Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu melebihi kebutuhan
anaknya dan dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu
walaupun anaknya sudah disapih atau lepas susu. Jenis ternak perah yang ada
antara lain sapi perah, kambing perah dan kerbau perah. Ternak perah diperlihara
khusus untuk diproduksi susunya.
Produksi susu nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi
nasional. Dengan demikian impor susu dan produk susu tetap dilaksanakan.
Proyeksi produksi susu, konsumsi susu dan impor susu akan terus meningkat,
sehingga perlu peningkatan populasi dan efisiensi produksi susu serta diversifikasi
ternak perah. Pemeliharaan kambing perah merupakan salah satu alternative upaya
diversifikasi ternak perah dan peningkatan produksi susu.
Efisiensi produksi susu berhubungan dengan efisiensi pemberian pakan dan
produksi susu. Produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan
termasuk managemen dan pemberian pakan. Metode yang umum ditempuh untuk
meningkatkan produksi susu adalah melalui perbaikan managemen dan pemberian
pakan yang terutama bertujuan untuk meningkatkan aliran substrat di dalam darah
(prokursor susu) menuju kelenjar ambing. Pada kambing aliran darah mammae atau
ambing meningkat 100-250% dalam 6 hari setelah beranak (post partum) dan
peningkatan aliran darah tersebut berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
uterus. Produksi susu akan meningkat apabila peningkatan aliran substrat tersebut
akan diikuti dengan peningkatan sel-sel sekretoris kelenjar ambing. Terjadi kenaikan
produksi sel sekretoris secara gradual yang diikuti oleh peningkatan menyolok sel
sekretoris 20 hari sebelum beranak (partus).
Bangsa kambing perah yang didatangkan dari daerah beriklim sejuk rentan sekali
terhadap cekaman panas. Untuk itu tata laksana pemeliharaan dan pemberian
pakan harus diperhatikan guna menekan sekecil mungkin pengaruh cekaman panas
tersebut. Rendahnya bobot tubuh ternak perah di Indonesia mungkin merupakan
hasil akhir adaptasi terhadap lingkungan yang lembab dan tropis.
Bobot tubuh ternak perah berkolerasi positif dengan produksi susu dan volume
ambing sangat berkolerasi dengan produksi susu. Ternak yang lambat dewasa
dengan kurva pertumbuhan mendatar cenderung menghasilkan susu lebih banyak
dibandingkan ternak yang tumbuh lebih cepat. Ternak perah mempunyai bobot
badan lebih rendah daripada ternak pedaging.

Produksi susu yang tinggi pada induk sedang laktasi selama bulan pertama
berpengaruh terhadap bobot tubuh induk dan dapat mengakibatkan penurunan
bobot tubuh selama bulan pertama setelah melahirkan (berkisar antara 15-16 %).
Penurunan bobot tubuh ini disebabkan oleh beberapa faktor misalnya nutrisi induk
selama sebelum dan sesudah beranak, musim beranak dan cara pemeliharaan.
Akan tetapi faktor cekamam laktasi belum jelas. Kehilangan bobot tubuh selama
laktasi sepenuhnya normal sehingga diperlukan energi tersedia yang tinggi untuk
produksi susu tanpa menyebabkan beban berlebihan pada sisitem pencernaan.
Perlunya tata laksana pemberian pakan yang baik pada saat bunting dan laktasi
agar tersedia cadangan yang cukup pada waktu beranak dan mencegah kehilangan
bobot tubuh yang berlebihan selama laktasi.
Sekresi susu naik cepat sesudah beranak dan akan lebih banyak pada kambing
perah yang beranak lebih dari satu anak. Jumlah susu yang disekresi per hari akan
naik untuk 2-4 minggu sesudah beranak dan banyak faktor yang mempengaruhi
lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh produksi maksimum. Peningkatan
produksi susu yang tidak diimbangi oleh peningkatan konsumsi pakan pada awal
laktasi mengakibatkan ternak akan memobilisasi cadangan nutrisi tubuhnya
sehingga terjadi penyusutan bobot tubuh selama laktasi untuk produksi susu.
Faktor-faktor lain mempengaruhi tinggi rendahnya produksi susu pada ternak
adalah ukuran dan bobot badan induk, umur, ukuran dan pertautan ambing,
pertumbuhan, jumlah anak lahir per kelahiran dan suhu lingkungan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalahini adalah:
Agar mampu menjelaskan bangsa-bangsa kambing perah
Dapat mengetahui jenis kambing yang di gunakan dalam penghasil susu yang baik
Nebgetahu berbagai bangsa-bangsa sapi perah di indonesia
BAB II
BANGSA-BANGSA KAMBING PERAH

Induk kambing perah yang laktasi memerlukan perhatian yang lebih terutama tata
laksana pemberian pakannya. Untuk memproduksi susu yang tinggi induk kambing
perah akan mengeluarkan cadangan energi di dalam tubuhnya sehingga
menyebabkan beret badannya akan turun. Pemberian pakan konsentrat harus
ditingkatkan dengan pola pemberian yang baik untuk mempertahankan produksi
susu dan untuk mengurangi laju penurunan berat badannya. Tata laksana

pemberian pakan saat induk kambing dikeringkan perlu diperhatikan agar induk
dapat mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masa laktasi berikutnya. Perlu
dibuat suatu pola pemberian pakan yang praktis dan efisien untuk induk laktasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan produksi susu per ekor per hari.

1.: 1. Bangsa-Bangsa Kambing Perah


Kambing perah merupakan kambing yang secara genetik dapat menghasilkan susu
dalam jumlah banyak sehingga melebihi kebutuhan susu cempenya dan dapat
diperah untuk dikonsumsi manusia. Berikut ini beberapa bangsa kambing perah
yang dikenal sebagai kambing penghasil susu yang produktif:
a. Alpine

Kambing alpine berasal dari pegunungan Alpen di Austria dan Prancis. Bobot betina
dewasa mencapai sekitar 55 kg dan memiliki kemampuan yang baik dalam
menyusui anak.
Adapun ciri-ciri fisiknya adalah:
- ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk
- warna bulu bermacam-macam mulai dari putih sampai kehitam-hitaman
- warna muka ada garis putih di atas hidung

b. saanen
Kambing saanen banyak diternakkan di daerah Switzerland Barat, Swiss. Kambing
ini sudah tersebar luas di seluruh dunia karena dapat menghasilkan 800 kg susu per
masa laktasi yang berlangsung selama 250 hari.
Berat badan saat dewasa sekitar 65 kg. Ciri-ciri fisiknya adalah sebagai berikut:
-

baik jantan maupun betina tidak bertanduk


warna : putih atau cream pucat/muda
hidung, telinga dan ambing berwarna belang hitam
dahi lebar, telinga sedang dan tegak

c. Toggemberg
Kambing toggenberg atau bangsa togg merupakan kambing lokal dari daerah

Switzerland Timur Laut, Swiss. Bobot kambing betina dewasa sekitar 45 kg.
Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 6 liter per hari.
Kambing ini mempunyai warna bulu cokelat dan putih di bagian mulut sampai daun
telinga serta keempat kaki sampai di bawah pangkal ekor.
d. Etawah
Kambing ettawah merupakan kambing yang berasal dari India, tepatnya dari
Jamnapari. Kambing etawah mempunyai berat badan rata-rata 55 80 kg dengann
produksi susu yang sangat tinggi, yakni bisa mencapai 4 liter per hari
Ciri ciri spesifiknya adalah
- memiliki wajah cembung dan rahang bawahnya menonjol
- daun telinga panjang dan lebar, terkulai ke bawah, serta rapat.
- kambing etawah baik jantan maupun betina mempunyai tanduk yang mengarah
ke belakang dan ke samping.
- Ada gelambir di leher, dimana gelambir pada jantan umumnya lebih lebar
dibandingkan gelambir pada betina
e. Peranakan Etawah ( PE )
Selain kambing etawah dari India, kambing jenis lain yang paling banyak dipelihara
di Indonesia dan diperah susunya adalah kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing
ini merupakan persilangan antara kambing etawah dan kambing kacang atau
kambing lokal Indonesia. Ciri-ciri kambing PE merupakan perpaduan dari ciri-ciri
kambing Etawah dan kambing kacang atau kambing lokal. Namun, ciri-ciri fisiknya
cenderung mengikuti kambing Etawah dari India, seperti masih adanya gelambir,
muka cembung, serta telinganya panjang, lebar dan terkulai.
Produksi susu kambing PE yang dipelihara secara intensif berkisar antara 1,5 3,5
liter per hari.
- panjang telinga berkisar 18 30 cm
- bobot badan jantan dewasa 40 kg dan yang betina sekitar 35 kg
- warna bulu bervariasi dari putih, coklat muda sampai hitam

Anda mungkin juga menyukai