terhadap obat. -Mencakup 4 proses yaitu : 1) Absorpsi (A) 2) Distribusi (D) 3) Metabolisme (M) 4) Ekskresi (E) M dan E biasanya disebut eliminasi obat.
Merupakan proses masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam peredaran darah. Bisa di sal cerna, kulit, paru, otot, dll. Sebagian besar secara difusi pasif melalui Barier absospsi. Karena barrier absopsi merupakan lipid bilayer maka obat harus mempunyai kelarutan lemak (setelah larut dalam air) Mengikuti hukum Fick : hanya bentuk non ion yang mempunyai kelarutan lemak yang dapat berdifusi sedang bentuk ion tidak.
Zat yang sukar berdifusi memerlukan suatu transporter
membran. 2 jenis transporter : - tranporter untuk efflux atau eksport obat disebut ATP-Binding Cassette (ABC) Transporter, ada 2 yi : Pglikoprotein untuk kation anorganik dan zat hidrofobik dgn BM 200-1800 dan multidrug resistence protein untuk anion hidrofobik dan kunyugat. Proses ini memerlukan energi (ATP) sehingga disebut transpor aktif. -transporter untuk uptake obat, yi Organic Anion Transporting Polipeptide utk anion organik, kation organik besar dan zat netral yang hidrofobik serta konyugat. Organic Anion Transporter untuk anion organik lipofilik. Organic Cation Transporter utk kation kecil yang hidrofilik. Proses terjadi karena perbedaan elektrokemikal dan tidak memerlukan energi.
Transporter untuk makanan yg bisa berikatan dn obat :
- Transporter oligopeptida utk peptida kecil. - Transporter asam amino untuk asam amino. - Transporter nukleotida - Transportet nukloesida - Transporter glukosa Tempat transporter : - dinding usus utk absorpsi (OATP) dan ekskresi (Pgp n MRP). - Hati dan empedu utk uptake (OATP, OAT, OCT) dan sekresi (Pgp dan MRP). - Tuulus ginjal uptake dan sekresi - Sawar darah otak (Pgp, MRP) mengeluarkan obat hidrofobik dari otak. - Sawar darah cerebrospinal, sawar uri, sawar darah testes. - Membran sel kanker : P-gp.
Dalam darah obat diikat oleh protein plasma dgn
berbagai ikatan lemah. Protein Plasma : - Albumin yang punya 2 tempat ikatan. - glikoprotein mengikat obat basa. - Corticosteroid binding globulin. - Sex steroid binding globulin utk hormon kelamin. Obat + Protein OP Ikatan OP ini kuat untuk obat yg bersifat lipofil, lemah utk hidrofil. Ini menjamin distribusi obat lipofil. Karena obat lipofil bebas akan segera berdifusi keluar pembuluh darah
Interaksi pergeseran protein.
Karena terbatasnya tempat berikatan. Obat yg tinggi konsentrasinya dapat menggeser obat lain dari sistem OP. obat yang digeser kemudian menjadi obat bebas yng keluar dari pembuluh darah menmbulkan efek farmakologi atau dieliminasi tubuh. Syarat obat yg digeser : - Ikatan protein tinggi 85% artinya kadar obat bebes rendah, kalau digeser kadar obat bebas naik bermakna. - Volume distribusi kecil 0.15 L/kg. obat yang mempunyai Vd kecil adalah obat2 asam. - Margin of safety (batas keamanan obat) sempit. Peningkatan kadar dalam plasma secara klinik bermakna.
Terutama terjadi di hati, selain itu dapat terjadi
di dinding usus, kulit, ginjal, paru, darah, otak juga terjadi di lumen kolon oleh flora usus. Tujuan : mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekresi dari tubuh. Perubahan ini membuat obat menjadi inaktif. Tetapi juga ada yang jadi aktif (dari prodrug), kurang aktif ataupun menjadi toksik.
2 fase reaksi metabolisme :
- Fase I:biasanya berupa reaksi oksidasi, reduksi atau hidrolisis. Mengubah obat menjadi lebih polar. - Fase II : reaksi konyugasi dengan subtrat endogen yi asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat, asam amino. Menjadi sangat polar dan hampir selalu tidak aktif. Obat dapat mengalami salah satu reaksi fase atau keduanya. Obat yang mempunyai gugus polar biasanya langsung reaksi fase II. Hasil reaksi Fase I juga bisa dianggap cukup polar untuk langsung diekskresikan melalui ginjal. Reaksi Fase I yang terpenting : oksidasi oleh enzim cytochrome P450 (CYP) . Total 70% CYP ada di hati. Reaksi Fase II yang terpenting : glukoronidasi oleh enzim UDPglukoronil tansferase (UGT). Terdapat di mikrosom hati, usus halus, ginjal, paru dan kulit. Reaksi konyugasi lain terjadi di sitosol
Jika enzim metabolisme mengalami kejenuhan dalam
kisaran dosis terapi, pada peningkatan dosis obat maka akan terjadi lonjakan kadar obat dalam plasma yang disebut Farmakokinetik non linear. Interaksi dalam metabolisme disebabkan karena induksi atau inhibisi enzim metabolisme. Terutama oleh CYP Induksi, terjadi peningkatan produksi enzim sehingga terjadi kecepatan metabolisme obat, akibatnya diperlukan peningkatan dosis obat yang diberikan. Ini disebut toleransi farmakokinetik. Inhibisi atau hambatan secara langsung diakibatkan karena terbentuknya subtrat yang menghambat enzim, utk mencegah terjadi toksisitas maka diperlukan penurunan dosis bahkan tdk boleh diberikan langsung bersama penghambatnya. Hambatan bisa secara kompetitif oleh subtrat, atau non kompetitif oleh bukan subtrat.
Polimorfis genetik adalah perbedaan kecepatan metabolisme
obat akibat perbedaan ras adan suku bangsa. Terjadi karena perbedaan produksi enzim akibat genetik. Metabolime akan terganggu pada pasien yang berpenyakit hati seperti sirosis, hati berlemak dan kanker hati. Bisa mengurangi metabolisme obat 30-50% sehingga bioavaibilitas meningkat 2-4 kali pada obat yang mengalami metabolisme lintas pertama (di hati). Metabolisme juga terganggu dengan adanya penyakit yang mengurangi perfusi hati seperti gagal jantung dan syok (gagal jantung juga mengurangi volume distribusi obat) Enzim-enzim metabolisme Fase I dan II mengalami kematangan setelah tahun pertama kehidupan, kecuali enzim UGT untuk bilirubin (UGT1A1) mencapai nilai dewasa pada dekade kedua kehidupan. Enzim UGT1A1 sangat defesien pada bayi prematur dan bayi baru lahir, jika di beri sulfa menyebabkan hiperbilirubinemin dan kernikterus atau gray sindrome jika dapat terapi kloramfenikol.
Organ terpenting : ginjal. Dieksresikan dalam bentuk utuh atau
metabolitnya. Melalui 3 proses : filtasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus. filtrasi akan menghasilkan ultrafiltrasi yi plasma minus proteinobat bebas terfiltrasi. Sekresi aktif dari darah ke lumen tubulus terjadi melalui transporter membran Pgp dan MRP. Ada kompetisi asam dan basa organik untuk disekresi. ini dimanfaatkan untuk pengobatan infeksi sal.kemih. Reabsorpsi pasif untuk bentuk nonion obat yang larut lemak tergantung dari pH larutan. Di tubulus distal juga terdapat transporter utk reabsopsi aktif obat dan zat endogen tertentu ke dalam darah.
Gangguan fungsi ginjal akan mengurangi ekskresi. Penurunan
dosis karena hal ini bisa dihitung dengan menghitung kreatinin klirens. Ekskresi kedua terpenting adalah empedu, dengan bantuan transporter membran Pgp dan MRP mensekresi aktif obat dan metabolit ke dalam empedu menuju usus dan keluar bersama faeses. Obat dan metabolit yang larut lemak bisa direabsorpsi di usus, disebut siklus enterohepatik. Dapat memperpanjang efek obat misalnya obat kontrasepsi oral. Ekskresi di paru terutama untuk eliminasi gas anestetik umum. Ekskresi di ASI, saliva, keringat dan air mata secara kuantitatif tidak penting, bergantung dari difusi pasif dari bentuk nonion yg larut lemak dan pH. Eksresi melalui ASI biarpun sedikit, berpengaruh penting menimbulkan efek pada bayi yang menyusui.