubungkan tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi :
h = Ln(0.8+ fy /1500) / 36 + 5 (pasal 16 SK SNI 2002)

(3.9)

Tidak boleh lebih dari :


h = Ln(0.8 + (fy/1500)) / 36 + 9 ...................................... (3.10)
dan tidak boleh lebih dari :
h = Ln(0.8 + fy/1500) / 36 ................................................. (3.11)
Tebal pelat minimum tidak boleh kurang dari :

Untuk m <= 2.0 , hmin = 120 mm

Untuk m >= 2.0 , hmin = 90 mm

dengan :
H

= Tebal pelat

Ln

= Bentang bersih dari sisi panjang

= Perbandingan antara bentang bersih terpanjang dengan bentang


bersih terpendek

m = Harga rata-rata dari semua pada tepi pelat


( = Ecb x Ib / Ecs x Is)
m = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5 ................................ (3.12)

69

PELAT A
3,8m x 7,5 m

DET. A

DET. A
Gambar 3.35 Denah Pelat Lantai Semibasement yang Ditinjau

PETA KUNCI

70

Pelat A
Perhitungan tebal pelat lantai semibasement Hotel Novotel Pekanbaru
adalah sebagai berikut :
a4A

a1A

a3A

a2A

a1A

a2A

a3A

a4A

Gambar 3.36 Pelat A

Berdasarkan Gambar 3.36 dapat dilihat ke-empat sisi pelat terhubung


dengan penumpu solid seperti balok sloof.
Panjang pelat, LPa1 = 750 cm
Lebar pelat, LLa1 = 380 cm
Bentang terpanjang, Lmax = 750 cm
Perbandingan bentang panjang dengan bentang pendek adalah :
LPa1/LLa1 = 750/380 = 1,974
Karena perbandingan bentang panjang dengan bentang pendek < 2, maka
digunakan perhitungan pelat lantai dengan 2 ujung menerus sebagai
berikut :
Pelat 2 Ujung Menerus
Lmax 750

35,714 cm
21
Tinggi Balok : hw = 21

Lebar Balok :

hw 35,714

17,857 cm
2
bwmin = 2
2hw 2 x 35,714

23,81 cm
3
bwmax = 3

Maka, untuk pelat A dipakai :


Tinggi balok :

hwP = 40 cm

71

Lebar balok :

bwP = 20 cm

Panjang bentang bersih :


LnB = Lmax bwp = 750 20 = 730 cm
LnA = Lmin bwp = 380 20 = 360 cm
Asumsi tebal pelat awal :
hT 1

Ln B 730

20,278 cm
36
36

hT 2

Ln B 730

22,121 cm
33
33

Maka tebal pelat awal dipakai = 25 cm


Tinggi flans direncanakan : hf = 25 cm
Perbandingan bentang terpanjang dan bentang terpendek :
a

max( L Pa1 , LLa1 ) 750

1,974cm
min( L Pa1 , LLa1 ) 380

Menentukan titik berat :


Y1 = hwP + * hf
= 40 + * 25 = 52,5 cm
hwP 40
20 cm
2
Y2 = 2

Menentukan Lebar Efektif :


Berdasarkan peraturan SK-SNI 2002 tentang panjang efektif yang
membentang pada balok yang mempunyai pelat dua sisi (bf) adalah:
L
1. bf < 4

.......................................................................

(3.13)

Lebar efektif flens yang membentang pada tiap sisi badan balok tidak
boleh lebih dari:
1. b1 < 8hf

.......................................................................

(3.14)

Ln
2. b1 < 2

.......................................................................

(3.15)

maka :

72

Lmax 750

187,5 cm
4
1. bf1 = 4

2. bf2 = 8hf = 8 x 25 = 200 cm


Ln B 730

365 cm
2
3. bf3 = 2

jadi, lebar efektif yang digunakan : bf = 175 cm


(bf . hf . y1 ) (bwP . hwP . y2 )
(bf . hf ) (bwP . hwP )
Ya2 =
(25 . 25 . 52,5) ( 20 . 40 . 20)
47,476 cm
(
25
.
25
)

(
20
.
40
)
Ya2 =

Ya1 pakai = 50 cm
d1 = Y1 Ya1 pakai = 52,5 50 =2,5 cm
d2 = Ya1 pakai Y2 = 50 20 = 30 cm
menghitung inersia :
Ib1 = (1/12 . bf . hf3)+(bf . hf)d12
= (1/12 . 25 . 253)+(25 . 25).2,52 = 2,552 x 105 cm4
Ib2 = (1/12 . bwP . hwP3)+(bwp . hwP).d22
= (1/2 .20 . 403)+(20 . 40).302 = 8,267 x 105 cm4
Ibtot = Ib1 + Ib2
= (2,552 x 105) + (8,267 x 105)= 1,082 x 106 cm4
Is

= 1/12 . bf . hf3
= 1/12 .(25).(253)= 2,279 x 105 cm4

Ibtot 1,082 x10 6

4,748
2,279 x10 5
= Is

maka : 1 = 2 = 3 = 4 = 4,748
Kontrol Ketebalan Pelat
Dari perhitungan diatas, maka ketebalan pelat yang dipakai adalah sebesar
15 cm. Selain itu, pelat A juga memenuhi persyaratan rasio bentang
panjang dengan bentang pendek yaitu tidak lebih dari 2.
fy = 350
73

fy
fy = fy . (0.4 + 700 ) = 315

1 2 3 4
4,748
4
m =
untuk m lebih besar dari 2, ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang
dari :
max = 1,974
fy
315
) 7250(0,8
)
1500
1500 136,199 mm
36 9 max
36 9(1,974)

Ln B (0,8

hfmin =

Maka, untuk keseragaman, Pelat lantai semibasement memakai ketebalan


150 mm.
150 > 136,199 ...... ok !!
3.7.2 Perhitungan Pembebanan Pelat Lantai Semibasement
Analisa pembebanan berdasarkan peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG - 1983).
Beban yang digunakan untuk analisa pertama ini adalah beban dari atas
yang sesuai perencanaan dari kegunaan lantai semibasement, yaitu sebagai tempat
parkir.
Tebal Pelat Lantai Semibasement,

tP = 15 cm = 0,15 m

Berat sendiri beton bertulang,

Wbeton = 24 kN/m3

Berat beban hidup pelat lantai semibasement untuk parkir (PPIUG


1983),

WL = 8 kN/m2

Berat beban mati :


Beat sendiri pelat lantai semibasement,
WP = tP. Wbeton = (0,15).(24) = 3,6 kN/m2
Maka, berat beban mati :
WD = WP = 3,6 kN/m2
74

Berdasarkan SNI 03 2847 2002, Pasal 11.2 butir 1, agar struktur dan
komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap
bermacam-macam kombinasi beban harus memenuhi ketentuan dan faktor beban.
Kuat perlu (Wu) yang menahan beban mati WD dan beban hidup WL :
WU = 1,4. WD = (1,4).(3,6) = 5,04 kN/m2
WU = 1,2. WD + 1,6. WL = ((1,2).(3,6)) + ((1,6).(8)) = 17,12 kN/m2
Maka, kombinasi pembebanan yang dipakai adalah yang terbesar yaitu
17,12 kN/m2.
3.7.3 Perhitungan Momen Pelat Lantai Semibasement
Perhitungan momen total terfaktor (Mo) menggunakan persamaan yang
terdapat pada SNI 03-2847-2002, yaitu :
MO

Wu l1, 2 l n

..............................................................

(3.16)

dengan :
l1,2 = Panjang bentang, (m)
ln

= Panjang bentang bersih, (m)

Wu = Kuat perlu, (kN/m2)


Untuk perhitungan momen pada pelat A, dibagi menjadi 2 bagian yaitu
perhitungan momen untuk bentang pendek dan untuk bentang panjang. Berikut
uraian perhitungannnya :
a) Bentang Pendek
Momen arah bentang pendek berada ditengah-tengah garis kolom.
MO

17,12 3,80 3,60 2


105,39 kNm
8

Momen rencana statis dibagi kedalam momen positif dan momen negatif
sebagai berikut :

Momen terfaktor negatif


Momen terfaktor positif

= 0,65 x 105,39 = - 68,50 kNm


= 0,35 x 105,39 = 36,88 kNm

75

Distribusi momen interior pada balok sloof dan kolom sebagai berikut :
l2 / l1

= 7,5/3,8 = 1,973

l2
4,748 1,973 9,367
l1

Berdasarkan tabel pada SNI 03-2847-2002 Pasal 15.6, berikut persentase


untuk momen terfaktor negatif :
Tabel 3.2. Persentase Momen Terfaktor Negatif Bentang Pendek
1,973

45,81
(sumber : SNI 03-2847-2002)

Bagian dari momen negatif interior yang ditahan oleh jalur kolom sesuai
dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 15.6 dengan interpolasi didapatkan:
(45,81% x 68,50 = 31,38 kNm).
Dari nilai tersebut 85% dialokasikan ke balok, yaitu 85% x 31,38 =
26,67 kNm dan 15% dialokasikan kepelat yaitu 15% x 31,38 = 4,71 kNm.
Tabel 3.3. Persentase Momen Terfaktor Positif Bentang Pendek
1,973

45,81
(sumber : SNI 03-2847-2002)

Bagian dari momen positif interior yang ditahan oleh jalur kolom sesuai
dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 15.6 dengan interpolasi didapatkan:
(45,81% x 36,88 = 16,89 kNm).
Dari nilai tersebut 85% dialokasikan ke balok, yaitu 85% x 16,89 =
14,36 kNm dan 15% dialokasikan kepelat yaitu 15% x 16,89 = 2,53 kNm.
Rangkuman dari momen-momen dalam bentang pendek deberikan dalam
Tabel 3.4.

76

Tabel 3.4. Momen Arah Bentang Pendek


Jalur Pelat Balok Interior
Negatif
Positif

Momen Jalur Kolom


Balok
Pelat
26,68
4,71
14,36
2,53

(sumber: Perhitungan)

b) Bentang Panjang
Momen arah bentang panjang berada ditengah-tengah garis kolom.
MO

17,12 7,50 7,30 2


855,30 kNm
8

Momen rencana statis dibagi kedalam momen positif dan momen negatif
sebagai berikut :

Momen terfaktor negatif = 0,65 x 855,30 = - 555,95 kNm


Momen terfaktor positif = 0,35 x 855,30 = 299,355 kNm

Distribusi momen pada balok sloof dan kolom sebagai berikut :


l2 / l1

= 7,5/3,8 = 1,973

l2
4,748 1,973 9,367
l1

Berdasarkan tabel pada SNI 03-2847-2002 Pasal 15.6, berikut persentase


untuk momen terfaktor negatif :
Tabel 3.5. Persentase Momen Terfaktor Negatif Bentang Panjang
1,973

45,81
(sumber : SNI 03-2847-2002)

Bagian dari momen negatif interior yang ditahan oleh jalur kolom sesuai
dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 15.6 dengan interpolasi didapatkan:
(45,81% x 555,95 = 254,68 kNm).
Dari nilai tersebut 85% dialokasikan ke balok, yaitu 85% x 254,68 =
216,47 kNm dan 15% dialokasikan kepelat yaitu 15% x 254,68 =
38,20 kNm.
77

Tabel 3.6. Persentase Momen Terfaktor Positif Bentang Panjang


1,973

45,81
(sumber : SNI 03-2847-2002)

Bagian dari momen positif interior yang ditahan oleh jalur kolom sesuai
dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 15.6 dengan interpolasi didapatkan:
(45,81% x 299,355 = 137,13 kNm).
Dari nilai tersebut 85% dialokasikan ke balok, yaitu 85% x 137,13 =
116,56 kNm dan 15% dialokasikan kepelat yaitu 15% x 137,13 =
20,57 kNm.
Rangkuman dari momen-momen dalam bentang pendek deberikan dalam
Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Momen Arah Bentang Panjang
Jalur Pelat Balok Interior
Negatif
Positif

Momen Jalur Kolom


Balok
Pelat
216,47
38,20
116,56
20,57

(sumber: Perhitungan)

3.7.4 Penulangan Pelat Lantai Semibasement


Data - data:

Mutu beton

fc = 35 MPa

Mutu baja

fy = 550 MPa

Tebal pelat lantai

tp = 150 mm

Lebar

b = 1000 mm

Penutup beton

pl = 40 mm

Pelat A
Ma = 38,20 m.kN = 3,820 x 107 N.mm

Diameter tulangan
78

Dipakai, Da = 10 mm

Menentukan d efektif
deff = tp pl *Da = (150) (40) (1/2*10) = 105 mm

Menentukan Mn akibat beban luar


= 0,8
Mn

Ma 3,820 x10 7

4,775 x10 7 N .mm

0,8

Menentukan m
fy
550

18,487
m = 0,85. fc 0,85.35

Menentukan Rn

Menentukan rasio tulangan yang memberi kondisi seimbang (b)


0.85

0,85. fc.
600 MPa 0,85.35.0,85
600 MPa

.
.

fy
550
600 MPa 550
600 MPa fy

b 0,024 MPa

Menentukan rasio tulangan tarik maksimum (max)


max = 0,75. b = 0,75.(0,024) = 0,018

Menentukan rasio tulangan tarik minimum (min)

min

1,4MPa 1,4

2,545 x10 3
fy
550

Menentukan (perlu)

perlu

1
2.m.Rn
1

m
fy

1
2.18,487.4,331
1

8,55 x10 3

18,487
550

Catatan
Jika perlu < min maka pakai = min
Jika min < perlu maka pakai = perlu
Jika perlu > max maka perhitungan diulang
79

Karena min kecil dari perlu, maka yang digunakan adalah perlu
pakai = perlu = 8,55 x 10-3

Menentukan luas tulangan tarik (As perlu)


As perlu = pakai.b.deff = (8,55x10-3).(1000).(105) = 897,8 mm2

Menentukan luas tulangan


AsD = ..Da2 = . .102 = 78,54 mm2

Menentukan jarak tulangan maksimum (s)


s

As D .b 78,54.1000

87,48 mm
As perlu
897,8

AsD .b
As perlu

s = 75 mm

Menentukan jumlah tulangan


n

b 1000

13
s 100

n = 14

Kontrol kapasitas C dipakai untuk momen lapangan dan momen


tumpuan
Cc = Ts
Ts = AsD.n.fy = (78,54).(14).(550) = 6,048x105 N
Ts
6,048 x10 5

20,328 mm
0
,
85
.
fc
.
b
0
,
85
.
35
.
1000
a=

a 20,328

0,024m

0
,
85
c=
= 4,748
s = tan ().(deff c) = tan (4,748).(0,105-0,024) = 6,735x10-3 m
Mntotal=Ts.(deffa/2)=6,048x105(105-(20,328/2))= 5,735x107 N.mm
= 0,8

80

Mu = . Mntotal = 0,8.( 5,735x107) = 4,588x107 N.mm


Mn = 4,775x107 N.mm
Maka Mntotal > Mn ....... ok !!!
Oleh karena itu untuk kesamaan jarak tulangan, digunakan tulangan
diameter 10 mm dengan jarak 100 mm (D10 - 100). Untuk perhitungan
selanjutnya terlampir pada Tabel 3.5.

81

82

Anda mungkin juga menyukai