BIOTEKNOLOGI
2014
A. Pengertian PCR
Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain
Reaction (PCR),
merupakan
suatu
proses
sintesis
enzimatik
untuk
misalnya
DNA
cetakan
yang
diperlukan
hanya
sekitar
5g,
PCR
merupakan
suatu
teknik
atau
metode
perbanyakan
molekular karena
relatif
murah
dan
hanya
memerlukan jumlah sampel yang kecil. PCR (Polimerase Chain Reaction) atau
reaksi berantai polimerase adalah suatu metode in vitro yang digunakan untuk
mensintesis
sekuens
tertentu
DNA
dengan
menggunakan
dua
primer
DNA cetakan
DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan. Fungsi
DNA templat di dalam proses PCR adalah sebagai cetakan untuk pembentukan
molekul DNA baru yang sama. Templat DNA ini dapat berupa DNA kromosom,
DNA plasmid ataupun fragmen DNA apapun asal di dalam DNA templat tersebut
mengandung fragmen DNA target yang dituju.
Reaksi pelipatgandaan suatu fragmen DNA dimulai dengan melakukan denaturasi
DNA template (cetakan) sehingga rantai DNA yang berantai ganda (double
stranded) akan terpisah menjadi rantai tunggal (single stranded). Denatirasi DNA
Oligonukleotida primer
Oligonukleotida primer, yaitu suatu sekuen oligonukleotida pendek (15
25 basa nukleotida) yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA. Primer
yang digunakan dalam PCR ada dua yaitu oligonukleotida yang mempunyai
sekuen yang identik dengan salah satu rantai DNA cetakan pada ujung 5-fosfat,
dan oligonukleotida yang kedua identik dengan sekuen pada ujung 3OH rantai
DNA cetakan yang lain. Proses annealing biasanya dilakukan selama 1 2 menit.
Setelah dilakukan annealing oligonukleotida primer dengan DNA cetakan, suhu
inkubasi dinaikkan menjadi selama 1,5 menit. Pada suhu ini DNA polymerase
akan melakukan proses polimerasi rantai DNA yang baru berdasarkan informasi
yang ada pada DNA cetakan. Setelah terjadi polimerasi, rantai DNA yang baru
akan membentuk jembatan hydrogen dengan DNA cetakan. DNA rantai ganda
yang terbentuk dengan adanya ikatan hydrogen antara rantai DNA cetakan dengan
rantai DNA yang baru hasil polimerasi selanjutnya akan didenaturasi lagi dengan
menaikkan suhu ingkubasi menjadi . Rantai DNA yang baru tersebut selanjutnya
akan berfungsi sebagai cetakan bagi reaksi polimerasi berikutnya.
Reaksi-reaksi seperti yang sudah dijelaskan tersebut diulangi lagi sapai 25
30 klai (siklus) sehingga pada akhir siklus akan didapatkan molekul-molekul
DNA rantai ganda yang baru hasil polimerasi dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah DNA cetakan yang digunakan. Banyaknya siklus
amplifikasi tergantung pada kosentrasi DNA target di dalam campuran reaksi.
Paling tidak, diperlukan 25 siklus untuk melipatgandakan satu kopin sekuen DNA
target di dalam genom mamalia agar hasilnya dapat dilihat secara langsung,
Campuran dNTP adalah larutan air pada pH 7,0 yang mengandung dATP, dCTP,
dGTP dan dTTP, masing-masing pada konsentrasi akhir baik 10mm atau 25mm.
dNTP yang siap digunakan merupakan solusi yang dirancang untuk menghemat
waktu dan untuk menyediakan reproduktifitas yang lebih tinggi dalam aplikasi
PCR dan lainnya.
4.
DNA Polimerase
Pada awal perkembangannya, DNA polymerase yang digunakan dalam
PCR adalah fragmen Klenow DNA polymerase I yang berasal dari Escherichia
coli (Mullis dan Fallona, 1989). Fragmen Klenow adalah DNA polymerase yang
telah dihilangkan aktivitas eksonuklease (5 3)-nya. Beberapa kelemahan
fragmen Klenow antara lain adalah bahwa enzim ini tidak tahan panas, laju
polemerase untuk menggabungkan nukleotida dengan suatu primer secara terusmenerus tanpa terdisosiasi dari komplek primer-DNA cetakan. Hampir semua
DNA polymerase mempunyai prosesivitas yang rendah sehingga akan terdisosiasi
dari komplek primer-DNA cetakan setelah menggabungkan kurang dari 10
nukleotida. Salah satu perkecualian adalah T7 DNA polymerase yang mampu
menggabungkan ribuan nukleotida tanpa terdisosiasi dari komplek primer-DNA
cetakan.
a.
yaitu suatu strain yang tidak mempunyai endonuklease retriksi TaqI. Taq DNA
polymerase tersusun atas satu rantai polipeptida dengan berat molekul kurang
lebih 95 kD. Enzim ini mempunyai kemampuan polimerasi DNA yang sangat
tinggi, tetapi tidak mempunyai aktivitas eksonuklease 3 5. Enzim ini paling
aktif pada pH9 (pada suhu 200 C) dan suhu aktivitas optimumnya sekitar750C
800C.
Kelebihan enzim Taq DNA polimerase adalah bahwa enzim ini tahan
terhadap suhu tinggi yang diperlukan untuk memisahkan rantai DNA cetakan.
Dengan kelebihan semacam ini maka tidak diperlukan penambahan enzim pada
tiap-tiap siklus PCR seperti yang harus dilakukan kalau enzim yang dig unakan
adalah fragmen Klenow DNA polymerase I (Gelfand dan White, 1990).
Kelebihan lain enzim Taq DNA polymerase adalah laju polimerasinya yang
sangat tinggi serta prosesivitasnya yang juga lebih tinggi disbanding dengan
fragmen Klenow.
aq DNA polymerase mempunyai suhu optimum yang tinggi untuk
sintesis DNA yaitu 5 0 . aktivitas spesifik enzim ini dalam mengga ungkan
nukleotida mencapai 150 nukleotida per detik per molekul enzim.
(half-time) aq DNA polymerase pada suhu 5
aktu paruh
Kenyataan semacam ini mempunyai implikasi penting karena fragmen DNA hasil
polimerasi dengan metode PCR dapet diligase dengan suatu plasmid vector
tertentu tanpa menggunakan enzim DNA ligase. Hal ini juga perlu diperhatikan
jika frag men DNA hasil PCR akan diligasikan dengan suatu plasmid dengan
metode ligasi pepat (blunt-ended ligation). Sebelum dilakukan ligasi , fragmen
DNA tersebut harus dibuat pepat/tumpul dengan menggunakan aktivitas
polymerase 5 3 fragmen Klenow.
Aktivitas Taq DNA polymerase dipengaruhi oleh kosentrasi ion
magnesium. Aktivitas Taq DNA polymerase mencapai maksimal pada
kosentrasi
0,8 mM. kosentrasi lebih tinggi dari 2,0 mM akan menghambat aktivitas Taq
DNA polymerase. Di samping itu, aktivitas enzim polymerase ini juga akan
menurun 20-30% jika kosenrasi total dNTP yang digunakan mencapai 4-6 mM.
b.
Enzim DNA polimerse lain yang juga dapat digunakan untuk melakukan PCR
adalah Tth DNA polimerse. Enzim ini diisolasi dari eubakteri thermofilik
Thermus thermophilus HB8. Tth DNA polimerse mempunyai prosesivitas yang
tinggi dan tidak mempunyai aktivitas eksonuklease 3 5. Enzim ini
menunjukkan aktivitas tertinggi pada pH 9 (pada suhu 25) dan suhu sekitar. Selain
aktivitas polymerase, enzim ini juga mempunyai aktiviatas transcriptase balik
(reverse transcriptase) intrinsik yang sangat efisien dengan adanya ion mangan.
Aktivitas trankriptase balik tersebut jauh lebih tinggi disbanding dengan aktivitas
serupa yang dimiliki oleh DNA polymerase I yang ada pada Escherichia coli
maupun pada Taq
Transkriptase PCR). Molekul cDNA yang diperoleh dari hasil reaksi transkripsi
balik dapat sekaligus diamplifikasi dengan menggunakan Tth DNA polimerse
dengan adanya ion . Enzim ini dapat dilakukan untuk melakukan RT-PCR
molekul RNA sampai ukuran 1000 pasangan basa.
c.
5 (aktivitas proof-
reading dalam proses sintesis DNA) yang dimiliki oleh Pwo DNA polymerase
meningkatkan ketepatan (fidelity) proses sintesis DNA sepuluh kali lebih tinggi
dibandingkan dengan ketepatan yang dimiliki oleh Taq DNA polymerase. Jika
Taq DNA polimerse digunakan untuk mengamplikasi sekuen DNA sepanjang 200
bp sebanyak satu juta kali maka kurang lebih 56% produk amplifikasinya akan
mangandung satu atau lebih kesalahan. Sebalikya, jika enzim Pwo DNA
polymerase yang digunakan untuk amplifikasi maka hanya 10% produk
amplifikasinya yang mengandung kesalahan. Ketepatan proses polimerasi DNA
secara in vitro merupakan salah satu parameter paling penting dalam PCR. Hal ini
terutama sangat penting jika DNA atau RNA cetakan yang digunakan hanya
berjumlah sangat sedikit.
Hasil amplifikasi menggunakan Pwo DNA polymerase adalah molekul DNA
dengan ujung pepat/tumpul (blunt-ended) sehingga dapat digunakan dalam proses
ligasi ujung tumpul secara langsung tanpa harus dilakukan modifikasi terhadap
ujung-ujung molekul DNA. Oleh karena sifat ketepatanya yang tinggi maka enzim
ini sangat berguna untuk aplikasi:
1) Cloning produk PCR
DNA polymerase lain yang dapat digunakan untuk PCR adalah Pfu DNA
polymerase dan Tli DNA polymerase. Pfu DNA polymerase diisolasi dari
Pyrococcus furiosis, mempunyai berat molekul 92 kD, aktif pada suhu
dan
diinkubasi pada suhu . Berat molekul enzim ini dalah 90 kD. Enzim juga
mempunyai aktivitas eksonuklease
5. PCR buffer dan konsentrasi Mg2+
Buffer standar untuk PCR tersusun atas 50mM KCl, 10mM Tris-Cl (pH8.3) dan
1.5mM MgCl2. Buffer standard ini akan bekerja dengan baik untuk DNA
template dan primer dengan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak optimum
dengan kombinasi yang lain. Produk PCR buffer ini terkadang dijual dalam
bentuk tanpa atau dengan MgCl2.
Konsentrasi ion magnesium dalam PCR buffer merupakan faktor yang sangat
kritikal, karena kemungkinan dapat mempengaruhi proses annealing primer,
temperatur dissosiasi untai DNA template, dan produk PCR. Hal ini disebabkan
konsentrasi optimal ion Mg2+ itu sangat rendah. Hal ini penting untuk preparasi
DNA template yang tidak mengandung konsentrasi chelating agent yang tinggi,
seperti EDTA atau phosphat. Ion Mg2+ yang bebas bila terlalu rendah atau tidak
ada, maka biasanya tidak menghasilkan produk akhir PCR, sedang bila terlalu
banyak ion Mg2+yang bebas akan menghasilkan produk PCR yang tidak
diinginkan.
B. Prinsip Kerja PCR
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode untuk amplifikasi
(perbanyakan) primer oligonukleotida diarahkan secara enzimatik urutan DNA
spesifik. Teknik ini mampu memperbanyak sebuah urutan 105-106-kali lipat dari
jumlah nanogram DNA template dalam latar belakang besar pada sequence yang
tidak relevan (misalnya dari total DNA genomik). Sebuah prasyarat untuk
memperbanyak urutan menggunakan PCR adalah memiliki pengetahuan, urutan
segmen unik yang mengapit DNA yang akan diamplifikasi, sehingga
oligonucleotides tertentu dapat diperoleh. Produk PCR diamplifikasi dari template
DNA menggunakan DNA polimerase stabil-panas dari Thermus aquaticus (Taq
DNA polimerase) dan menggunakan pengatur siklus termal otomatis (PerkinElmer/Cetus) untuk menempatkan reaksi sampai 30 atau lebih siklus denaturasi,
anil primer, dan polimerisasi. Setelah amplifikasi dengan PCR, produk ini
dipisahkan dengan elektroforesis gel poliakrilamida dan secara langsung
divisualisasikan setelah pewarnaan dengan bromida etidium.
PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik perbanyakan
(amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi
oleh dua buah primer oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai pembatas
daerah yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal yang urutannya komplemen
dengan DNA templatnya. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA
secara in vivo yang bersifat semi konservatif.
PCR memungkinkan adanya perbanyakan DNA antara dua primer, hanya
di dalam tabung reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke dalam sel (in vivo). Pada
proses PCR dibutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan
(templat) yang mengandung DNA-target (yang akan diamplifikasi) untuk
pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleosida
trifosfat (dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu,
kedua primer akan mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya
yang terletak pada awal dan akhir fragmen DNA target, sehingga kedua primer
terse ut akan menyediakan gugus hidroksil e as pada kar on 3. Setelah kedua
primer menempel pada DNA templat, DNA polimerase mengkatalisis proses
pemanjangan kedua primer dengan menambahkan nukleotida yang komplemen
dengan urutan nukleotida templat. DNA polimerase mengkatalisis pembentukan
ikatan fosfodiester antara OH pada kar on 3 dengan gugus 5 fosfat dN P yang
ditambahkan. Sehingga proses penambahan dNTP yang dikatalisis oleh enzim
DNA polimerase ini
3) Elongasi
Elongasi merupakan proses pemanjangan DNA. Dalam tahap extension
atau sintesis DNA, enzim polimerase bergabung bersama dengan nukleotida dan
pemanjangan primer lengkap untuk sintesis sebuah DNA utas ganda. Reaksi ini
akan berubah dari satu siklus ke siklus selanjutnya mengikuti perubahan
konsentrasi DNA.
Hasil sintesa DNA dalam satu siklus dapat berperan sebagai cetakan
(template) pada siklus berikutnya sehingga jumlah DNA target menjadi berlipat
dua pada setiap akhir siklus. Dengan kata lain DNA target meningkat secara
eksponensial, sehingga setelah 30 siklus akan menjadi milyaran amplifikasi DNA
target.
Ketiga tahap siklus tersebut diulang sesuai dengan jumlah siklus
amplifikasi. Pada siklus pertama dua untai tunggal DNA cetakan akan disalin
menjadi 2 DNA untai ganda. Pada siklus kedua, 2 DNA cetakan untai ganda
masing-masing akan bertindak sebagai cetakan sehingga pada siklus kedua
dihasilkan jumlah 4 DNA untai ganda. Pada siklus berikutnya akan dihasilkan
jumlah DNA secara eksponensial, dimana pada siklus ketiga DNA akan disalin
menjadi 8 kali, siklus ke 10 menjadi 1.024 kali, siklus 30 menjadi 1.073.741.824
dan seterusnya. Pada akhir siklus, DNA cetakan akan digandakan secara
eksponensial sehingga dihasilkan DNA dalam jumlah yang berlipat ganda hanya
dalam waktu yang relatif singkat sekitar 3-4 jam.
Umumnya, reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai ini, terjadi pada
suhu 72 oC. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan pada
sisi 3nya dengan penam ahan dN P yang komplemen dengan templat oleh DNA
polimerase.
Jika siklus dilakukan berulang-ulang maka daerah yang dibatasi oleh dua
primer akan diamplifikasi secara eksponensial (disebut amplikon yang berupa
untai ganda), sehingga mencapai jumlah copy yang dapat dirumuskan dengan
(2n)x. Dimana n adalah jumlah siklus dan x adalah jumlah awal molekul DNA.
Jadi, seandainya ada 1 copy DNA sebelum siklus berlangsung, setelah satu siklus,
akan menjadi 2 copy, sesudah 2 siklus akan menjadi 4, sesudah 3 siklus akan
menjadi 8 kopi dan seterusnya. Sehingga perubahan ini akan berlangsung secara
eksponensial. PCR dengan menggunakan enzim Taq DNA polimerase pada akhir
dari setiap siklus akan menye a kan penam ahan satu nukleotida A pada ujung 3
dari potongan DNA yang dihasilkan. Sehingga nantinya produk PCR ini dapat di
kloning dengan menggunakan vektor yang ditambahkan nukleotida T pada ujungujung
5-nya.
Proses
PCR
dilakukan
menggunakan
suatu
alat
yang
disebut thermocycler.
H. Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (Rt-Pcr)
RT-PCR merupakan singkatan Reverse Transcription Polymerase Chain
Reaction. Seperti namanya, proses RT-PCR merupakan bagian dari proses PCR
biasa. Perbedaanya dengan PCR yang biasa, pada proses ini berlangsung satu
siklus
tambahan
yaitu
adanya
perubahan
RNA
menjadi
cDNA
Salah satu metoda deteksi yang umum dilakukan adalah elektroforesis gen
agarosa.
J. Aplikasi PCR
Saat ini PCR sudah digunakan secara luas untuk berbagai macam kebutuhan,
diantaranya:
a.
Isolasi Gen
DNA makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat besar, DNA manusia
DNA Sequencing
Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA Sequencing,
metode yang umum digunakan saat ini adalah metode Sanger (chain termination
method) yang sudah dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy terminator, dimana
proses awalnya adalah reaksi PCR dengan pereaksi yang agak berbeda, yaitu
hanya menggunakan satu primer (PCR biasa menggunakan 2 primer) dan adanya
tambahan dideoxynucleotide yang dilabel fluorescent. Karena warna fluorescent
untuk setiap basa berbeda, maka urutan basa suatu DNA yang tidak diketahui bisa
ditentukan.
c.
Forensik
d.
Diagnosa Penyakit
Penyakit Influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi sedang
mewabah saat ini, bahkan satu fase lagi dari fase pandemi. Penyakit berbahaya
seperti ini memerlukan diagnosa yang cepat dan akurat. PCR merupakan teknik
yang sering digunakan. Teknologi saat ini memungkinkan diagnosa dalam
hitungan jam dengan hasil akurat. Disebut akurat karena PCR mengamplifikasi
daerah tertentu DNA yang merupakan ciri khas virus Influenza A (H1N1) yang
tidak dimiliki oleh virus atau makhluk lainnya.
Berdasarkan uraian diatas penemuan dan manfaat teknik PCR ini berdampak
sangat luas terhadap kemajuan sains dan teknologi secara umum yaitu antara lain
sebagai berikut:
Memperkuat gen spesifik sebelum diklon.
Membuat fragmen gen DNA secara berlimpah
Dapat mendeteksi DNA gen virus yang sulit untuk dideteksi
Dapat mendeteksi/ mendiagnosis DNA sel embrionik yang mengalami
kelainan Bidang
Sangat cepat, dapat memberikan hasil yang sama pada hari yang sama
Mudah di set up
Kelemahan
Interpretasi hasil PCR yang positif belum tervalidasi untuk semua penyakit
infeksi (misalnya infeksi pasif atau laten)
merupakan
suatu
proses
sintesis
enzimatik
untuk
suatu
teknik
atau
metode
perbanyakan