Didasari hal tersebut, untuk meningkatkan mutu pekerjaan konstruksi, salah satu
cara yang digunakan perusahaan-perusahaan konstruksi adalah dengan menerapkan
sistem manajemen mutu, baik di dalam lingkup perusahaan maupun di dalam lingkup
proyek (Asa, Abidin, dan Latif, 2009).
Selama satu dekade terakhir, sistem manajemen mutu telah dibangun sebagai satu
kesatuan dari manajemen konstruksi, yang kebanyakan strukturnya menyesuaikan
dengan standar yang terdapat dalam seri ISO 9000. Beard (1993) menjelaskan bahwa
ISO 9000 akan menguntungkan perusahaan pada akhirnya, karena akan memperbaiki
fungsi pengendalian, menghilangkan ketidak-efisienan dan meningkatkan motivasi para
pekerja, sekaligus menciptakan iklim positif yaitu melakukan hal yang benar saat
pertama kali. Penghematan biaya yang didapat dari penerapan sistem manajemen mutu
diperoleh dari tindakan pencegahan supaya pekerjaan perbaikan karena kesalahan
internal berkurang (Wacono, 2000).
100
BIAYA KEGAGALAN
EKSTERNAL
PENGHEMATAN
80
60
40
BIAYA
KEGAGALAN
INTERNAL
BIAYA KEGAGALAN
EKSTERNAL
BIAYA KEGAGALAN
INTERNAL
BIAYA
PENILAIAN
BIAYA
PENILAIAN
20
BIAYA
PENCEGAHAN
BIAYA
PENCEGAHAN
0
SEBELUM
SESUDAH
Gambar 1. Penghematan Biaya Mutu dengan Penerapan Sistem Mutu (Wacono, 2000)
Dalam penelitian Clarke dan Herrmann (2004) ditemukan bahwa yang banyak
terjadi selama ini adalah, seiring dengan usaha peningkatan mutu produk yang
dilakukan oleh perusahaan konstruksi seringkali diikuti dengan biaya mutu yang juga
ikut meningkat, sehingga dapat berpengaruh pada keuntungan perusahaan bila harga
penawaran pekerjaan atau harga jual produknya tidak ikut dinaikkan juga.
Dari hasil penelitian dan pernyataan-pernyataan di atas, memperlihatkan ada dua
hal yang dianggap sama pentingnya. Hal pertama adalah usaha untuk terus memperbaiki
mutu konstruksi, yang salah satu caranya adalah dengan menerapkan sistem manajemen
mutu. Hal yang kedua adalah usaha untuk menekan biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai mutu tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui elemen-elemen sistem manajemen mutu apa saja yang
sekiranya mempengaruhi biaya mutu pada proyek konstruksi.
Penelitian ini dilakukan terhadap personil kontraktor yang mengerjakan proyek
konstruksi gedung dengan progress 75%, atau proyek konstruksi gedung yang sudah
selesai berumur < 10 tahun (dihitung sejak penelitian ini dilakukan). Hal ini dilakukan
agar data mengenai biaya mutu deviasinya tidak terlalu besar, karena dengan progress
pekerjaan 75% diperkirakan biaya mutu yang dikeluarkan tidak akan bertambah
terlalu banyak karena proyek sudah mendekati tahap penyelesaian. Sedangkan pada
proyek konstruksi gedung yang sudah selesai dicari yang berumur < 10 tahun, dimaksud
agar data mengenai biaya mutu masih relevan dengan keadaan terkini (masih up to
date).
Penelitian dan pengambilan data dilakukan terhadap personil kontraktor yang
sudah menerapkan sistem manajemen mutu di dalam perusahaan dan di dalam
proyeknya, hal ini dapat dilihat dengan adanya sertifikasi ISO 9001:2000 yang dimiliki
perusahaan konstruksi tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan sebelumnya, maka dapat
dikembangkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan proyek, salah satu resiko yang berdampak sangat serius yang
menyelimuti sasaran proyek adalah resiko kegagalan mutu. Untuk itu diperlukan
tindakan pencegahan yang sudah direncanakan secara sistematis dan menyeluruh,
yang dampaknya nanti juga akan terasa pada efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan
penilaian dan pemeliharaan.
b. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mencapai hal-hal yang telah
disebutkan di atas tadi adalah dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001:2000, yang akhirnya akan berdampak juga pada biaya mutu.
Kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
penerapan
sistem
manajemen
mutu
ISO 9001:2000
tindakan pencegahan
lebih sistematis
efisiensi & efektivitas
kegiatan penilaian
penghematan
biaya mutu
kegagalan mutu
menjadi berkurang
Biaya Mutu
( Variabel Y )
Persyaratan
Manajemen
Persyaratan
Sumber daya
Persyaratan
Pelaksanaan
Persyaratan
Perbaikan
Biaya
Mutu
Variabel Y
b. Berpengaruh, apabila variabel ini berpengaruh terhadap biaya mutu dan diberi skor 2.
c. Sangat berpengaruh, apabila variabel ini sangat terkait atau sangat berpengaruh
terhadap biaya mutu dan diberi skor 3.
Pengukuran biaya mutu pada proyek konstruksi dengan kriteria dan skala
pengukuran disediakan 3 (tiga) ukuran pendapat yaitu:
a. Tinggi, apabila biaya mutu yang dikeluarkan dari total biaya proyek lebih dari 0,8%
diberi skor 1
b. Sedang, apabila biaya mutu yang dikeluarkan dari total biaya proyek sebesar 0,3% 0,8% diberi skor 2
c. Rendah, apabila biaya mutu yang dikeluarkan dari total biaya proyek kurang dari
0,3% diberi skor 3
Untuk pengolahan data primer dan sekunder dilaksanakan dengan bantuan dari
sistem statistik dan menggunakan metode regresi linier berganda. Analisis regresi dalam
penelitian ini digunakan untuk mendapatkan elemen-elemen dari sistem manajemen
mutu (variabel X) yang berpengaruh terhadap biaya mutu (variabel Y) secara parsial
maupun secara simultan (bersama-sama). Persamaan umum model regresi linier yang
menggunakan lebih dari satu variabel bebas adalah :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + .... + k Xk +
Dengan notasi variabel sebagai berikut :
Y
= biaya mutu
X1
= Dokumen Mutu
0
= konstanta
X2
= Record, dan seterusnya
1
= koefisien regresi X1
= residual
2
= koefisien regresi X2
HASIL ANALISA
Setelah dilalukan analisis regresi didapatkan model sebagai berikut:
Y = 2,01 + 0,318X1 + 0,268X2 + 0,451X3 - 0,724X4 + 0,319X5 - 0,565X6 + 0,031X7 0,503X8 - 0,241X9 - 0,208X10 + 0,315X11 + 0,928X12 + 0,755X13 + 0,067X14 +
0,077X15 + 0,297X16 - 0,022X17 + 0,227X18 - 0,214X19 + 0,043X20 - 0,898X21 0,345X22 - 0,395X23 - 0,002X24 - 0,294X25 - 0,489X26
Tabel 1. Pengujian Signifikansi Variabel Bebas
Variabel X
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
Coef.
(2,0106)
0,3181
0,2676
0,4506
-0,7237
0,3186
-0,5650
0,0312
-0,5026
-0,2409
-0,2082
0,3150
0,9277
0,7553
0,0671
0,0772
0,2972
SE Coef.
(0,8846)
0,3245
0,2960
0,3214
0,3874
0,3831
0,3139
0,2529
0,3150
0,3430
0,3135
0,3399
0,4442
0,4992
0,3199
0,3509
0,3709
t-hitung
(2,27)
0,98
0,90
1,40
-1,87
0,83
-1,80
0,12
-1,60
-0,70
-0,66
0,93
2,09
1,51
0,21
0,22
0,80
p-value
(0,053)
0,356
0,392
0,199
0,099
0,430
0,110
0,905
0,149
0,502
0,525
0,381
0,070
0,169
0,839
0,831
0,446
VIF
10,9
6,6
7,0
11,3
13,6
6,6
4,8
6,0
7,2
7,4
7,1
11,0
14,4
10,0
7,4
14,7
X17
X18
X19
X20
X21
X22
X23
X24
X25
X26
-0,0224
0,2270
-0,2137
0,0434
-0,8983
-0,3445
-0,3953
-0,0018
-0,2939
-0,4894
0,3487
0,3649
0,3033
0,3892
0,4988
0,3145
0,5577
0,4096
0,4725
0,3787
-0,06
0,62
-0,70
0,11
-1,80
-1,10
-0,71
-0,00
-0,62
-1,29
0,950
0,551
0,501
0,914
0,109
0,305
0,499
0,997
0,551
0,232
10,5
12,8
5,6
9,3
7,5
5,0
18,2
16,8
12,4
8,7
Dari output pada Tabel 1. diperoleh hasil bahwa tidak ada variabel yang
signifikan, hal ini dilihat dari nilai p value yang > dari 0,05. Karena tidak ada variabel
yang signifikan, maka dilakukan pengujian multikolinearitas, untuk menguji apakah
suatu model regresi terdapat kasus multikolinear (ada korelasi antar variabel bebas).
Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan terdapat indikasi adanya kasus
multikolinear, hal ini dapat dilihat dari nilai VIF yang > 10. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan pemodelan regresi yang baik, digunakan metode stepwise regression.
Dengan menggunakan metode stepwise regression didapatkan model regresi
sebagai berikut:
Y= 0,960 0,612 X1 + 0,630 X 2 0,248 X12
Dengan X1 : Ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang memadai
X2 : Adanya pengendalian dokumen dan record yang memadai
X12 : Ketersediaan fasilitas dan peralatan memadai
Berdasarkan penentuan model di atas maka selanjutnya dapat dianalisa kontribusi
dari masing-masing variabel bebas.
Tabel 2. Kontribusi Variabel bebas terhadap Variabel terikat
Variabel
X1
X2
X12
Uraian
Ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang memadai
Adanya pengendalian dokumen dan record yang memadai
Ketersediaan fasilitas dan peralatan yang memadai
Standardized coef.
0,828
0,729
0,246
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat di ambil kesimpulan yaitu variabel-variabel dari
sistem manajemen mutu yang berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan
terhadap biaya mutu adalah ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang
memadai (X1), adanya pengendalian dokumen dan record yang memadai (X2), serta
ketersediaan fasilitas dan peralatan yang memadai (X12). Dari ketiga variabel tersebut,
ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu yang memadai (X1) merupakan elemen
sistem manajemen mutu yang paling dominan pengaruhnya terhadap biaya mutu.
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Quality Control (1974), Quality Costs What and How, ASQC
Quality Costs Committee, Milwaukee, WI.
Asa, M.F., Abidin, I.S., dan Latif, Y. (2009) Variabel-variabel Utama dalam Sistem
Manajemen Mutu untuk Peningkatan Profitabilitas Jasa Konstruksi Indonesia
yang Berpotensi Meningkatkan Gross Domestic Product Sektor Konstruksi,
Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Vol.9, No.2, hal. 197-202
Beard, C. (1993), ISO 9000 in the Building and Construction Industry, makalah
dipresentasikan pada seminar Quality in the Building and Construction Industry
through ISO 9000, di Kuala Lumpur.
BPK-SDM Kementerian PU (2010), Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Bagi
Penyedia Jasa, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Clarke, L. dan Herrmann, G. (2004), COST VS. PRODUCTION: Labour Deployment
and Productivity in Social Housing Construction in England, Scotland, Denmark
and Germany, Journal of Construction Management and Economics, Vol. 22,
hal. 10571066.
Feigenbaum, A.V. (1961), Total Quality Control, Harvard Business Review, Vol. 34,
No. 6, hal. 93-101.
Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and Management,
MacMillan Publishing Company, New York.
Hoyle, D. (2001), ISO 9000 Quality Systems Handbook, 4 th edition, ButterworthHeinemann, Oxford, UK.
Low, S.P. dan Yeo, H.K.C. (1998), A Construction Quality Costs Quantifying System
for the Building Industry, International Journal of Quality & Reliability
Management, Vol. 15, No. 3, hal. 329-349.
Wacono, S. (2000), Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 terhadap
Kinerja Biaya Mutu pada Perusahaan Industri Konstruksi, Studi Kasus: Pada
Proyek di Lingkungan PT. Waskita Karya, Tesis, Program Pasca Sarjana Bidang
Ilmu Teknik, FTUI, Jakarta.