Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KOTA SURABAYA,

ANTARA PROBLEM DAN SOLUSI


Ir. Tri Rismaharini, MT.
Kepala Badan Perencanan Pembangunan Kota Surabaya

ABSTRAK
Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan infrastruktur Kota
Surabaya. Rencana pengembangan ini meliputi : sistem transportasi, kawasan
perumahan dan permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa,
kawasan wisata, kawasan lindung dan sistem pematusan. Setiap rencana
pengembangan infrastruktur tersebut dideskripsikan anatomi permasalahannya
dan dirumuskan solusi pemecahannya.
Kata kunci : Infrastruktur, Sistem Transportasi, perumahan dan permukiman, kawasan
industri, perdagangan dan jasa, wisata, lindung, sistem Pematusan

1.

PENDAHULUAN

Guna mewujudkan visi tersebut, maka telah


ditetapkan 8 misi yang harus ditempuh
sebagai berikut:
a. Mewujudkan
pemerintahan
yang
demokratis, berkeadilan, transparan dan
akuntabel
b. Meningkatkan akselerasi pertumbuhan
arus perdagangan barang dan jasa dalam
skala regional maupun internasional
serta memadukan wilayah Greater
Surabaya dalam suatu sistem tata ruang
yang terintegrasi didukung infrastruktur,
sistem transportasi dan sistem IT yang
memadai
c. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi
pengembangan koperasi, usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM) investasi
serta menciptakan keterpaduan antara
pengusaha kecil, menengah dengan
pengusaha besar
d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pembangunan sosial Masyarakat
e. Mewujudkan penataan lingkungan kota
yang bersih sehat, hijau dan Nyaman
f. Meningkatkan kualitas pendidikan yang
berwawasan global dan terjangkau bagi
warga kota serta menyiapkan generasi
muda yang siap menghadapi tantangan
kemajuan zaman
g. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan
yang
terjangkau
bagi
masyarakat kota serta meningkatkan
pemahaman
masyarakat
tentang
lingkungan sehat dan perilaku sehat
h. Menggali dan meningkatkan khasanah
budaya lokal serta mengembangkan

Kota Surabaya berada di wilayah Propinsi


Jawa Timur dengan luas wilayah 33.048 Ha
dan luas wilayah laut yang dikelola oleh
Pemerintah Kota sebesar 19.039 Ha. Jumlah
penduduk Kota Surabaya pada tahun 2007
adalah sebesar 2.861.928 Jiwa. Sampai
dengan tahun 2015, pertumbuhan penduduk
di kendalikan sekitar 1 % per tahun dengan
penekanan pada upaya pengendalian jumlah
kelahiran dan arus urbanisasi. Pengendalian
penduduk
juga
dilakukan
dengan
pemerataan penyebaran penduduk dan
aktifitasnya sehingga konsentrasi dan tingkat
kepadatan penduduk dapat lebih merata
pada setiap wilayah.
Surabaya adalah pusat pertumbuhan utama
di Indonesia Timur, karena basis manfaktur
dan agrikultur yang kuat yang memproduksi
berbagai produk untuk ekspor. Pelabuhan
Surabaya adalah tempat masuk penghubung
antara Indonesia Timur dan Barat, demikian
juga bagi mitra dagang Indonesia Timur dan
Internasional. Surabaya sebagai pusat
pedagangan
dan
jasa,
berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah 2006 2010 memiliki visi
Surabaya Cerdas dan Peduli, yaitu cerdas
dalam merespon semua peluang dan
tuntutan global, didukung oleh kepedulian
tinggi
dalam
mewujudkan
struktur
pemerientahan dan kemasyarakatan yang
demokratis, bermartabat dalam tatanan
lingkungan yang sehat dan manusiawi.

ISBN No. 978-979-18342-0-9

17

Ir. Tri Rismaharini, MT

kehidupan
kemasyarakatan
harmonis dan bertoleransi

yang

2.1. Kondisi dan Permasalahan


Transportasi saat ini

Perkembangan pembangunan Kota Surabaya


yang sangat cepat, baik secara sosial
ekonomi maupun perwujudannya dalam
bentuk fisik menuntut adanya aturan tata
ruang yang merupakan pedoman dalam
mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan
kota.
Pengelolaan
lingkungan
hidup
merupakan upaya terpadu didalam pemanfaatan,
penataan,
pemeliharaan,
pengawasan, pengedalian, pemulihan serta
pengembangan lingkungan hidup kota guna
terwujudnya
suatu
kehidupan
dan
penghidupan kota yang aman, tertib, lancar
dan sehat.

Sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur dan


sebagai pusat kegiatan ekonomi di Indonesia
Timur, kota Surabaya mempunyai peran
yang strategis di tingkat regional maupun
nasional.
Peran
strategis
tersebut
berdampak kepada tingginya intensitas
kegiatan perekonomian yang dari aspek
transportasi akan menimbulkan bangkitan
perjalanan antar wilayah di dalam kota
maupun dari dan keluar kota Surabaya.
Indikasi dari tingginya intensitas perjalanan
itu adalah tingginya volume lalu lintas di
ruas ruas yang ada.
Sistem transportasi kota Surabaya meliputi
transportasi jalan raya, transportasi kereta
api, transportasi udara, transportasi laut,
juga transportasi sungai dan penyeberangan
dengan peran utama pada transportasi jalan
raya. Secara umum sistem transportasi
tersebut
belum
mampu
memberikan
kontribusi yang optimal terhadap intensitas
kegiatan perkotaan yang terus berkembang
dengan pesat. Hal tersebut antara lain
disebabkan oleh belum tertatanya sistem
transportasi perkotaan menjadi suatu
system transportasi yang terintegrasi.

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Surabaya merupakan suatu
pedoman
dalam
perencanaan
dan
pengendalian perkembangan Kota Surabaya.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Darat
dibagi dalam 12 Unit Pengembangan dan
untuk Wilayah Laut dibagi dalam 4 zona
pengembangan yang didasarkan pada
kondisi, karakteristik dan potensi yang
dimiliki pada masing-masing wilayah.
Rencana struktur dan pemanfaatan ruang
pada wilayah darat dan laut tersusun
wilayah pengembangan dan pusat-pusat
pertumbuhan di wilayah darat, zona
pengembangan di wilayah laut, sistem
transportasi, sistem pematusan dan sistem
utilitas kota.

2.

2.1.1. Transportasi Jalan Raya


Pada sistem transportasi berbasis jalan raya
ini meliputi :
A. Prasarana Jalan dan Jumlah Kendaraan
Pola jaringan jalan utama di Surabaya
pada dasarnya adalah berbentuk linier
yang menghubungkan kawasan utara dan
selatan (Tanjung Perak-Waru). Pola
jaringan jalan tersebut terbentuk sesuai
dengan catatan sejarah perkembangan
Kota Surabaya. Sebagai sistem jaringan
jalan peninggalan masa lalu, jaringan
jalan di Kota Surabaya lebih dominan
menghubungkan koridor Utara-Selatan
Kota
dan
kurang
mengantisipasi
perkembangan yang terjadi pada koridor
Barat-Timur Kota Surabaya.

RENCANA SISTEM TRANSPORTASI

Pengujian terhadap tanah dasar ini adalah


usaha untuk perbaikan tanah dasar dengan
bahan additive kimia. Dimana berfungsi
untuk meningkatkan ketahanan soil cement
terhadap retak serta menambah sifat kedap
air.Pengujian ini terdiri dari penyediaan
tanah yang distabilisasi dengan semen dan
menggunakan bahan additif Renolit.
Untuk mengetahui perubahan sifat fisik
tanah setelah distabilisasi dengan semen
dan renolit, perlu diketahui sifat sifat fisik
tanah asli sebelum distabilisasi.

ISBN No. 978-979-18342-0-9

Akibat dari hal tersebut sudah mulai


terasa
saat
ini
dimana
kurang
memadainya
jaringan
jalan
yang
menyediakan akses Barat-Timur Kota
Surabaya mengakibatkan lintasan rute

18

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya,


Antara Problem Dan Solus

perjalanan yang jauh untuk perjalanan


dari Barat-Timur dan sebaliknya. Namun
upaya untuk lebih mengembangkan akses
Barat-Timur saat ini sudah mulai
dikembangkan meskipun pengembangan
tersebut masih sepotong-sepotong (tidak
menerus).

Tabel 2. Nilai V/C Pada Ruas Jalan Utama


di Kota Surabaya.
No

Kondisi lain yang terjadi saat ini adalah


tidak adanya
pertambahan yang
signifikan terhadap panjang jalan di kota
Surabaya. Panjang jalan yang ada sesuai
data Dinas Bina Marga dan Pematusan
adalah sepanjang 1.363.709,95 meter
dengan kondisi perkerasan pada tahun
2007 sebagian besar dalam kondisi baik.
Sedangkan
untuk
kondisi
sarana
transportasi berdasarkan data jumlah
kendaraan yang terdaftar di kota
Surabaya sebagaimana ditunjukkan dalam
Tabel 1.
rata-rata pertumbuhan
kendaraan untuk lima tahun terakhir
(tahun 2001 s/d 2006) adalah sebagai
berikut :
Untuk Kendaraan ringan (sedan,
jeep, station wagon) : 4,5 % / tahun
Untuk Kendaraan berat (bis, truck) :
5,3 % / tahun
Untuk Sepeda Motor : 10,3 % / tahun

Fungsi Jalan

1.

Darmo

0,85

2.

Diponegoro

0,86

Arteri Sekunder
Arteri Primer

3.

Margomulyo

0,87

Arteri Sekunder

4.

Jemur Handayani

0,95

Kolektor Sekunder

5.

Wonokromo

1,02

Arteri Primer

6.

Ahmad Yani

1.53

Arteri Primer

7.

Mastrip

1,56

Kolektor primer

8.

Banyu Urip

1,32

Arteri Sekunder

Angkutan umum perkotaan yang melayani


penumpang
di Kota Surabaya adalah
Angkot (mikrolet), Bus Kota, Taksi dan
Angguna.
Salah
satu
penyebab
kecenderungan penggunaan angkutan
pribadi yang masih sangat tinggi adalah
akibat dari pelayanan angkutan umum
yang kurang memadai.
Kenyamanan dan keamanan yang kurang
baik menjadikan trauma tersendiri bagi
penumpang yang akan naik angkutan
umum. Oleh karena itu solusi yang tepat
adalah mengadakan angkutan umum
massal yang dapat melayani penumpang
dengan aman dan nyaman.
C. Terminal Angkutan Umum

Jumlah Kendaraan
Sedan

Jeep

Station
Wagon

Bus

Truck

Sepeda
Motor

2001

52.284

25.280

104.794

1.683

64.946

568.542

2002

52.747

25.557

112.218

1.740

69.245

630.933

2003

54.370

26.581

119.614

1.755

73.726

708.343

2004

56.377

27.393

132.534

1.831

79.625

800.008

2005

56.633

27.567

147.106

1.883

84.157

863.838

2006

45.709

27.157

153.396

1.887

84.371

928.686

Di wilayah Kota Surabaya terdapat 2


terminal klas A, yaitu Terminal Purabaya
yang berlokasi di daerah Bungurasih dan
Terminal Tambak Oso Wilangun
di
daerah Tambak Oso Wilangun, 1 terminal
kelas B yaitu Terminal Joyoboyo yang
berlokasi
di
daerah
Wonokromo,
terminal kelas C yaitu Terminal Bratang
serta sub-sub terminal lainnya yaitu : Sub
Terminal Menanggal, Benowo, Petekan,
Manukan Kulon, dan Darmo Permai.

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Jatim

Dari data tersebut diatas maka dapat


dilihat bahwa pertumbuhan lalu lintas
tidak seimbang dengan perkembangan
panjang jalan sehingga dapat dilihat saat
ini sering kali terjadi (tidak hanya pada
jam sibuk) kemacetan pada hampr di
setiap ruas jalan utama di kota Surabaya.
Beberapa ruas jalan utama di kota
Surabaya
yang
sering
mengalami
kemacetan dengan kondisi berat (V/C
0,8) dapat dilihat pada Table 1.2.
berikut:

ISBN No. 978-979-18342-0-9

V/C

B. Layanan Angkutan Umum Perkotaan

Tabel 1. Data Jumlah Kendaraan


Terdaftar di Kota Surabaya
UPTD

Nama Ruas Jalan

Selain Terminal dan Sub Terminal yang


dikelola
oleh
Pemerintah
Daerah,
terdapat juga pangkalan angkutan kota
yang dikelola oleh operator angkutan
umum, diantaranya pangkalan angkot
Kenjeran, Dukuh Kupang, Sidodadi,
Keputih, Wisma Permai, Jembatan
Merah, Petojo, Ujung Baru. Peta Lokasi
Terminal, Sub Terminal dan pangkalan
angkutan Kota.

19

Ir. Tri Rismaharini, MT

D. Trayek Angkutan Umum

bagian utama yaitu :

Data dari Dinas Perhubungan (Agustus Th


2006) menyebutkan bahwa terdapat 22
trayek Bus Kota yang ada di Kota
Surabaya, terdiri dari : 426 armada Bus
Kota (termasuk cadangan) dengan
kapasitas muatan 50 orang yang
beroperasi pada 11 trayek Non-Patas, 6
trayek Patas non AC dan 5 trayek Patas
AC.

a. Sebagai garis arah utama rute kereta api


dari dan ke kota Surabaya, yaitu :
1. Jaringan jalur KA Jakarta (Lintas
Jawa Utara) - Benowo Pasar Turi
(jalur tunggal)
2. Jaringan jalur KA Jakarta / Bandung
(Lintas Jawa Selatan) Pagesangan Wonokromo (jalur tunggal).
3. Jaringan jalur KA Malang (SelatanSelatan) dan Banyuwangi (SelatanTimur)
-Kertomenanggal
Wonokromo (jalur tunggal).

Sedangkan jaringan angkutan umum


perkotaan di kota Surabaya dilayani oleh
5.253 armada Mikrolet (kapasitas muatan
12 orang) yang beroperasi pada 58
trayek.

b. Ruas ruas jalur kereta api dalam kota,


yaitu :
1. Jaringan jalur KA Wonokromo
Gubeng (jalur ganda).
2. Jaringan jalur KA Gubeng Kota /
Semut (Jalur tunggal).
3. Jaringan jalur KA Gubeng Sidotopo
- Benteng (jalur tunggal).
4. Jaringan jalur KA Sidotopo Prapat
Kurung (jalur tunggal), elevated
didaerah simpang jalur KA KotaGubeng, Jl. Kapasari, Jl. Pengampon
Pecindilan,Jl. Pahlawan, Jl.
Bubutan dan Jl. Pasar Turi (pada
awal rute bergabung dengan Jar.
Jalur KA Sidotopo Pasar Turi)
5. Jaringan jalur KA Pasar Turi Prapat
Kurung (jalur tunggal), sebagian
menyatu dengan jaringan jalur KA
Sidotopo Prapat Kurung.
6. Jaringan jalur KA Sidotopo
Kota/Semut (jalur tunggal)
7. Jaringan jalur KA Sidotopo Pasar
Turi (jalur tunggal), elevated,
sebagian menyatu dengan jaringan
jalur KA Sidotopo Prapat Kurung.

2.1.2. Transportasi Kereta Api


Jaringan jalan kereta api di wilayah
Surabaya merupakan pusat dari jaringan
jalan kereta api wilayah timur P. Jawa.
Perkereta apian di Indonesia di selengarakan
oleh pemeintah di bawah Departemen
Perhubungan. melalui salah satu Badan
Usaha Milik Negara : PT. KAI (Kereta Api
Indonesia) (Persero). Kantor Pusat berada di
kota Bandung. dan untuk daerah Jawa Timur
dikelola oleh Daerah Operasi VIII Jawa Timur
yang berpusat di kota Surabaya.
Secara geografis, posisi kota Surabaya
mempunyai posisi yang unik, yaitu terletak
di sudut suatu daratan berbentuk persegi,
seolah suatu titik sudut yang terhubung
dengan 3 (tiga) garis utama sebagai garis
arah utama rute kereta api dari dan ke kota
Surabaya, yaitu :
a. Garis horisontal, yaitu jaringan Surabaya
Jakarta lewat Pantai Utara (Pantura)
b. Garis Diagonal, yaitu jaringan Surabaya
Jakarta / Bandung lewat Selatan
c. Garis Vertikal, yaitu ke selatan selatan
(ke Malang, Blitar) dan ke selatan
timur (ke Pasuruan, Probolinggo,
Jember dan Banyuwangi)

2.1.3. Transportasi Sungai


Transportasi sungai di Surabaya belum
berkembang karena kondisinya belum
memungkinkan untuk itu. Sungai Kalimas
kondisinya dangkal dan kumuh serta ruang
bebas di bawah banyak jembatan yang ada
di sepanjang Sungai Kalimas tersebut yaitu
jembatan Wonokromo, Jembatan Ngagel,
Jembatan
Sonokembang,
Jembatan
Pemuda, Jembatan Yos Sudarso dan
Jembatan Peneleh, tidak mencukupi untuk
keperluan lalu-lintas sungai.

Sedangkan di dalam kota, titik sudut


tersebut membias menjadi seluas kota
Surabaya, sehingga garis arah utama
berhenti pada stasiun tertentu, dan
sebagian diteruskan dengan ruas-ruas jalur
kereta api tertentu dalam kota.
Jaringan kereta api didalam kota Surabaya,
sesuai uraian di atas dibagi menjadi 2 (dua )
ISBN No. 978-979-18342-0-9

20

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya,


Antara Problem Dan Solus

Belum lagi keberadaan beberapa dam,


seperti dam Gunungsari, dam Jagir, dan dam
Kayoon yang berfungsi sebagai pengatur
debit air tidak mungkin untuk dihilangkan.
Jarak tempuh yang dimungkinkan dengan
kondisi yang ada tersebut menjadi sangat
pendek. Karena peran transportasi sungai ini
sangat kecil dalam sistem transportasi di
kota
Surabaya
maka
untuk
materi
selanjutnya tidak dibahas

niaga meliputi pelayaran kapal patroli,


survai kelautan, dan sebagainya. Karena
Peran Transportasi laut belum berpengaruh
signifikan terhadap sistem transportasi di
kota Surabaya, maka materi selanjutnya
tidak dibahas.

2.2. Pemecahan Permasalahan


Sesuai arahan RPJMD Kota Surabaya bahwa
kebijakan Pembangunan Infrastruktur di
kota Surabaya adalah dengan meningkatkan
Akselerasi Pertumbuhan Arus Perdagangan
Barang Dan Jasa Dalam Skala Regional
Maupun Internasional Serta Memadukan
Wilayah Greater Surabaya Dalam Suatu
Sistem Tata Ruang Yang Terintegrasi
Didukung
Oleh
Infrastruktur,
Sistem
Transportasi Dan Sistem Teknologi Informasi
Yang
Memadai,
Kebijakan
untuk
permasalahan transportasi dilaksanakan
dengan Program Pengembangan Sistim
Transportasi dan Program Pengelolaan dan
Pembangunan
Jalan
Dan
Jembatan
sedangkan strategi yang dilakukan untuk
Pembangunan Transportasi tersebut dapat
dilihat pada Gambar.1. berikut.

2.1.4. Transportasi Laut


Indonesia
sebagai
negara
kepulauan/maritime, peranan pelayaran
adalah sangat penting bagi kehidupan sosial,
ekonomi,
pemerintah,
pertahanan/keamanan
dan
sebagainya.
Bidang kegiatan pelayaran sangat luas yang
meliputi angkutan penumpang dan barang,
penjagaan pantai, hidrografi, dan masih
banyak jenis pelayaran lainnya.
Bidang kegiatan pelayaran dapat dibedakan
menjadi dua yaitu pelayaran niaga dan non
niaga. Pelayaran niaga adalah usaha
pengangkutan penumpang dan barang
terutama barang dagangan melalui laut
antar pulau/pelabuhan. Pelayaran bukan

Gambar 1. Diagram Alir Strategi Pembangunan Transportasi di Kota Surabaya

ISBN No. 978-979-18342-0-9

21

Ir. Tri Rismaharini, MT

2.2.1. Pengembangan
Perkotaan

Angkutan

Massal

melaksanakan pada tahun 2008 ini. Namun


dikarenakan
belum
adanya
kesiapan
infrastruktur (kapasitas jalan) serta belum
adanya ijin dari Pemerintah Pusat terhadap
jalan nasional yang akan dilewati maka
Pemerintah
Kota
Surabaya
menunda
pelaksanaan Pengoperasian BRT tersebut.

Untuk strategi penerapan angkutan massal


dikota Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya
mempunyai konsep untuk menerapkan
angkutan massal berbasis jalan dan
angkutan massal berbasil rel. Kedua konsep
tersebut dalam Studi Surabaya Intregated
Transportation Network Planning yang
dilaksanakan oleh Departmen Perhubungan
tahun 1997 diterapkan bersamaan, yaitu
untuk sistim BRT (Bus Rapid Transit)
diterapkan di koridor Utara Selatan dan
Timur Barat.

2.2.2. Pembatasan Lalu Lintas


Kegiatan untuk strategi pembatasan lalu
lintas ini merupakan bagian dari kebijakan
traffic demand management dan mulai
tahun 2006 Pemerintah Kota Surabaya telah
melaksanakannya
melalui
kegiatan
perbedaan waktu masuk sekolah dan waktu
masuk kantor. Konsep kegiatan ini dapat
dilihat pada Gambar. 2. Berikut.

Sedangkan untuk LRT (Light Rail Transit)


diterapkan pada Koridor Utara Selatan.
Khusus
untuk
pengoperasian
BRT,
Pemerintah Kota Surabaya seharusnya telah

Gambar 2. Konsep Kegiatan Perbedaan Waktu Masuk Sekolah dan kantor


Pemerintah Kota Surabaya juga membangun
pedestrian pedestrian yang akan terkoneksi
dengan fasilitas umum (stasiun, Halte,
Terminal, sekolah dsb). Saat ini telah
terbangun pedestrian di pusat kota yang
nantinya akan di seluh penjuru kota
Surabaya.

Dari hasil evaluasi pelaksanaan, kegiatan ini


berhasil mengurangi kemacetan lalu lintas
pada saat pagi hari namun kelemahan dari
kegiatan ini adalah belum didukung oleh
Instansi
pemerintah
dilingkungan
Pemerintah Propinsi dan instansi swasta.
Untuk kegiatan di tahun mendatang
Pemerintah kota tetap akan melaksanakan
Kebijakan traffic demand management
untuk pembatasan lalu lintas dengan
kegiatan kegiatan yang akan dikaji lebih
lanjut sehingga dapat diterapkan di kota
Surabaya.

2.2.3. Peningkatan Kapasitas Jaringan Jalan


Peningkatan kapasitas jaringan jalan saat ini
di kota Surabaya sangat sulit dilaksanakan.
Hal
tersebut
disebabkan
sulitnya
pembebasan
lahan
untuk
keperluan
pembangunan serta peningkatan jalan.

Disamping kegiatan tersebut diatas untuk


penerapan traffic demand management
ISBN No. 978-979-18342-0-9

22

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya,


Antara Problem Dan Solus

Menyikapi masalah tersebut mendatang


Pemerintah Kota Surabaya akan melakukan
kegiatan peningkatan serta pembangunan
jalan dengan seminim pembebasan lahan.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan
memfungsikan
saluransaluran
primer/
sekunder yang berada ditepi jalan sebagai
badan jalan dengan memasang box culvert
di saluran tersebut.

prasarana lingkungan, utilitas umum dan


fasilitas sosial dengan proporsi 40% dari
keseluruhan luas lahan perumahan, dan
selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah
Kota.
Pembangunan perumahan real estate baru
disebar secara merata dibagian timur dan
barat kota, yaitu pada Unit Pengembangan
(UP) I Rungkut, UP II Kertajaya, UP III
Tambak Wedi, UP VIII Satelit, UP IX Ayani,
UP X Wiyung, UP XI Tambak Oso Wilangon
dan UP XII Sambikerep.

Kegiatan pembangunan dan peningkatan


jalan dengan pemasangan box culvert
tersebut
akan dimulai pada jalan Banyu
Urip pada tahun 2008 sepanjang 850 m dan
akan dilanjut pada jalan Semolowaru dan
jalan Menur pada tahun 2009. Khusus untuk
pembangunan box culvert di Jl Banyu Urip,
Pemerintah Kota Surabaya akan mendapat
dua manfaat sekaligus dari pembangunan
tersebut yaitu selain menambah kapasitas
jaringan jalan juga akan terkonversinya
saluran banyu urip yang semula merupakan
saluran dengan fungsi irigasi menjadi saluran
pematusan kota.

Pengembangan lokasi perumahan lama dan


perkampungan kota
ditekankan
pada
peningkatan
kualitas
lingkungan
dan
pembenahan
prasarana
dan
sarana
perumahan.
Pembangunan
perumahan
lama/perkampungan
dilakukan
secara
terpadu baik fisik maupun sosial ekonomi
masyarakat melalui program pembenahan
lingkungan, peremajaan kawasan maupun
perbaikan kampung.

Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya juga


membangun frontage Road pada sisi Timur
Rel KA pada jalan Ahmad Yani Surabaya.
Untuk meningkatkan aksesibilitas serta
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
seluruh wilayah kota Surabaya, Pemerintah
Kota melaksanakan
pembangunan jalanjalan Tembus (jalan tembus Wiyung
Balasklumprik tembus jalan Mastrip) serta
meningkatkan jalan-jalan yang mempunyai
nilai strategis yang cukup tinggi di bidang
ekonomi (Mastrip, Wiyung, Jl Arif Rahman
Hakim (depan Liponsos s/d Merr IIc)).

4.

Kawasan industri diarahkan pada unit


pengembangan yang terdapat pada lokasi
pengembangan
yang
terdapat
lokasi
pengembangan industri yaitu di UP I Rungkut
di sekitar SIER, Kalirungkut, Kedung Baruk,
di UP X Wiyung di kawasan Karangpilang dan
di eilayah UP XI Tambak Oso Wilangon di
sekitar Margomulyo dan Tambak Oso
Wilangon.
Pengembangan Kawasan industri ditetapkan
sebagai berikut :

Disamping Pembangunan jaringan jalan serta


peningkatan
jalan
dilakukan
pula
peningkatan kualitas manajemen lalu lintas
dengan peningkatan operasional ATCS
(automatic traffic control system) dengan
penambahan ATCS yang langsung terkoneksi
dengan control room.
3.

Pembangunan
kawasan
industri
dilakukan secara terpadu dengan
lingkungan
sekitarnya
dengan
memperhatikan radius dan tingkat
pencemaran yang dapat ditimbulkan
serta
upaya-upaya
pencegahan
pencemaran terhadap kawasan di
sekitarnya;

Pada pembangunan industri berupa


industri/pergudangan
estate,
perusahaan pembangunan industri wajib
menyiapkan prasarana lingkugan, utilitas
umum, bangunan perumahan untuk
pekerja dan dasilitas sosial dengan
propporsi 40 % dari keseluruhan luas

RENCANA KAWASAN PERUMAHAN

Kawasan perumahan terdiri dari kawasan


perumahan yang dibangun oleh penduduk
sendiri,
dibangun
oleh
perusahaan
pembangunan perumahan dan dibangun oleh
pemerintah. Pada pembangunan perumahan
real
estate,
pelaksana
pembangunan
perumahan/pengembang wajib menyediakan

ISBN No. 978-979-18342-0-9

RENCANA KAWASAN INDUSTRI

23

Ir. Tri Rismaharini, MT

lahan dan selanjutnya


kepada Pemerintah Kota;

5.

diserahkan

6.

Kebijakan pengembangan kawasan wisata di


Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

Pembangunan industri harus memenuhi


kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang
dan faislitas lpelayanan publik yang
harus tersedia (parkir, ruang terbuka
hijau, ruang pedagang kaki lima,
pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran), kemudahan pencapaian dan
kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan
menuju lokasi;
Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan
industri harus disertai dengan upayaupaya terpadu dalam mencegah dan
mengatasi
terjadinya
pencemaran
lingkungan mulai dari penyusunan
AMDAL, RKL RPL, penyediaan IPAL dan
disertai dengan pengawasan oleh
Pemerintah
Kota
secara
intensif
terhadap
kegiatan
industri
yang
dilaksanakan.

Wisata bahari / pantai ditetapkan pada


Unit Pengembangan (UP) III Tambak
Wedi yaitu di kawasan Kenjeran dan
sekitar Jembatan Suramadu.

Wisata satwa berada pada Unit


Pengembangan VII Wonokromo, yaitu di
Kawasan Kebun Binatang Surabaya yang
ditekankan pada upaya pelestarian
satwa dan lingkungan alam di dalamnya;

Wisata pertanian (agrowisata) berada


pada Unit Pengembangan (UP) IX Ahmad
Yani dan UP. X Wiyung yang juga
berfungsi sebagai pusat penelitian dan
pengembangan pertanian perkotaan dan
budidaya pertanian;

Wisata Budaya dan Religi berada pada


Unit Pengembangan (UP) V Tanjung
Perak di Kawasan Masjid Ampel dan
sekitarnya, pada wilayah UP. VI
Tunjungan di Kawasan Taman Hiburan
Rakyat (THR) Surabaya, dan Monumen
Kapal Selam, pada wilayah UP. VII
Wonokromo di Museum Mpu Tantular,
serta pada wilayah UP. IX Ahmad Yani di
sekitar Kawasan Masjid Al Akbar
Surabaya (MAS).

RENCANA KAWASAN PERDAGANGAN


DAN JASA

Pembangunan di kawasan perdagangan dan


jasa diarahkan sebagai berikut:

Pusat kawasan komersial dan jasa


dengan
lingkup
pelayanan
skala
nasional, regional dan kota berada di UP
VI Tunjungan, dan UP V Tanjung Perak;

Kawasan
perdagangan
dan
jasa
direncanakan secara terpadu dengan
kawasan
sekitarnya
dan
harus
memperhatikan kepentingan semua
pelaku sektor perdagangan dan jasa
termasuk pedagang informal atau
pedagang sejenis lainnya ;

7.

RENCANA KAWASAN LINDUNG

Pada kawasan lindung wilayah laut dilarang


melaksanakan kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan
lahan
yang
dapat
mengakibatkan kerusakan kawasan lindung
(darat dan laut). Pemerintah Kota Surabaya
juga berupaya untuk melakukan pengelolaan
dan rehabilitasi terumbu karang, mangrove,
padang lamun, estuari dan teluk

Pada
pembangunan
fasilitas
perdagangan
berupa
kawasan
perdagangan
terpadu,
pelaksana
pembangunan / pengembang wajib
menyediakan prasarana lingkungan,
utilitas umum, area untuk pedagang
informal dan fasilitas sosial dengan
dengan proporsi 40% dari keseluruhan
luas lahan dan selanjutnya diserahkan
kepada Pemerintah Daerah

ISBN No. 978-979-18342-0-9

RENCANA KAWASAN WISATA

Strategi pengembangan kawasan lindung


wilayah darat dan laut ditujukan untuk
menjamin keseimbangan dan keserasian
lingkungan
hidup,
serta
kelestarian
pemanfaatan potensi sumber daya alam
sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan

24

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya,


Antara Problem Dan Solus

Beberapa rencana pengembangan fasilitas


infrastruktur antara lain:
1.

2.

Fasilitas kesehatan yang akan dibangun


adalah Rumah Sakit Umum kelas C +.
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah
Rumah Sakit Umum yang harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis spesialistik dasar.

Rencana Fasilitas Pendidikan.


Pembangunan
fasilitas
pendidikan
ditekankan pada upaya peningkatan
kualitas
pendidikan
melalui
pembenahan prasarana dan sarana yang
telah ada maupun pembangunan
fasilitas baru mulai dari pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi.

Beberapa dampak positif berkaitan


dengan kegiatan pembangunan Rumah
Sakit Surabaya Barat ini antara lain
adalah terbukanya kesempatan kerja
dan peluang berusaha yang lebih besar
dan peningkatan kesehatan masyarakat
terutama di wilayah Surabaya Barat.
Juga
peluang
berusaha
seperti
membuka apotek, wartel, toko/warung
serta jenis perdagangan/jasa lainya
untuk memenuhi kebutuhan para
pengunjung dan karyawan rumah sakit
di sekitar lokasi rumah sakit.

Rencana Fasiltas Kesehatan


Peningkatan kualitas prasarana dan
sarana kesehatan yang telah ada
dilakukan pada rumah sakit yang
dikelola oleh Pemerintah dan/atau
militer yang terdapat pada UP II
Kertajaya, UP IV Dharmahusada, UP VI
Tunjungan, UP VII Wonokromo, UP IX
Ayani, rumah sakit/klinik swasta dan
pusat
kesehatan
masyarakat
(puskesmas) yang tersebar di setiap
wilayah Kecamatan dan pada lokasilokasi fasilitas umum.

Namun demikian, dampak positif


tersebut perlu dikelola secara intensif
melalui promosi jaminan layanan medis
dan non medis yang bermutu dari
Rencana Rumah Sakit Surabaya Barat
terutama untuk masyarakat yang
tinggal di wilayah Surabaya Barat.
Bentuk promosi yang dapat dilakukan
antara lain berupa open house rumah
sakit, layanan pemeriksaan kesehatan
gratis secara berkala, pemasangan
poster atau gambar atau spanduk,
penyebaran leaflet dan sebagainya.

Pembangunan fasilitas kesehatan baru


dilakukan secara tersebar pada lokasilokasi fasilitas umum disekitar kawasan
perumahan sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung serta ruang lingkup
pelayanan kesehatan, juga akan
dilakukan
pembangunan
fasilitas
kesehatan baru yaitu di UP XII
Sambikerep.
3.

Pembangunan Rumah Sakit di Surabaya


Barat dalam waktu dekat, dimaksudkan
untuk memenuhi standard pelayanan
kesehatan dari pemerintah untuk
masyarakat, khususnya masyarakat
menengah
ke
bawah.
Lingkup
pelayanannya, diutamakan kawasan
Surabaya Barat, serta kawasan Gresik
Selatan sebagai pengembangan lingkup
pelayanan. Walaupun begitu, tetap
diperhitungkan
untuk
melayani
konsumen kelas menengah, yang
nantinya diharapkan dapat memberi
masukan keuangan sebagai subsidi
silang
bagi
pelayanan
golongan
menengah ke bawah. Sedangkan dari
jenis layanan kesehatan, diutamakan
keberpihakan pada jenis layanan
kesehatan bagi masyarakat menengah
ke
bawah
(Askes,
dll)
hingga
masyarakat miskin kota (Kartu Gakin).

ISBN No. 978-979-18342-0-9

Rencana Fasilitas Persampahan


Pembangunan prasarana dan sarana
kebersihan persampahan skala kota
dilakukan dengan penyediaan prasarana
dan
sarana
penanganan
sampah
terpadu pada TPA Benowo yang
termasuk dalam UP XI Tambak Oso
Wilangon serta diupayakan mencari
lokasi baru pada UP I Rungkut dan/atau
pada UP II Kertajaya.
Kebutuhan fasilitas dan kebutuhan
ruang pada TPA baru adalah dibatasi
oleh luas lahan yang tersedia dan
teknologi pengelolaan sampah yang
dipergunakan. Berdasarkan ketentuan
yang ada, luas TPA dibatasi hingga 50
Ha, sehingga teknologi yang dipakai
akan disesuaikan dengan luas yang
tersedia.
Pemilihan
teknologi
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis
fasilitas yang dibutuhkan.

25

Ir. Tri Rismaharini, MT

TPA bisa dijadikan Pusat Studi sehingga


tiap saat bisa menerima kemajuan
teknologi yang siap diaplikasikan
sekaligus sebagai kontrol teknologi
yang diterapkan. Dan tidak menutup
kemungkinan bisa menjadi Pusat
Penelitian bagi para ilmuwan Indonesia
yang peduli dengan masalah sampah,
sehingga bisa ditemukan metode
metode baru yang sesuai dengan
kondisi dan karakteristik sampah di
Indonesia
umumnya
maupun
di
Surabaya khususnya.

pembangunan Stadion Surabaya Barat


di Kecamatan Pakal akan memberikan
efek positif dalam perkembangan
kawasan. Akan terdapat beberapa
kegiatan ikutan sehingga kawasan tidak
secara sporadis akan berubah. Selain
pembangunan Stadion Surabaya Barat
juga akan dilengkapi dengan kawasan
rekreasi dan konservasi. Selain itu juga
terdapat kawasan permukiman baru
untuk mendukung rencana ini. Salah
satu
kendala
dalam
rencana
pembangunan ini adalah keberadaan
TPA Benowo dimana akan mengganggu
kualitas lingkungan yang ada di sekitar
kawasan. Dengan demikian diperlukan
pengelolaan sampah di TPA dengan
menggunakan sistem sanitary landfill
serta perlu adanya sabuk hijau
(greenbelt) yang mengelilingi kawasan
TPA untuk mereduksi bau yang berasal
dari kawasan TPA ini.

Dengan diadakan Buffer Zone berupa


penanaman tumbuhan bakau maka
penghijauan akan menjadi lebih baik
dan menghilangkan kesan bahwa TPA
bukan merupakan daerah kumuh yang
bau tetapi bisa menjadi indah dan tidak
bau.
4.

5.

Rencana Fasilitas Seni dan Budaya


Pembangunan fasilitas umum berupa
ruang serbaguna, gedung pertemuan
serta fasilitas kesenian dan budaya
dilakukan untuk penyediaan fasilitas
yang dapat mewadahi aktifitas sosial
kemasyarakatan
serta
mendukung
terwujudnya aktualiasai budaya lokal.

Berkaitan dengan pengendalian lingkungan


di wilayah perencanaan pembangunan, maka
aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan
didalam
perencanaan
pengendalian
lingkungan meliputi:
a. Optimalisasi penggunaan ruang adalah
merupakan salah satu cara didalam
meningkatkan nilai ekonomi dan sosial
lahan
wilayah
perencanaan.
Pertimbangan pengarahan pemanfaatan
lahan
dititikberatkan
kepada
pertimbangan ekonomi, sosial, strategis
dan politis dari suatu kawasan di
samping pertimbangan teknis dan
biaya.
b. Pengendalian
dan
pemeliharaan
terhadap kondisi air tanah, dilakukan
dengan memperluas bidang resapan
melalui pemeliharaan dan pengendalian
ketat pada kawasan yang direncanakan
sebagai Ruang Terbuka Hijau dan
rekreasi air serta penanaman pohon.
c. Pengendalian terhadap penggunaan
lahan dan pengendalian garis sempadan
jalan/bangunan khususnya disepanjang
jalan utama kota serta jalan-jalan
lainnya
yang
dianggap
strategis
terhadap sistim transportasi kawasan.
d. Pengendalian terhadap kebersihan dan
kesehatan lingkungan khususnya yang
berkaitan dengan sanitasi permukiman,
persampahan, dan air bersih.

Rencana Fasilitas Olah Raga


Pengembangan
dan
peningkatan
fasilitas olah raga yang telah ada
dilakukan dengan mempertahankan
fungsi dan meningkatkan kualitasnya
baik pada fasilitas olah raga berupa
ruang terbuka / lapangan olah raga
maupun gedung tertutup yaitu pada UP
II Kertajaya, UP IV Dharmahusada, UP
VII Wonokromo dan UP VIII Satelit.
Pembangunan fasilitas olah raga baru
dilakukan dalam skala kota dan
regional
berupa
ruang
terbuka/lapangan olah raga dan/atau
tertutup yaitu pada UP XIII Sambikerep.
Pengembangan kawasan stadion di
kawasan Surabaya Barat sebagai pusat
orientasi akan berdampak pada pola
pengembangan penggunaan lahan di
sepanjang koridor yang menjadi akses
utama tersebut. Kondisi ini telah
diantisipasi dengan memberikan arahan
peruntukan
lahan
sebagaimana
tertuang dalam RDTRK Tambak Oso
Wilangon.
Adanya
rencana

ISBN No. 978-979-18342-0-9

26

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya,


Antara Problem Dan Solus

e.

Peningkatan kesadaran lingkungan bagi


seluruh
penduduk
yang
akan
menempati
wilayah
perencanaan,
khususnya
terhadap
kesehatan,
keamanan dan kenyamanan lingkungan
pemukiman.

air permukaan (surface drain) yang pada


konsep
drainase
perkotaan
adalah
secepatnya membuang air tersebut ke badan
air.
Untuk
maksud
tersebut
selain
memperbanyak pintu-pintu air di hilir sungai
serta pengerukan sedimen di boezem
maupun saluran, pemerintah kota juga
berusaha menahan air permukaan tersebut
untuk dapat dapat dimanfaatkan sebagai air
resapan dengan membangun mini boezem.
Kegiatan
lain
untuk
memecahkan
permasalahan drainase tersebut yaitu antara
lain rehabilitasi/ peningkatan saluran
drainase
/gorong-gorong,
serta
pembangunan saluran-saluran tepi jalan.

Pengendalian tersebut dilakukan untuk


mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
struktur dan pola pemanfaatan ruang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah. Pengendalian
pemanfaatan ruang
dilakukan
secara
terpadu melalui upaya-upaya pencegahan
dan penanganan masalah antara lain melalui
proses perizinan pemanfaatan ruang,
pengawasan dan penertiban.

8.

9.

RENCANA SISTEM PEMATUSAN

Penulis mengucapkan terima kasih kepada


panitia Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Prasarana Perkotaan 2008 yang telah
mengundang kami sebagai keynote speaker
dan
memberikan
kesempatan
untuk
berpartisipasi aktif dalam seminar tersebut.

8.1. Permasalahan Drainase Kota Surabaya


Kota Surabaya merupakan kota yang terletak
di
kawasan pesisir pantai
sehingga
permasalahan yang drainase perkotaan tidak
terlepas dari pasang surut air laut. Selain itu
permasalahan lain terletak pada saluransaluran yang ada saat ini masih berfungsi
sebagai
saluran
irigasi.
Dari
sisi
pembangunan kawasan, saat ini para
pengembang perumahan masih mengabaikan
luasan yang difungsikan sebagai badan air
untuk resapan air.

10. DAFTAR ACUAN


Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah 2006 2010
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Surabaya
Dephub. (1997), Studi Surabaya Intregated
Transportation Network Planning, yang
dilaksanakan
oleh
Departmen
Perhubungan Jakarta

8.2. Pemecahan Permasalahan


Dalam mengatasi permasalahan drainase
perkotaan Pemerintah Kota Surabaya akan
melakukan Manajemen Air. Manajemen Air
dilakukan untuk tetap dapat memanfaatkan

ISBN No. 978-979-18342-0-9

UCAPAN TERIMA KASIH

27

Anda mungkin juga menyukai