PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan
energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium,
misalnya perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang
radio. Dikenal dua jenis radiasi, yaitu radiasi pengion (ionizing radiation) dan
radiasi nonpengion (non-ionizing radiation).
Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba. Indera
manusia tidak dapat mendeteksi radiasi sehingga seseorang tidak dapat
mengetahui kapan ia dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat diketahui
dengan menggunakan alat, yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri
dari detektor radiasi dan rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya, monitor
radiasi dilengkapi dengan alarm yang akan mengeluarkan bunyi jika ditemukan
radiasi. Bunyi alarm semakin keras apabila tingkat radiasi yang ditemukan
semakin tinggi. Monitor radiasi umumnya digunakan hanya untuk mengetahui ada
atau tidaknya radiasi.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya radiasi pada dengan
menggunakan detektor.
Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila
dikenai radiasiakan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah
dibahas sebelumnya.
Detektor radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang
disebabkan oleh penyerapan energi radiasi oleh medium penyerap. Sebenarnya
terdapat banyak mekanisme yang terjadi di dalam detektor tetapi yang sering
digunakan adalah proses ionisasi dan proses sintilasi.Apabila dilihat dari segi jenis
radiasi yang akan dideteksi dan diukur, diketahui ada beberapa jenis detektor,
seperti detektor untuk radiasi alpha, detektor untuk radiasi beta, detektor untuk
radiasi gamma, detektor untuk radiasi sinar-X, dan detektor untuk radiasi neutron.
Kalau dilihat dari segi pengaruh interaksi radiasinya, dikenal beberapa macam
detektor, yaitu detektor ionisasi, detektor proporsional, detektor Geiger muller,
detektor sintilasi, dan detektor semikonduktor atau detektor zat padat. Namun
pada makalah ini kami akan membahas detektor sintilasi.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Ionisasi.
Ionisasi adalah peristiwa lepasnya elektron dari ikatannya karena
menyerap energi eksternal. Peristiwa ini dapat terjadi secara langsung
oleh radiasi alpha atau beta dan secara tidak langsung oleh radiasi sinar-X,
gamma dan neutron.
Dalam proses ionisasi, energi radiasi diubah menjadi pelepasan sejumlah
elektron (energi listrik). Bila terdapat medan listrik maka elektron akan
bergerak menuju ke kutub positif sehingga dapat menginduksikan arus
atau tegangan listrik. Semakin besar energi radiasinya maka arus atau
tegangan listrik yang dihasilkannya juga semakin besar pula.
Proses Sintilasi.
Proses sintilasi adalah terpancarnya percikan cahaya ketika terjadi transisi
elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih
rendah di dalam detektor, bila terdapat kekosongan elektron pada orbit
yang lebih dalam. Kekosongan tersebut dapat disebabkan oleh lepasnya
elektron (proses ionisasi) atau loncatnya elektron ke lintasan yang lebih
tinggi ketika dikenai radiasi (proses eksitasi).
Dalam proses sintilasi ini, energi radiasi diubah menjadi pancaran cahaya
tampak. Semakin besar energi radiasi yang diserap maka semakin banyak
percikan cahayanya.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Dasar_02
.htm
2.3.Detektor Sintilasi
Proses sintilasi adalah terpancarnya sinar tampak ketika terjadi transisi
elektron dari tingkat energi (orbit) yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih
rendah di dalam bahan penyerap.
Proses sintilasi akan terjadi bila terdapat kekosongan elektron pada orbit
yang lebih dalam. Kekosongan tersebut dapat disebabkan karena lepasnya
elektron dari ikatannya (proses ionisasi) atau loncatan elektron ke lintasan yang
lebih tinggi bila dikenai radiasi (proses eksitasi).
Detector Sintilasi adalah sebuah alat untuk mendeteksi radiasi pengion
sensor, yang disebut sintilator. Terdiri dari kristal transparan, biasanya fosfor,
plastik (umumnya mengandung antrasena), atau cair organik yang fluoresces
ketika terkena radiasi pengion
Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan
photomultiplier. Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair maupun gas,
yang akan menghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion.
Photomultiplier digunakan untuk mengubah percikan cahaya yang dihasilkan
bahan sintilator menjadi pulsa listrik. Tabung photomultiplier sensitif (PMT) yang
berfungsi untuk mengukur cahaya dari kristal. PMT melekat pada sebuah penguat
elektronik dan peralatan elektronik lainnya untuk menghitung dan mengukur
amplitudo sinyal yang dihasilkan oleh photomultiplier.
Detector sintilasi prinsipnya didasarkan pada karya Antoine Henri
Becquerel yang menemukan pendar partikel uranium. Detector sintilasi banyak
digunakan karena pembuatan yang murah namun dengan efisiensi kuantum yang
baik.
Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi
menjadi dua tahap yaitu :
*
tabung photomultiplier.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Dasar_04.htm
proses photolistrik
efek Compton
bentukan pasangan
Pada pancaran sinar gamma tidak ada tebal tertentu yang dapat
menyerap semua sinar gamma dalam materi, seperti untuk sinar alpha dan
sinar beta. Besar intensitas sinar gamma yang melalui materi akan turun
secara eksponensial sesuai dengan persamaan :
Keterangan :
pl = Koeff absorpsi sinar gamma akibat proses efek photo listrik
c = Koeff absorpsi sinar gamma akibat proses efek Compton
pp = Koeff absorpsi sinar gamma akibat proses bentukan pasangan
b. Efek Photolistrik
Pada peristiwa ini sinar gamma berinteraksi dengan elektron yang
terikatoleh inti atom menimbulkan elektron terlepas dari ikatannya.
Besar energikinetik elektron tersebut sama dengan besar energi sinar
gamma dikurangienergi ikat elektron.
c. Efek Compton
Pada peristiwa ini sinar gamma berinteraksi dengan elektron bebas
atau atom yang terikat lemah suatu atom sehingga mengakibatkan
elektron terlepas dan terjadi hamburan sinar gamma. Proses tersebut
dapat dilihat pada gambar :
Keboleh jadian ini terjadi untuk energi sinar gamma sekitar 0,5
MeV - 5 MeV. Dalam hal ini khusus apabila terjadi backscattering
(sudut sama dengan1800) maka energi sinar gamma yang terhambur
adalah :
dengan
Ekin adalah energi gerak positron dan elektron. Hasil akhir ketiga peristiwa
tersebut adalah elektron yang dapat dimanfaatkan untuk sistem deteksi sehingga
akhirnya lewat ketiga peristiwa tersebut dapat dideteksi intensitas dan energi sinar
gamma.
(http://www.scribd.com/doc/126332448/Detektor-Sintilasi)
2.4.Pengukuran radiasi
Terdapat dua cara pengukuran radiasi yaitu cara pulsa (pulse mode) dan
cara arus (current mode). Sistem pengukur yang digunakan dalam kegiatan
proteksi radiasi, seperti survai meter dan monitor radiasi biasanya menerapkan
cara arus (current mode) sedangkan dalam kegiatan aplikasi dan penelitian
menerapkan cara pulsa (pulse mode).
Cara pulsa
Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan dikonversikan menjadi
sebuah pulsa listrik, baik dengan mekanisme ionisasi maupun sintilasi.
Bila kuantitas radiasinya semakin tinggi maka jumlah pulsa listrik yang
dihasilkannya semakin banyak. Sedangkan semakin besar energinya
semakin tinggi pulsanya. Informasi yang dihasilkan dengan cara pulsa
adalah jumlah pulsa (cacahan) tinggi pulsa listrik.
Untuk meng "konversi" kan sebuah radiasi menjadi sebuah pulsa
listrik dibutuhkan waktu tertentu, yang sangat dipengaruhi oleh jenis
detektornya. Bila terdapat dua buah radiasi yang datang secara berurutan
dengan selang waktu lebih cepat daripada waktu konversi detektor, maka
radiasi yang terakhir tidak akan tercacah.
Cara Arus
Pada
cara
arus,
radiasi
yang
memasuki
detektor
tidak
dikonversikan menjadi pulsa listrik secara satu per satu, melainkan ratarata
dari
akumulasinya
dalam
konstanta
waktu
tertentu
dan
2.6. Surveimeter
Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada
suatu
area
secara
langsung.
Jadi,
seorang
pekerja
radiasi
dapat
Semua jenis detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung, seperti
detektor isian gas, sintilasi dan semikonduktor, dapat digunakan. Dari segi
praktis dan ekonomis, detektor isian gas Geiger Muller yang paling banyak
digunakan. Detektor sintilasi juga banyak digunakan, khususnya NaI(Tl)
untuk radiasi gamma, karena mempunyai efisiensi yang tinggi.
137
Cs diserap
seluruhnya oleh elektron-elektron pada kristal detektor NaI(Tl) maka interaksi ini
disebut efek fotolistrik yang menghasilkan puncak energi ( photopeak ) pada
spektrum gamma pada daerah energi 662 keV. Apabila foton gamma berinteraksi
dengan sebuah elektron bebas atau yang terikat lemah, misal elektron pada kulit
terluar suatu atom, maka sebagian energi photon akan diserap oleh elektron dan
kemudian terhambur. Interaksi ini disebut dengan hamburan Compton.
Titik batas antara interaksi Compton dan foto listrik menghasilkan puncak
energiyang disebut Compton edge. Puncak Backscatter disebabkan oleh foton
yang telah dihamburkan keluar ternyata didefleksi balik kedalam detektor
sehingga terdeteksi ulang. Spektrum di atas merupakan contoh karakteristik
spektra dari isotop 137Cs, setiap isotop mempunyai karakteristik pola spektral yang
berbeda-beda yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi isotop-isotop tersebut.
2.8.Komponen Komponen Utama Reaktor
2.9.Jenis Reaktor
PWR, Pressurized Water Reactor merupakan jenis reaktor berteknologi
barat yang paling banyak dibangun, karakteristik reaktor jenis ini adalah adanya
pressurizer, yang berfungsi mengatur tekanan sistem pendingin primer. Sebagian
besar reaktor jenis PWR baik yang digunakan untuk tujuan komersil (PLTN)
2.11.