SKRIPSI
Oleh :
Maylia Cahyanti
NIM.0410523002
SKRIPSI
Oleh :
Maylia Cahyanti
NIM. 0410523002
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Menyetujui
Susunan Tim Penguji
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
RIWAYAT HIDUP
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh
Penambahan Biolife Dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam Petelur.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Halim Natsir, S.Pt.,MP selaku dosen pembimbing
utama atas waktu yang diluangkan dalam membimbing, memberikan saran
dan kritik selama proses penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian
hingga penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Eko Widodo, M.Agr.Sc selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah memberikan banyak masukan dan kritik dalam
membimbing selama penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Osfar Sjofjan, MSc., selaku Ketua Jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya dan selaku
dosen penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan, dukungan dan
semangat dari awal hingga akhir proses penulisan skripsi ini.
4. Ayahandaku tersayang, bundaku tersayang, adik-adikku tersayang serta
seseorang yang selalu aku sayangi yang sabar, selalu perhatian dan telah
memberikan doa serta dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh staf dan karyawan Talang Farm yang ikut membantu dalam
proses awal hingga akhir penelitian dan terselesainya penulisan skripsi ini.
6. Sobat-sobatku dalam team penelitian ini Aka, Sari, Arif yang selalu
kompak dan membantu serta sabar dalam menghadapi segala tantangan
dalam proses awal hingga terlaksananya penelitian ini hingga terselesainya
penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman Nutrisi angkatan 2004 yang telah memberikan dorongan,
dukungan dan semangat sehingga penulis dapat segera menyelesaikan
skripsi ini serta semua pihak yang ikut membantu dan mendukung penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya serta dapat memberikan
informasi yang berguna bagi peningkatan dan pengembangan bidang peternakan.
vi
ABSTRACT
EFFECTS OF BIOLIFE ADDITION AS FEED ON THE LAYING HEN
PERFORMANCES
This experiment was carried out at Talang Farm KUD Sari Bumi in Talang
Suko, and Animal Nutrition Laboratory of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya
University, Malang, from June 30th to August 11th, 2008.
The purpose of this research was to observe effects of biolife addition as feed on
the laying hen performance. A total of one hundred hens of Isa Brown Strain from
47 to 52 week of age were randomly allotted to five dietary treatments with 4
replication groups of 5 hens. Dietary treatment were: basal diet (P0), basal diet +
0,025 % biolife (P1), basal diet + 0,05 % biolife (P2), basal diet + 0,075 % biolife
(P3), basal diet + 0,1 % biolife (P4). The variables observed were feed intake
(g/bird/day), Hen Day Production (%), egg mass (g/bird/day), feed conversion and
Income Over Feed Cost (Rp). Data during the experiment were subjected to
analysis of variance in completely Randomized Design. If there was significant
influence, it was followed by Least Significant Different (LSD) tests.
The result of this research showed that biolife did not significantly affect
(P>0,05) feed consumption (g/bird/day), Hen Day production (%), egg mass
(g/bird/day), feed conversion and Income Over Feed Cost (Rp).
The conclusion of this research is that biolife addition as feed on the laying
hen at 0,025-0,1 % did not give significant improvement (P>0,05) toward feed
consumption (g/bird/day), Hen Day production (%), egg mass (g/bird/day), feed
conversion and Income Over Feed Cost (Rp).
vii
RINGKASAN
viii
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................
iv
KATA PENGANTAR.................................................................................
vi
ABSTRACT ............................................................................................... .
vii
RINGKASAN...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL............................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. .
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................
1.5 Kerangka Pikir.............................................................................
1.6 Hipotesis Penelitian .....................................................................
1
2
2
2
2
4
5
6
7
8
10
10
13
14
16
16
16
16
17
18
19
20
20
21
23
24
26
ix
Halaman
4.5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Income Over Feed Cost... .............
27
30
LAMPIRAN....................................................................................................... 33
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
2.
3.
12
4.
14
5.
17
6.
18
7.
18
8.
21
9.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
dalam
penelitian
ini
adalah
bagaimana
pengaruh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tidaknya pemotongan paruh, luas ruang untuk ayam, air minum dingin dan bersih,
tingkat penyakit dalam kandang dan kandungan energi dalam pakan (Wahju,
1997). Adapun kebutuhan zat makanan periode ayam petelur dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan zat makanan periode ayam petelur
Zat Makanan
Protein kasar (%)
Energi metabolis (Kkal/kg)
Lemak (%)
Kalsium (%)
Phospor (%)
2.4 Mineral
Underwood (2001) menyatakan bahwa mineral merupakan senyawa
anorganik yang ada dalam semua jaringan hewan termasuk unggas. Terdapat 22
macam mineral yang penting untuk pertumbuhan yang terdiri dari tujuh mineral
makro yaitu kalsium, fosfor, potasium, sodium, klorin, magnesium dan sulfur
serta lima belas mineral mikro yaitu besi, iodium, seng, kuprum, mangan, kobalt,
molibdenum, selenium, kromium, tin, vanadium, fluor, silikon, nikel dan arsenik.
Mineral yang ada dalam sel dan jaringan tubuh ternak memiliki fungsi,
karakteristik dan jumlah yang berbeda sesuai dengan jaringan. Jumlah yang ada
harus dalam kisaran yang normal agar fungsi dan strukturnya dalam jaringan akan
membuat pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas ternak menjadi optimal
(Underwood, 2001). Adapun kebutuhan mineral ayam petelur dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan mineral ayam petelur
Tipe Ringan
Mineral
Kalsium (%)
Fosfor (%)
Sodium (%)
Mangan (mg/kg)
Seng (mg/kg)
21-40
minggu
3,25
0,50
0,15
110
50
40 minggu
ke atas
3,50
0,50
0,15
110
50
Tipe Medium
21-40
minggu
3,00
0,50
0,15
110
50
40 minggu
ke atas
3,25
0,50
0,15
110
50
Pembentuk struktur
Mineral dapat membentuk komponen struktur dari organ-organ dan
jaringan tubuh, seperti mineral Ca, P, Mg, F dan Si dalam tulang dan gigi;
P dan S dalam protein otot.
2.
Fungsi fisiologis
Mineral berada dalam cairan tubuh dan jaringan sebagai elektrolit untuk
menjaga keseimbangan asam-basa; misalnya Na, K, Cl, Ca dan Mg dalam
darah, cairan otak dan cairan saluran pencernaan.
Kalsium (Ca) merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam
tubuh dan 99% ditemukan di kerangka. Fungsi dasar dari kalsium adalah untuk
membentuk rangka yang kuat dan melindungi organ yang penting serta membantu
pergerakan dan pertumbuhan (Underwood dan Suttle, 2001). Menurut Suwondo
(2002) kalsium dalam pakan akan dimanfaatkan oleh ayam untuk pembentukan
kerabang telur. Ayam petelur yang tidak mampu memanfaatkan kalsium dalam
pakan dengan baik maka akan mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan.
Phosphor (P) adalah mineral paling banyak kedua setelah Ca yang terdapat
dalam tubuh, sekitar 80% ditemukan dalam tulang dan gigi. Sekitar 20% P tidak
berada dalam jaringan tulang melainkan berada pada cairan tubuh dan jaringan
lunak dalam tubuh yang memiliki fungsi yang penting (Underwood dan Suttle,
2001). Phosphor berperan aktif dalam tubuh untuk membantu proses metabolisme
energi (Linder, 1992). Apabila pakan mengandung fosfor yang berlebihan, maka
kelebihannya akan dikeluarkan sebagai fosfat sehingga menimbulkan kekurangan
kalsium dalam pakan (Rasyaf, 2004).
Magnesium (Mg) merupakan salah satu mineral makro yang memiliki
peran yang penting dalam proses pertumbuhan. Fungsi Mg adalah membantu
pembentukan tulang. Kekurangan Mg dapat mengakibatkan abnormalitas
kerangka dan menghambat pertumbuhan (Anonimus, 2008).
Seng (Zn) merupakan mikro mineral yang memiliki peran penting pada
ternak. Kekurangan Zn dalam pakan dapat menyebabkan pertumbuhan bulu jelek,
pertumbuhan ternak terhambat dan nafsu makan menurun (Anonimus, 2008).
Selain berperan dalam proses metabolisme, Zn juga dapat bekerjasama dengan
kalsium, phosphor, vitamin A, C dan D untuk meningkatkan penyerapan zat
makanan dalam tubuh (Anonimus, 2004).
Arsenikum (As) merupakan mineral yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan pada
unggas. Penggunaan mineral As tidak boleh melebihi kebutuhan karena As
bersifat racun (Linder, 1992).
10
11
Tabel 3. Standar konsumsi pakan dan konversi pakan ayam petelur strain Isa
Brown
Umur
(minggu)
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Konsumsi
pakan per
hari (g)
81
85
95
105
109
111
112
113
114
114
114
114
114
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
Konsumsi
pakan per
hari (g)
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
Konversi
pakan per
minggu (g)
1,97
1,98
1,99
2,00
2,01
2,02
2,03
2,04
2,05
2,06
2,07
2,08
2,10
2,11
2,12
2,14
2,15
2,17
2,19
2,21
2,22
2,24
2,26
2,28
2,30
2,33
2,35
2,38
2,40
2,43
2,47
Salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas usaha adalah
konversi pakan. Konversi pakan merupakan salah satu ukuran yang banyak
digunakan untuk menyatakan tingkat efisiensi pemanfaatan pakan oleh ternak
yaitu perbandingan antara pakan yang dihabiskan (kg) dalam menghasilkan
sejumlah telur (kg). Nilai konversi pakan yang tinggi menunjukkan bahwa
12
efisiensi pemanfaatan pakan yang rendah sebaliknya apabila nilai konversi pakan
rendah menunjukkan makin banyak pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak
untuk memproduksi telur (North, 1992). Nilai konversi pakan mempunyai arti
penting dalam usaha peternakan, karena berkaitan dengan biaya produksi
(Nesheim et al., 1997).
2.5.2 Hen Day Production (HDP)
Hen Day Production adalah persentase produksi telur dalam jangka waktu
tertentu yang didasarkan atas jumlah ayam yang ada setiap saat dalam jangka
waktu tersebut. Hen Day Production (HDP) merupakan produksi telur dibagi
dengan jumlah ayam petelur pada saat itu, dan hasilnya dikalikan dengan 100 %.
Dalam prakteknya Hen Day
HDP =
x100%
Hen Day Production merupakan salah satu faktor yang secara langsung
berpengaruh terhadap kebutuhan zat makanan ayam petelur. Ayam petelur
mengkonsumsi pakan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk mendukung
produksi telur (NRC, 1994). Menurut Wahju (2004) sebagian besar zat makanan
yang dikonsumsi ayam petelur digunakan untuk mendukung produksi telur.
Roland et al. (1985) dalam suatu penelitiannya menyatakan bahwa
pemberian kalsium dengan tingkat level 1,7 % sampai 4,1 % tidak berpengaruh
secara nyata terhadap produksi telur, yaitu dari 84,3 % menjadi 84,5 %. Tabel 4
menunjukkan standar Hen Day Production (HDP) ayam petelur strain Isa Brown.
13
% HDP
88,70
88,45
87,60
87,05
86,60
86,35
86,40
84,85
84,30
83,75
83,20
82,65
82,40
81,55
81,00
80,45
79,90
79,35
78,80
78,25
77,70
77,45
76,60
76,05
75,50
74,95
74,40
14
Biaya Produksi
15
BAB III
MATERI DAN METODE
panjang 37 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 34 cm. Secara keseluruhan petak kandang
dilengkapi tempat pakan dan tempat minum berbentuk nipple yang terhubung
dengan drum air. Kandang yang digunakan terbuat dari bahan beton dengan atap
dari bahan asbes dan dilengkapi penerangan sebanyak 4 buah lampu neon dalam
satu kandang besar.
16
3.2.3
Pakan
Bahan pakan ayam petelur yang digunakan terdiri dari jagung, bekatul,
konsentrat (CP K36) dan kandungan zat makanan pada masing-masing bahan
pakan. Pemberian pakan diberikan dengan cara penjatahan yaitu satu kali sehari,
sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Persentase bahan pakan, hasil
perhitungan komposisi bahan pakan dan hasil analisis proksimat pakan basal yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. dan kandungan zat
makanan bahan pakan basal ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 5. Susunan pakan basal dan kandungan zat makanan
Bahan Pakan
Jagung (%)
Bekatul (%)
Konsentrat (%)
Komposisi Pakan(1)
Energi metabolis (EM, kkal/kg)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Kalsium (Ca, %)
Fosfor (P, %)
Kandungan Zat Makanan(2)
Energi metabolis (EM, kkal/kg)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Abu (%)
Keterangan :
Total
48,30
17,26
34,44
2947,91
18,31
4,12
4,93
3,81
0,42
2742,10 (3)
18,15
5,95
5,24
17,89
1) Hasil perhitungan
2) Hasil Analisis Proksimat
3) Hasil perhitungan konversi 75 % Gross Energi berdasarkan bahan kering
(Indah, 2004)
17
Jagung
Energi metabolis (EM, Kkal/kg)
Protein kasar (PK,%)
Lemak kasar (LK,%)
Serat kasar (SK,%)
Kalsium (Ca,%)
Fosfor (P,%)
3370
8,6
3,9
2,0
0,02
0,1
Bahan Pakan
Bekatul(1)
Konsentrat(2)
2860
10,2
7,0
3,0
0,04
0,16
2400
36,0
3,0
10,0
11,0
1,0
Jumlah
93,70
4,50
0,70
3,50
0,85
0,15
0,01
2,00
1,00
12,00
3,00
0,05
2,00
5,00
24,00
0,20
18
Egg Mass, adalah rataan berat telur harian yang diproduksi per hari per
ayam (Lesson and Summers, 1991)
19
Konversi =
Income Over Feed Cost (IOFC), adalah pendapatan kotor yang dihitung
dengan cara mengurangi pendapatan penjualan telur dengan biaya yang
dikeluarkan untuk pakan perlakuan (Anonimus, 1997).
Biolife :
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Konsumsi pakan
(g/ekor/hari)
119,33 0,57
119,18 0,51
119,48 0,31
119,25 0,80
119,53 0,27
59,93 1,84
61,00 1,60
61,00 2,20
59,82 2,10
63,13 3,18
Konversi
pakan
1,99 0,05
1,96 0,04
1,96 0,07
2,00 0,06
1,90 0,09
21
22
23
kandungan zat makanan dalam pakan sehingga nilai Hen Day Production yang
dihasilkan juga tidak berbeda antar perlakuan.
Biolife yang ditambahkan dalam pakan ayam petelur untuk memenuhi
kebutuhan mineral dalam tubuh ayam petelur. Menurut Underwood (2001)
menyatakan bahwa mineral berfungsi sebagai pembentuk struktur dan memiliki
peranan penting dalam proses fisiologis. Biolife memiliki kandungan kalsium
yang tinggi dimana dapat memenuhi kebutuhan kalsium ayam petelur untuk
berproduksi. Akan tetapi persentase biolife yang ditambahkan dalam pakan antara
0,025-0,1 % dari total pakan yang diberikan sehingga tidak menghasilkan
perbedaan pengaruh yang nyata antar perlakuan. Diduga tidak merubah komposisi
dan keseimbangan mineral pakan atau waktu pemberian biolife perlu waktu yang
lebih lama dengan level penambahan biolife yang lebih tinggi untuk mendapatkan
respon yang positif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Clunies
et al. (1992) yang menyatakan bahwa pemberian kalsium beberapa level tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi telur dan selama kalsium tersedia cukup
dalam tubuh maka produksi telur tidak akan berpengaruh.
24
semakin besar egg mass. Untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh perlakuan
terhadap egg mass, maka dilakukan analisis statistik.
Hasil analisis statistik (Lampiran 4) menunjukkan perbedaan pengaruh
yang tidak nyata (P>0,05) terhadap egg mass. Hal ini disebabkan biolife
memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi
pakan dan Hen Day Production. Egg mass merupakan rataan berat telur harian
sehingga persentase Hen Day Production akan mempengaruhi egg mass. Egg
mass dipengaruhi oleh HDP dan berat telur, jika salah satu atau kedua faktor
semakin tinggi maka egg mass juga semakin meningkat dan sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan hasil perhitungan Hen Day Production, dimana pada P4
menghasilkan persentase nilai HDP yang tertinggi dibandingkan dengan
perlakuan lainnya sehingga nilai egg mass yang dihasilkan pada P4 juga lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, biolife diduga tidak merubah
komposisi dan keseimbangan mineral yang akan berpengaruh terhadap egg mass.
Kemungkinan lain adalah level yang terlau rendah atau waktu pemberian yang
terlalu singkat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat telur adalah kandungan
kalsium dan energi dalam pakan serta faktor lingkungan (Gleaves et al., 1997).
Roland et al. (1985) dalam suatu penelitiannya menyatakan bahwa pemberian
kalsium dengan level yang berbeda tidak berpengaruh secara nyata terhadap berat
telur dan produksi telur. Ahmad et al. (2003) juga menyatakan bahwa kalsium
tidak berpengaruh terhadap berat telur. Rataan berat telur dari tingkat kalsium
yang terendah 2,50 % sampai tingkat kalsium yang tertinggi yaitu 5 %
meghasilkan berat telur yang relatif sama yaitu 64,16 sampai 64,19 g.
25
26
27
Over Feed Cost, selain itu juga dipengaruhi oleh harga telur di pasaran. Tidak
diketahui apakah peningkatan level biolife akan efektif untuk meningkatkan
penampilan produksi ayam petelur yang dipelihara dengan manajemen dan iklim
Indonesia.
Anonimus (1997) menyatakan bahwa untuk mengetahui keuntungan yang
diperoleh dalam suatu usaha peternakan berdasarkan biaya pakan yang digunakan
maka dilakukan perhitungan Income Over Feed Cost dengan mengetahui harga
pakan perlakuan dengan banyaknya konsumsi pakan dan harga jual telur dengan
produksi telur. Income Over Feed Cost merupakan pendapatan kotor yang
dihitung dengan cara mengurangi pendapatan dari penjualan produksi telur
dengan biaya yang dikeluarkan untuk pakan.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penambahan biolife 0,025 % sampai 0,1 % dalam pakan ayam petelur
tidak meningkatkan penampilan produksi ayam petelur. Penambahan biolife
sampai 0,1 % dalam pakan ayam petelur tidak memberikan efek negatif terhadap
variabel yang diamati.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar dilakukan penelitian
lanjutan dengan level penambahan biolife lebih dari 0,1 % dalam pakan ayam
petelur dan dalam jangka waktu yang lebih panjang.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H.A., Yadalam, S.S. and Roland, D.A. 2003. Calcium Requirements of
Bovanes Hens. International Journal of Poultry Science. 2: 417-420.
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Satu Gunungbudi. Bogor.
Anonimus. 1997. Petunjuk Penggunaan Salkil. PT. Agil. Ltd.
________. 2003. Biolife Pre Vital. Biolife International BV. Netherlands.
________. 2004. Market Segment Specialization Program in Poultry Industry.
MSSP Grain Farmer (3141-122).
________. 2005. Isa Brown Layer Management Guide. www.isapoultry.com.
Diakses 24 Desember 2005.
________. 2008. Probiotik Pada Ternak. Iptek Bukan Gaptek. Probiotikteam.
WordPress. Org. Jakarta.
Bundy, C. E., and Diggins, R. V. 1982. Poultry Production. Prentice Hall Inc.
Englewood cliffs. New York.
Butcher, G. D., and Miles, R. 2002. Concept of Eggshell Quality. Http: //edis.
Ifas.Ufl.Edu/ VM013. Diakses September 2002.
Castillo, C., Cuca, M. Gonzales, M. and Morales, E. 2004. Biological and
Economic Optimum Level of Calcium in White Leghorn Laying Hens.
Proquest Medical Library Poultry Science. 84:868. Mexico
Classen, H.I. and Stevens, J.P. 1995. Nutrition and Growth. In : Poultry
Production. Edited by Hunton, P. Elsevier. Netherlands.
Clunies, M. D. Parks and Leeson, S. 1992. Calcium and Phosphorus Metabolism
and Eggshell Formation of Hens Fed Different Amounts of Calcium.
Poultry Science. 71 : 482-489.
Damron, B.L. and Harms, R.H. 1980. Interaction of Dietary Salt, Calcium, and
Phosphorus Level for Laying Hens. Poultry Science. 59: 82-85
Davies, H. L. 1982. Nutrition and Growth Manual. Hedges and Bell Ltd.
Melbourne.
Ensminger, E. M. 1980. Poultry Science. The Interstate Printers and Publishers
Inc. Danville. Illinois.
30
Gleaves, E.W., Mather, F.B. and Ahmad, M.M. 1997. Effect of Dietary Calcium,
Protein and Energy on Feed Intake, Egg Shell Quality and Hen
Performance. Poultry Science, 56: 402-406.
Hsu, J.C., Lin, C.Y. and Peter, C.W.S. 1998. Effect of ambient temperature and
methionine supplementation of low protein diet on the performance of laying
hens. Animal Feed Science and Technology 74. pp:289-299.
Indah, F. 2004. Efek Penambahan Acidifier Sebagai Aditif Pakan Terhadap
Penampilan Produksi Ayam Petelur Umur 62-69 Minggu. Universitas
Brawijaya. Malang.
Indarto, P. 1990. Beternak Unggas Berhasil. CV. Armico. Bandung.
Lesson, S., and Summers, J.D. 1991. Commercial Poultry Nutrition. University
Book. Canada.
Linder, M. C., 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. Ninth Revised
Edition. National Academy Press. Washington DC.
Nesheim, M.C., R.E. Austic and L.E. Card. 1997. Poultry Production. 2 nd Edition.
Lea and Febiger. Philadelphia.
North, M. O., 1992. Commercial Chicken Production Manual. 5 th Edition. The
Avi Publishing Company., Inc. Westport. Connecticut. New York.
Parakkasi, A. 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit
Angkasa. Bandung.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Roland, D.A., Farmer, M. and Marple, D. 1985. Calcium and its Relationship to
Excess Feed Consumption Body Weight Egg Size Fat Deposition, Shell
Quality and Fatty Liver Hemorrhagic Syndrome. Poultry Science. 64:
2341-2350.
Scott, M. L., Nesheim, M., and Young, R. J. 1992. Nutrition of The Chicken. Fifth
Ed. Scott, M. L. And Associates. Ithaca. New York.
Siswono, Y. H., 2003. Membangun Kemandirian di Bidang Pangan Suatu
Kebutuhan Bagi Bangsa. Jurnal Ekonomi Rakyat. Tahun II No 6
September 2003.
31
32
x=
Ulangan
U1
U2
U3
U4
U1
U2
U3
U4
U1
U2
U3
U4
U1
U2
U3
U4
U1
U2
U3
U4
(x- x)
3
3
3
3
3
3
-17
3
3
3
3
3
-17
-17
3
3
3
3
3
3
( x x )2
9
9
9
9
9
9
289
9
9
9
9
9
289
289
9
9
9
9
9
9
1020
51
x = 1940 = 97 %
n
20
Sd =
( x x)
n 1
1020
= 7,32 695
19
Sd
7,32695
100% =
100% = 7,55356%
97
x
Kesimpulan : produksi telur ayam petelur yang digunakan saat awal penelitian ini
dapat dikatakan homogen karena memiliki koefisen keragaman
kurang dari 10 %.
33
Ulangan
1
119,843
119,776
119,671
119,790
119,410
FK
2
119,481
119,338
119,833
119,657
119,710
Total
i =1
3
118,505
119,095
119,300
118,067
119,819
yij
j =1
t xr
r
4
119,495
118,543
119,152
119,510
119,219
Total
Rataan
Sd
477,324
476,752
477,957
477,024
478,157
2387,214
119,331
119,188
119,489
119,256
119,539
0,575652
0,514234
0,316691
0,801118
0,274857
2387,214 2
20
= 284939,6
=
JK Total
yij
i =1
FK
j =1
i=i
JK Perlakuan
=
=
r
yij
j =1 FK
t
= 284940 284939,6
= 0,360306
JK Galat
= JK Total JK Perlakuan
= 4,601 - 0,360306
= 4,240
KT perlakuan
= JK Perlakuan / db Perlakuan
= 0,360306 / 4
= 0,090077
34
FK
Lanjutan lampiran 2.
KT Galat = JK Galat / db Galat
= 4,240 / 15
= 0,282688
F Hitung = KT perlakuan / KT Galat
= 0,090077 / 0,282688
= 0,318643
Tabel ANOVA
SK
Perlakuan
Galat
Total
db
4
15
19
JK
0,360306
4,240
4,601
KT
0,090077
0,282688
F hit
0,318643
F 5%
3,06
F 1%
4,89
Keterangan : menunjukkan hasil F hitung lebih kecil dari pada F tabel (F;0,05), ini berarti bahwa
penambahan biolife dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap konsumsi pakan
35
Ulangan
1
91,429
92,381
90,476
91,905
91,905
FK
2
90,476
85,714
89,524
87,143
97,619
Total
3
92,857
88,571
92,381
88,571
95,238
i =1
yij
j =1
t xr
4
92,381
88,571
95,714
93,333
86,190
Total
Rataan
Sd
367,143
355,238
368,095
360,952
370,952
1822,381
91,786
88,810
92,024
90,238
92,738
1,055883755
2,735505999
2,7320499
2,87033989
4,954440970
1822,3812
20
= 166053,6167
=
JK Total
yij
i =1
FK
j =1
i=i
JK Perlakuan
=
=
r
yij
j =1 FK
t
4
= 166093,6 166053,6167
= 39,97732
JK Galat
= JK Total JK Perlakuan
= 186,159 - 39,97732
= 146,542
KT Perlakuan
= JK Perlakuan / db Perlakuan
= 39,97732/ 4
= 9,994331
36
Lanjutan lampiran 3.
KT Galat = JK Galat / db Galat
= 146,542/ 15
= 9,769463
F Hitung = KT perlakuan / KT Galat
= 9,994331/ 9,769463
= 1,023017
Tabel ANOVA
SK
Perlakuan
Galat
Total
db
4
15
19
JK
39,97732
146,542
186,519
KT
9,994331
9,769463
F hit
1,023017
F 5%
3,06
F 1%
4,89
Keterangan : menunjukkan hasil F hitung lebih kecil dari pada F tabel (F;0,05), ini berarti bahwa
penambahan biolife dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap Hen Day Production
37
Ulangan
1
60,914
62,924
59,314
61,667
61,305
FK
2
60,671
61,633
59,648
58,114
67,010
Total
3
57,171
60,176
60,905
57,905
64,357
i =1
yij
j =1
t xr
4
60,986
59,290
64,138
61,629
59,881
Total
Rataan
239,743
244,024
244,005
239,314
252,552
1219,638
59,936
61,006
61,001
59,829
63,138
1219,6382
20
= 74375,85411
=
JK Total
yij
i =1
FK
j =1
i=i
JK Perlakuan
=
=
r
yij
j =1 FK
t
4
= 74404,15 74375,85411
= 28,29919
JK Galat
= JK Total JK Perlakuan
= 104,475- 28,29919
= 76,176
KT Perlakuan
= JK Perlakuan / db Perlakuan
= 28,29919/ 4
= 7,0748
38
Standar
Deviasi
1,847760165
1,602409286
2,200550917
2,102253785
3,185599213
Lanjutan lampiran 4.
KT Galat = JK Galat / db Galat
= 76,176/ 15
= 5,078374
F Hitung = KT perlakuan / KT Galat
= 7,0748 / 5,078374
= 1,393123
Tabel ANOVA
SK
Perlakuan
Galat
Total
db
4
15
19
JK
28,2992
76,176
104,475
KT
7,0748
5,078374
F hit
1,393123
F 5%
3,06
F 1%
4,89
Keterangan : menunjukkan hasil F hitung lebih kecil dari pada F tabel (F;0,05), ini berarti bahwa
penambahan biolife dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap egg mass
39
Ulangan
1
1,971
1,910
2,020
1,948
1,951
FK
2
1,973
1,963
2,013
2,062
1,788
Total
i =1
3
2,077
1,984
1,960
2,061
1,864
4
1,965
2,008
1,859
1,943
2,009
yij
j =1
t xr
r
Total
7,986
7,865
7,853
8,014
7,611
39,329
Rataan
1,997
1,966
1,963
2,003
1,903
39,3292
20
= 77,33846
=
JK Total
yij
i =1
FK
j =1
i=i
JK Perlakuan
=
=
r
yij
j =1 FK
t
4
= 77,36382 77,33846
= 0,02535
JK Galat
= JK Total JK Perlakuan
= 0,098 - 0,02535
= 0,072
KT Perlakuan
= JK Perlakuan / db Perlakuan
= 0,02535/ 4
= 0,00634
40
Sd
0,053879892
0,041905807
0,074580269
0,066954111
0,097062673
Lanjutan lampiran 5.
KT Galat = JK Galat / db Galat
= 0,072/ 15
= 0,004825
F Hitung = KT perlakuan / KT Galat
= 0,00634/ 0,004825
= 1,313915
Tabel ANOVA
SK
Perlakuan
Galat
Total
db
4
15
19
JK
0,025359
0,072
0,098
KT
0,00634
0,004825
F hit
1,313915
F 5%
3,06
F 1%
4,89
Keterangan : menunjukkan hasil F hitung lebih kecil dari pada F tabel (F;0,05), ini berarti bahwa
penambahan biolife dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap konversi pakan
41
= Rp 2700,-
= Rp 25000,-
Income Over Feed Cost (IOFC) = (Produksi telur x harga telur) - (konsumsi x
harga pakan perlakuan)
Perlakuan
P0
Rataan
Sd
P1
Rataan
Sd
P2
Rataan
Sd
P3
Rataan
Sd
P4
Ulangan
1
2
3
4
Pakan
Konsumsi
Perlakuan
(Rp/kg)
(g)
119,843
2700
119,481
2700
118,505
2700
119,495
2700
1
2
3
4
2705,573
2705,573
2705,573
2705,573
119,776
119,338
119,095
118,543
62,924
61,633
60,176
59,290
11500
11500
11500
11500
1
2
3
4
2711,145
2711,145
2711,145
2711,145
119,671
119,833
119,300
119,152
59,314
59,648
60,905
64,138
11500
11500
11500
11500
1
2
3
4
2716,712
2716,712
2716,712
2716,712
119,790
119,657
118,067
119,510
61,667
58,114
57,905
61,629
11500
11500
11500
11500
1
2
3
4
2722,278
2722,278
2722,278
2722,278
119,410
119,710
119,819
119,219
61,305
67,010
64,357
59,881
11500
11500
11500
11500
Rataan
Sd
42
Produksi
Telur
(g)
60,914
60,671
57,171
60,986
Harga
Telur
(Rp/kg)
11500
11500
11500
11500
IOFC
(Rp/hari)
376,939
375,123
337,509
378,699
367,067
19,760
399,561
385,905
369,805
361,114
379,096
17,077
357,668
361,062
376,965
414,549
377,561
26,054
383,730
343,240
345,152
384,056
364,044
22,933
379,939
444,727
413,926
364,084
400,669
35,986
Ulangan
1
376,939
399,561
357,668
383,730
379,939
FK
2
375,123
385,905
361,062
343,240
444,727
Total
i =1
3
337,509
369,805
376,965
345,152
413,926
yij
j =1
t xr
r
4
378.699
361.114
414,549
384,056
364,084
Total
Rataan
Sd
1468,269
1516,385
1510,244
1456,178
1602,676
7553,751
367,067
379,096
377,561
364,044
400,669
19,75971398
17,07660817
26,05381718
22,93277619
35,9865363
7553,7512
20
= 2852957,964
=
JK Total
yij
i =1
FK
j =1
i=i
JK Perlakuan
=
=
r
yij
j =1 FK
t
4
= 2856274,246 2852957,964
= 3316,281956
JK Galat
= JK Total JK Perlakuan
= 12861,686 - 3316,281956
= 9545,404
KT perlakuan
= JK Perlakuan / db Perlakuan
= 3316,281956 / 4
= 829,0705
43
FK
Lanjutan lampiran 7.
KT Galat = JK Galat / db Galat
= 9545,404 / 15
= 636,3603
Tabel ANOVA
SK
Perlakuan
Galat
Total
db
4
15
19
JK
3316,28196
9545,404
12861,686
KT
829,0705
636,3603
F hit
1,302831987
F 5%
3,06
F 1%
4,89
Keterangan : menunjukkan hasil F hitung lebih kecil dari pada F tabel (F;0,05), ini berarti bahwa
penambahan biolife dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap Income Over Feed Cost (IOFC)
44