Makalah Seminar Farmakognosi
Makalah Seminar Farmakognosi
Struktur
P. cuspidatum (root)
Dental cries, Streptococcus mutans and S. sobrinus (Ban SH.,
2010), neuroprotection against cerebral ischemia (Zhang D
et al., 2009)
Kesimpulan
BAB II
PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL
A. PENDAHULUAN
Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan,bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun menurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai norma yang
berlaku di masyarakat.
Permenkes No. 006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
1. Produksi: param, tapel, pilis, Cairan Obat Luar (COL) dan rajangan.
Usaha Kecil Obat Tradisonal (UKOT)
1. Penanggung Jawab: sekurang-kurangnya 1 tenaga teknis kefarmasian yg
memiliki Sertifikat Pelatihan CPOTB.
2. Produksi: semua bentuk sediaan OT, kecuali tablet & Effervescen.
3. Jika akan memproduksi sediaan kapsul dan/atau COD harus memiliki
Apoteker yang bekerja penuh, dan memenuhi CPOTB.
Industri Obat Tradisional (IOT):
1. Penanggung jawab sekurang-kurangnya 1 Apoteker
2. Produksi seluruh bentuk sediaan OT
Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA):
1. Penanggung Jawab: sekurang-kurangnya 1 Apoteker
2. Produksi ekstrak untuk obat tradisional dan suplemen makanan.
KELOMPOK
Jamu
PERSYARATAN
Fitofarmaka
B. PELUANG
Sumber daya hayati Indonesia sangat berlimpah (di darat dan laut) nomor 2
di dunia. Sumber daya laut akan menjadi perhatian pemerintah baru.
Jumlah penduduk Indonesia 240 juta orang pangsa pasar yang sangat besar.
Indonesia menjadi incaran untuk memasarkan produk-produk negara lain.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi (no 2 setelah Tiongkok) daya
beli masyarakat meningkat dan kesadaran terhadap pemeliharaan kesehatan
juga meningkat.
Kecenderungan masyarakat untuk back to nature dan produk jamu sudah
sangat dikenal masyarakat Indonesia lebih mudah diterima.
Saintifikasi Jamu (Permenkes No.003/2010) peluang OT dipakai dalam
pengobatan oleh dokter. Percontohan adalah Klinik Saintifikasi Jamu Hortus
Medicus di Tawang mangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
PERKEMBANGAN INDUSTRI OT
Industri Obat Tradisional (IOT):
1. Tahun 2003 15 industri
2. Tahun 2014 : 129 industri
Banyak industri farmasi yang membuat produk-produk OT menunjukkan pasar
OT menarik.
Dulu Industri Farmasi dengan Fasber, sekarang harus IOT.
UKOT dan UMOT tahun 2014 1.118 usaha.
C. TANTANGAN
Jamu dengan Bahan Kimia Obat (BKO), temuan BPOM 2011-2014 2,1%
dampak :
1. merusak image OT secara keseluruhan baik lokal maupun eksport.
2. Efek samping bagi kesehatan konsumen pemakai.
Produk Tanpa Ijin Edar/Ilegal, temuan BPOM 2011 2014 di sarana distribusi
(OT 9,07%, Suplemen 13,41%) dampak:
1. Kualitas, khasiat dan keamanan produk tidak bisa dipertanggung jawabkan
merugikan konsumen
Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) tahun 2011
meningkatkan kualitas dan keamanan produk OT.Hal ini menjadi tantangan
besar bagi industri / usaha OT, karena memerlukan biaya besar untuk
memenuhi standar CPOTB. Termasuk didalamnya dituntut kompetensi Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang baik. Agar tidak mematikan UMOT,UKOT
pedoman dibuat berbeda dengan IOT.
Rencana penerapan harmonisasi ASEAN di bidang OT industri OT negaranegara lain lebih siap. Sebagian pelaku usaha OT di Indonesia bersikap skeptis
keniscayaan yang harus dihadapi dengan memenuhi standar CPOTB ASEAN
agar industri OT tidak kalah bersaing dengan perusahaan negara lain.
Saintifikasi Jamu masih menjadi pro dan kontra di kalangan profesi dokter.
Keterlibatan Apoteker kurang.
D. PENUTUP
Peluang pengembangan obat tradisional masih sangat terbuka melalui industri
atau usaha OT yang sesuai.
Pelaku usaha, pemerintah, profesi Apoteker dan pemangku kepentingan yang
lain harus satu visi untuk menghasilkan produk-produk OT yang aman,
berkualitas dan berkhasiat untuk dikonsumsi masyarakat.
Dalam menghadapi pasar bebas, jadikan OT sebagai tuan rumah di negeri sendiri
dan tamu terhormat di negara lain.
BAB III
BIOTEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKU FARMASI
A. NATURAL PRODUCTS
Naturally occurring compounds that are end products of secondary metabolism;
often, they are unique compounds for particular organisms or classes of organisms.
Natural products are the chemical compounds found in nature that usually has a
pharmacological or biological activity for use in pharmaceutical drug discovery and drug
design.
1. Plants are a valuable source of a wide range of secondary metabolites,
pharmaceuticals,
agrochemicals,
flavours,
fragrances,
colours,
biopesticides and
food additives.
2. Over 80% of 30,000 known natural products are of plant origin.
3. Plants will continue to provide novel products as well as chemical models for new
drugs in the coming centuries, because the chemistry of the majority of plant
species is yet to be characterized
B. BIOTECHNOLOGICAL STRATEGIES FOR ENHANCED PRODUCTION OF SECONDARY
METABOLITES FROM MEDICINAL PLANTS (HERBAL).
Plant cell and organ cultures are useful for theproduction of biomasses and
bioactive compounds. Bioreactor based systems successes for producing
1. metabolites OF plant (Shohael et al., 2014)
2. foreign proteins (Huang & McDonald (2012).
C. totipotency
The ability of a plant cell to give rise to a whole plant through dedifferentiation
and redifferentiation. Two morphogenic pathways:
1. Organogenesis the formation of unipolar organs, and
2. Somatic embryogenesis the production of bipolar structures, somatic
embryos with a root and a shoot meristem
Organogenesis
This is the production of roots, shoots or leaves.
These organs may arise out of pre-existing meristems or out of differentiated
cells.
This, like embryogenesis, may involve a callus intermediate but often occurs
without callus.
8
explants
1. Single cells
2. Globular
3. Heart-shape
4. Torpedo-shape
5-6. Cotyledone-shape
7-8. Mini-plant
Perkembangan Embrionik
Working
volume (L)
Inoculums
Fresh Wt.
Dry Wt.
Saponin content
Total Saponin (g)
(mg/g-1 Dry Wt.)
(g)
5
20
520
48
5.6
0.3
20
90
2,294
212
5.8
1.2
500
2,500
58,500
5,800
6.0
34.8
*50,000
108,000
120,000
33.5
4,020.0
1,000
D. ADVANTAGES OF BIOREACTORS
Controlled supply independent of plant availability,
increased working volumes,
homogeneous culture due to mechanical or pneumatic stirring mechanism,
better control of cultural and physical environment, therefore easy optimization
of growth parameters such as pH, nutrient media, temperature, etc. for
achieving metabolite production,
reproducible yields of end product under controlled growth conditions,
enhanced nutrient uptake stimulating multiplication rates and yielding a higher
concentration of yield of bioactive compounds,
simpler and faster harvest of cells,
the opportunity to perform biosynthetic and/or biotransformation experiments
related to metabolite production with enzyme availability.
easier separation of target compounds because of lower complexity of extract,
better control for scale-up,
BAB IV
REGULASI KOSMETIK di INDONESIA
A. KOSMETIKA
Adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia seperti:
epidermis, contoh sediaan perawatan kulit
rambut, contoh shampoo, hair conditioner, pewarna rambut
kuku, contoh nail color
bibir, contoh lipstik
organ genital bagian luar, contoh feminine hygiene
gigi dan mukosa mulut, contoh pasta gigi, mouth wash
Bertujuan untuk ;
membersihkan,
mewangikan,
mengubah penampilan
memperbaiki bau badan
melindungi dan atau
memelihara tubuh pada kondisi baik
B. KRITERIA KOSMETIKA
Kosmetika yang diedarkan harus memenuhi kriteria:
a. Keamanan
Bahan kosmetika yang digunakan harus sesuai peraturan perundang-undangan dan
kosmetika yang dihasilkan tidak mengganggu atau membahayakan kesehatan
manusia.
b. Kemanfaatan
Tujuan penggunaan kosmetika harus sesuai dengan
klaim yang dicantumkan.
Klaim yg dicantumkan harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Persyaratan Keamanan
Kosmetik yang dipasarkan di Indonesia tidak boleh membahayakan kesehatan
manusia jika digunakan pada penggunaan normal atau pada kondisi normal produk
tersebut kemungkinan terpapar (reasonably foreseeable condition), misalnya
kemungkinan masuknya sampo kedalam mata. Setiap Bahan Kosmetika yang digunakan
dalam formula harus sesuai dengan daftar bahan dalam Peraturan Kepala Badan POM RI
nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetik
Herbal Cosmetic
Traditional herbal medicines provide an interesting, largely unexplored source
for development of potential new drugs.
The potential use of traditional herbal medicines for development of new skincare cosmetics has been emphasized recently
Herbs and spices have been used in maintaining and enhancing human beauty
because herbs have many beneficial properties, such as sunscreen, antiaging,
moisturizing, antioxidant, anticellulite, and antimicrobial effects
As compared with synthetic cosmetic products, herbal products are mild,
biodegradable, and have low toxicity profile
Ket ; Herbal Kosmetik dapat digunakan karena disebabkan Indonesia kaya akan
biodiversity, mengurangi ketergantungan produk sintetik, dan pengembangan
riset harus terfokus dengan bahan alam Indonesia
D. PENGUJIAN KEAMANAN PRODUK JADI KOSMETIKA
Suatu formula yang telah terbukti keamanannya maka dapat digunakan sebagai
referensi untuk produk lain dengan formula yang sama
Uji in vitro/in vivo dapat dilakukan untuk melengkapi informasi yang telah
tersedia dengan menggunakan referensi yang sesuai
Hasil pengujian produk seperti dermatologically tested, allergy tested,
opthalmologist tested, consumer test, uji fotosensitifitas
NO
1.
TANAMAN
Carica papaya
BAGIAN YG
DIGUNAKAN
KEGUNAAN/
Buah
(pepaya)
KANDUNGAN SENYAWA
INDIKASI
papain (getah). caricaksatin,
violaksantin karpasida, alkaloid
karpain, glukosida karpasida,
enzim proteolitik papain,
papayotin, damar, protein,
lemak, asam organik, protease,
enzim tenin. Karpalna (asam
alkaloid
2.
Aloe vera
Daun
(Lidah buaya)
Hair Care:
Moisturizer,shampoo
SC: Moisturizer, sun
screen, emollient
Anthranoids glycosides
(aloin A and B), aloesin and
aloeresin. phenylpyrone
glycosides, cinnamic acid, and
1-methyltetralin (leaf).
Pectins, polysaccharides
(glucomannan, galactan,
galacturonan, arabinan,
arabinorhamnogalactan),.
3.
Alpinia galangal
(Lengkuas)
Rimpang
NO
TANAMAN
Azadirachta
indica
(Nimba)
BAGIAN YG
DIGUNAKAN
KEGUNAAN/
Daun
Skin Care :
Antiseptic, reduce
dark spots,
antibacterial, skin
cleanser
KANDUNGAN SENYAWA
INDIKASI
Diterpenoids. triterpenoids : limonoids
(protomeliacin, azadirone and derivatives,
gedunin and derivatives,vilasinin, and C
secomeliacins, nimbin, salannin, and
azadirachtin).
DC : antibacterial,
dental carries
5.
Centella
asiatica
(Pegagan)
Herba
triterpenoid glycosides :
asiaticoside,madecassoside,Oligosaccharides
(meso-inositol and centellose),
polysaccharides,
(arabinogalactan), sterols (stigmasterol),
flavonoids (kaempferol, quercetin), and
polyphenols, essential oil (about 20%)
6.
Citrus
aurantium
(Jeruk nipis)
Kulit
BAB V
IMPLEMENTATION OF HERB MEDICINE
5. KELADI TIKUS
KANDUNGAN KIMIA : Phenylpropanoid glikosida, Sterol dan cerebrosida .
Triterpenoid yang didapat dari umbi keladi tikus digunakan sebagai antikanker,
terutama kanker darah (Harfia, 2006), Alkaloid, saponin, Flavonoid, Steroid
FARMAKOLOGI : Penelitian tentang aktivitas ekstrak keladi tikus terhadap sel
kanker yang dilakukan oleh Choon (2008) diperoleh kesimpulan bahwa senyawa
yang terkandung dalam ekstrak keladi tikus dapat menginduksi terjadinya
kematian sel kanker paru-paru (NCI-H23 Human Lung Cancer) dan menghambat
terjadinya proliferasi sel secara in vitro. Senyawa yang berperan dalam peristiwa
tersebut diduga adalah fitol yang bergabung dengan asam lemak (fatty acid).
Menurut Field C.J (2004), asam lemak dapat meningkatkan sistem imun dengan
cara meningkatkan proliferasi limfosit dan meningkatkan proses apoptosis sel
kanker.