Anda di halaman 1dari 43

KAPASITOR DAN KAPASITANSI

1. Kapasitor
Setiap dua konduktor yang dipisahkan akan membentuk kapasitor. Pada umumnya
muatan masing-masing sama besar dan berlawanan tanda, sehingga muatan netto pada kapasitor
secara keseluruhan sama dengan nol. Kapasitansi C sebuah kapasitor didefinisikan sebagai
perbandingan besar muatan Q pada salah satu konduktornya terhadap besar beda potensial Vab
antara kedua konduktor tersebut:
C=

. (1)

Berdasarkan definisi tersebut, satuan kapasitansi ialah satu coulomb per volt (1CV-1).
2. Kapasitor Pelat Paralel
Kapasitor tipe ini paling umum terdiri atas dua pelat paralel yang dipisahkan oleh jarak,
bila dibandingkan dengan ukuran linier pelat ini kecil (lihat Gambar 1). Seluruh medan kapasitor
tipe ini teralokasi dalam daerah antara kedua pelatnya. Terdapat sedikit perumbaian
(fringing) medan di batas luarnya, tetapi perumbaian ini relatif kurang apabila kedua pelat itu
lebih diperdekat. Jika keduanya cukup berdekatan, perumbaian tersebut dapat diabaikan, medan
antara kedua pelat ini merata, dan muatan pada pelat akan terdistribusi merata ke seluruh
permukaan yang berhadapan. Konduktor-konduktor yaang letaknya seperti ini disebut kapasitor
pelat paralel.

Gambar 1. (Kapasitor pelat parallel)

Coba kita andaikan jika kedua pelat itu mula-mula berada dalam ruang hampa. Telah dijelaskan,
bahwa intensitas listrik antara sepasang pelat paralel yang berdekatan dalam ruang hampa ialah:
=

E=

Di sini A berarti luas tiap pelat dan Q muatan salah satu pelat yang mana saja. karena intensitas
listrik atau gradien potensial antara pelat itu merata, beda potensial antara pelat ialah :
Vab = E =

Di sini adalah jarak antara pelat. Karena itu kapasitansi kapasitor pelat paralel dalam ruang
hampa ialah :
C=

(2)

Karena 0, A, dan merupakan konstanta untuk suatu kapasitor tertentu, maka kapasitansi
merupakan konstanta yang tak bergantung kepada muatan pada kapasitor, dan berbanding lurus
dengan luas pelat dan berbanding terbalik dengan jarak pemisah antara pelat. Jika satuan mks
yang dipakai, maka A dinyatakan dalam meter kuadrat dan dalam meter. Maka kapasitansi C
dinyatakan dalam farad. Sebagai contoh, luas pelat kapasitor pelat paralel yang kapasitansinya 1
farad, jika jarak antara pelat 1 mm dan kedua pelat berada dalam ruang hampa :
C = 0
A=

= 1,13 x 108 m2

Luas ini sama dengan luas bujur sangkar yang sisinya 10.600 m (34.600 ft atau kira-kira 6 mil).
farad itu satuan kapasitansi yang terlalu besar, satuan yang lebih terpakai ialah mikrofarad (1F
= 10-6 F), dan pikofarad (1 pF = 10-12F). Contohnya, dalam suplai tenaga pesawat radio biasa
terdapat sejumlah kapasitor yang kapasitansinya 10 mikrofarad atau lebih, sedangkan kapitansi
kapasitor untuk penyetelan (tuning) 10 sampai 100 pikofarad.

3. Kapasitor Dalam Seri Dan Paralel


Dalam Gambar 2 (a), dua buah kapasitor dihubungkan dalam seri antara titik a dan titik b
yang beda potensialnya, Vab, tidak berubah-ubah. Mula-mula kedua kapasitor itu tidak
bermuatan. Pada hubungan semacam ini kedua kapasitor mempunyai muatan yang sama Q.

Gambar.2.(a) Dua kapasitor dalam seri, dan (b) Ekuivalennya.


Dari Gambar 2(a), maka diperoleh :
Vac V1 =
=

Vcb V2 =

. (3)

dan

Vab V = V1 + V2 = Q (

Kapasitas ekuivalen C gabungan seri itu didefinisikan sebagai kapasitansi satu kapasitor dimana
muatan Q sama dengan muatan gabungan, jika beda potensial V tidak berubah. Untuk kapasitor
seperti pada Gambar 2 (b).
= .(4)

Q = CV,

Berdasarkan persamaan =

Sama seperti di atas, untuk setiap jumlah kapasitor dalam seri


=

+ .................................. (5)

Resiprokal kapasitansi ekuivalen sama dengan penjumlahan resiprokal kapasitansi masingmasing. Dalam gambar 5 (a), dua kapasitor dihubungkan paralel antara titik a dantitik b. Dalam
hal ini, beda potensial Vab = V adalah sama untuk keduanya, dan muatan Q1 dan Q2 ialah :
Q1 = C1V,

Q2 = C2V

Gambar 3 (a) Dua kapasitor dalam paralel dan (b) ekuivalennya.


Muatan total Q yang diberikan oleh sumber ialah :
Q = Q1 + Q2 = V(C1 + C2)

dan

= C1 + C2

.. (6)

Kapasitansi ekuivalen C gabungan yang paralel ini didefinisikan sebagai kapasitansi ekuivalen
satu kapasitor, dimana untuk kapasitor ini:
=C
dan karena itu
C = C 1 + C2
Dengan cara yang sama, untuk sembarang jumlah kapasitor dalam paralel, maka:
C = C1 + C2 + C3 + . . . (7)
Kapasitansi ekuivalennya sama dengan penjumlahan kapasitansi, masing-masing kapasitor.

4. Energi Kapasitor Bermuatan


Untuk memberi sebuah kapasitor muatan, harus dilakukan usaha (work) dan kapasitor
yang bermuatan itu merupakan tempat energi yang tersimpan. Proses memberi kapasitor muatan
itu dapat dikalkulasi dengan cara berikut. Misalkan muatan positif dalam jumlah kecil berulangulang terambil dari salah satu pelatnya, sehingga timbul muatan negatif netto, muatan ini
bergerak sepanjang lintasan sembarang dan berpindah ke pelat yang satu. Pada suatu tahap
tertentu proses ini, yaitu ketika besar muatan netto pada salah satu pelat sama dengan q, beda
potensial v antara kedua pelat ialah q/C, dan karena usaha tak bergantung kepada lintasan, maka
usaha dW untuk memindahkan muatan dq berikutnya ialah:
dW = v dq = q dq/C
Jumlah total usaha W untuk menaikkan muatan itu dari nol ke harga akhir Q ialah:
W=

Beda potensial akhir V antara kedua pelat kapasitor ialah V = Q/C dan kita dapat pula menulis:
= CV2 = QV. (8)

W=

Usaha dinyatakan dalam joule jika Q dalam Coulomb dan V dalam volt, guna dari energi yang
tersimpan itu dianggap teralokasi dalam medan listrik antara kedua pelat kapasitor. Kapasitorkapasitor pelat paralel dalam ruang hampa ialah :
C=

Medan listrik mengisi ruang antara pelat yang volumnya sama dengan A, sedangkan intensitas
listrik antara pelat ialah :
E=
Energi per satuan volum, atau rapat energi, ialah
Rapat energi =

E2 (9)

5.Teori Kemolekulan Muatan Terinduksi Pada Dielektrik


Jika sebuah konduktor ditempatkan dalam suatu medan listrik, muatan bebas di dalamnya
akan berpindah karena pengaruh gaya yang dikerjakan medan terhadapnya. Dalam keadaan stabil
akhir, konduktor tersebut akan mempunyai muatan induksi pada permukaannya, yang
terdistribusi demikian rupa sehingga medan muatan yang terinduksi itu menetralkan medan asal
di semua titik dalam dan intensitaslistrik netto di dalam konduktor turun sampai menjadi nol.
Molekul sebuah dielektrik dapat berupa atau molekul polar atau molekul nonpolar.
Molekul nonpolar adalah molekul dalam mana pusat-pusat gaya berat inti positif dan elektron
normalnya berhimpitan, sedangkan pada molekul polar tidaklah berhimpitan. Molekul simetris
seperti H2, N2, dan O2 adalah nonpolar. Semua molekul ini polar, dan masing-masing merupakan
dipol listrik yang sangat kecil. Di bawah pengaruh medan listrik, muatan molekul nonpolar
berpindah, seperti diperlihatkan secara skematris dalam gambar 4.

Gambar 4. Perilaku molekul nonpolar (a) tak ada medan listrik dan (b) medan listrik ada.

Gambar 5. Perilaku molekul polar (a) medan listrik tidak ada dan (b) medan listrik ada.

Apabila sebuah dielektrik terdiri atas molekul polar atau dipol permanen, orientasi dipol
ini akan (random), kalau tak ada medan listrik, seperti gambar 5(a), Gaya terhadap sebuah dipol
akan menimbulkan sebuah kopel, yang efeknya membuat arah kopel sama dengan arah medan
tersebut. Makin kuat medan maka makin besar juga efek yang mengarahkan itu.
Tak peduli apakah molekul sebuah dielektrik polar atau nonpolar, efek netto sebuah
medan luar pada hakekatnya sama. Di dalam daerah antara dua lapisan permukaan yang amat
tipis, yang ditunjukkan oleh garis putus-putus, terdapat muatan lebih, negatif pada lapisan yang
satu dan positif pada lapisan yang lain. lapisan muatan inilah yang menimbulkan muatan induksi
pada permukaan dielektrik. Muatan itu bukanlah muatan bebas, namun terikat pada molekul
yang terletak di bawah atau dekat permukaan. Di bagian selebihnya dielektrik itu, muatan netto
per satuan volum tetap nol.
Muatan yang terinduksi pada permukaan sebuah dielektrik yang berada di dalam suatu
medan luar dapat memberikan penjelasan tentang tertariknya sebuah bola empulur tak bermuatan
atau secarik kertas oleh sebuah batang dari karet atau dari gelas yang bermuatan.
7. Polarisasi Dan Perpindahan
Sampai sejauh mana molekul dielektrik dipolarisasi oleh medan listrik, atau terorientasi
dalam arah medan, diperinci berdasarkan sebuah besaran vektor yang disebut polarisasi P. Jika p
adalah komponen vektor momen dipol tiap molekul dalam arah medan yang ada, dan ada n
molekul per satuan volum, maka polarisasinya ialah :
P = np . (10)
Karena itu polarisasi tidak lain ialah momen dipol per satuan volum. Vektor polarisasinya
sama arahnya dengan arah momen dipol molekul. Dalam kejadian lain, besarnya itu dapat
berbeda-beda dari titik ke titik dan kuantitas n dan p dengan demikian hanya menyangkut volum
kecil termasuk titik. Satuan mks untuk P ialah satu coulomb meter per m3, atau satu coulomb per
m2 (1 Cm-2).
Momen sebuah dipol didefinisikan sebagai perkalian salah satu muatan yang membentuk
dipol dengan jarak pemisahan muatan. Maka momen dipol dielektrik sama dengan Qb1, dan

karena volum dielektrik sama dengan perkalian luas penampang A dengan tebal , maka momen
dipol per satuan volum, atau polarisasi P, ialah :
P=

= bt

(11)

Di sini berarti b berarti rapat permukaan muatan yang terikat. Khusus dalam kejadian
ini, polarisasi sama bilangannya dengan bilangan rapat permukaan muatan sekitarnya. Yang
lebih umum, rapat permukaan muatan yng terikat itu sama dengan komponen P pada permukaan.
Resultan intensitas listrik E di sembarang titik, bila ada muatan terikat, ditimbulkan baik
oleh muatan bebas maupun oleh muatan terikat bentuk umum hukum Gauss untuk E karena itu
ialah :

. dA =

(Qf + Qb)

Bila Qb ditiadakan dari dua persamaan di tas, maka kita peroleh

E + P) . dA = Qf

(12)

Mari kita rumuskan sebuh besaran baru D yang disebut perpindahan (displacement)
sebagai penjumlahan vektor :
D=

E+P

(13)

Maka persamaan (4-14) mengambil bentuk sederhana

. dA = Qf

..

(14)

yang tak lain adalah hukum Gauss untuk vektor perpindahan: integral permukaan D atas seluruh
sembarang permukaan tertutup (fluksi D) hanya sama dengan muatan bebas di dalam permukaan
itu.
4.8. Suseptibilitas, Koefisien Dielektrik, dan Permitivitas
Vektor polarisasi P dalam sebuah dielektrik isotopik sama arahnya dengan arah vektor
elektrik resultan E dan besarnya bergantung kepada E dan kepada sifat dielektrik itu. Kita
definisikan sifat dielektrik tersebut sebagai suseptibilitas berdasarkan persamaan.

P=x

.. (15)

0E

Makin besar suseptibilitas, makin besar polarisasi pada suatu medan listrik tertentu.
Suseptibilitas ruang hampa nol, karena hanya benda yang dapat terpolarisasi. Suseptibilitas
hanyalah sebuah bilangan, karena baik satuan P maupun satuan

0E

ialah 1 C m-2.

Dinyatakan dengan suseptibiltas, perpindahan D itu ialah


D=

0E

+P=

0(1

+ x)E

Koefisien dielektrik K ditentukan oleh

..

(16)

K = 1 + x .

(17)

sehingga
D=

(18)

0K

Koefisien dielektrik juga hanya sebuah bilangan sama dengan 1 untuk vakum dan lebih
besr dari 1 untuk benda zat, koefisien dielektrik beberapa bahan tertera dalam
Tabel 4-1.
Perkalian

0K

disebut permitivitas
=

0K

.. (19)

dan karena itu


(.20)

D= K
Dalam vakum, K = 1 dan

0.

Karena itu konstanta elektrik

sering disebut

permitivitas ruang hmpa atau permitivitas ruang bebas.


Besaran X, K dan

hanyalah tiga macam cara menjelaskan suatu sifat yang itu jug dari

sebuah dielektrik, yaitu, sampai sejauh mana dielektrik iitu terpolarisasi bila berada dalam medan
listrik. Yang mana saja dari besaran yang tiga itu dapat dinyatakan dengan

dan dengan yang

lainnya. Jadi, sebagai contoh,


x=K1-

-1

Dapat dipahami sekarang mengapa beda potensial V, dalam Gambar 4-7, lebih kecil dari beda
potensial V0. Untuk rapat muatan bebas yang tertentu pada semua pelat, intensitas listrik E0
antara pelat dalam ruang hampa ialah
E0 = Ef =

dan beda potensial V0 ialah


V0 = E0 = Ef
di sini 1 ialah jarak pemisahan antara pelat.
TABEL 4-1. KOEFISIEN DIELEKTRIK K
K

t,

Bahan
Ruang hampa (vakum)

Gelas

25

5 - 10

Mika

25

3-6

Karet hevea

27

2,94

Neoprene

24

6,70

Bakelit

27

5,50

57

7,80

88

18,2

Pleksigas

27

3,40

Politilen

23

2,25

Vinilit

20

3,18

47

3,60

76

3,92

96

6,60

110

9,9

Teflon

22

2,1

Germanium

20

16

Stronsium titanat

20

310

Titanium dioksida (rutil)

20

173 (), 86 ()

Air

25

78,54

Gliserin

25

42,5

Ammonia cair

-77,7

25

Benzena

20

2,284

Udara (1 atm)

20

1,00059

Udara (100 atm)

20

1,0548

Bila sebuah dielektrik disisipkan, muatan yang terikat menimbulkan sebuah medan Eb
yang berlawanan tanda dengan Ef yang ditentukan oleh:
Eb =
Intensitas resultan E ialah
E = Ef xE
E=

Beda potensial V ialah


V = E =

(21)

Dan beda potensial itu berkurang dengan faktor 1/K ketika dielektrik itu disisipkan. Meskipun
dirimuskan untuk ikhwal khusus, persamaan (21) berlaku untuk setiap ikhwal dalam mana
sebuah dielektrik isotropik yang homogen mengganti ruanng hampa di semua titik di mana ada
medan listrik, intensitas di sembarang titik ialah intensitas yang oleh muatan bebas ditimbulkan
dalam ruang hampa pada konduktor, dikurangi dengan faktor 1/K.
Kapasitansi sebuah kapasitor dalam ruaang hampa yang muatan pada pelat-pelatnya
adalah Q, ialah :
C0 =
Kalau ke antara pelat itu disisipkan sebuah dielektrik, maka
C=

= K C0

dan kapasitansi itu bertambah dengan faktor K.

Untuk kapasitor pelat paralel dalam ruang hampa


C0 =

dan bila ada dielektrik di antara pelatnya


C = KC0 =

(22)

V. ARUS LISTRIK, HAMBATAN, DAN GAYA GERAK LISTRIK

5.1. Arus
Gerak muatan dalam proses menyusun diri kembali itu merupakan sebuah arus transien
(arus yang hanya sejenak), dan arus itu tidak ada lagi kalau medan pada konduktor menjadi nol.
Untuk pembahasan sekarang ini, kita andaikan saja bahwa dalam sebuah konduktor selalu ada
medan listrik efektif E, demikian rupa sehingga partikel bermuatan dalam konduktor itu
mengalami gaya F = qE. Kita namakan gaya ini gaya dorong (driving force) terhadap partikel
tersebut.
Arus melalui suatu daerah secara kuantitatif didefinisikan sebagai muatannetto yang
mengalir melalui daerah tersebut per satuan waktu. Jadi jika muatan netto dQ mengalir melalui
.5.1.

Arus merupakan besaran scalar dan satuan arus system mkcs ialah satu coulomb per
detik, disebut satu amper (1 A), untuk menghormati ahli fisika Prancis Andre Marie Ampere
(1775-1836). Arus yang kecil biasanya dinyakatan dalam miliampere (1 mA = 10-3A) atay dalam
mikroamper (1 A = 10-6A).
Pengurangan muatan negative yang ekuivalen dengan kenaikan muatan positif, sehingga
gerak kedua jenis muatan sama efeknya, yaitu menaikkan muatan positif di sebelah kanan
penampang. Arus total I pada penampang karena itu sama dengan jumlah arus I1, ditambah arus
I2:
I = A (n1q1v1 + n2q2v2)
Umumnya, jika sebuah konduktor mengandung jumlah partikel yang berbeda, memiliki

rapat muatan yang berbeda dan bergerak dengan kecepatan berbeda, maka arusnya ialah
..5.2.

Arus per satuan luas penampang lintang disebut rapat arus J:

..5.3

5.2. Daya Hambat Jenis (Resistivity)


Rapat arus J dalam sebuah konduktor bergantung kepada intensitas listrik E dan kepada
sifat alami konduktor itu. Dalam hubungan ini ada suatu sifat konduktor yang disebut daya
hambat jenis, p, yang kita definisikan sebagai perbandingan intensitas listrik terhadap rapat arus.
.5.4.

Artinya, tahanan jenis ialah intensitas listrik per satuan rapat arus. Makin besar tahanan
jenis, makin besar intensitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan rapat arus tertentu, atau,
makin kecil rapat arus untuk suatu intensitas tertentu.

Tahan jenis semua konduktor logam bertambah apabila temperature naik, seperti ditunjukkan
dalam gambar 28-2(a). dalam daerah temperature yang tidak terlalu besar, tahanan jenis logam
dapat diungkapkan dengan persamaan
[

di sini

] 5.5
20

ialah tahanan jenis pada 200dan

t tahanan jenisnya pada temperature toC. factor

disebut koefisien temperature tahan jenis. Dalam table 5-2 tercantum koefisien temperature
tahanan jenis beberapa bahan.

Tabel 5.2. Temperatur Koefisien Tahanan Jenis (Harga Kira-kira pada temperature kamar)
Bahan

Alumunium

0,0039

Kuningan

0,0020

Karbon

-0,0005

Konstanta (Cu 60, Ni 40)


Tembaga (lunak, untuk diperdagangkan)

+0,000002
0,00393

Besi

0,0050

Timah hitam

0,0043

Manganin (Cu 84, Mn 12, Ni 4)


Raksa

0,000000
0,00088

Nikrom

0,0004

Perak

0,0038

Wolfram

0,0045

5.3. Teori Konduksi Logam


Teori konduksi logam dikembangkan oleh Paul Drude. Tiap atom pada kisi-kisi kristal
dianggap menyerahkan sejumlah kecil elektron terluarnya dan elektron-elektron ini dianggap
bergerak bebas di sekujur logam, kecuali ketika bertumbukan dengan ion positif.

Sebuah gaya F=eF dikerjakan pada tiap elektron oleh medan, dan dalam arah gaya ini
menimbulkan percepatan a yang besarnya ditentukan berdasarkan
,

Disini m berarti masa elektron. Misalkan u ialah kecapatan acak rata-rata elektron dan lintasan
bebas ra-rata. Waktu rata-rata t antara tumbukan dengan tumbukan berikutnya disebut waktui
bebas rata-rata, ialah

Rapat arusnya ialah


,

Dan tahanan jenisnya


.. 5.6.

5.4. Tahanan (resistance)


Rapat arus J di setiap titik pada konduktor yang di dalamnya ada medan listrik resultan E
ditentukan berdasarkan persamaan :E=J Karena tidak ada alat yang dapat mengukur E dan J
secara langsung, untuk mudahnya persamaan ini diganti dengan bentuk lain, dan karena arus I
bagi semua penampang lintang itu sama besar, maka I dapat dikeluarkan dari benda integral.

Jadi:

5.7.

Intergal di sebalah kanan disebut tahanan (daya hambat) R konduktor yang bersangkutan
antara titik a dan b:

5.8.

Tahanan sebuah konduktor homogebn yang panjangnya L dan luas penampang lintang
konstan A karena itu ialah
..5.9.

Tahanan berbanding langsung dengan panjang dan berbanding terbalik dengan luas
penampang lintang.
Persamaan (5 - 7) sekarang dapat ditulis

..5.10.

satuan E ialah 1 Vm-1, sehingga satuan sisi kiri persamaan (5-10) ialah 1 V. satuan mks
untuk tahanan karena itu alah satu volt per amper(1VA-1). Tahanan sebesar 1 VA-1 disebut 1 ohm
(1), satuan tahanan jenis karena itu satu ohm meter (1m).
Contoh 1. Luas penampang lintang sebuah kawat tembaga yang dipergunakan untuk
sistem kabel dalam sebuah rumah kediaman kira-kira 3mm2=3x10-6m2. Tahanan kawat seperti
ini bila panjangnya 10m, pada temperatur 200C, ialah

5.5. Gaya Gerak Listrik


Empat persegi panjang dalam gambar 28-4 menggambarkan secara skematis sebuah alat
perlengkapan seperti baterai, aki, atau generator elektromagnetik. Istilah umum untuk alat

semacam ini ialah sumber. Dalam gambar 28-4 tidak ada lintasan konduktor luar antara terminal
a dan terminal b, dan sumber rangkaian terbuka.

Ada pun asal-usul gaya nonelektrostatik itu, kita dapat menentukan sebuah ekuivalen
medan nonelektrostatik En berdasarkan persamaan
Fn=qEnatau En=Fn/q

Artinya, gaya nonelektrostatik itu sama seperti seolah-oleh ada medan nonelektrostatik
Endisamping medan elektrostaik murni Ee.

Pertama-tama mari kita terapkan persamaan pada kawat. Karena medan pada kawat
seluruhnya elektrostatik, maka seperti telah ditunjukkan, persamaan menjadi.
Vab=IR

..5.11.

Selanjutnya, persamaan kita terapkan pada sumber. Dalam merumuskan persamaan ini,
arah integrasi (dari a ke b) dipandang sama dengan arah arus. Di dalam sumber, arah arus dari b
ke a, sehingga kita menulis

Disini r ialah tahanan dalam sumber. Tetapi di dalam sumber, medan resultan E sama dengan
jumlah (pertambahan) vektor En dan Ee

E=En+Ee
Setiap konduktor (kecuali superkonduktor) mempunyai tahanan dan karena itu juga
merupakan resistor. Unit-unit resistansi yang dibuat untuk dimasukkan ke dalam suatu rangkaian
yang bertahan besar dibandingkan dengan kawat-kawat penghubung dan kontak-kontak resistor.
Resistor sering dilambangkan dengan

Resistor yang dapat disetel disebut rheostat. Rheostat yang biasa terdiri dari atas sebuah
resistor dengan sebuah kontak yang dapat digeser pada panjangnya dan dilambangkan dengan.

Hubungan dibuat pada salah satu ujung resistor dan pada kontak yang dapat digeser. Lambang

Juga dipakai untuk resistor yang dapat disetel.


Sumber dilambangkan dengan

Garis yang lebih panjang bersangkutan dengan terminal +. Dalam contoh berikut
lambang ini diubah menjadi

Gunanya untuk memperlihatkan dengan jelas bahwa sumber mempunyai tahanan dalam.
5.6. Diagram Arus Tegangan
Penyearah atau dioda adalah elemen rangkaian nonlinier yang daya hambatnya terbatas
bila medan di dalamnya satu arah, dan sangat tinggi daya hambatnya (idealnya daya hambat

takterbatas) bila arah medan ke arah yang berlawanan. Dioda itu berfungsi sebagai katup
pengendali dalam sebuah rangkaian, yakni membuat muatan hanya mengalir ke satu arah.
Lambang untuk dioda ialah

Ujung panah menunjukkan ke arah mana muatan terkonduksi.


Tegangan jepit sebuah sumber dapat dinyatakan sebagai fungsi arus dalam sumber
dengan grafik persamaan
Vab=-Ir
Metode ini lebih berguna lagi kalau resistor itu nonlinier, seperti dalam gambar 28-13,
dan pemecahan analititk soalnya sulit atau tak mungkin sama sekali.

5.7. Kerja dan daya pada rangkaian listrik


Empat persegi panjang dalam gambar 28-14 menggambarkan sebagian rangkaian listrik
yang di dalamnya ada arus I dari a ke b. potensial di terminal a dan di terminal b ialah Va dan Vb.
dalam selang waktu dt, muatan sjumlah dQ=I dt masuk ke bagian rangkaian itu diterminal a dan
muatan sejumlah yang sama meninggalkan terminal b. perubahan dalam energi peotensial
muatan yang beredan itu ialah
dW=dQ(Va- Vb)= VabI dt
Banyaknya pertambahan atau pelepasan energi per satuan waktu, atau daya P, sama
dengan dW/dt. Dan karena itu
P=VabI
Persamaan ini ialah persamaan umum untuk besar masukan daya ke setiap bagian suatu
rangkaian listrik. Satuan Vab ialah satuan Volt, atau 1 joule per coulomb, dan satuan I adalah satu
ampere atau 1 coulomb per detik. Satuan mksc untuk daya karena itu ialah
1 J C-1x1Cs-1=1Js-1=1watt
Sekarang mari kita bahas beberapa kejadan khusus
1. Daya hambat murni
Jika bagian rangkaian dalam gambar 28-14 merupakan daya hambat murni, perbedaan
potensial Vab=IR, dan
P= VabI=I2R
Kecepatan hilang energi dapat dipahami dengan mengingat kembali model sederhana
yang diibahas bagian 28-4. Setiap kali sebuah elektron membentur ion kisi-kisi, elektron itu
memberikan energi kinetik Ek yang besarnya
Ek=1/2mvf2
Dimana
Vf=eE/mu

Jumlah rata-rata benturan satuan waktu yang dibuat sebuh elektron atau frekuensi tumbukan Z
sama dengan kebalikan waktu bebas rata-rata t.

Dalam sebah konduktor yang panjangnya l, luas penampang A, dan volumenya lA,
jumlah total N elektron adalah
N=nlA
Karena energi total yang diberikan oleh suatu elektron yang mengalami benturan per
satuan waktu, atau daya P yang hilang, dalam resistor ialah
P=NzEk
Arus I ialah
I=JA=

Dan daya hambat R ialah

2. Daya yang keluar dari sebuah sumber


Kita hanya memisalkan bahwa ada arus I dalam rangkaian ini ke arah yang diperlihatkan
dalam gamabr. Yaitu dari a ke b dalam rangkaian luar dari b ke a di dalam sumber atau
terminal-terminal rangkaian luar, dan Va> Vb. rangkaian luar sama dengan empat persegi
panjang dalam gambar 28-14 dan input daya kepadanya ialah.
P= VabI
Jika a dan b dianggap terminal-terminal sumber, maka seperti telah dipelajari
Vab=-Ir
Dan karena itu
P= VabI=I-I2r
Suku I dan I2r mempunyai arti penting berikut. Muata positif dalam sumber, misalnya
muatan q, bergerak dari kanan ke kiri di dalam sumber. Karena itu usaha dilakukan terhadap
muatan oleh medan non elektrostatik En. untuk mudahnya, anggap saja sumber itu sebuh
silinder yang panjangnya l, luas penampangnya A, ada muatan bergerak sebanyan n per
satuan volum, dengan kecepatanhanyut v dan medan En merata. Maka Gaya Fn pada muatan
q dapat dulits
Fn=qEn
Dalam waktu dt tiap muatan bergerak sejauh ds=v dt dan usaha gaya Fn ialah
Fnds=qE.v dt
Jumlah total muatan N dalam sumber ialah
N=nlA
dan usaha total dW dalam waktu dt ialah
dW=nFnds=nlA.qEn v dt
teapi nAqv sama dengan arus I, dan En1 sama dengan ggl cepatnya usaha yang dilakukan
medan nonelektrostatik ialah

Sehingga hasilkali I pada mana usaha yang dilakukan terhadap muatan yang beredar oleh
perantara yang memelihar adanya nonelektrostatik.
I2r ialah pada mana energi dilepaskan pada tahanan dalam sumebr dan perbedaan I-I2r
adalah tingkat di mana energi diberikan oleh sumber kepada bagian rangkaian lainya.

Dengan perkataan lain, daya P dalam menyatakan keluaran daya sumber atau masukan daya
kepada bagian rangkaian lainnya.
Muatan dQ dipindahkan melalui setiap penampang rangkaian dalam waktu dt sama
dengan Idt.

Dan ggl dapat dinyatakan sebagai kerja per satuan muatan yang dibuat pada muatan yang
beredar oleh perantara untuk mempertahankan medan elestrostatik.

3. Input daya sebuah sumber


Misalkan empat persegi panjang dalam gambar 28-15 merupakan sebuah sumber ggl-nya
lebih besar dari ggl sumber sebelah atas dan ggl-nya itu berlawan dengan ggl sumber sebelas
atas. Maka arus I dalam rangkaian karena itu berlawanan dengan yang diperlihatkan pada
gambar 28-15. Output daya dari sumber sebelah bawah ialah
P= VabI
Bila a dan b dianggap termina-terminal sumber sebelah atas, kita peroleh
Vab=+Ir
Dan
P= VabI=I+I2r

VI. RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

6.1. Resistor dalam seri dan pararel


Empat cara menghubungkan tiga resistor yang dayahambatnya berturut-turut ialah R1, R2,
R3, antara titik a dan titik b. pada (a) resistor itu membentuk hanya satu lintasan antara kedua
titik, dan disebut dihubungkan dalam rangkaian seri antara titik-titik tersebut. Berapapun jumlah
untuks rangkaian seperti resistor, baterai, motor, dan sebagainya, dikatakan dalam seri satu sama
lain antara dua titik, jika dihubungkan seperti pada (a) sehingga hanya ada satu lintasan antara
titik-titik tersebut. Arus adalah sama dalam iap unsure itu.
Kombinasi resistor dalam suatu rangkaian tertentu selalu dapat diganti dengan stu resistor
saja tanpa terjadi perubahan perbedaan potensial antara terminal-terminal kombinasi yang
bersangkutan dengan arus dalam rangkaian selebihnya. Daya hambat resistor yang satu ini
disebut dayahambat ekivalen kombinasi. Jika salah satu yang mana saja jaringan diganti dengan
daya hambat ekuivalen R, kita dapat menuliskan
Vab = Req . I atau Req =
Gambar 6-1 (a) R1 , R2 dan R3 dalam rangkaian seri. Arus listrik pada masing-masing tahanan
besarnya sama, yaitu = I .

(a)

(c)

(b)

(d)

Sehingga tegangan pada masing-masing bagian sebagai berikut :

Vax = IR1,

Vxy = IR2,

Vyb= IR3

DanVab = Vax + Vxy + Vyb = I .(R1 + R2 +R3)


R1 + R2 + R3
Tetapi Vab/I berdasarkan definisi, daya hambat ekuivalen R, karena itu
Req = R1 + R2 + R3
Jika resistor-resistor dalam pararel seperti pada gambar 6-1 (b), perbedaan potensial
antara terminal-terminal tiap resistor harus sama dengan Vab. Jika arus dalam resistor-resistor itu
dinyatakan dengan I1, I2, dan I3, maka

Muatan diberikan ke titik a oleh arus hantara I, dan diambil dari a oleh arus I1, I2, dan I3.
Karena muatan tidak mengumpul di a, maka
(

Atau

Tetapi

Sehingga

Khusus untuk dua resistor dalam pararel,

Dan

Juga, karena Vab = I1R1 = I2R2

61.
6.2. Hukum Kirchoff
Tidak semua jaringan dapat disusutkan sehingga menjadi kombinasi seri-pararel yang
sederhana. Kita hanya akan menerangkan satu diantara metode-metode itu, yaitu metode yang
mula-mula dikemukakan oleh Gustaf Robert Kirchoff (1824-1887).

Hukum Kirchhof terdiri atas dua kaidah, yaitu:


Kaidah titik cabang. Hasil penjumlahan aljabar tiap arus yang menuju sembarang titik cabang
sama dengan nol:
Kaidah lintasan tertutup. Hasil penjumlahan aljabar tiap ggl dalam sembarang lintasa tertutup
sama dengan hasil penjumlahan aljabar hasil kali IR dalam lintasan tertutup yang bersangkutan:

Kaidah pertama hanya menyatakan bahwa tak ada muatan yang mengumpul di titik cabang.

Kaidah kedua merupakan generalisasi persamaan rangkaian dan menjadi persamaan ini
jika arus I sama pada semua daya hambat.
Seperti dalam banyak kejadian, kesulitan utama yang dihadapi dalam menerapakan
hukum Kirchoff terletak pada penentuan tanda-tanda aljabar, bukan dalam memahami segi-segi
fisikana, yang sebenarnya sangat elementer. Langkah pertama ialah menerapkan lambang dan
arah untuk tiap arus dan ggl yang tak diketahui, lambang untuk tiap daya hambat yang tak
diketahui pun harus ditetapkan. Semua ini, dan juga besaran-besaran yag diketahui, dibubuhkan
pada diagram setiap arah harus pula diperlihatkan dengan jelas. Penyelesaian soal kemudian
dikerjakan berdasarkan arah-arah yang diasumsikan tersebut. Jika penyelesaian dengan angka
persamaan-persamaannya menghasilkan harga negative untuk arus atau unuk ggl, maka arah
yang betul ialah kebalikan dari arah yang diasumsikan. Bagaimanapun juga, nilai dalam angka
akan diperoleh. Karena itu dengan kaidah-kaidah tersebut ktia dapat mengetahui arah, pun juga
besar arus dan ggl, dan arah-arag arus tidak perlu diketahui lebih dahulu.

I,

IR, dan

merupakan hasil penjumlahan aljabar. Dalam menerapkan kaidah titik cabang, arus dianggap
positif jika arahnya menuju titik cabang, negative jika menjauhinya. (Tentu saja dapat ditentukan
sebaliknya). Dalam menerapkan kaidah lintasan tertutup, haruslah dipilih arah yang mana (yang
menurut arah jarum jam atau yang berlawanan) sekeliling lintasan tertutup yang akan
diasumsikan sebagai arah positif. Semua arus dan ggl dalam arah ini dianggap positif, yang
sebaliknya negative. Perlu dicatat bahwa arus sekeliling lintasan tertutup yang bertanda positif
menurut kaidah titik cabang dapat bertanda negative dari segi kaidah lintasantertutup. Juga pelu
dicatat bahwa arah sekililing lintasan tertutup yang dinyatakan positif adalah tidak penting,
karena kalau arah yang sebaliknya yang dianggap positif, itu hanya akan menghasilkan
persamaan yang sama dengan tanda-tanda yang berlawanan. Ada kecenderungan untuk
menganggap benar arah yang positif itu ialah arah arus dalam lintasan tertutup, tetapi umumnya
pilihan seperi ini tidaklah mungkin, karena arus dalam beberapa unsur lintasan tertutup ada yang
arahnya menurut arah jarum jam dan ada pula yang arahnya menurut yang sebaliknya.
Dalam jaringan yang rumit, dalam mana banyak tersangkut besaran yang tak diketahui,
kadang-kadang sukar untuk mengetahui cara merumuskan persamaan yang berdiri sendiri dalam
jumlah yang cukup untuk menentukan besaran-besaran yang tidak diketahui itu. Kiranya aturanaturan berikut ini dapat diikuti:

1) Jika ada n titik cabang dalam jaringan, terapkanlah kaidah titik cabang pada titik-titik
sebanyak n-1. Titik yang mana saja boleh dipilih. Penerapan kaidah titik cabang pada titik
yang ke-n titik menghasilkan persamaan yang berdiri sendiri.
2) Bayangan jaringan itu dipisah-pisahkan menjadi sejumlah lintasan tertutup sederhana.
Terapkan kaidah lintasan tertutup pada tiap lintasan tertutup yang sudah terpisah-pisah ini.
6.3. Amperemeter dan voltmeter
Jenis amperemeter dan voltmeter yang paling umum adalah galvanometer kumparan
berputar. Pada galvanometer ini sebuah kumparan kawat berporos yang mengakut arus
dibelokkan (didefleksi) oleh interaksi kemagnetan antara arus ini dengan medan magnet sebuah
magnet permanen. Untuk sementara perhatian kita kepada instrument ini hanya sebagai sebuah
unsur rangkaian. Dayahambat kumparan alat ini (jenis biasa) kira-kira antara 10 sampai 100,
dna arus yang hanya kira-kira beberapa miliampere sudah akan menyebabkan defleksi penuh.
Defleksi ini berbanding dengan (proportional) dengan arus dalam kumparan, tetapi karena
kumparan itu merupakan konduktor linier, maka arus itu berbanding dengan perbedaan potensial
antara terminal kumparan, dan defleksinya juga berbanding dengan perbedaan potensial ini.

Sebagai sebuah contoh dengan bilangan, umpamakan sebuah galvanometer yang


dayahambat kumparan 20, dan mendefleksi penuh kalau ada arus 1 mA dalam kumparannya.
Perbedaan potensial yang bersesuaian ialah
Vab = IR = 10-3 A x 20 = 0,020 V = 20 mV
Pertama-tama mari kita bahas galvanometer sebagai amperemeter. Untuk mengukur arus
dalam suatu rangkaian, sebuah amperemeter harus disisipkan dalam seri pada rangkaian itu. Jika
disisipkan dengan cara ini, galvanometer yang kita maksudkan di atas akan mengukur setiap arus
dari 0 sampai 1 mA. Tetapi, dayahambat kumparannya akan memperbesar dayahambat total

rangkaian, sehingga arus, sesudah galvanometer disisipkan, walaupun dtunjukkan dengan tepat
oleh alat ini, mungkin jauh kurang dari arus sebelum galvanometer disisipkan. Jadi, dayahambat
alat itu harus jauh lebih kecil dari dayahambat bagian lain rangkaian, sehingga kalau sudah
disisipkan, alat itu tidak akan mengubah arus yang hendak kita ukur. Amperemeter yang
sempurna haruslah nol dayahamabtnya.
Misalkan kita ingin mengubah galvanometer yang diterangkan di atas untuk dipakai
sebagai amperemeter yang daerah ukurnya antara 0 sampai 10 A. artinya, kumparannya harus
mendefleksi penuh apabila kuat arus I dalam rangkaian pada mana amperemeter itu disisipkan 10
A. arus dalam kumparan Ic karena itu harus 1 mA, sehingga arus Ish dalam shunt 9,999 A.
perbedaan potensial Vab adalah
Vab = IcRc = IshRsh
Karena itu

. Dibuat sampai tiga angka penting.

Dayahambat ekuivalen R alat itu ialah


Dan R = 0,00200(dibulatkan sampai tiga angka penting)
Dengan demikian kita memperoleh sebuah alat berdayahambat rendah yang daerah
ukurannya dari 0 sampai 10 A, seperti dinginkan. Tentu saja jika arus I lebih kecil dari 10 A,
arus dalam kumparan juga lebih kecil menurut perbandingan.
Telah ditunjukkan bahwa bila sebuah sumber berada pada sebuah rangkaian terbuka,
perbedaan potensial antara terminal sama dengan ggl-nya. Karena itu, untuk mengukur ggl itu
tampaknya kita hanya perlu mengukur perbedaan potensial tersebut. Tetapi kalau kedua terminal
sebuah galvanometer dihubungkan pada terminal-terminal sumber itu membentuk sebuah
rangkaian tertutup yang mengandung arus. Perbedaan potensial sesudah galvanometer
dihubungkan, meskipun ditunjukkan dengan tepat oleh alat ini, tidaklah sama dengan , tetapi
dengan Ir, dan kurang dari sebelum alat ukur tersebut dihubungkan. Seperti juga

amperemeter, alat ini pun mengubah besarn yang hendak diukur. Jelas kiranya bahwa
dayahambat voltmeter sebaiknya sebesar mungkin, tetapi tidak perlu tak berhingga.
Misalkan kita ingin memodifikasi galvanometer unutk dibagai sebagai voltmeter yang
derah ukurannya antara 0 sampai 10 V. artinya, kumparannya mendefleksi penuh bila antara
kedua terminalnya ada perbedaan potensial sebesar 10 V. dengan kata lain, arus dalam alat itu
haru 1 mA bila perbedaan potensial antara kedua terminalnya 10V.
Perbedaan potensial antara terminal itu ialah
Vab = I(Rc+Rs)1
dan daya hambat seri yang diperlukan ialah

Dayahambat ekuivalen R ialahR1 = Rc + R1 = 10.000


Dengan cara demikian kita peroleh sebuah alat berdayahambat tinggi yang derah ukurnya berada
antara 0 sampai 10 V.

Dan input daya ke sembarang bagian sebuah rangkaian sama dengan hasilkali perbedaan
potensial yang melewati bagian yang bersangkutan dan arus:P = VabI
Metode yang paling cepat untuk mengukur R atau P karena itu ialah sekaligus mengukur
Vab dan I.

VII. ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK

7.1. Pendahuluan
Sekumpuran kawat, bila merotasi dengan kecepatan sudut konstan dalam medan
magnetic yang merata, akan membangkitkan ggl bolak balik sinusoidal. Perantsi sederhana ini
merupakan prototif generator arus bolak balik, atau alternator, yang diperdagangkan. Suatu
rangaian L-C merotasi secara sinusoidal dan dengan rangkaian yang tepat, menimbulkan beda
potensial bolak-balik antara ujung-ujungnya yang frekuensinya dapat berkisar antara beberapa
hertz sampai berjuta-juta hertz, bergantung kepada untuk tujuan apa alat tersebut diranjcang.
Sekarang kita bicarakan sejumlah rangkaian yang dihubungkan pada sebuah alternator
atau osilator yang antara ujung-ujungnya ada beda potensial bolak-balik sunisoidal
v = V sin t
dimana V ialah beda potensial maksimum atau amplitude tegangan, v beda potensial sesaat, dan
frekuensi sudut, yang sama dengan 2 kali frekuensi f. untuk singkatnya, alternator atau
osilator itu kita pakai saja sebutan sumber AC walaupun sebutan ini kurang sesuai, karena
AC adalah singkatan dari alternating current (arus bolak-balik). Lambang unutk sumber AC
ialah ~
7.2. Rangkaian yang mengandung dayahambat, induktansi, atau kapasitansi
Misalkan sebuah resistor yang dayahambatnya R dihubungkan ke ujung-ujung sebuah
sumber AB, seperti dalam gambar 35-1. Beda potensial sesaat antara titik a dan titik b ialah Vab=
V sin t, dan arus sesaat dalam resistor ialah

Arus maksimum I, atau amplitude arus, sudah terang

Dan karena itu kita dapa menuliskan

i = I sin t.
Baik arus maupun tegangan berubah sesuai dengan sin t, sehingga arus sefase dengan
tegangan. Arus dan amplitude tegangan berhubungan dengan cara yang sama seperti pada
rangkaian AS.

Rapat arus dalam sebuah kawat yang membawa arus bolak-balik tidaklah merata
dipenampang lintang kawat itu, melainkan lebih besar dekat permukaannya, gejala ini disebut
efek kulit (skin effect). Karena itu penampang efektif kawat itu berkurang dan dayahambatnya
lebih besar daripada bila arus konstan. Efek kulit itu tarjadi akibat ggl induksi sendiri yang
ditimbulkan variasi fluksi dalam pada konduktor, dan lebih besar bila frekuensi lebih tinggi.
Tetapi jika frekuensi tidak terlalu tinggi (kira-kira beberapa juta hertz), perubahan dayahambat
itu tidaklah besar, dan kita akan mengasumsikan bahwa dayahambat itu tidak bergantung kepada
frekuensi.
Selanjutnya, misalkan sebuah kapasitor yang kapasitansinya C dihubungkan pada
sumber. Muatan sesaat q pada kapasitor ialah

Q = Cvab = CV sin t
Dan arus i ialah :
Arus maksimum sudah jelas
I = CV,
Dan kita dapat menuliskan
i = I cos t
persamaan untuk arus maksimum dapat dirumuskan dalam bentuk yang sama seperti
persamaan untuk arus dalam sebuah resistor, kita tulis sebagai

Dan mendefinisikan sebuah besaran, yaitu Xc yang disebut reaktansi kapasitif kapasitor sebagai

Dan

Reaktansi sebuah kapasitor berbanding terbalik terhadap kapasitansi C dan terhadap


frekuensi sudut , makin besar kapasitansi dan makin tinggi frekuensi maka makin kecil
reaktansi XC.
7.3. Rangkaian seri R-L-C
Dalam banyak kejadian, dalam sirkuit AC ada dayahambat reaktansi induktif dan
reaktansi kapasitif. kita akan menganalisa sirkuit itu dengan menggambar diagram rotornya.
Asal frekuensi tidak terlalu tinggi, di seuruh titik sirkuit arus sesaat I akan sama
harganya. Jadi, satu rotor I, yang panjangnya sebanding dengan amplitude arus, cukuplah untuk
menyatakan arus di tiap elemen sirkuit.
Mari kita pakai lambang VR, VL, dan VC berturut-turut untuk tegangan sesaat melalui R,
L, dan C, dan VR, VL dan VC untuk harga maksimumnya. Tegangan sesaat dan maksimum
melalui smber kita nyatakan dengan v dan V. maka v = vab, vR = vac, vL = vcd, dan vc = vab.
Telah ditunjukkan bahwa pada potensial antara ujung-ujung sebuah resistor sefase
dengan arus di dalam resistor dan bahwa harga maksimumnya VR ialah
VR = IR
Jadi rotor VR, yang sefase dengan arus rotor, menyatakan tegangan melalui resistor.
Proyeksinya pada sumbu vertical, pada setiap saat memberikan beda potensial sesaat VR.

Arus dalam sebuah inductor ketinggalan tegangan sebesar 900, atau tegangan
mendahului arus sebesar 900. Amplitudo tegangan ialah
VL = IXL
Rotor VL dalam gambar 35-5 (b) menyatakan tegangan melalui inductor, dan proyeksi
setiap saat pada sumbu vertical sama dengan VL.
Arus dalam sebuah kapasitor mendahului tegangan dengan 900, atau tegangan ketinggalan arus
dengan 900. Amplitude tegangan ialah
Vc = IXC
Rotor VC berarti tegangan pada kapasitor dan proyeksinya pada sumbu vertical saat sama
dengan vc.
Untuk memperoleh hasil penjumlahan vector kita mula-mula rotor VL dikurangi dengan
rotor VC (karena keduanya selalu terletak pada garis lurus yang sama), sehingga menghasilkan
rotor VL VC. Karena rotor ini tegak lurus pada rotor VR, maka besar rotor V ialah

Notasi akan lebih sederhana bila kita mendefinisikan sebuah besar X, yaitu reaktansi netto
rangkaiannya, sebagai
X = X1 - XC
Dengan demikian maka

Lalu kita definisikan pula sebuah besaran lain, yaitu impedansi Z rangkaiannya, sebagai


Sehingga kita dapat menuliskan
V = IZ,

atau
Persamaan yang lengkap untuk Z, untuk suatu rangkaian seri ialah

Satuan impedansi ialah satu volt per ampere (1 V A-1) atau satu Ohm.
Sudut

, dalam Gambar 35-5(b), adalah sudut fase antara tegangan jalur V dan arus jalus.

Berdasarkan diagram gambar itu jelas kiranya bahwa

Karena itu jika tegangan jalur dinyatakan dengan fungsi sinus, yaitu
v = V sin t
maka arus jalur ketinggalan sebesar sudut dan persamaannya ialah

Gambar 35-5 dilukis untuk sebuah rangkaian di mana XL>XC. Jika XL>XC rotor V akan
terletak di tempat yang berhadapan dengan arus rotor I dan arusnya mendahului tegangan. Dalam
hal ini, X = XL XC merupakan besaran negative dan tan negative.
Sebagai rangkauman kita dapat mengatakan bahwa pada potensial sesaat dalam rangkaian
seri AC menambah secara aljabar, sama seperti dalam rangkaian DC, sedangkan amplitude
tegangan menambah secara vector.
7.4. Harga rata-rata dan harga akar-kuadrat rata-rata alat AC
Harga rata-rata sembarang kuantitar yang berubah-ubah dengan waktu, f(t), dalam selang
waktu dari t1 sampai t2, dirumuskan sebagai

Penggambaran secara grafik harga rata-rata tersebut berarti seperti berikut. Integral

ialah daerah yang berada di bawah sebuah grafik f(t) terhadap t, antara garis vertical di t 1

dan t2. Perkalian frr (t2 t1) merupakan sebuah empat persegi panjang yang lebarnya tr dan
panjangnya (t2 t1). Berdasarkan fr luas-luas ini sama.
Mari kita terapkan definisi ini pada suatu besaran yang berubah secara sinusoidal,
misalnya arus yang ditentukan olehi = I sin t
harga rata-rata arus itu untuk setengan daur dari t = 0 sampai t = / ialah

Artinya, arus rata-rata iru 2/ (kira-kira 2/3) kali arus maksimum, dan luas di bawah
segiempat panjang dalam gambar 35-6 sama dengan luas di bawah satu lengkungan kurva sinus.
Arus rata-rata untuk satu daur penuh (atau untuk sembarang banyak daur lengkap) ialah

Karena luas positif di bawah lengkungan itu antara 0 dan / sama dengan luas negative di atas
lengkungan antara / dan 2/. Karena itu bila suatu arus sinusoidal melalui sebuah
galvanometer kumbaran bergerak, jarum galvanometer akan menunjukkan angka no. tetapi

galvanometer ini dapat dipakai pada rangkaian AC, hanya jika dihibungkan ke rangkaian
penyearah (rectifier) arus gelombang penuh.
Harga rata-rata arus yang disearahkan pada sembarang jumlah daur lengkap, sama seperti
arus rata-rata pada setengah daur yang pertama dalam gambar 36-6, atau 2/ kali arus maksimum

menunjukkan defleksi sepenuh skala kalau dilalui arus stabil IC galvanometer akan menyimpang
sepenuhnya pula bila harga rata-rata arus yang disearahkan 2I/, sama dengan IC, amplitude arus
I, kalau meter menyimpang penuh ialah

7.4. Daya dalam rangkaian AC


Input daya sesaat ke sebuah rangkaian AC ialah
p = vi
disini v berarti beda potensial sesaat antara ujung rangkaian dan i ialah arus sesaat.

Persamaan untuk daya rata-rata diperoleh seperti berikut. Daya sesaat ialah
p = v sin t x I cos t = VI sin 2t
Harga rata-rata 2t ialah nol pada semabrang jumlah daur penuh.
Pada kejadian yang peling sering dijumpai, arus dan tegangan berbeda fase sebesar sudut
dan
p = V sin t x I sin (t )
uraian di atas menunjukkan bahwa ketika v dan i sefase, daya rata-rata sama dengan
VI, ketika v dan I berbeda 900m daya rata-rata nol. Karena itu kita dapat memperkirakan bahwa
umumnya, ketika v dan I berbeda sebesar sudut

daya rata-rata aka sama dengan V, dikalikan

dengan I cos , yaitu komponen I yang adalah sefase dengan V, artinya,


P = VI cos

Hal ini dapat diperlihatkan secara analitis sebagai seperti.


Dengan menggunakan hubungan
sin (t ) = sin t cos cos t sin
kita dapat menuliskan persamaan sebagai
p = VI cos sin2 t - VI sin sin t cos t
harga rata-rata ruas kedua di sebelah kanan nol. Ruas pertama, kecuali untuk factor cos sama
bentuknya dank arena itu daya rata-rata ialah
P = VI cos = Vrms Irms cos
Inilah persamaan umum untuk input daya ke sembarang rangkaian AC. Cos disebut
factor daya rangkaian yang bersangkutan. Untuk resistor semata-mata = 0, cos = 1, dan P =
VakrIakr. Untuk kapasitor, = 900, cos = 0, dan p = o.
Bila rangkaian pasif, V=IZ dan cos = R/Z, maka dalam hal ini,
P = VI cos = IZ x 1 x (R/Z) = I2R
Dan seluruh input daya melepas dalam resistor dan menyebabkan atau temperature naik atau
panas mengalir ke sekeliling. Jika rangkaian tidak pasif tetapi terdiri atas sebuah motor, misalnya
daya tetap ditentukan dengan tepat, tetapi bahwa V=IZ dan cos = R/Z tidak betul lagi,
sehingga input daya itu tidak seluruhnya melepas.
7.5. Resonansi Seri
Perilaku arus dalam sebuah rangkaian seri AC, bila frekuensi sumber berubah-ubah, tepat
analog dengan response suatu system pegas-massa yang mempunyai gaya abar liat bila frekuensi
gaya yang mendorong berubah-ubah. Frekuensi 0 pada mana arus maksimum disebut frekuensi
resonansi dan dengan mudah dapat dihitung atas dasar kenyataan bahwa pada frekuensi ini X L =
XC
X1 = XC

0L = 1/0C, 0=

Perlu dicatat bahwa hasil ini sama dengan frekuensi osilasi sebuah rangkaian L-C.

Jika induktansi L atau kapasitansi C sebuah rangkaian dapat diubah-ubah maka frekuensi
resonansi dapat diubah-ubah juga. Dengan cara inilah kita menyetel pesawat penerima radio
atau televise guna dapat menangkap siaran dari stasiun pemancar yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Rancangan Josia Sihotang
    Rancangan Josia Sihotang
    Dokumen63 halaman
    Rancangan Josia Sihotang
    Herry Ozzy Bee Perfect
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen29 halaman
    Bab 2
    bodi otomotif
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen29 halaman
    Bab 2
    bodi otomotif
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Pendahuluan 2
    BAB 1 Pendahuluan 2
    Dokumen41 halaman
    BAB 1 Pendahuluan 2
    Hadi Prayitno
    Belum ada peringkat
  • Sistem Bahan Bakar
    Sistem Bahan Bakar
    Dokumen17 halaman
    Sistem Bahan Bakar
    Herry Ozzy Bee Perfect
    Belum ada peringkat
  • Sistem Bahan Bakar
    Sistem Bahan Bakar
    Dokumen17 halaman
    Sistem Bahan Bakar
    Herry Ozzy Bee Perfect
    Belum ada peringkat
  • Contoh Soal Turbin Angin
    Contoh Soal Turbin Angin
    Dokumen4 halaman
    Contoh Soal Turbin Angin
    Herry Ozzy Bee Perfect
    0% (2)
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    HesiLoveeat
    Belum ada peringkat
  • PENGAMATAN
    PENGAMATAN
    Dokumen2 halaman
    PENGAMATAN
    Herry Ozzy Bee Perfect
    Belum ada peringkat
  • Mke Presentasi
    Mke Presentasi
    Dokumen9 halaman
    Mke Presentasi
    Herry Ozzy Bee Perfect
    Belum ada peringkat
  • Alternator Dan Stater
    Alternator Dan Stater
    Dokumen35 halaman
    Alternator Dan Stater
    Herry Ozzy Bee Perfect
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang.
    Latar Belakang.
    Dokumen10 halaman
    Latar Belakang.
    Herry Ozzy Bee Perfect
    Belum ada peringkat
  • Tugas Uts 2
    Tugas Uts 2
    Dokumen84 halaman
    Tugas Uts 2
    Herry Ozzy Bee Perfect
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat