Anda di halaman 1dari 26

I.

Judul : STUDI KOMPARASI KERAGAMAN TERUMBU KARANG


YANG BERADA DI PERAIRAN PANTAI WILAYAH
DALAM WILAYAH KECAMATAN BULELENG

II.

Identitas Penulis
Nama

: I Wayan Marsudita

Nim

: 0813041020

Jurusan

: Pendidikan Biologi

1.1 Latar Belakang


Laut merupakan bagian dari muka bumi kita yang tertutup oleh air
asin. Kata laut sudah dikenal sejak dulu kala oleh bangsa kita dan bangsa-bangsa
lainnya. Sekitar 71% permukaan planet ini diselimuti oleh laut dengan volume
1,370 x

. Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terletak diantara

Samudra Pasifik dan Samudra Hindia mempunyai tatanan geografis laut yang
rumit bila dilihat dari topografi dasar lautnya. Laut, seperti halnya daratan, dihuni
oleh biota yakni tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme hidup. Biota laut
menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai
dasar laut. Keberadaan biota laut sangat menarik perhatian manusia bukan saja
karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang
sangat besar bagi kehidupan manusia. Tidak kurang dari 833 jenis tumbuhtumbuhan laut ( alga, lamun, dan mangrove ), 910 jenis karang (Coelentarata),
850 jenis spon (Porifera), 2.500 jenis karang dan keong (Moluska), 1.502 jenis
udang dan kepiting (Crustaceae), 745 jenis hewan berkulit duri (Echinodermata),
2.000 jenis ikan (Pisces), 148 jenis burung laut (Aves), dan 30 jenis hewan
menyusui laut ( Mammalia), tujuh jenis penyu dan tiga jenis buaya (Reptilia),
yang diketahui hidup dilaut (Romimohtarto, 2001).

Terumbu

karang

adalah

sekumpulan

hewan

karang

yang

bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu


karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki
tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia
(atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul,
Morfologi dan Fisiologi. Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada
struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk
sedimentasi kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung
di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur
batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat
dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem
yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral.
Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud
adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur
sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut,
yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan
kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun
dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur
yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang
sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan
terakumulasi menempel di dasar terumbu. Terumbu karang pada umumnya hidup
di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50
m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di
dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak
bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang. Ekosistem
terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi
dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Terumbu karang memberikan
perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu,
hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan,
kura-kura, ular laut, siput laut, cumi-cumi atau gurita, termasuk juga burungburung laut yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu

karang. Ada dua jenis terumbu karang yaitu terumbu karang keras (hard coral)
dan terumbu karang lunak (soft coral). Terumbu karang keras (seperti brain coral
dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk
terumbu karang. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak
membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang
yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai
fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke
luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier
reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang
disebut coral atoll.
Substrat

dasar

perairan

merupakan

factor

penting

yang

mempengaruhi keragaman terumbu karang disuatu perairan pantai. Menurut


Nybakken (1992), dari semua pantai intertidal, pantai berbatu yang tersusun dari
bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan
mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan dan tumbuhan.
Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai berpasir dan pantai berlumpur
yang hampir tandus.
Pantai berpasir memperlihatkan perbedaan yang nyata dari pantai
berbatu. Pada pantai berbatu terdapat kehidupan yang padat, sedangkan di pantai
berpasir kelihatannya tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik. Gerakan ombak
merupakan factor lingkungan yang dominan beraksi dipantai pasir, membentuk
kondisi khusus sehingga banyak organisme yang tidak dapat tinggal didaerah itu.
Berbeda dengan pantai berpasir, pantai berlumpur sering menghasilkan suatu
pertumbuhan besar dari berbagai tumbuhan. Diatas dataran lumpur yang kosong,
tumbuhan yang paling berlimpah adalah diatom, yang hidup diatas permukaan
lumpur dan biasanya menghasilkan warna coklat pada permukaan lumpur pada
saat pasang surut.
Kabupaten buleleng merupakan salah satu kabupaten yang terletak
di bagian utara Pulau Bali. Buleleng memiliki potensi sumber daya alam yang
sangat besar dibidang kelautan karena daerah ini memiliki wilayah pantai
terpanjang di Bali. Pantai di wilayah kecamatan Buleleng merupakan pantai

daerah tropis dan memiliki terumbu karang. Keadaan pantai tersebut banyak
ditempati oleh terumbu karang. Beberapa pantai seperti seperti pantai Penarukan
memiliki kondisi dasar perairan yang berbatu. Pantai Penarukan memiliki dasar
perairan yang berbatu relative besar (Dewi,2006). Keadaan itu menyebabkan
pantai tersebut memiliki kondisi air yang relative jernih. Beberapa pantai seperti
pantai Skip dan pantai Pemaron memiliki dasar perairan yang berterumbu karang.
Menurut Dewi (2006), pantai Skip dasar perairanya terdiri dari batu-batu besar
dan kecil, ada terumbu karang sampai ke tepi, berlumpur tipis, dan banyak
terdapat sampah karena daerah ini dekat dengan pemukiman penduduk
(Kelurahan Kaliuntu) disepanjang pantai. Sedangkan pantai Pemaron memiliki
dasar perairan sedikit berbatu-batu kecil-kecil, ada terumbu karang agak ketengah,
berpasir dan berlumpur agak tipis. Perbedaan dasar perairan pada pantai akan
turut mempengaruhi keanekaragaman spesies.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mencoba melakukan
pengamatan langsung keragaman terumbu karang di perairan pantai yang nantinya
dapat digunakan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan minat siswa
terhadap keanekaragaman mahluk hidup khususnya terumbu karang

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
ragam terumbu karang yang berada di perairan pantai dalam wilayah
Kecamatan Buleleng ?

1.3 Tujuan penelitian


Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganailis dan
mendeskripsikan ragam terumbu karang yang berada di perairan pantai
dalam wilayah Kecamatan Buleleng

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang positif
dalam bidang Biologi khususnya Ekologi Tumbuhan. Manfaat khusus yang dapat
diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bagi Penulis
1. Hasilnya dapat mengungkap ragam terumbu karang yang berada di
perairan pantai.
2. Dapat menambah wawasan penulis dalam ilmu pengetahuan khususnya
biologi.
Bagi Masyarakat
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya masyarakat yang
ada di wilayah kecamatan Buleleng untuk melestarikan pantai.
2. Dalam pendidikan dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam
mengajar mata pelajaran yang memiliki keterkaitan dengan terumbu
karang.

1.5 Asumsi Dan Keterbatasan Penelitian


1.5.1 Asumsi Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat beberapa asumsi yang digunakan
sebagai landasan berpikir. Kebenaran penelitian ini terbatas pada asumsi yang
berlaku.
1. Pengambilan sampel terumbu karang pada perairan pantai dilakukan
pada tiga lokasi yaitu pantai Kerobokan, pantai Skip, pantai Pemaron
2. Ketelitian alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini sudah
memenuhi syarat, mengingat alat tersebut merupakan alat standar untuk

penelitian yang dimiliki oleh Jurusan Pendidikan Biologi Universitas


Pendidikan Ganesha.
1.5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu peneliti
hanya meneliti ragam terumbu karang pada perairan pantai kecamatan buleleng.
Semua sampel yang diambil adalah terumbu karang yang ada di perairan pantai.
Terumbu karang yang diidentifikasi hanya jenis-jenis saja. Sedangkan variable
lain seperti organisme yang mendiami dan perusak terumbu karang yang
berpengaruh terhadap keanekaragaman terumbu karang tidak diteliti.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Terumbu Karang


Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan
karang, yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila
kedua kata tersebut digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh
berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu
ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup
di dasar substrat. Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit
kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang
adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata
(hew an berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup
karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa)
maupun kelas Hydrozoa. Satu individu karang atau disebut polip karang
memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang
sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada umumnya polip karang
berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar dijumpai pada karang yang soliter.
Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan
terumbu karang
Terumbu Karang :
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang
utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi
kapur, seperti alga berkapur dan moluska. Konstruksi batu kapur biogenis yang
menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir.

Dalam dunia navigasi laut,

terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di
dekat permukaan air.

Karang Coral :
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang
mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.
Karang terumbu :
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang
hermatipik (hermatypic coral). Berbeda dengan batu karang (rock), yang
merupakan benda mati.
Terumbu karang :
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil
kapur (CaCO3) khususnya jenisjenis karang batu dan alga berkapur, bersamasama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis moluska, krustasea,
ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup
bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton
2.1.1 Anatomi
Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh
terdiri dari
1.

Mulut

dikelilingi

oleh

tentakel

yang

berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan


sert sebagai alat pertahanan diri.
2. Rongga tubuh (coelenteron) yang juga
merupakan saluran pencernaan (gastrovascular)
3. Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan
endodermis yang lebih umum disebut
gastrodermis karena berbatasan dengan
saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan
terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari
sel-sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang,
epidermis akan

menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material tersebut


berupa kalsium karbonat (kapur). Bertempat di gastrodermis, hidup zooxanthellae
yaitu alga uniseluler dari kelompok Dinoflagelata, dengan warna coklat atau
coklat kekuning-kuningan.

Gambar . Lapisan tubuh karang dengan sel penyengat dan zooxanthellae di


dalamnya. Tampak sel penyengat dalam kondisi tidak aktif dengan yang sedang
aktif

Karang dapat menarik dan menjulurkan tentakelnya. Tentakel tersebut aktif


dijulurkan pada malam hari, saat karang mencari mangsa, sementara di siang hari
tentekel ditarik masuk ke dalam rangka. Bagaimana karang dapat menangkap
mangsanya? Di ektodermis tentakel terdapat sel penyengatnya (knidoblas) , yang
merupakan ciri khas semua hew an Cnidaria. Knidoblas dilengkapi alat penyengat
(nematosita) beserta racun di dalamnya. Sel penyengat bila sedang tidak
digunakan akan berada dalam kondisi tidak aktif, dan alat sengat berada di dalam
sel. Bila ada zooplankton atau hewan lain yang akan ditangkap, maka alat
penyengat dan racun akan dikeluarkan. Karang memiliki dua cara untuk
mendapatkan makan, yaitu
1. Menangkap zooplankton yang melayang dalam air.
2. Menerima hasil fotosintesis zooxanthellae.
Ada pendapat para ahli yang mengatakan bahwa hasil fotosintesis zooxanthellae
yang dimanfaatkan oleh karang, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan
proses respirasi karang tersebut (Muller-Parker & DElia 2001). Sebagian ahli lagi
mengatakan sumber makanan karang 75-99% berasal dari zooxanthellae (Tucket

& Tucket 2002). Ada dua mekanisme bagaimana mangsa yang ditangkap karang
dapat mencapai mulut:
1. Mangsa ditangkap lalu tentakel membaw a mangsa ke mulut
2. Mangsa ditangkap lalu terbawa ke mulut oleh gerakan silia di sepanjang
tentakel
2.1.2 Tipe-Tipe Terumbu Karang
Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan
daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai
sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah (gambar 2):
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai
dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter
dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya
bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada
pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh:
Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52
km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75
meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang
lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di
sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang
terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi
Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)


Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau
vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu
karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone
Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia
(Papua)

Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu
karang penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan).
Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa
digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian, ada
satu tipe terumbu karang lagi yaitu:
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat
island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam
kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini
akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif
dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

2.1.3 Reproduksi Karang


Seperti hewan lain, karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan
seksual.
1. Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet
jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni
karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan
tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan ada pembentukan koloni baru.
Dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
1. Pertunasan : Terdiri dari:
- Intratentakular yaitu satu polip membelah menjadi 2
polip; jadi polip baru tumbuh dari polip lama
- Ekstratentakular yaitu polip baru tumbuh di
antara polip-polip lain
2. Fragmentasi : Koloni baru terbentuk oleh patahan karang. Terjadi
terutama pada karang bercabang, karena cabang mudah
sekali patah oleh faktor fisik (seperti ombak atau badai)
atau faktor biologi (predasi oleh ikan). Patahan (koloni)
karang yang lepas dari koloni induk, dapat saja menempel
kembali di dasaran dan membentuk tunas serta koloni
baru.
3. Polip bailout : Polip baru terbentuk karena tumbuhnya jaringan yang
keluar dari karang mati.Pada karang yang mati, kadang
kala

jaringan-jaringan

yang

masih

hidup

dapat

meninggalkan skeletonnya untuk kemudian terbawa air.


Jika kemudian menemukan dasaran yang sesuai, jaringan
tersebut akan melekat dan tumbuh menjadi koloni baru
4. Partenogenesis : Larva tumbuh dari telur yang tidak mengalami
fertilisas
2. Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan
ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi
fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva,
penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan).

Karang memiliki mekanisme reproduksi seksual yang beragam yang didasari oleh
penghasil gamet dan fertilisasi. Keragaman itu meliputi:
A. Berdasar individu penghasil gamet, karang dapat dikategorikan bersifat:
1. Gonokoris
Dalam satu jenis (spesies), telur dan sperma dihasilkan oleh individu yang
berbeda. Jadi ada karang jantan dan karang betina
Contoh: dijumpai pada genus Porites dan Galaxea
2. Hermafrodit
bila telur dan sperma dihasilkan dalam satu polip. Karang yang hermafrodit juga
kerap kali memiliki waktu kematangan seksual yang berbeda, yaitu :
Hermafrodit yang simultan -menghasilkan telur dan sperma pada w aktu
bersamaan dalam kesatuan sperma dan telur (egg-sperm packets). Meski
dalam satu paket, telur baru akan dibuahi 10-40 menit kemudian yaitu setelah
telur dan sperma berpisah.
Contoh: jenis dari kelompok Acroporidae, favidae
Hermafrodit yang berurutan, ada dua kemungkinan yaitu :
- individu karang tersebut berfungsi sebagai jantan baru, menghasilkan
sperma untuk kemudian menjadi betina (protandri), atau
-jadi betina dulu, menghasilkan telur setelah itu menjadi jantan
(protogini)
Contoh: Stylophora pistillata dan Goniastrea favulus
Meski dijumpai kedua tipe di atas, sebagian besar karang bersifat gonokoris
B. Berdasar mekanisme pertemuan telur dan sperma
1. Brooding/planulator
Telur dan sperma yang dihasilkan, tidak dilepaskan ke kolom air sehingga
fertilisasi secara internal. Zigot berkembang menjadi larva planula di dalam polip,
untuk kemudian planula dilepaskan ke air. Planula ini langsung memiliki
kemampun untuk melekat di dasar perairan untuk melanjutkan proses
pertumbuhan. Contoh: Pocillopora damicornis dan Stylophora
2. Spawning
Melepas telur dan sperma ke air sehingga fertilisasi secara eksternal. Pada tipe ini
pembuahan telur terjadi setelah beberapa jam berada di air.

Contoh: pada genus Favia


Dari sebagian besar jenis karang yang telah dipelajari proses reproduksinya, 85%
di antaranya menunjukkan mekanisme spawning. Waktu pelepasan telur secara
massal, berbeda w aktu tergantung kondisi lingkungan, sebagai contoh:
- Richmond dan Hunter menemukan bahw a di Guam, Micronesia: puncak
spawning terjadi 7-10 hari setelah bulan purnama bulan Juli (Richmond 1991)
- Kenyon menemukan spawning di Kepulauan Palau terjadi selama beberapa
bulan, yaitu Maret, April dan Mei (Richmond 1991)

Siklus reproduksi

Siklus reproduksi karang secara umum adalah sebagai berikut:

Telur & spema dilepaskan ke kolom air (a) fertilisasi menjadi zigot terjadi di
permukaan air (b) zygot berkembang menjadi larva planula yang kemudian
mengikuti pergerakan air . Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka planula
akan menempel di dasar (c) planula akan tumbuh menjadi polip (d) terjadi
kalsifikasi (e) membentuk koloni karang (f) namun karang soliter tidak akan
membentuk koloni

2.1.4 Zona Terumbu Karang


Zonasi terumbu karang berdasarkan hubungannya dengan paparan angin terbagi
menjadi dua (gambar 5), yaitu:

Windward reef (terumbu yang menghadap angin)

Leeward reef (terumbu yang membelakangi angin)

Gambar 5. Zonasi umum terumbu karang terhadap paparan angin


Windward reef
Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini
diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas.
Di reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan
umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15
meter sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan
karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur. Mengarah ke

dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front terdapat
penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat
pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau
algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang
sangat dangkal
Leeward reef
Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini
umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada
windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar.
Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal
untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air
yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

2.2 Tinjauan Tentang Pantai Berbatu, Pantai Berpasir


2.2.1 Pantai Berbatu
Pantai Berbatu merupakan salah satu dari lingkungan pesisir dan
laut yang cukup subur. Kombinasi substrat yang keras untuk penempelan ,
seringnya aksi gelombang dan perairan yang jernih menciptakan suatu habitat
yang menguntungkan bagi biota laut. Daerah pesisir dengan substrat berbatu
merupakan daerah yang paling padat makroorganismenya dan mempunyai
keragaman terbesar baik untuk spesies hewan dan tumbuhan. Komunitas biota
didaerah pantai berbatu jauh lebih kompleks dari daerah lain karena bervariasinya
relung ekologis yang disediakan oleh genangan air, celah-celah dan permukaan
batu serta hubungan yang bervariasi terhadap cahaya. Menurut Nybakken (1992),
pada pantai berbatu terdapat zona vertical yang berubah-ubah mulai daerah yang
terkena ombak sampai ke daerah yang terlindungi dan berair tenang.

2.2.2 Pantai Berpasir


Pantai dengan substrat berpasir memiliki kombinasi ukuran partikel
yang berbeda dan variasi factor lingkungan yang menciptakan suatu kisaran
habitat pantai berpasir. Factor fisik yang berperan penting mengatur kehidupan di
pantai berpasir adalah gerakan ombak. Gerakan ombak ini mempengaruhi ukuran
partikel dan pergerakan substrat dipantai. Jika gerakan ombak kecil, ukuran
partikelnya kecil begitu juga sebaliknya. Gerakan ombak dapat pula menyebabkan
partikel-partikel pasir atau kerikil menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel
substrat akan terangkut, teraduk dan terdeposit kembali.
2.3 Tinjauan Tentang Keanekaragaman
Keanekaragaman merupakan jumlah spesies tumbuhan atau hewan
yang hidup pada suatu tempat tertentu. Pada awalnya konsep diversitas ditekankan
pada jumlah spesies. Konsep pertama diversitas adalah heterogenitas. Dalam
konsep ini kekayaan spesies dan kemelimpahan spesies relative digabung menjadi
konsep tunggal yaitu heterogenitas. Konsep keanekaragaman jenis yang paling
sederhana adalah jumlah jenis atau yang sering disebut dengan kekayaan jenis.
Dalam praktek, umumnya tidak mudah untuk menentukan apakah suatu jenis itu
sebagai jenis asli atau jenis masukkan. Makin besar jumlah asli, maka makin besar
pula keanekaragamannya. Konsep keanekaragaman yang kedua adalah kekayaan
jenis dan jumlah masing-masing jenis. Keanekaragaman biasanya cenderung lebih
tinggi dalam komunitas yang mempunyai jumlah jenis lebih banyak dan
mempunyai kemelimpahan.
2.4 Kerangka Berpikir
Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan
karang, yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila
kedua kata tersebut digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh
berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu
ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup
di dasar substrat. Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit

kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang
adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata
(hewan berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup
karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa)
maupun kelas Hydrozoa. Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai
atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah
permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan
tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis
dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang. Ekosistem terumbu karang
sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan
memerlukan kualitas perairan alami (pristine).
Substrat

dasar

perairan

merupakan

factor

penting

yang

mempengaruhi keragaman terumbu karang disuatu perairan pantai. Menurut


Nybakken (1992), dari semua pantai intertidal, pantai berbatu yang tersusun dari
bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan
mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan dan tumbuhan.
Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai berpasir dan pantai berlumpur
yang hampir tandus.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipastikan pada corak habitat
tertentu akan hidup jenis-jenis terumbu karang yang teradaptasi pada kondisi
habitat yang bersangkutan. Maka dari itu, dilakukan penelitian ini yang bertujuan
untuk mengetahui ragam terumbu karang di perairan pantai dalam wilayah
kecamatan buleleng

Terumbu karang

Pertumbuhan dan ekosistemnya


dipengaruhi oleh beberapa
factor ekologis

Factor-faktor ekologis
berbeda-beda tergantung
corak tempat

Perairan pantai

suhu, salinitas, sedimentasi,

Ragam terumbu karang

Gambar kerangka berpikir

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian

ini

merupakan

penelitian

eksploratif.

Penelitian

eksploratif adalah penelitian yang dilakukan jika pengetahuan tentang


gejala yang diteliti masih sangat kurang (Bawa, 2003). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ragam terumbu karang di perairan pantai
dalam wilayah kabupaten Buleleng.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di beberapa pantai. Adapun pantai
yang digunakan sebagai lokasi penelitian adalah pantai Kerobokan, pantai
Skip dan pantai Pemaron. Waktu pengambilan data rencananya akan
dilaksanakan pertengahan November 2010. Penelitian ini memakan waktu
kurang lebih 1 minggu penelitian dilapangan, 2 minggu penelitian
laboratorium.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh terumbu karang yang
berada di pantai Kerobokan, pantai Skip dan pantai Pemaron kecamatan
Buleleng. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh terumbu karang yang
tercakup dalam kuadrat transek.

3.4 Prosedur Penelitian


Tahap persiapan
Dalam tahap persiapan ini hal-hal yang dilakukan adalah:
(1) Survai pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan langsung ke lokasi penelitian
dengan tujuan mengetahui lebih awal keadaan lokasi dimana kita akan
mengambil data penelitian.

(2) Persiapan alat dan bahan


Sebelum pengambilan data, terlebih dahulu dilaksanakan
persiapan alat-alat dan bahan sebagai berikut.
1. Alat alat yang di perlukan dalam penelitian ini yaitu : tali raffia,
toples tempat sampel terumbu karang, kantong plastik tempat
sampel substrat, ayakan, grab, loop, buku identifikasi, core, GPS,
dan kamera foto.
2. Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah formalin
10%.
(3.) Tahap Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan data dalah
random sampling. Adapun prosedur pelaksanaannya dapat diuraikan
sebagai berikut.
1) Menentukan waktu pasang surut pertengahan yang tepat dimana
sebagian zona intertidal masih terendam oleh air.
2) Melakukan pengambilan sampel di pantai pada sore hari dimana
sebagian sebagian Pantai Buleleng terendam oleh air.
3) Pengambilan sampel secara random di masing-masing stasiun
penelitian.
4) Pengambilan subtract pada masing-masing kuadrat dengan
menggunakan core untuk diidentifikasi di Lab. Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Udayana.
5) Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan grab standar
pada tiap-tiap kuadrat. Kemudian mengayak substrat yang digali
dengan menggunakan ayakan.
6) Mendata jumlah individu setiap spesies pada masing-masing
kuadrat.
7) Mendokumentasikan jenis-jenis terumbu karang yang diperoleh
dengan menggunakan kamera foto.
8) Melakukan identifikasi terumbu karang dengan mengunakan loop
dan buku identifikasi yang relevan. Terumbu karang yang belum

berhasil diidentifikasi di lapangan selanjutnya akan diidentifikasi di


laboratorium.
9) Penggunaan larutan formalin 10% dapat mengawetkan terumbu
karang dengan baik dan dapat meminimalisir perubahan warna
yang terjadi.

Data hasil pengamatan dimasukan kedalam tabel berikut ini.


Tabel 3.1 Hasil penghitungan ragam terumbu karang di perairan pantai
dalam wilayah Kecamatan Buleleng.
Kuadrat

Spesies
A

Jumlah
spesies
rata-rata

1.1 Metode analisis data


Dalam penelitian ini, analisis data ditujukan untuk mengetahui
struktur komunitas terumbu karang yang terdapat di pantai Buleleng.
Untuk penentuan struktur komunitas dapat digunakan indeks yang
diuraikan sebagai berikut.

1) Diversitas
Diversitas

adalah

istilah

untuk

menyatakan

tingkat

keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas. Dalam ekologi,


umumnya

diversitas

mengarah

ke

diversitas

spesies

yang

pengukurannya melalui jumlah spesies dalam komunitas dan


kelimpahan relatifnya. Tingkat keanekaragaman makrobentos dapat
diketahui dari nilai indeks diversitasnya. Indeks diversitas tersebut
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener.

H = - (

Keterangan:
H=Indeks diversitas
ni=Cacah individu spesies ke-i
N=Total individu dalam komunitas

Berdasarkan Wilhm dan Dorris (1986), kriteria indeks


keanakeragaman dibagi dam 3 kategori yaitu :
H<1

: Diversitas rendah

1<H<3

: Diversitas sedang

H>3

: Diversitas tinggi

Sedangkan hubungan nilai Indeks Shannnon (H) dengan


stabilitas komunitas biota kategori Stirn (1981) dalam Basmi (2000),
yaitu bila H<3 maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, bila H
berkisar antara 3-9 maka stabilitas komunitas biota adalah moderat
(sedang) sedangkan bila H>9 maka stabilitas komunitas biota
bersangkutan berada dalam kondisi prima (stabil). Dahuri et al. (2004)
menambahkan bahwa nilai keanekaragaman yang berada di bawah
3,32 tergolong rendah dan penyebaran individu tiap spesies rendah
dan stabilitas komunitas rendah.
Tingkat kekayaan spesies dapat dihitung melalui rumus yang
ditemukan oleh Margalef (1958) dalam Swasta (2003). Adapun
rumusnya sebagai berikut.

R=(

Keterangan :
R = indeks kekayaan spesies
S = jumlah spesies dalam komunitas
N= total individu dalam komunitas

Tingkat kemerataan spesies dapat dihitung dengan memakai


rumus tingkat kemerataan yang ditemukan oleh Pielou. Adapun
rumusnya sebagai berikut.

E=(

Keterangan :
E = Indeks kemerataan spesies
H= Indeks diversitas
S = Jumlah spesies di dalam komunitas

2) Dominasi
Dominasi merupakan suatu istilah untuk menggambarkan
bahwa dalam komunitas ada ketidakmerataan niali atau arti spesies di
antara spesies penyusunnya dalam komunitas tersebut. Untuk
mengetahui tingkat dominasi di dalam suatu komunitas maka harus
dicari indeks dominansinya dengan rumus sebagai berikut.

C= ( )2
Keterangan:
C =Indeks Dominansi
ni =Cacah individu spesies ke-i
N =Total individu dalam komunitas

(Odum, 1993)
Menurut Odum (1993) kriteria indeks keanekaragaman dibagi
dalam 2 kategori yaitu :

0 < C < 0,5

= Tidak ada jenis yang mendominasi

0,5 < C < 1

= Terdapat jenis yang mendomonasi

Semakin besar indeks dominansi (C), maka semakin besar pula


kecendrungan adanya jenis tertentu yang mendonimasi.
3) Kelimpahan relatif (KR)
Kelimpahan relatif merupakan istilah untuk menyatakan
proporsi cacah individu suatu spesies dalam komunitas secara
keseluruhan. Kelimpahan relatif suatu spesies dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut.
KR suatu spesies A =

X 100%

Daftar Pustaka

Ambas, Irfan. Pelatihan Budidaya Laut (Coremap Fase II Kab. Selayar).


Makasar: Yayasan Mattirotasi. Available from : www.google.com.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2011
Anonim. 2005. Oseanografi. http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/terumbukarang diakses tanggal 09 januari 2011
Bawa,W.1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. STKIP Singaraja: Singaraja
Nybakken, James W.1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:
Gramedia
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Sunuddin, Adriani dkk. 2007. Ekosistem Terumbu Karang. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Available from : www.google.com. Diakses pada
tanggal 10 Januari 2011

Anda mungkin juga menyukai