Anda di halaman 1dari 17

A.

PENGERTIAN PENELITIAN EKSPERIMEN


Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan jika kita
melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?.
Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di control secara
ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang
dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono : 2010).
Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di
dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebabakibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam
rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang
dikenakan perlakuan.
Menurut Yatim Riyanto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain,
penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok
eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan
kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi
penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel
eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan
sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan
sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat
(causal-effect relationship). Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan misalnya, seorang
mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung berhasil dalam menyelesaikan mata
kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu jika dilakukan pada kondisi yang dikontrol
dengan teliti, maka apa yang akan terjadi?. Disamping itu, penelitian eksperimen dilakukan oleh
peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel terhadap satu atau
variabel terikat dapat diidentifikasi.

B. KARAKTERISTIK PENELITIAN EKSPERIMEN


Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua jenis penelitian lainnya
adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel bebas untuk mengetahui efeknya terhadap
variabel terikat. Variabel yang dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sudah ditetapkan
secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga variabel perlakuan,
variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang dimanipulasi secara sistematis

dalam eksperimen. Contoh variabel bebas adalah metode pembelajaran, ienis-jenis penguatan,
frekuensi penguatan media pembelajaran, iingkungan belajar, mater pembelajaran, jumlah
kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel terikat (disebut iuga variabel kriteria atau
variabel dependen) adalah variabel yang diukur sebagai akibat adanya perlakuan terhadap variabel
bebas. Contoh variabel terikat dalam penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa,
kesiapan belajar siswa, kemandirian belajar, dan/atau skor tes.
Menurut Christensen (1988), penelitian eksperimen memiliki beberapa ciri khas, yaitu:
a. Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan menetapkan perlakuan,
kontrol. dan pengacakan.
b. Adanya kelompok pergendali sebagai pembanding bagi kelompok eksperimen.
c. Mengendalikan variansi untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan
hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi
hasil eksperimen. juga meminimalisir variansi kekeliruan. termasuk kekeliruan pengukuran.
Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam kelompok perlakuan dan
kelompok pengendalian juga dilakukan secara acak.
d. Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui apakah manipulasi
benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang dicapai.
e. Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan ketergeneralisasian
hasil eksperimen.
Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas dua
bentuk, yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di luar laboratorium. Eksperimen di
laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi tertentu
untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar laboratorium (juga
disebut eksperimen lapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan hasil eksperimen
dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya di kelas atau di masyarakat.
Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen diluar laboratorium adalah
bentuk eksperimen yang paling banyak dilakukan, karena mempunyai beberapa keunggulan,
misalnya:
a. lebih mudah dalam pemberian perlakuan;
b. memungkinkan untuk melakukan eksperimen pada kondisi yang sebenarnya;
c. hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik.
Sedangkan kelemahan utamanya adalah sulit untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang
mengancam validitas internal dan validitaseksternal hasil eksperimen.
Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat cocok untuk
mendalami masalah yang berkaitandengan pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu
pendidikan. Dalam pelaksanaan eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan variabelvariabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen. Namun
karena
ketatnya
pengendalian
terhadap
variabel-variabel
luar,
sehingga
hasil
eksperimen iniadakalanya tidak memungkinkan untuk diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:

1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai
pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan
yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan
sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau
membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variable.
3. Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui
apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel
lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu :
1. Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous
management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random
(acak).
2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan
kelompok eksperimen.
3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi
variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel
pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan
penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk
kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta
penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat
studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan
penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang
sama.
6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja
dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan
dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel kontrol disini
adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel control inilah yang akan menjadi standar
dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan terjadi akibat perbedaan perlakuan
yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi yang sengaja dilakukan dalam penelitian
eksperimen. Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan
melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti menerapkan
perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah
terjadi (Observasi).
Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik
penelitian eksperimen adalah antara lain :

1. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang
dikenai perlakuan eksperimental.
2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok
3. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity).

C. PENGENDALIAN VALIDITAS INTERNAL


TERHADAP PENELITIAN EKSPERIMEN

DAN

VALIDITAS

EKSTERNAL

Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas
yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting
eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan
eksternal.
Untuk meyakinkan bahwa desain penelitian eksperimen layak untuk pengujian hipotesis
penelitian, maka dilakukan pengendalian terhadap validitas internal dan validitas eksternal.
1. Validitas Internal
Pengendalian terhadap validitas internal dimaksudkan agar hasil penelitian
yang diperoleh dapat mencerminkan hasil pelakuan yang diberikan dan dapat digeneralisasikan ke
populasi
pensampelan. Pengendalian validitas internal darisuatu desain penelitian sangat dibutuhkan
agar
hasil penelitian yang diperoleh benar-benar rnerupakan akibat dari pelakuan yang diberikan.
Beberapa variabel yang mengancam validitas internal sehingga harus dikendalikan dalam penelitian
eksperimen adalah:
a. Ciri khas subyek. Beberapa ciri khas subyek yang mempengaruhi hasil eksperimen adalah: umur,
jenis kelamin, kecakapan. intelegensi, status sosial ekonomi, agama, kemampuan membaca.
kematangan, dan lain-lain. pada suatu eksperimen mungkin saja kelompok-kelompok subjek yang
dikenal perlakuan kebetulan, mempunyai ciri khas yang berbeda, sehingga hasil yang dicapai
menjadi berbeda yang disebabkan oleh ciri khas yang berbeda tersebut, bukan karena hasil
perlakuan. Ciri khas responden dapat dikendalikan melalui pemilihan secara acak, melalui
pengunaan kelompok yang setara, dan/atau melalui pemilihan kelas paralel yang mempunvai ciri
khas yang sama sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Lokasi. Ancaman lokasi penelitian terjadi karena pemilihan lokasi penelitian yang berbeda, baik dari
segi ketersediaan fasilitas belajar, kemampuan mengajar guru tingkat kecerdasan siswa, ataupun
faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Pengaruh lokasi penelitian antara lain
dapat dikendalikan melalui pemilihan sekolah-sekolah yang memiliki kualifikasi yang sama, kelas
yang memiliki fasilitas dan kondisi ruang belajar yang sama, dan kelas yang memiliki siswa yang
memiliki kemampuan yang setara
c. Instrumentasi. Penggunaan instrumen penelitian ada kalanya juga dapat mengancam validitas
internal hasil perlakuan. Beberapa ancaman yang terkait dengan instrumentasi, antara lain:
penggunaan instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel, penggunaan instrumen, yang berbeda
pada kelompok-kelompok subyek penelitian, pengujian yang dilakukan pada waktu yang berbeda,

penskoran yang tidak obyektif. perbedaan kecemasan subyek terhadap tes, dan/atau pengumpul
data yang berpihak pada kelompok tertentu. Pengaruh instrumentasi dikendalikan dengan cara
menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, penggunaan instrumen yang sama pada kelompok
- kelompok
subyek
penelitian,
pengujian
dilakukan
bersamaan pada kelompokkelompoksubyek
penelitian, penskoran secara obyektif, dan/atau penggunaan pelaksana
eksperimen yang tidak berpihak pada kelompok-kelompok tertentu.
d. Pengujian. Dalam penelitian eksperimen ada kalanya dilakukan dua kali tes, yaitu tes awal dan tes
akhir. Pemberian tes awal ini mungkin akan mendorong siswa untuk lebih berhati-hati, lebih
responsif terhadap perlakuan, lebih termotivasi untuk belajar, atau sebagian subyek yang kuat
ingatannya mungkin masih tetap mengingat jawabannya pada tes awal terutama pada penggunaan
tes awal dan tes akhir yang sama, akibatnya akan mempengaruhi hasil yang dicapai pada
tes akhir, apapun jenis perlakuan yang diberikan.
e. Sejarah. Hal ini dimaksudkan sebagai semua kejadian di luar perlakuan yang muncul bersamaan
dengan pelaksanaan eksperimen sehingga sangat mungkin hasil eksperimen akan terganggu atau
terkotori oleh adanya kejadian tersebut. Pengaruh sejarah dikontrol melalui pengacakan dan
melalui pemberian perlakuan dalam jangka waktu yang sama.
f. Kematangan. Manusia pada umumnya selalu rnengalami perubahan. Perubahan itu berkaitan
dengan proses kematangan, baik biologis maupun psikologis. Dengan bertambahnva kematangan
pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian, maka perubahan
yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan
proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan. Variabel ini dapat dikendalikan
antara lain dengan cara pengacakan subyek dan/atau melalui pemberian perlakuan dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama, namun masih memenuhi persyaratan penelitian, sehingga subyek
penelitian tidak sampai mengalami perubahan fisik dan mental yang dapat mempengaruhi hasil
perlakuan.
g. Sikap subyek. Cara subyek dalam menanggapi dan terlibat dalam penelitian akan dapat mengancam
validitas internal hasil perlakuan. Hal ini biasa dikenal dengan pengaruh "hawthome". Jika suatu
kelompok subyek mengetahui statusnya sebagai kelompok eksperimen maka mungkin mereka akan
berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang lebih baik, atau sebaliknya mungkin akan
besikap tidak perduli terhadap
perlakuan itu sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan
kemampuan mereka yang sebenarnya. Akibatnya hasil yang dicapai dalarn kondisi seperti ini tidak
akan valid secara internal. Pengaruh hawthome ini dikontrol dengan tidak memberitahukan status
subyek sebagai kelompok eksperimen, melaksanakan eksperimen sesuai dengan kondisi apa adanya,
dan/atau dengan menggunakan guru yang sudah dikenal siswa sehingga pembelajaran tetap
berjalan sebagaimana mestinya.
h. Kehilangan subyek. Ancaman ini terjadi apabila dalam proses pelaksanaan eksperimen beberapa
anggota kelompok keluar karena alasan-alasan tertentu, misalnya: sakit, pindah sekolah, tidak
mengikuti tes akhir, dan/atau tidak menjawab instrumen pengukuran. Keluarnya anggota kelompok
ini mungkin akan mempengaruhi hasil eksperimen. Misalkan subyek yang keluar pada kelompok
eksperimen memiliki skor rendah pada tes awalmaka pada tes akhir rata-rata kelompok eksperimen
akan meningkat bukan karena hasil perlakuan tetap; karena keluamya beberapa subyek yang
mempunyai skor rendah.

i. Regresi statistik. Regresi statistik disebut juga menurun ke rata-rata adalah suatu fenomena yang
kadang-kadang terjadi sebagai akibat dari penetapan subyek eksperimen berdasarkan skor tertinggi
dan skor terendah pada tes awal. Pada kenyataannva, subyek yang memperoleh skor tertinggi pada
tes awal akan cenderung menurun. (mendekati rata-rata) pada tes akhir, sebaliknya subvek yang
memperoleh skor terendah pada tes awal akan cenderung meningkat (mendekati rata-rata) pada tes
akhir. Peningkatan atau penurunan skor ini mungkin disebabkan oleh antara lain: kesalahan
pemilihan subyek, penggunaan instrumen yarg berbeda antara tes awal dan tes atau tes akhir,
dan/atau penggunaan instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel. untuk mengatasi masalah ini
maka peneliti perlu berhati-hati dalam memillki subyek penelitian serta menggunakan instrumen
yang yang valid dan relabel, baik pada tes oval ataupun pada tes akhir.
j. Harapan pelaksana eksperimen. Karena satu dan lain hal, pelaksana
eksperimen, secara sadar
atau tidak sadar sangat mungkin, mempunyai
pengharapan tertentu atas berhasilnya
eksperimen. Akibat dari adanya
harapan ini sangat mungkin tanpa sadar yang bersangkutan
memberikan
kuncikunci keberhasilan kepada subjek eksperimen. Akibatnya, hasil eksperimen akan dikotori
oleh pengaruh harapan pelaksana eksperimen tersebut. Cara mengatasinya adalah menggunakan
pelaksana eksperimen yang tidak tahu atau tidak sadar kalau dia sedang melakukan eksperimen.
k. Pemilihan subyek. Dalam pemilihan subyek penelitian mungkin terjadi kesalahan. Kemampuan
awal kelompok yang satu mungkin berbeda dengan kemampuan awal kelompok lainnya. Akibatnya,
validitas internal hasil eksperimen akan terancam akibat dari perbedaan kemampuan awal tersebut.
Ancaman ini dapat diatasidengan pemilihan subyek yang benar-benar setara,
misalnya pemilihan subyek secara acak atau melalui penggunaan kelompok yang sepadan.
l. Interaksi kematangan dan seleksi. Ancaman ini sering terjadi pada desain eksperimen semu, dimana
kelompok-kelompok yang diteliti diambil apa adanya tanpa melalui pengacakan (misalnya kelas yang
sudah terbentuk disekolah). Kendatipun pada tes awal beberapa kelas yang dibandingkan
mempunyai rata-rata kemampuan yang setara, namun jika tingkat kematangan suatu kelas lebih
cepat dari kelas lainnya maka hal ini kemungkinan akan menyebabkan perbedaan hasil akhir
perlakuan. Jika hal ini tidak dikendalikan maka hasil penelitian ini menjadi tidak valid secara internal.

2. Validitas Eksternal
Validitas ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan
kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke populasi yang lain
pada waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi
beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
1. Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda pada
setiap perlakuan karena mengikuti prates.
2. Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara acak
sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal.

3. Spesifisitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan generalisabilitas
dari desain eksperimental yang digunakan.
4. Pengaturan Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana
penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
5. Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih dari
satu perlakuan dalam pergantian.
6. Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti
mempengaruhi hasil penelitian.
Pengendalian terhadap validitas eksternal dimaksudkan agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau diberlakukan ke situasi lain yang belum diteliti. Validitas eksternal ini terdiri atas
validitas populasi dan validitas ekologis. Validitas populasi berarti suatu hasil penelitian
dapat digeneralisasikan kepada populasi pensampelan atau kepada populasi lain yang memiliki ciri
khas yang sama meskipun populasi itu belum diteliti. Validitas ekologis berarti suatu hasil peneliti
harus menguraikan secara lengkap tentang kondisi pelaksanaan eksperimen itu, sehingga para
pembaca dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen itu dapat diterapkan ke situasi lain.
Pengendalian terhadap validitas ekologis meliputi:
a. Pengaruh perlakuan ganda, dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama atau hanya
dengan memberi satu perlakuan kepada masing-masing kelompok subyek;
b. pelaksana dan subyek yang mengetahui status mereka dalam eksperimen (hawthome
effect); dikontrol dengan tidak memberitahukan keterlibatan pelaksana dan subyek
dalam eksperimen dan/atau pelaksanaan eksperimen disesuaikan dengan kondisi yang sebenamya,
c. pengaruh ciri khas pelaksana eksperimen dikendalikan dengan menggunakan pelaksana yang
sama atau yangmemiliki kemampuan yang setara sebagai pelaksana eksperimen, baik pada
kelompok eksperimen, ataupun pada kelompok kontrol;
d. pengaruh tes awal dikendalikan dengan cara memberikan tes awal yang sama antara Kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dan/atau jika memungkinkan tidak memberikan tes awal,
e. pengaruh ujian akhir dikendalikan dengan menggunakan instrumen, yang benar-benar mewakili
materi ajar dan ujian itu sendiri dilaksanakan sesegera mungkin setelah menberikan perlakuan.
Untuk memastikan bahwa penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka keseluruhan
ancaman validitas di atas harus dikendalikan oleh peneliti. Teknik yang dilakukan sangat
beragam, tergantung kebutuhan dan jenis ancaman yang muncul. Bila ancaman-ancaman
ini diabaikan, sangat mungkin hasil penelitian tidak valid dan tidak memberikan kesimpulan
yang berarti.

D. DESAIN EKSPERIMEN
Desain penelitian mempunyai dua batasan, yaitu secara luas dan secara sempit. Secara
sempit berarti penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel sehingga diperoleh
gambaran keterkaitan antara variabel. Sedangkan secara luas berarti semua proses yang diperlukan

dalam penelitian, yang bermula dari penemuan ide sampai dengan pengujian hipotesis dan
pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian tersebut.
Dikenal sejumlah desain penelitian eksperimen, yang dibagi dalam tiga kelompok besar,
yaitu: desain praeksperimen, desain eksperimen mumi, dan desain eksperimen semua.
1.

Desain Pra eksperimen (Pre- Experimental Designs (Nondesigns))


Desain ini merupakan desain yang paling lemah karena tidak menggunakan variabel kontrol
dan hanya satu variabel. Tidak adanya kelompok kontrol menyebabkan peneliti akan kesulitan untuk
memastikan sejauh mana efektivitas perlakuan yang diberikan. Desain pra eksperimen terdiri atas:
a.

Desain Studi Kasus Satu Kelompok (One-Shot Cose Study)

Desain ini hanya menggunakan satu kelompok tanpa tes awal. Kelemahan utama desain
ini adalah, karena tidak menggunakan kelompok pengendalian tanpa tes awal, maka pelaksana
eksperimen tidak dapat beranggapan bahwa hasil akhir yang dicapai disebabkan oleh perlakuan.
Contoh desain studi kasus satu kelompok adalah sebagai berikut:
Desain studi kasus satu kelompok
Kelompok

Perlakuan

Tes akhir

Eksperimen

Desain ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena tidak memiliki validitas internal. Skor
minat belajar yang dicapai siswa pada tes akhir mungkin saja disebabkan oleh variabel lain di luar
perlakuan yang diberikan.
b.

Desain satu kelompok tes awal-akhir (One- Group Pretest-Posttest Design)

Desain ini menggunakan satu kelompok subyek yang diberi tes awal dan-tes akhir. Contoh
desain satu kelompok tes awal-akhir adalah sebagai berikut:
Desain satu kelompok tes awal- akhir
Kelompok
Eksperimen

Tes Awal
Y1

Perlakuan Tes akhir


X

Y2

Kelemahan utama desain ini adalah karena tidak menggunakan kelompok kontrol, sehingga
peneliti tidak dapat beranggapan bahwa perubahan skor yang terjadi pada tes awal dan tes akhir
disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Namun selalu ada kemungkinan bahwa variabel luarlah
yang menyebabkan sebagian atau keseluruhan perubahan tersebut. Dengan demikian maka desain
ini juga tidak memiliki validitas internal.
c.

Desain perbandingan dua kelompok statis (Intact-Group Comparison)

Desain ini mengunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan yang berbeda.
Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak (misalnya diambil kelas yang telah terbentuk)
namun diasumsikan memiliki kemampuan yang setara dalam semua aspek yang relevan, yang

berbeda hanyalah didalam pemberian perlakuan. Contoh desain perbandingan dua kelompok statis
adalah sebagai berikut:
Desain perbandingan dua kelompok statis
Kelompok acak

Perlakuan

Tes akhir

Eksperimen

X1

Y1

Kontrol

X2

Y2

Adanya kelompok kontrol menyebabkan desain ini dapat mengontrol ancaman beberapa
variabel luar, misalnya: sejarah, kematangan dan regresi statistik.
d.

Desain dua kelompok statis tes awal-akhir.


Desain ini menggunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan berbeda dan diberi tes awal
dan tes akhir. Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak (intact group) namun
diasumsikan memiliki kekemampuan yang setara. Contoh desain dua kelompok statis tes awalakhir adalah sebagai berikut :
Desain dua kelompok statis tes awal-akhir
Kelompok acak

Tes Awal

Perlakuan

Tes akhir

Eksperimen

Y1

X1

Y1

Kontrol

Y2

X2

Y2

Adanya tes awal dan kelompok control menyebabkan desain ini memiliki beberapa kelebihan
dibanding dengan desain pra eksperimen lainnya, yaitu memungkinkan untuk mengontrol ancaman
beberapa variabel luar, seperti: ciri khas subyek, sejarah,kematangan, dan regresi statistik. Namun
disisi lain, penggunaan tesawal juga sekaligus menyebabkan peneliti sulit untuk mengontrul efek
dan pengujian.
2. Desain Eksperimen Murni (Tru-Experimental design)
Perbedaan utama antara desain eksperimen murni dengan desain lainnya adalah adanya
penagacakan subyek baik pada kelompok eksperimen ataupun pada kelompok kontrol. Sementara
itu, pengacakan subyek penelitian merupakan teknik yang paling tepat untuk mengontrol ancaman
ciri khas subyek terhadap validitas internal hasil penelitian.
Terdapat beberapa desain eksperimen murni yang sering digunakan dalam penelitian
pendidikan, diantaranya adalah desain tes akhir dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir dua
kelompok diacak, desain tes awal-akhir dipadankan dan diacak, desain empat kelompok solomon
diacak.

a.

Desain Tes Akhir Dua Kelompok Diacak (Pottest-Only Control Design)

Desain ini merupakan salah satu desain eksperimen yang paling kuat tetapi paling
sederhana. Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara acak dan masing-masing
kelompoak diberi perlakuan yang berbeda. Pengacakan subyek menyebabkan desain ini sangat baik
dalam mengontrol beberapa ancaman validitas internal, seperti: ciri khas subyek, kematangan, dan

regresi statistik. Disamping itu karena pengujian hanya dilakuakan pada akhir perlkuan maka desain
itu juga sangat baik dalam mengontrol pengaruh pengujian
Desain tes akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak

perlakuan

Tes Akhir

Eksperimen

X1

Y1

Kontrol

X2

Y2

Namun demikian, desain ini memiliki beberapa keterbatasan dalam mengontrol beberapa
ancaman terhadap validitas internal, misalnya : kehilangan subyek, pengaruh pengujian, pengaruh
instrumentasi, pengaruh sejarah dan pengaruh sikap subyek.
b.

Desain Tes Awal-Akhir Dua kelompok diacak (Pretest-posttest control group design)

Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara acak dan dan masingmasing kelompok dites sebanyak dua kalo, yaitu diiberi tes awal sebelum perlakuan dan tes akhir
setelah perlakuan. Pengjian dilakukan secara bersamaan kepada kedua keloompok tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak

Tes awal

Perlakuan

Tes akhir

Eksperimen

Y1

X1

Y2

Kontrol

Y2

X2

Y2

Kekuatan utama desain ini terletak pada pengacakan, yang menjamin adanya kesamaan
stastistik antara kedua kelompok itu sebelum eksperimentasi. Namun penggunaan tes awal
menyebabkan validitas hasil perlakuan terancam oleh pengaruh iteraksi tes denagn perlakuan,
pengaruh pengujian, dan pengaruh instrumentasi.
c.

Desain Dua Kelompok Dipadankan Dan Diacak.

Untuk mendapatkan dua kelompok subyek yang benar-benar setara maka dalam desain
penelitian memungkinkan pula untuk digunakan teknik pemadanan dan pengacakan subyek
penelitian secara bersamaan. Subyek dibuat sepadan dlam satu atau lebih variabel ysng diukur,
misalnya IQ, sikap, motivasi, atau skor membaca. Sudah barang tentu variabel yang dipadankan itu
adalah variabel yang berdasarkan penelitian terdahulu, teori dan/atau pengalaman peneliti
berkorelasi signifikan dengan variabel terkaiat.
Setelah dilakukan pemadanan maka pasangan-pasangan subyek yang sepadan dimasukan
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak. Desain eksperimen sepert ini sangat
cocok diterapkan pada dua desin eksperimen murni yang telah dibahs sebelumnya yaitu: desain tes
akhir dua kelompok diacak dan desasin tes awal-akhir dua kelompok diacak. Hasil modifikasi kedua
desain tersebut sebagai berikut:
Desain tes akhir dua kelompok dipadankan dan diacak

Pengelompokkan

Perlakuan

Tes akhir

Dipadankan dan diacak

X1

Y1

Dipadankan dan diacak

X2

Y2

Desain tes awal akhir dua kelompok dipadankan dan diacak


Tes awal

Pengelompokan

Perlakuan

Tes akhir

Y1

Dipadankan dan diacak

X1

Y2

Y2

Dipadankan dan diacak

X2

Y2

Dua kelemahan utama dan teknik pemadanan ini adalah


1. Sangat sulit untuk memadankan lebih dari dua variabel sehingga adakalanya peneliti hanya
memadankan variabel-variabel tertentu yang berpengaruh sangat signifikan terhadap variabel
terikat.
2. Untuk membuat kesepadanan maka sejumlah subyek yang tidak memiliki padanan tidak akan
diikutsertakan, sehingga sampel penelitian akan berkurang.

d.

Desain Empat Kelompok Solomon Diacak (The Solomon Four-Group Design.)

Desain ini berusaha untuk mengatasi pengaruh tes awal. Penempatan subyek dalam setiap
kelmpok subyek dilakukan secara acak. Dua kelompok diberikan tes awal dan dua kelompok lainnya
tidak. Satu kelompok yang diberi tes aawal dan satu kelompok lainnya yang tidak diberi tes awal
dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan dua kelompok lainnya dijadikan sebagai
kelompok kontrol.
Desain empaat kelompok solomon diacak

Kelompok acak

Tes awal

Perlakuan

Tes Akhir

Eksperimen

Y1

X1

Y2

Kontrol

Y3

X2

Y4

Eksperimen

X3

Y5

Kontrol

X4

Y6

Dalam desain ini terlihat bahwa :


1.

Penempatan subyek pada semua kelompok diacak

2.
3.
4.
5.
6.

Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen


Satu kelompok eksperimen diberi tes awal (y1)
Dua kelompok seagai kelompok kontrol
Satu kelompok kontrol diberi tes awal (y3)
Semua kelompok diberi tes akhir (y2,y4.y5.y6)

Desain ini menggabungkan dua desain eksperimen murni yang dibahas sebelumnya. Dua
kelompok pertama menunjukan desain tes awal-akhir dua kelompok diacak sedangkan dua
kelompok berikutnya menunjukan desain tes akhir dua kelompok diacak.
Desain empat kelompok solomon sangat cocok untuk mengontrol ancaman validitas internal
seperti telah dibahas sebelumnya. Namun kelemahan utama desain ini adalah membutuhkan
banyak sampel untuk dimasukan kedalam empat kelompok penelitian, juga membutuhkan banyak
waktu dan tenaga untuk memberikan perlakuan pada keempat kelompok tersebut.

3.

Desain Faktorial (Factorial Design)


Beberapa desain yang telah dibahas sebelumnya merupakan desain yang hanya menggunakan
variabel tunggal. Dalam desain-desain tersebut, peneliti memanipulasi satu variabel bebas untuk
mendapatkan eveknya terhadap variabel terkait. Namun dalam kasus gejala sosial yang lebih rumit
biasanyaterdapat beberapa variabel yang saling berinteraksi secara simultan, sehingga usaha untuk
membatasi kajian hanya satu variabel tertentu akan sama artinya dengan penyederhanaan situasi
sosial yang seharusnya jauh lebih kompleks. Variabel bebas itu sendiri mungkin berinteraksi dengan
variabel lainnya, sehingga penelitian yang dicapai dari desain satu variabel tunggal mungkin tidak
memberikan arti yang signifikan. Sebagai contoh, koeefektifan metode pembelajaran tertentu
mungkin tergantung pada sejumlah variabel, misalnya tingkat kecerdasan siswa, keperibadian guru,
kondisi ruang kelas, dan sebagainya. Pengajaaran terprogram misalnya, mungkin lebih efektif bagi
siswa yang kurang cerdas daripada siswa yang cerdas. Desain satu variabel tunggal tidak akan dapat
mengungkapkan pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kecerdasan
tersebut.
Informasi yang diberikan terhadap suaatu eksperimen dapat ditingkatkan secara nyaata dngan
cara menegaskan efek simultan dari dua atau lebih variabel bebas dengan menggunakan desain
faktorial. Dalam desain faktorial dua atau lebih variabel bebas dimanipulasi secara simultan untuk
menyelidiki pengaruhnya terhadap variabel terkait, disamping itu juga pengaruh yang disebabkan
oleh interaksi antara beberapa variabel itu sekaligus dapat diukur melalui desain faktorial ini.
Dalam desain faktorial peneliti memungkinkan untuk memanipulasi hanya satu variabel bebas
namu dengan mengontrol variabel-variabel atribut yang mempengaruhi variabel bebas itu.
Beberapa contoh variabel atribut yang dikontrol itu adalah umur, jenis kelamin, kecerdasan, sikap,
motivasi, presepsi, status sosial ekonomi, dan debagainya. Penggunaan variabel atribut dalam desain
eksperimen faktorial dimaksud untuk meningkatkan keakuratan dan ketergeneralisasian hasil
penelitian.
Dalam desain faktorial, fariabel eksperimen dan variabel atribut biasanya dibagi atas beberapa
level. Contoh desaim faktorial 2x2 ( 2 level variabel eksperimen dan 2 level variabel atribut, sebagai
berikut

Variabel

Variabel eksperimen

Atribut

(A)

jumlah

(B)

Perlakuan A1

Perlakuan A2

Level B1

A1B1

A2B1

B1

Level B2

A1B2

A2B2

B2

jumlah

A1

A2

Berdasarkan desain faktorial 2x2 tersebut peneliti dapat menentukan :


1.

Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (A) terhadap variabel terikat tanpa
mempertimbangkan pengaruh variabel tersebut.

2.

Pengaruh utama (main effect) variabel atribut (B) terhadap variabel terkait tamoa
mempertimbangkan pengaruh variabel eksperimen

3.

Pengaruh ineraksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel atribut (B) terhadap variabel terikat

4.

Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masing-masing level variabel atribut B
(B1,B2,B3)

5.

Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap maing-masing level variabel atribut B
(B1,B2,B3)
Dalam desain fariabel eksperimen faktorial memungkinkan pula bagi peneliti untuk
memanipulasi lebih dari satu variabel bebas secara bersamaan. Contoh : desain faktorial 2x2 yang
memanipulasi dua variabel bebas adalah sebagai berikut
Variabel

Variabel eksperimen

Eksperimen

(A)

jumlah

(B)

Perlakuan A1

Perlakuan A2

Perlakuan B1

A1B1

A2B1

B1

Perlakuan B2

A1B2

A2B2

B2

Jumlah

A1

A2

Melalui desainini dapat diuji :


1.

Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (A) terhadap variabel terkait tanpa
mempertimbangkan pengaruh variabel eksperimen (B)

2.

Pengaruh utama (main efect) variabel eksperimen (B) terhadap variabel terikat tanpa
mempertimbangkan variabel eksperimen (A)

3.

Pengaruh interaksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel eksperimen (B) terhadap variabel
terkait

4.

Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masing-masing level variabel


eksperimen B n(B1 dan b2)

5.

Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap masing-masing level variabel


eksperimen B (B1 dan b2)
Desain faktorial dapat diperluas menjadi desain eksperimen yang lebih rumit yaitu dengan
melibatkan lebih dari dua variabel bebas, misalnya desain fariabel 2x2x2. Angka-angka dalam desain
ini menunjukan banyaknya lefel variabel bebas yang dilibatkan. Jadi desain eksperimen faktorial
2x2x2 berarti digunakan tiga variabel bebas yang memiliki 2 level, 2 level dan 2 level.
Secara teoritis dalam desain fakatorial dapaat dilibatkan variabel bebas berapapun banyaknya
dengan level yang bervariasi pula dan dengan menggunakan rangan faktorial yang lebih rumit.
Hambatan yang mungkin ditemui peneliti jika menggunakan desain faktorial yang lebih kompleks
adalah akan kesultan dalam mengatur subyek dalam kelompok-kelompok penelitian serta analisis
statistiknya akan menjadi rumit. Namun dengan demikian, dengan menggunakan desain faktorial ini
maka memungkinkan bagi peneliti untuk ;

1.

Menguji pengaruh interaksi antara fariabel bebas terhadap fariabel terkait, menguji pengaruh
utama (main effect) variabel bebas terhadap variabel terkait, dan menguji pengaruh sederhana
(simple effect) masing-masing level variabel bebas terhadap variabel terkait.

2.

Penggunaan beberapa variabel bebas dengan level yang berbeda menyebabbkan variabel-variabel
tersebut saling mengintrol antara satu dengan yang lainnya, sehingga hasial pengujian hipotesis
penelitian menjadi lebih akurat.

3.

Dalam sekali eksperimen dapat menjawab lebih banyak masalah dibandingkan dengann jika hanya
menggunakan desain eksperimen satu variabel tunggal.

4.

Desain Eksperimen Semu


Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Dalam kondisi tertentu kadang- kadang tidak memungkinkan untuk memilih dan menempatkan
subyek penelitian secara acak kedalm kelompok-kelopok eksperimen. Kendatipun sebenarnya
pengacakan itu sendiri merupakan cara terbaik untuk menendalikan variabel-variabel luar yang
mengnacam validitas internal-eksternal hasil eksperimen. Dalam kondisi seperti ini, desain
eksperimen yang dapat dipilih adalah desain desain eksperimen semua. Dengan demikian maka
desain eksperimen semua dapat digunakan apabila ;

1.

Tidak memungkikan untuk mendapatkan subyek secara acak pada kelompok-kellompok penelitian

2.

Dipastikan bahwa kelompok-kelompok yang akan dilibatkan dalam penelitian memiliki kemampuan
awal yang setaara terutama terkait dengan variabel yang diteliti dan variabel lain yang
mempengaruhinya

3.

Tidak memungkinkan untuk mengontrol sebagian atau sebagian besar variabel-variabel luar yang
mengancam validitas internal-eksternal asil penelitian.
Berdasarkan pada penjelasan ini maka pada umumnya penelitian eksperimen dalam pendidikan
yang menggunakan kelas yangtelah terbentuk sebagai subyek penelitian dapaat dikategorikan svagai
eksperimen semua. Walaupun untuk mendapat kelas itu telah dilakukan pengavcakan dari beberapa

kelas yang ada, namun jika yang menjadi unit analisis penelitian adalah siswa (bukan kelas ) maka
tetap digolongkan sebagai dedsain eksperimen semu. Beberapa contoh desain eksperimen semu
yang dapaat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah :
a.

Desain tes awal-akhir dua kelompok tanpa acak


Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih tanpa acak (tidak memungknkan untuk
diacak, misal kelas) karena tanpa acak maka harus dipastikan bahwa kedua kelompok itu memiliki
kemampuan awal yang setera. Pasa desai ini, masing=masing kelompok dites sebanyak dua kali,
yaitu dari tes awal sebelm perlakuan dan tes akhir setelah perlakuan. Pengujian dilakukan secara
bersamaan kepada kedua kelompok tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok tanpa acak
Kelompok tanpa
Acak

Tes awal

Perlakuan

Tes akhir

Eksaperimen

Y1

X1

Y2

kontrol

Y1

X2

Y2

Kelemahan utama desain ini tidak adanya pengacakan sehingga beberapa ancaman
terhadap validitas internal tidak dapat dikontrol seperti : perbedaan karena seleksi dan regresi
stastistik. Demikian pula pengguna tes awal menyebabkan validitas eksperimen terancam oleh
pengaruh interaksi tes dengan perlakuan, pengaruh peengujian, dan pengaruh instrumentasi.

b.

Desain seri waktu


Desain ini merupakan perluasan desain tes awal-akhir satu kelompok. Bedanya pada desain seri
waktu ini subyek diberi tes awal lebih dari satu kali. Pemberian tes awal dan tes akhir seharusnya
tidak lebih dari empa kali agar tidak menimbulkan kebosanan bagi subyek penelitian. Sedangkan
pengaruh pelakuan dilihat dari ada tidaknya perbedaan hasil tes sebelum dan setelah perlakuan
Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi pretest
sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum
di beri perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya berbeda-beda, berarti
kelompok tersebut labil, dan konsisten.
O1 O2 O3 O4 X O 5 O6
O7 O8

Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6 =
O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7 O8) (O1 + O2 + O3 + O4).

Desain eksperimen seri waktu satu kelompok


Tes awal
Y1

Y2

Y3

Perlakuan
Y4

Tes Akhir
Y5

Y6

Y7

Y8

Desain eksperimen seri waktu dua kelompok


Tes Awal

Perlakuan

Tes Akhir

Y1

Y2

Y3

Y4

X1

Y5

Y6

Y7

Y8

Y1

Y2

Y3

Y4

X2

Y5

Y6

Y7

Y8

Desain seri waktu satu kelompok dapat pula diperluas dengan menggunakan kelompok
kontrol. Penggunaan kelompok kontrol pada desain ini akan dapar mengatasi kelemahan desain
yang pertama, seperti ancaman sejarah dan regresi statistik. Namun pengujian beberapa kali pada
kedua desain ini menyulitkan untuk mengndalikan efek pengujian, instrumentasi,interaksi tes
dengan perlakuan, dan/atau sikap subyek.

c.

Desain berimbang
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik
kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih
dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan
perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
Desain berimbang merupakan cara lain untuk menyetarakan kelompok-kelompok subyek
penelitian. Dalam desainini semua kelompok diberi perlakuan yang sama dalam waktu yang berbeda
selama masa eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan cara membandingkan rataraata skor tes akhir pada masing-masing perlakuan. Dalam hal ini dengan membandingkan rata-rata
skor akhir tes semua kelompok pada perlakuan 1,2,dan 3. Desain ini efektif untuk mengendalikan
ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal, namun ancaman-ancaman pengaruh perlakuan
ganda terhadap validitas eksternal sulit untuk di kendalikan. Contoh desain berimbang adalah
sebagai berikut :
Desain berimbang tiga kelompok
Kelompok

Perlakuan

Tes

Perlakuan

tes

Perlakuan

tes

X1

Y1

X2

Y2

X3

Y3

X2

Y1

X3

Y2

X1

Y3

X3

Y1

X1

Y2

X2

Y3

Desain ini melibatkan tiga kelompok subyek, dimana:


1.

Kelompok A pada awalnya diberi perlakuan 1 diikuti oleh perlakuan 2 dan perlakuan 3. Pada akhir
masing-masing perlakuan diberi tes akhir

2.

Keelompok B pada awalnya diberi perlakuan 2 diikuti oleh [perlakuan 3 dan perlakuan 1. Pada akhir
masing-masing perlakuan diberi tes akhir.

3.

d.

Kelompok C pada awalnya diberi perlakuan 3 diikuti oleh perlakuan 1 dan perlakuan 2. Pada akhir
masing-masing perlakuan diberi tes akhir.

Desain subyek tunggal


Desain subyek tunggal merupakan adaptasi daari desain seri waktu. Bedanya, pada desai subyek
tunggal hanya melibatkan satu subyek, sehingga data hanya diperoleh dari subyek itu dalam satu
periode waktu tertentu. Contah desain eksperimen subyek tunggal sebagai berikut :
Desain eksperimen subyek tunggal
a.

Desain A-B

Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 X4

Y1 Y2 Y3 Y4

Periode perlakuan

Periode tanpa perlakuan

(B)

(A)
a.

A-B-A

Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 X4

Y1 Y2 Y3 Y4

Y1 Y2 Y3 Y4

Periode perlakuan

Periode tanpa perlakuan

Periode tanpa
perlakuan

A
a.

A-B-C

Y1 Y2 Y3 Y
4
Periode
tanpa
perlakuan

Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 X
4

Y1 Y2 Y3 Y
4

Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 X
4

Periode perlakuan

Periode
tanpa
perlakuan

Periode perlakuan

Pada periode tanpa perlakuan subyek penelitian dites beberapa kali samapai diperoleh hasil yang
konsisten. Pada periode perlakuan, subyek penelitian diberi perlakuan beberapa kali yang diikuti
dengan tespada setiap akhir perlakuan. Jika ditemukan adnya peningkatan hasil yang dicapai setiap
akhir perlakuan maka eksperimen itu dapat dikatakan efektif. Untuk lebih meyakinkan sejumalah
efektifitas perlakuan yang diberikan maka siklus perlakuan dan tanpa perlakuan dapat diulangi
beberapa kali seperti terlihat dalam desain A-B-A dan A-B-A-B pada tabel diatas.

Anda mungkin juga menyukai