Anda di halaman 1dari 4

Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(2), pp.

105-108, April, 2014


Available online at http://library.stikesnh.ac.id
ISSN 2354-726X

TINGKAT KECEMASAN REMAJA KARENA PERUBAHAN FISIK PADA


USIA 13 15 TAHUN
Lifriyani Hana Tandirerung1, Hj. Siti Aminah2
1STIKES

Nani Hasanuddin Makassar


Poltekkes Kemenkes Makassar

ABSTRAK
Perubahan fisik pada remaja sangat penting karena perubahan fisik akan terjadi pada saat seorang
remaja mengalami masa dimana remaja mulai tumbuh dengan lebih cepat atau lambat dan mengalami
perubahan-perubahan pada bentuk tubuhnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
anatara lingkungan, dan status gizi dengan terjadinya perubahan fisik pada usia remaja di SMP Kristen Elim
Makassar. Jenis penelitian ini adalah Analitik Correlative dengan rancangan Cross Sectinal Study
menggunakan desain uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 0.05. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 53 orang Remaja yang didapatkan dengan menggunakan teknik Total Sampling. Hasil Analisis
data menunjukkan pengaruh lingkungan (p =0.028) dan status gizi (p = 0.002) terhadap terjadinya
perubahan fisik terhadap remaja. Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara lingkungan dan status gizi terhadap terjadinya perubahan fisik pada usia remaja di SMP
Kristen Elim Makassar.
Kata Kunci : perubahan fisik, lingkungan dan status gizi.
PENDAHULUAN
WHO dan beberapa badan dunia lainnya
tahun 1998, menghimbau semua Negara Asia
Tenggara agar memberikan komitmennya untuk
memperhatikan dan melindungi kebutuhan remaja
akan informasi, ketrampilan, pelayanan dan
lingkungan yang umum dan kesehatan reproduksi
remaja (Soetjiningsih,
2004).
Departemen
kesehatan RI bersama lembaga swasta tahun
1996 telah merumuskan tentang empat
komponen pelayanan reproduksi essensial yaitu
kesehatan Ibu dan anak, keluarga berencana,
pencegahan dan pemberantasan IMS/ HIV-AIDS
dan dengan sendirinya harus ditangani secara
khusus yaitu dengan peralatan yang cukup dan
tenaga yang terlatih. Tujuan kesehatan reproduksi
remaja adalah menurunkan resiko kehamilan dan
pengguguran yang tidak aman, menurunkan
penularan IMS/HIV-AIDS, memberikan informasi
kontrasepsi dan konseling untuk mengambil
keputusan
sendiri
tentang
kesehatan
reproduksi.(Soetjiningsih, 2004).
Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari
penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19
tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang
berkembang. Data demografi di Amerika Serikat
(1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 1019 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik
dimana penduduknya merupakan 60 % dari
penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja
umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro
Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10 - 19
tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 %

remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan


(Nancy P, 2002).
Sedangkan jumlah penduduk di propinsi
Jawa Tengah tahun 2005 adalah 6.983.699 jiwa
dan jumlah remaja usia 10-14 tahun adalah
714.615 jiwa sedangkan yang berusia 15-19
tahun adalah 761.516 jiwa (BPS Jawa Tengah,
2006), saat ini jumlah penduduk di Kota Metro
sekitar 125.086 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
usia 10-14 tahun adalah 12.334 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk usia 15-19 tahun adalah 14.513
jiwa (BPS Metro 2005).
Berdasarkan data yang di peroleh dari
SMP KRISTEN ELIM MAKASSAR data siswa
siswi yang tercatat sebanyak 127 siswa siswi.
Adapun didapatkan pada tahun 2011 2012
jumlah siswa siswi 74 jiwa, sedangkan pada tahun
2012 2013 jumlah siswa siswi 53 jiwa.
Cemas adalah perasaan tidak pasti/tidak
menentu terhadap malapetaka atau ketakutan
yang akan terjadi yang muncul tanpa alasan yang
jelas (Fayldestu,2010). Sedangkan menurut
(Kaplan, 1997 dalam Trismiati, 2006) Cemas
adalah emosi dan merupakan pengalaman
subyektif
individual,
mempunyai
kekuatan
tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara
langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas
lewat perubahan tingkh laku klien. Kecemasan
adalah respon terhadap suatu ancaman yang
sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar
atau konfliktual.
Menurut Capernito (2001) kecemasan
adalah keadaan individu atau kelompok

105

mengalami perasaan gelisah (penilaian atau


opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas,
nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur
kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada
saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam
hidupnya (Rivai,2000).
Remaja adalah masa transisi antara masa
anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh,
timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas
dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta
kognitif (Soetjiningsih, 2004).
Penting diperhatikan bahwa pola makan
harus disesuaikan dengan aktifitas anak. Bagi
anak yang aktif karena aktifitas fisik yang tinggi
banyak menguras energi dan zat gizi. Sehingga
perlu diimbangi dengan istirahat yang cukup
seperti tidur dalam 8 jam/hari (yunus putra, 2012).
Perilaku remaja sangat rentan terhadap
pengaruh lingkungan, disatu pihak remaja
mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan
interaksi sosial dalam upaya mendapatkan
kepercayaan dari lingkungan, dilain pihak ia mulai
memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas
dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah
satu bagian perkembangan masa remaja yang
tersulitadalah penyesuaian terhadap lingkungan
sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan
lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang
awalnya belum pernah ada, juga harus
menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar
lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk
mencapai tujuan pola sosialisasi dewasa, remaja
harus membuat banyak penyesuaian baru. Ia
harus mempertimbangkan pengaruh kelompok
sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,
membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai
baru memilih teman (Reni, 2012).
Keluarga merupakan lingkungan pertama
dan utama bagi perkembangan anak. Umur 4 6
tahun dianggap sebagai titik awal proses
identifikasi diri menurut jenis kelamin, peranan ibu
dan ayah atau orang tua pengganti (nenek, kakek
dan orang dewasa lainnya) sangat besar. Peran
sebagai wanita dan Pria harus jelas. Dalam
mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten ,
terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah, tegas, dan
dapat lancar, maka dapat timbul proses
identifikasi yang salah. Masa remaja merupakan
pengembangan identitas diri, dimana remaja
berusaha mengenal diri sendiri, ingin mengetahui
bagaimana orang lain menilainya, dan mencoba
menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.

pada populasi yang sampelnya sudah ditentukan


melalui tekhnik pengambilan sampel.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kristen
Elim Makassar pada bulan Agustus 2013.
Populasi dalam penelitian ini yaitu Seluruh siswa
siswi SMP Kristen Elim Makassar dengan jumlah
127 orang.Sampel dalam penelitian ini diambil
berdasarkan tehnik pengambilan total sampel.
Pengupulan data
Peneliti
mengumpulkan
data
dengan
menggunakan kuesioner dalam bentuk kuesioner
tertutup dan sebagai subjek peneliti adalah siswa
siswi SMP Kristen Elim Makassar usia 13 15
tahun. Yang bersedia mengisi kuesioner dengan
jumlah yang dianggap cukup oleh peneliti untuk
memperoleh data.
Pengolahan dan analisis data
Setelah pengumpulan data, dilakukan
pengolahan
data
menggunakan
bantuan
computer, data diolah dengan menggunakan
program excel dan SPSS. Teknik pengolahan
data dalam penelitian ini dilaku/kan dalam tahap
tahap sebagai berikut :
1.
diting Data
Editing (mengedit data) adalah upaya untuk
memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
2.
oding
Untuk memudahkan pengolahan data. Semua
data atau jawaban disederhanakan dengan
memberikan simbol untuk setiap jawaban.
3.
embuat tabulasi
Data di kelompokkan ke dalam suatu tabel
menurut sifat-sifat yang dimiliki, kemudian
diAnalisis secara statistik.
4.
nalisis Data
Untuk keperluan ini digunakan:
a. Analisis Univariat, yang dilakukan pada tiap
Variabel independen dari hasil penelitian.
b. Analisis Bivariat, yang dilakukan pada tiap
variabel independen dan dependen yang
diduga berhubungan atau berkorelasi untuk
mengetahui
hubungan
tiap
variabel
independen dan variabel dependen
HASIL
1. Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
Umur di SMP Kristen Elim Makassar
Frekuensi
Presentase
Umur
(n)
(%)
14 tahun
35
66.0
< 14 tahun
18
34.0
Jumlah
53
100.0

METODE
Desain, Waktu penelitian, Populasi dan Sampel
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini dalah jenis penelitian Survei Analitik.
Adapun rancangan penelitian adalah Survey
cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan
mengidentifikasi melaluli pemberian kuesioner

106

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin di SMP Kristen Elim Makassar
Jenis Kelamin Frekuensi
Presentase
(n)
(%)
Laki-laki
20
37.7
Perempuan
33
62.3
Jumlah
53
100.0

(49.1%), diantaranya 11 responden (20.8%)


yang mengalami perubahan fisik dan yang
tidak mengalami perubahan fisik sebanyak 15
responden (28.3%).
Tabel 8 Pengaruh Status Gizi terhadap
Perubahan Fisik Remaja Di SMP Kristen Elim
Makassar
Perubahan Fisik pada
remaja
Total
Status Gizi
Terjadi
Tidak terjadi
perubahan perubahan
n
%
n
%
n
%
Gizi Baik
22 41.5
7
13.2 29 54.7
Gizi Kurang 8
15.1
16
30.2 24 45.3

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan


Agama di SMP Kristen Elim Makassar
Agama
Frekuensi
Presentase
(n)
(%)
Non Kristen
13
24.5
Kristen
30
75.5
Total
75
100.0

Total

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan


Status Gizi Di SMP Kristen Elim Makassar
Frekuensi
Presentase
Status Gizi
(n)
(%)
Gizi Cukup
29
54.7
Gizi kurang
24
45.3
Total
53
100.0

2. Analisis Bivariat
Tabel 7 Pengaruh Lingkungan terhadap
Perubahan Fisik Remaja SMP Kristen Elim
Makassar

Total

30

56.6

23

43.4

23

43.4

53 100.0

PEMBAHASAN
1. Pengaruh Lingkungan terhadap Perubahan
Fisik Remaja di SMP Kristen Elim Makassar
Berdasarkan
Tabel
7
diatas
menunjukkan bahwa dari 53 responden,
pengaruh lingkungan yang baik yaitu sebanyak
27 responden (50.9%), diantaranya 19
responden
(35.8%)
yang
mengalami
perubahan fisik dan yang tidak mengalami
perubahan fisik 8 responden (15.1%).
Sedangkan di lingkungan yang kurang baik
yaitu sebnyak 26 responden (49.1%),
diantaranya 11 responden (20.8%) yang
mengalami perubahan fisik dan yang tidak
mengalami perubahan fisik sebanyak 15
responden (28.3%).
Dari hasil uji statistic chi-square tests di
peroleh point probability atau P = 0,028 lebih
kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut
dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada
pengaruh Lingkungan terhadap Perubahan
Fisik Remaja di SMP Kristen Elim Makassar.
Perilaku remaja sangat rentan terhadap
pengaruh lingkungan, disatu pihak remaja
mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan
interaksi sosial dalam upaya mendapatkan
kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia
mulai memikirkan kehidupan secara mandiri,
terlepas dari pengawasan orang tua dan
sekolah. Salah satu bagian perkembangan
masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian
terhadap lingkungan sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam
hubungan interpersonal yang awalnya belum

Tabel 6 Distribusi Responden berdasarkan


Perubahan Fisik Remaja Di SMP Kristen Elim
Makassar
Perubahan Fisik
n
%
Terjadi Perubahan
30
56.6
Tidak Terjadi Perubahan
23
43.4
Total
53
100.0

Total
n
27
26

56.6

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa dari


53 responden, memiliki gizi baik yaitu
sebanyak 29 responden (54.7%), diantaranya
22 responden (41.5%) yang mengalami
perubahan fisik sedangkan yang tidak
mengalami perubahan fisik hanya sebesar 7
responden (13.2%) dan yang memiliki status
gizi kurang sebanyak 24 responden (45.3%),
diantaranya sebanyak 8 responden (15.1%)
yang mengalami perubahan fisik dan yang
tidak mengalami perubahan fisik sebanyak 16
responden (30.2%).

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan


Lingkungan Di SMP Kristen Elim Makassar
Frekuensi
Presentase
Lingkungan
(n)
(%)
Lingkungan Baik
27
50.9
Kurang Baik
26
49.1
Total
53
100.0

Perubahan Fisik Remaja


Terjadi
Tidak terjadi
Lingkungan
Perubahan Perubahan
n
%
n
%
Baik
19 35.8 8
15.1
Kurang Baik 11 20.8 15
28.3

30

%
50.9
49.1

53 100.0

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan


bahwa dari 53 responden, pengaruh
lingkungan yang baik yaitu sebanyak 27
responden (50.9%), diantaranya 19 responden
(35.8%) yang mengalami perubahan fisik dan
yang tidak mengalami perubahan fisik 8
responden (15.1%).sedangkan di lingkungan
yang kurang baik yaitu sebnyak 26 responden

107

pernah ada, juga harus menyesuaikan diri


dengan orang dewasa di luar lingkungan
keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan
pola sosialisasi dewasa, remaja harus
membuat banyak penyesuaian baru. Ia harus
mempertimbangkan
pengaruh
kelompok
sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,
membentuk kelompok sosial baru dan nilainilai baru memilih teman (Reni, 2012).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa lingkungan dapat mempengaruhi
terjadinya perubahan fisik remaja, karena
semakin baik lingkungan maka baik pula
perubahan fisik yang terjadi pada remaja
tersebut. Apabila lingkungannya kurang baik
maka perkembangan fisik remaja juga akan
mengarah ke perubaan yang kurang baik.
2. Ada pengaruh Status Gizi terhadap terjadinya
Perubahan Fisik Remaja
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan
bahwa dari 53 responden yang memiliki gizi
baik yaitu sebanyak 29 responden (54.7%),
diantaranya 22 responden (41.5%) yang
mengalami perubahan fisik sedangkan yang
tidak mengalami perubahan fisik hanya
sebesar 7 responden (13.2%) dan yang
memiliki status gizi kurang sebanyak 24
responden (45.3%), diantaranya sebanyak 8
responden
(15.1%)
yang
mengalami
perubahan fisik dan yang tidak mengalami
perubahan fisik sebanyak 16 responden
(30.2%).
Dari hasil uji statistic chi-square tests di
peroleh point probability atau p = 0,002 lebih
kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut
dapat diartikan bahwa Ha di terima atau ada
pengaruh status gizi terhadap perubahan fisik
remaja.
Penting diperhatikan bahwa pola makan
harus disesuaikan dengan aktifitas anak. Bagi
anak yang aktif karena aktifitas fisik yang tinggi
banyak menguras energi dan zat gizi.
Sehingga perlu diimbangi dengan istirahat
yang cukup seperti tidur dalam 8 jam/hari
(Yunus Putra, 2012).
Menurut Khomsan, 2003 menunjukkan
bahwa sekitar 15,20% remaja mengkonsumsi
fast food sebagai santapan siangnya. Angka
yang sangat berbahaya dan harus segera
ditanggulangi. Apalagi jika mengingat bahwa
makanan
siap
saji
tersebut
memiliki
kandungan energi yang tidak terlalu tinggi,
namun kandungan lemak sangat tinggi. Hal ini
jika dikonsumsi secara terus menerus, maka
remaja dapat mengalami kegemukan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa Status Gizi dapat mempengaruhi
terjadinya perubahan fisik remaja di SMP
Kristen Elim Makassar. Apabila gizi seseorang
baik maka baik pula tingkat perubahan fisik
yang terjadi pada remaja tersebut, sedangkan
apabila gizi seseorang kurang baik maka

tingkat perubahan fisik yang terjadi pada


remaja tersebut kurang baik.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
antara lingkungan dan status gizi terhadap
perubahan fisik remaja. Hal ini dikarenakan
lingkungan dan status gizi yang baik dapat
membuat perubahan fisik yang baik pula bagi
remaja. Sehinga para remaja diharapkan harus
bisa memilih dan membedakan mana lingkungan
yang baik dan lingkungan yang kurang baik untuk
di jadikan tempat bergaul, karena semakin baik
lingkungan maka baik pula perubaan fisik yang
terjadi
pada
remaja
dan
sebaiknya
mengkomsumsi gizi yang lebih baik atau
mengkomsumsi gizi seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Habel. 1987. Segi Praktis Ilmu Penyakit
Anak. Binarupa Aksara
Notoatmodjo
Soekidjo.
2012.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta
Nursalam. 2008. Pendekatan Praktis Metedologi
Riset Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta.
Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1.
Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI
Maulana aziz. http://myrhayaqu.blogspot.com/
2009/01/arti-sikap.html
Moersintowarti B. Narendra, dkk. 2002. Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja. Buku Ajar 1.
Sagung Seto. Jakarta
Soekirman, Seta AK, Pribadi N, Martianto D.,
Ariani M., Prosiding Angka Kecukupan Gizi,
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
VIII;17-19
Mei
2004.
jakarta

108

Anda mungkin juga menyukai