DISUSUN OLEH :
NAMA : ENY NOPI LESTARI
NIM : PO.62.20.1.12.061
KELAS : REG.XV B
A. Pengertian
Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu drajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa
dialysis atau transplantasi ginjal. Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi
dengan etilogi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage)
penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas
dasar LFG (Laju Filtrasi Glomerulus ),yang dihitung dengan mempergunakan rumus
Kockcroft-Gault sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat
Penjelasan
90
meningkat
60 89
30 59
15 29
15 atau dialisis
Gagal ginjal
vaskular
(penyakit
pembuluh
tubulointerstitial
(piolonefritis
Rejeksi kronik
Keracunan obat (siklosforin/takrolimus )
A. Etiologi
Gagal ginjal kronik ( chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak
mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup.
Kerusakan pada kedua ginjal ini ireversibel. Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih,
kerusakan vascular akibat diabetes mellitus, dan hipertensi yang berlangsung terus menerus
dapat mengakibatkan pembentukan jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi
ginjal secara progresif.Penyebab utama end-stage renal disease (ESRD) adalah diabetes
mellitus (32%), hipertensi (28%), dan glomerulonefritis (45%) CRF berbeda dengan ARF
pada CRF, kerusakan ginjal bersipat progresif dan ireversibel. Progresi CRF melewati empat
tahap yaitu penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal, dan end-stage renal
disease .
B. Patofisiologi
Patofiologi penyakit ginjal pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya,
tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan
masa ginjal mengakibatkan hipertofi structural dan fungsional nefron yang masih tersisa
(surviving nephrons) sebagai upaya konpensasi, yang diperantai oleh molekul vasoaktif
seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang di
ikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang
masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif,
walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktifitas aksis
reninangiotensis-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis dan progesifitas tersebut. Aktifitas jangka panjang aksis reninangiotansis-aldosteron, sebagai diperantai oleh faktor keturunan seperti transforming growth
factor (TGF-). Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya
progresifitas Penyakit kronik adalah albulminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.
Terdapat variabilitas interinvidual untuk terjadinya sklerosis dan fibroisis glomerulus
maupun tubulointerstitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik,terjadi kehilngan daya cadang ginjal
(renal risetve), pada keadaan manabasa LFG masih normal ataua malah meningkat.
Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif,
yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG
sebesar 60 %, pasien masih belum merasakan keluhan atau asimtomatik, tapi sudah terjadi
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi
keluhan pada pasien seperti, nonturia, badan lemah, mual-mual, nafsu makan kurang,dan
penurunan berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30% , pasien memperlihatkan gejala dan
tanda uremia yang nyata seperti, anemia peningkatkan tekanan darah , gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritis, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun infeksi
salran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia,
gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15%
akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan
komplikasi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialysis atau
transpalantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
C. Manifestasi Klinis
Penyebab
Tanda/gejala
Parameter pengkajian
System hematopoietik
Eritropoietin menurun
hematokrit
Perdarahan
Trombositopenia
hemoglobin
Trombositopenia
Ekimosis
hitung trombosit
ringan
Perdarahan
hematemesis dan
Kegiatan trombosit
menurun
melena
System kardiovaskular
Hipervolemia
tanda vital
Mekanisme
Hipertensi
berat badan
reninangiotensin
Anemia
Takikardia
elektrokardiogram
Hipertensi kronik
Disritmia
auskultasi jantung
Gagal jantung
pemantauan elektrolit
kongestif
cairan pericardium
Perikarditis
asidosis metabolic
Takipnea
pengkajian pernafasan
Toksin uremik
Pernapasan
Paru uremik
System pernafasan
Mekanisme
kompensasi untuk
kussmaul
Halitosis uremik
darah arteri
atau fetor
Sputum yang
lengket
Suhu tubuh
meningkat
Hilar pneumonitis
Perubahan kegiatan
trombosit
Edema paru
Ketidakseimbangan
System gastrointestinal
elektrolit
Anoreksia
hematokrit
hemoglobin
Perdarahan
gastrointestinal
kaji feses
Distensi abdomen
Diare dan
Sistem neurologi
Toksin uremik
Ketidakseimbangan
konstipasi
elektrolit
perpindahan cairan
kesadaran; letargi,
elektroenseflogram
bingung, stupor,dan
keseimbangan
Absorpsi kalsium
Kejang
menurun
Tidur terganggu
Ekskresi fosfat
Asteriksis
menurun
Kulit
refleks
koma
Sistem skeletal
Perubahan tingkat
tingkat kesadaran
Osteodistrofi ginjal
Rickets ginjal
Nyeri sendi
Pertumbuhan lambat
elektrolit
fosfor serum
kalsium serum
Anemia
Pigmentasi
Kelenjar keringat
mengecil
Kegiatan kelenjar
perhatikan garukan
lemak menurun
Pucat
Eksresi sisa
Pigmentasi
metabolisme melalui
Pruritus
kulit
Ekimosis
Lecet
Uremic frosts
System perkemihan
pada anak
pada kulit
Kerusakan nefron
Haluaran urine
Elektrolit serum
berkurang
Protenuria
Sistem reproduksi
Abnormalitas
dalam urine
hormonal
Anemia
Menstruasi
Hipertensi
Hematokrit
Malnutrisi
Hemoglobin
Infertilitas
Libido menurun
Disfungsi ereksi
Amenorea
Lambat pubertas
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran klinis
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi :
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari
b. Sindrom uremia
c. Gejala komplikasinya
2. Gambaran laboratori
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin
serum , dan penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus
Kockcroft-Gault
c. Kelainan bikimiawi darah
3. Gambaran radiologis
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi :
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)
3. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Perencanaan tatalaksana (action plan) penyakit ginjal kronik sesuai dengan
derajatnya dapat dilihat sebagai berikut :
Rencana tatalaksana
Terapi
penyakit
dasar,
kondisi
komorbid,
60 89
30 59
15 29
15
A. Pengkajian
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung jawab
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Kebiasaan buruk: menahan BAK, minum bersoda
c. Pembedahan
4.
5. Pemeriksaan fisik
a. Umum: Status kesehatan secara umum
b. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
c. Pemeriksaan fisik
Teknik pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Kulit dan membran mukosa
Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang
menyebabkan anemia. Tekstur kulit tampak kasar atau kering. Penurunan
turgor merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan
penumpukan cairan.
b) Mulut
Stomatitis, nafas bau amonia.
c) Abdomen
Klien posisi telentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya masa atau
pembengkakan, kulit mengkilap atau tegang.
d) Meatus urimary
Laki-laki: posisi duduk atau berdiri, tekan gland penis dengan memakai
sarung tangan untuk membuka meatus urinary. Wanita: posisi dorsal
rekumben, litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.
2) Palpasi
a) Ginjal
Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi
ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila
ragu karena akan merusak jaringan.
b) Kandung Kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi
ditensi urin. Palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilikus.
Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan
sensitif.
3) Perkusi
a) Ginjal
Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa
(1). Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostavertebral
(CVA), lakukan perkusi di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.
(2). Ulangi prosedur pada ginjal di sisi lainnya. Tenderness dan nyeri
pada
perkusi
merupakan
indikasi
glomerulonefritis
atau
glomerulonefrosis.
b)
Kandung kemih
(1). Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume
urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat
diperkusi sampai setinggi umbilikus.
(2). Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di
atas region suprapubik.
4) Auskultasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih
dan retensi cairan dan natrium
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.
3. Gangguan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
gangguan
status
metabolic,
Rasional
Pengkajian merupakan dasar dan data
dasar berkelanjutan untuk memantau
cairan
Kolaborasi :
Adenokortikosteroid, golongan
prednisone
Adenokortikosteroid, golongan
predison digunakan untuk menurunkan
proteinuri
Lakukan dialisis
Intervensi
Rasional
Menyediakan data dasar untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi
b. Pengukuran antopometrik
c.
Riwayat diet
b. Makanan kesukaan
c.
Hitung kalori
Depresi
Stomatitis
daging
makan
dihilangkan.
a.
Pembentukan edema
perlambatan penyembuhan
D. Evaluasi
1. berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
2. masukan nutrisi yang adekuat
3. integritas kulit baik
4. Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
5. Pasien mampu mengembangkan koping yang positif
6. pengetahuan pasien meningkat mengenai penyakit yang dideritanya.
Daftar pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC