Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

TERHADAP BIAYA MUTU


PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA
Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2
1
Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Proyek Konstruksi
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil ITS Surabaya, Indonesia
ABSTRAK
Seiring peningkatan mutu yang dilakukan perusahaan konstruksi, seringkali
diikuti juga dengan peningkatan biaya mutu. Salah satu cara yang digunakan perusahaan
konstruksi untuk meningkatkan mutu adalah dengan menerapkan sistem manajemen
mutu. Penerapan sistem manajemen mutu diharapkan dapat mengurangi biaya mutu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen apa saja dari sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000 yang berpengaruh terhadap biaya mutu di dalam
pelaksanaan proyek dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabelvariabel penelitian diidentifikasi melalui studi pustaka. Populasi dari penelitian ini
adalah personil kontraktor yang mengerjakan proyek gedung bertingkat di Surabaya,
yang bertanggung jawab langsung (man in charge) pada penerapan sistem manajemen
mutu di proyek tersebut.
Dari hasil analisis regresi stepwise diperoleh hubungan antara penerapan sistem
manajemen mutu dengan biaya mutu dalam bentuk model regresi linier berganda yaitu:
Y=0,960-0,612X1+0,630X2-0,248X12. Masing-masing variabel dapat diinterpretasikan
sebagai berikut: variabel ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu (X1) dapat
mengurangi biaya mutu, variabel adanya pengendalian dokumen dan record (X2) dapat
menambah biaya mutu, serta variabel ketersediaan fasilitas dan peralatan (X 12) dapat
mengurangi biaya mutu. Ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu (X1)
merupakan elemen dari sistem manajemen mutu yang memiliki pengaruh paling besar
terhadap biaya mutu.
Kata kunci : biaya mutu, proyek konstruksi, sistem manajemen mutu
PENDAHULUAN
Sikap yang selektif dan kritis dari pelanggan dalam memilih produk sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan mereka, menjadikan perusahaan dituntut untuk selalu
menghasilkan produk-produk yang bermutu agar tidak ditinggalkan oleh pelanggannya.
Hal ini kemudian menghadapkan perusahaan pada persoalan lain yaitu bagaimana upaya
menjaga dan meningkatkan mutu produk yang mereka hasilkan namun tetap dengan
biaya yang rendah dan seminimal mungkin. Menurut Low dan Yeo (1998), ada satu
faktor yang membuat perbedaan antara cara yang merugikan dan cara yang
menguntungkan dalam pencapaian mutu, dan faktor tersebut adalah biaya mutu. Biaya
mutu adalah sejumlah biaya yang secara spesifik berkaitan dengan pencapaian atau
tidak tercapainya mutu suatu produk atau jasa, seperti yang didefinisikan dalam
persyaratan produk atau jasa yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan sesuai
kontraknya dengan pelanggan dan masyarakat (American Society for Quality Control,
1974). Feigenbaum (1961) mengelompokkan biaya mutu menjadi 3 kelompok
sebagaimana yang dikenal pada saat ini, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, dan
biaya kegagalan (internal dan eksternal).

Didasari hal tersebut, untuk meningkatkan mutu pekerjaan konstruksi, salah satu
cara yang digunakan perusahaan-perusahaan konstruksi adalah dengan menerapkan
sistem manajemen mutu, baik di dalam lingkup perusahaan maupun di dalam lingkup
proyek (Asa, Abidin, dan Latif, 2009).
Selama satu dekade terakhir, sistem manajemen mutu telah dibangun sebagai satu
kesatuan dari manajemen konstruksi, yang kebanyakan strukturnya menyesuaikan
dengan standar yang terdapat dalam seri ISO 9000. Beard (1993) menjelaskan bahwa
ISO 9000 akan menguntungkan perusahaan pada akhirnya, karena akan memperbaiki
fungsi pengendalian, menghilangkan ketidak-efisienan dan meningkatkan motivasi para
pekerja, sekaligus menciptakan iklim positif yaitu melakukan hal yang benar saat
pertama kali. Penghematan biaya yang didapat dari penerapan sistem manajemen mutu
diperoleh dari tindakan pencegahan supaya pekerjaan perbaikan karena kesalahan
internal berkurang (Wacono, 2000).
100
BIAYA KEGAGALAN
EKSTERNAL

PENGHEMATAN

80
60
40

BIAYA
KEGAGALAN
INTERNAL

BIAYA KEGAGALAN
EKSTERNAL
BIAYA KEGAGALAN
INTERNAL

BIAYA
PENILAIAN

BIAYA
PENILAIAN

20

BIAYA
PENCEGAHAN

BIAYA
PENCEGAHAN

0
SEBELUM

SESUDAH

Gambar 1. Penghematan Biaya Mutu dengan Penerapan Sistem Mutu (Wacono, 2000)
Dalam penelitian Clarke dan Herrmann (2004) ditemukan bahwa yang banyak
terjadi selama ini adalah, seiring dengan usaha peningkatan mutu produk yang
dilakukan oleh perusahaan konstruksi seringkali diikuti dengan biaya mutu yang juga
ikut meningkat, sehingga dapat berpengaruh pada keuntungan perusahaan bila harga
penawaran pekerjaan atau harga jual produknya tidak ikut dinaikkan juga.
Dari hasil penelitian dan pernyataan-pernyataan di atas, memperlihatkan ada dua
hal yang dianggap sama pentingnya. Hal pertama adalah usaha untuk terus memperbaiki
mutu konstruksi, yang salah satu caranya adalah dengan menerapkan sistem manajemen
mutu. Hal yang kedua adalah usaha untuk menekan biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai mutu tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui elemen-elemen sistem manajemen mutu apa saja yang
sekiranya mempengaruhi biaya mutu pada proyek konstruksi.
Penelitian ini dilakukan terhadap personil kontraktor yang mengerjakan proyek
konstruksi gedung dengan progress 75%, atau proyek konstruksi gedung yang sudah
selesai berumur < 10 tahun (dihitung sejak penelitian ini dilakukan). Hal ini dilakukan
agar data mengenai biaya mutu deviasinya tidak terlalu besar, karena dengan progress
pekerjaan 75% diperkirakan biaya mutu yang dikeluarkan tidak akan bertambah
terlalu banyak karena proyek sudah mendekati tahap penyelesaian. Sedangkan pada
proyek konstruksi gedung yang sudah selesai dicari yang berumur < 10 tahun, dimaksud

agar data mengenai biaya mutu masih relevan dengan keadaan terkini (masih up to
date).
Penelitian dan pengambilan data dilakukan terhadap personil kontraktor yang
sudah menerapkan sistem manajemen mutu di dalam perusahaan dan di dalam
proyeknya, hal ini dapat dilihat dengan adanya sertifikasi ISO 9001:2000 yang dimiliki
perusahaan konstruksi tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan sebelumnya, maka dapat
dikembangkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan proyek, salah satu resiko yang berdampak sangat serius yang
menyelimuti sasaran proyek adalah resiko kegagalan mutu. Untuk itu diperlukan
tindakan pencegahan yang sudah direncanakan secara sistematis dan menyeluruh,
yang dampaknya nanti juga akan terasa pada efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan
penilaian dan pemeliharaan.
b. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mencapai hal-hal yang telah
disebutkan di atas tadi adalah dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001:2000, yang akhirnya akan berdampak juga pada biaya mutu.
Kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

penerapan
sistem
manajemen
mutu
ISO 9001:2000

tindakan pencegahan
lebih sistematis
efisiensi & efektivitas
kegiatan penilaian

penghematan
biaya mutu

kegagalan mutu
menjadi berkurang

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian


Penelitian ini mengukur penilaian persepsi responden terhadap pengaruh variabel
bebas atau yang disebut dengan variabel X, yaitu elemen-elemen dari sistem manajemen
mutu ISO 9001:2000, dengan variabel terikat atau yang disebut dengan variabel Y, yaitu
biaya mutu, seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 3.
Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2000
(Variabel X)

Biaya Mutu
( Variabel Y )

Gambar 3. Model hubungan variabel X dan Y


Dari studi pustaka didapatkan elemen-elemen dari sistem manajemen mutu ISO
9001:2000 yang mempunyai pengaruh langsung terhadap tindakan pencegahan,
kegiatan penilaian dan pemeliharaan, atau kegiatan perbaikan dari kegagalan mutu,
yang dijadikan sebagai variabel-variabel bebas dalam penelitian. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah biaya mutu dalam proyek, dimana biaya mutu adalah biaya yang
dikeluarkan untuk tindakan pencegahan, kegiatan penilaian dan pemeliharaan, dan
kegiatan perbaikan dari kegagalan mutu yang terjadi selama proyek berlangsung.

Elemen-elemen sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang termasuk dalam


variabel bebas (X) dan biaya mutu sebagai variabel terikat (Y) disajikan pada Gambar 4.
Persyaratan
Dokumen

1) Dokumen Mutu (X1)


2) Record (X 2)

Persyaratan
Manajemen

3) Komitmen terhadap mutu (X3 )


4) Fokus terhadap pelanggan (X4)
5) Kebijakan mutu (X5 )
6) Tujuan mutu (X6 )
7) Tanggung jawab dan wewenang (X7 )
8) Komunikasi (X8 )
9) Management review (X9 )

Persyaratan
Sumber daya

10) Sumber daya dan rencana pembiayaan (X 10)


11) Tenaga kerja (X11)
12) Fasilitas dan peralatan (X12)
13) Manajemen K3 (X13)

Persyaratan
Pelaksanaan

14) Interpretasi lingkup pekerjaan (X14)


15) Metode kerja (X15)
16) Shop drawing (X16)
17) Changes order (X17)
18) Spesifikasi Material (X18)
19) Supplier dan sub kontraktor (X19)
20) Jadwal pelaksanaan (X20)
21) Penyimpanan material (X21)
22) Sistem pengujian (X22)

Persyaratan
Perbaikan

Biaya
Mutu

23) Hasil inspeksi (X23)


24) Pengendalian (X24)
25) Tindakan Koreksi (X25)
26) Pencegahan (X26)
Variabel X

Variabel Y

(BPK-SDM Kementerian PU, 2010; Hoyle, 2001)

Gambar 4. Bagan Variabel bebas (X) dan Variabel terikat (Y)


Populasi obyek penelitian adalah personil kontraktor yang mengerjakan
konstruksi gedung di Surabaya yang sudah menerapkan sistem manajemen mutu di
dalam perusahaan dan di dalam proyeknya, yang dapat dilihat dari adanya sertifikasi
ISO 9001:2000, dengan progress pekerjaan 75% atau yang sudah selesai 100% dan
berumur < 10 tahun (dihitung sejak penelitian ini dilakukan).
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 personil kontraktor yang
mengerjakan proyek konstruksi gedung di Surabaya. Hal ini sudah memenuhi syarat
untuk penelitian survei, yaitu minimum sebanyak 30 sampel (Gay dan Diehl, 1992).
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Peneliti mencari sampel secara visual terlebih dulu dengan melihat proyek-proyek yang
sedang dibangun yang sekiranya sudah memenuhi batasan penelitian, kemudian mencari
personil kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut, dan bertanggung jawab terhadap
penerapan sistem manajemen mutu pada proyek tersebut.
Dalam penilaian persepsi personil proyek konstruksi pada penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9000 yang mempengaruhi biaya mutu disediakan 3 (tiga) skala
sesuai pertimbangan yaitu:
a. Tidak berpengaruh, apabila variabel ini sama sekali tidak terkait atau tidak
berpengaruh terhadap biaya mutu dan diberi skor 1.
4

b. Berpengaruh, apabila variabel ini berpengaruh terhadap biaya mutu dan diberi skor 2.
c. Sangat berpengaruh, apabila variabel ini sangat terkait atau sangat berpengaruh
terhadap biaya mutu dan diberi skor 3.
Pengukuran biaya mutu pada proyek konstruksi dengan kriteria dan skala
pengukuran disediakan 3 (tiga) ukuran pendapat yaitu:
a. Tinggi, apabila biaya mutu yang dikeluarkan dari total biaya proyek lebih dari 0,8%
diberi skor 1
b. Sedang, apabila biaya mutu yang dikeluarkan dari total biaya proyek sebesar 0,3% 0,8% diberi skor 2
c. Rendah, apabila biaya mutu yang dikeluarkan dari total biaya proyek kurang dari
0,3% diberi skor 3
Untuk pengolahan data primer dan sekunder dilaksanakan dengan bantuan dari
sistem statistik dan menggunakan metode regresi linier berganda. Analisis regresi dalam
penelitian ini digunakan untuk mendapatkan elemen-elemen dari sistem manajemen
mutu (variabel X) yang berpengaruh terhadap biaya mutu (variabel Y) secara parsial
maupun secara simultan (bersama-sama). Persamaan umum model regresi linier yang
menggunakan lebih dari satu variabel bebas adalah :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + .... + k Xk +
Dengan notasi variabel sebagai berikut :
Y
= biaya mutu
X1
= Dokumen Mutu
0
= konstanta
X2
= Record, dan seterusnya
1
= koefisien regresi X1

= residual
2
= koefisien regresi X2
HASIL ANALISA
Setelah dilalukan analisis regresi didapatkan model sebagai berikut:
Y = 2,01 + 0,318X1 + 0,268X2 + 0,451X3 - 0,724X4 + 0,319X5 - 0,565X6 + 0,031X7 0,503X8 - 0,241X9 - 0,208X10 + 0,315X11 + 0,928X12 + 0,755X13 + 0,067X14 +
0,077X15 + 0,297X16 - 0,022X17 + 0,227X18 - 0,214X19 + 0,043X20 - 0,898X21 0,345X22 - 0,395X23 - 0,002X24 - 0,294X25 - 0,489X26
Tabel 1. Pengujian Signifikansi Variabel Bebas
Variabel X
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16

Coef.
(2,0106)
0,3181
0,2676
0,4506
-0,7237
0,3186
-0,5650
0,0312
-0,5026
-0,2409
-0,2082
0,3150
0,9277
0,7553
0,0671
0,0772
0,2972

SE Coef.
(0,8846)
0,3245
0,2960
0,3214
0,3874
0,3831
0,3139
0,2529
0,3150
0,3430
0,3135
0,3399
0,4442
0,4992
0,3199
0,3509
0,3709

t-hitung
(2,27)
0,98
0,90
1,40
-1,87
0,83
-1,80
0,12
-1,60
-0,70
-0,66
0,93
2,09
1,51
0,21
0,22
0,80

p-value
(0,053)
0,356
0,392
0,199
0,099
0,430
0,110
0,905
0,149
0,502
0,525
0,381
0,070
0,169
0,839
0,831
0,446

VIF
10,9
6,6
7,0
11,3
13,6
6,6
4,8
6,0
7,2
7,4
7,1
11,0
14,4
10,0
7,4
14,7

X17
X18
X19
X20
X21
X22
X23
X24
X25
X26

-0,0224
0,2270
-0,2137
0,0434
-0,8983
-0,3445
-0,3953
-0,0018
-0,2939
-0,4894

0,3487
0,3649
0,3033
0,3892
0,4988
0,3145
0,5577
0,4096
0,4725
0,3787

-0,06
0,62
-0,70
0,11
-1,80
-1,10
-0,71
-0,00
-0,62
-1,29

0,950
0,551
0,501
0,914
0,109
0,305
0,499
0,997
0,551
0,232

10,5
12,8
5,6
9,3
7,5
5,0
18,2
16,8
12,4
8,7

Dari output pada Tabel 1. diperoleh hasil bahwa tidak ada variabel yang
signifikan, hal ini dilihat dari nilai p value yang > dari 0,05. Karena tidak ada variabel
yang signifikan, maka dilakukan pengujian multikolinearitas, untuk menguji apakah
suatu model regresi terdapat kasus multikolinear (ada korelasi antar variabel bebas).
Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan terdapat indikasi adanya kasus
multikolinear, hal ini dapat dilihat dari nilai VIF yang > 10. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan pemodelan regresi yang baik, digunakan metode stepwise regression.
Dengan menggunakan metode stepwise regression didapatkan model regresi
sebagai berikut:
Y= 0,960 0,612 X1 + 0,630 X 2 0,248 X12
Dengan X1 : Ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang memadai
X2 : Adanya pengendalian dokumen dan record yang memadai
X12 : Ketersediaan fasilitas dan peralatan memadai
Berdasarkan penentuan model di atas maka selanjutnya dapat dianalisa kontribusi
dari masing-masing variabel bebas.
Tabel 2. Kontribusi Variabel bebas terhadap Variabel terikat
Variabel
X1
X2
X12

Uraian
Ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang memadai
Adanya pengendalian dokumen dan record yang memadai
Ketersediaan fasilitas dan peralatan yang memadai

Standardized coef.
0,828
0,729
0,246

Berdasarkan Tabel 2, secara keseluruhan hasil penelitian ini menyimpulkan


bahwa ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang memadai, adanya
pengendalian dokumen dan record yang memadai, serta ketersediaan fasilitas dan
peralatan yang memadai mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap biaya mutu.
Dari Tabel 2, terlihat bahwa variabel ketersediaan dokumen sistem manajemen
mutu (X1) mempunyai kontribusi yang paling besar. Ini menjadi indikasi bahwa dalam
penerapan sistem manajemen mutu, variabel ini merupakan variabel yang paling
berpengaruh terhadap biaya mutu. Sedangkan dari model regresi yang didapat,
dinyatakan bahwa variabel X1 dapat mengurangi biaya mutu.
Begitu pula dengan variabel adanya pengendalian terhadap dokumen dan
record yang memadai (X2), mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap biaya
mutu. Tetapi, dari model regresi yang didapat, dinyatakan bahwa variabel X2 berpotensi
menambah biaya mutu.
Selanjutnya, untuk variabel ketersediaan fasilitas dan peralatan yang memadai
(X12), walaupun nilai kontribusinya yang paling kecil, tidak berarti variabel ini tidak
penting atau kurang penting dalam penerapan sistem manajemen mutu. Sedangkan dari
model regresinya, variabel X12 dinyatakan dapat mengurangi biaya mutu.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat di ambil kesimpulan yaitu variabel-variabel dari
sistem manajemen mutu yang berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan
terhadap biaya mutu adalah ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang
memadai (X1), adanya pengendalian dokumen dan record yang memadai (X2), serta
ketersediaan fasilitas dan peralatan yang memadai (X12). Dari ketiga variabel tersebut,
ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang memadai (X1) merupakan elemen
sistem manajemen mutu yang paling dominan pengaruhnya terhadap biaya mutu.

DAFTAR PUSTAKA
American Society for Quality Control (1974), Quality Costs What and How, ASQC
Quality Costs Committee, Milwaukee, WI.
Asa, M.F., Abidin, I.S., dan Latif, Y. (2009) Variabel-variabel Utama dalam Sistem
Manajemen Mutu untuk Peningkatan Profitabilitas Jasa Konstruksi Indonesia
yang Berpotensi Meningkatkan Gross Domestic Product Sektor Konstruksi,
Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Vol.9, No.2, hal. 197-202
Beard, C. (1993), ISO 9000 in the Building and Construction Industry, makalah
dipresentasikan pada seminar Quality in the Building and Construction Industry
through ISO 9000, di Kuala Lumpur.
BPK-SDM Kementerian PU (2010), Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Bagi
Penyedia Jasa, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Clarke, L. dan Herrmann, G. (2004), COST VS. PRODUCTION: Labour Deployment
and Productivity in Social Housing Construction in England, Scotland, Denmark
and Germany, Journal of Construction Management and Economics, Vol. 22,
hal. 10571066.
Feigenbaum, A.V. (1961), Total Quality Control, Harvard Business Review, Vol. 34,
No. 6, hal. 93-101.
Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and Management,
MacMillan Publishing Company, New York.
Hoyle, D. (2001), ISO 9000 Quality Systems Handbook, 4 th edition, ButterworthHeinemann, Oxford, UK.
Low, S.P. dan Yeo, H.K.C. (1998), A Construction Quality Costs Quantifying System
for the Building Industry, International Journal of Quality & Reliability
Management, Vol. 15, No. 3, hal. 329-349.
Wacono, S. (2000), Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 terhadap
Kinerja Biaya Mutu pada Perusahaan Industri Konstruksi, Studi Kasus: Pada
Proyek di Lingkungan PT. Waskita Karya, Tesis, Program Pasca Sarjana Bidang
Ilmu Teknik, FTUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai