alah satu program yang telah digulirkan oleh HR Excellency selama tiga tahun terakhir
ini adalah EQ (Kecerdasan Emosional) untuk remaja dan siswa/i di sekolah. Kami
menyebut program ini sebagai EQ FOR YOUTH. Saat ini, telah lebih dari lima angkatan
telah dilahirkan. Saat ini, kami memfokuskan pada para siswa SMP dan SMA. Dan para peserta
yang ikutpun berasal dari berbagai latar belakang sekolah yang luar biasa: Al-Azhar, Penabur,
Sekolah Pelita Harapan, Ursula, Kanisius, Tarakanita, Sekolah Global, JIS, serta berbagai
sekolah negeri terkemuka lainnya. Bahkan, beberapa siswa yang menjadi peserta program
ini merupakan para juara olimpiade Biologi, Kimia internasional. Sungguh kami bangga bahwa
program EQ for Youth ini bisa turut memberikan inspirasi bagi pengembangan karakter rekanrekan kita dengan latar belakang yang begitu luar biasa dan mengagumkan.
Saat ini, HR Excellency pun telah mulai bekerjasama dengan banyak sekolah untuk
mengadakan program ini secara tahunan. Salah satunya adalah kerjasama yang baru-baru ini
kita lakukan dengan Sekolah Kesatuan di Bogor. Kami menyebutkan EQ GOES TO SCHOOL
(EGTS).
Terus terang, perubahan zaman telah menuntut adanya pendidikan alternatif selain
pendidikan akademik yang membuat suatu sekolah menjadi lebih unggul (keunggulan komparatif).
Nah, salah satu sekolah yang menyadari tentang hal ini adalah Sekolah Kesatuan Bogor yang
pengalaman program pengajaran EQ-nya, menjadi sumber ide untuk penulis e-book ini. Untuk
itu, terima kasih setulusnya kami sampaikan pada pihak Yayasan maupun staf pengajar di
Sekolah Kesatuan Bogor, khususnya untuk jenjang SMA-nya.
Harapan kami, e-book yang ditulis segera setelah program terakhir yang baru-baru ini
kami lakukan bersama dengan siswa/i di Sekolah Kesatuan Bogor ini bisa memberikan inspirasi
bagaimana suatu sekolah, selain fokus pada akademiknya, juga turut mengembangkan karakter
anak didiknya. Dengan demikian, sekolah tidak hanya menciptakan para manusia robot yang
pintar tetapi tidak punya karakter sama sekali. Memang, EQ (Keceradasan Emosional) HANYA
salah satunya saja. Dan sebenarnya, masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk
mengembangkan karakter siswa/i nya. Dan semoga saja, e-book ini turut memberikan inspirasi
bagi sekolah-sekolah di Tanah Air kita untuk lebih peduli lagi soal pengembangan karakter anakanak mereka!
Tim HR Excellency
2 | HR Excellency
ukan cuma dalam soal mengurus ladang dan kebun saja pepatah ini berlaku. Resep
kuno inipun juga mujarab dalam perkara membesarkan anak. Pakem yang mengatakan
kalau
sukes
anak-anak
kita
awal saya membuat taman di rumah. Ketika itu, paradigma saya soal tanam menanam masih
sangat polos. Di benak saya, yang namanya tanaman tinggal dicekok pupuk urea dan npk, maka
hasilnya pasti dijamin tokcer. Nyatanya, setelah keluar modal membeli pupuk urea dan npk,
yang saya dapatkan malah tanaman yang daunnya malah menguning .... bahkan nyaris mati.
Kondisi hara tanah di taman saya menjadi tidak seimbang karena unsur asamnya terlalu tinggi.
Barulah saya sadar, bahwa ada pupuk lain yang harus saya kelola demi mendapatkan hasil
tanaman yang hijau dan segar sepanjang waktu.
Nah, sebagai tanaman paling ruwet di dunia, anak-anak kita pun jangan-jangan menjadi
korban paradigma pupuk yang keliru. Di benak banyak orangtua, IQ adalah pupuk wajib yang
harus dipunyai anak-anak mereka sebagai senjata utama memanen sukses masa depan mereka.
Kalau anak-anak kita bisa meraup predikat anak jenius atau anak pintar, maka kontan kita
sebagai orangtua bakal merasa bangga. Dengan mantapnya orang tua akan bersabda kepada
anaknya, Kalau engkau pintar, pasti sukses gampang diraih! Tapi, faktanya ternyata tidak
sesederhana itu.
4 | HR Excellency
tidak punya daya tahan tangguh menghadapi rintangan. Pendek kata, orang-orang yang sekedar
pintar saja bisa jadi nasibnya berakhir sebagai orang yang tidak menyenangkan.
Celakanya, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi masih belum bisa all out dalam
mengejawantahkan EQ dalam kurikulumnya. Porsi takaran IQ masih mendominasi content
pengajaran di ruang kelas. Dampaknya, sampai dengan detik ini jebolan-jebolan sekolah
dan perguruan tinggi masih berat sebelah, alias mereka siap untuk bekerja, tapi tidak siap
untuk hidup. Mereka cekatan membaca makalah, namun bingung di saat harus bisa
membaca orang. Mereka sigap mengerjakan tugas, namun mengalami kepusingan di saat
harus bernegosiasi. Bisa dibayangkan apa jadinya sebuah organisasi atau keluarga yang didiami
orang ber-EQ rendah.
Bagaimana dengan keluarga Anda? Yakinkah bahwa anak-anak Anda sudah dipersenjatai ilmu
EQ yang memadai untuk menyusun masa depannya? Atau jangan-jangan selama ini unsur hara
anak-anak Anda tidak seimbang karena terlalu gencar diberikan pupuk IQ namun tidak pernah
menenggak vitamin EQ sedikitpun?
sebagai salah seorang genius yang pernah hidup di muka bumi ini. Konon,
dikabarkan IQ-nya mencapai 250 hingga 300. Wah, sungguh IQ
yang menakjubkan. Bayangkan saja, IQ 140 saja sudah dianggap hebat,
apalagi sampai 250.Bahkan, dikatakan si Wliiam Sidis ini sampai sudah bisa
baca New York Times di usia 2 tahun. Bayangkan, di usia 2 tahun, kamu
baru bisa ngapain aja? Namun, dalam perkembangannya, William
meninggal di usia 46 tahun dalam kondisi miskin, menganggur dan terasing. Dan
ia sendiri, tidak pernah menyelesaikan studinya. Sungguh mengenaskan bukan?
Nah, kisah William James Sidis harusnya jadi pelajaran buat kita. Selama ini mungkin kita
seirngkali terpaku untuk mengejar anga-angka dan ranking di sekolah. Hal itu tidaklah buruk
tetapi jangan sampai kehidupan Kecerdasan Emosional kita jadi terbelakang.
Jangan menjadi seperti William James Sidis yang begitu pintar namun terasing dan akhirnya
dikucilkan. Tetapi, eits ... jangan juga langsung berkata, Kalau begitu aku nggak butuh
sekolah!. Itupun salah juga. Kita membutuhkan keseimbangan antara IQ kita dan
EQ kita. Jadilah remaja yang seimbang. Yakni antara prestasi akademik dengan kemampuan
EQ Anda. Itulah yang pas. Jangan sampai hanya berat sebelah. Sanggupkah kamu meraihnya?
Itulah tantanganmu. Jadilah remaja yang pintar tetapi juga gaul. Mungkin nggak ya? Siapa
bilang nggak mungkin?
(Dikutip dari buku: 101,5 Inspirasi Keceradasan Emosional Bagi Kaum Muda karya Anthony Dio Martin
diterbitkan oleh Penerbit Raih Asa Sukses, 2011)
program dahsyat EQ for Youth dan EQ Goes to Campus. Di sini kami merancang
kelas workshop EQ yang tiap angkatannya terdiri dari 25 sampai dengan 35 peserta remaja.
Dengan setelan modul dan metode delivery materi yang khusus di tuning untuk anak-anak
muda, akhirnya kami berhasil menyuntikkan EQ kepada orang-orang muda Indonesia. Dalam
workshop ini, kami membuka gembok mental para remaja, dan meng-instal paradigma baru
akan pentingnya ketrampilan EQ dalam kehidupan mereka. Lalu, EQ para remaja ini ditempa
melalui empat tahapan pembelajaran, yakni tahapan Emotional Awareness (penyadaran
emosional), Emotional Acceptance (penerimaan emosional), Emotional Affection
(hubungan emosional), dan Emotional Affirmation (penguatan emosional).Dengan kombinasi
metode sharing verbal, simulasi, refleksi, dan kerja tim para peserta digodok untuk menemukan
6 | HR Excellency
Jujur saja, walaupun HR Excellency sudah katam dengan urusan Workshop EQ selama hampir
10 tahun, seringkali kami deg-degan juga dengan kelas EGTS ini (EQ Goes to School). Pasalnya,
selama ini kami jarang menggagas paket workshop EQ penuh yang sifatnya massal dengan para
siswa sekolah. Kalaupun di lingkungan sekolah kami seringkali memboyong paket training EQ
yang lengkap, itupun pesertanya biasanya adalah para guru-gurunya. Arena Training EQ dengan
jumlah massal para siswa jarang kami jejaki mengingat tingkat kesulitan men-training remajaremaja tanggung cukup tinggi. Tingkat konsentrasi dan kedalaman yang bisa dicapai dengan
peserta para pelajar sangatlah tidak bisa diprediksi. Tanpa modul dan metode yang ampuh,
workshop EQ untuk remaja dalam jumlah banyak hanya akan berakhir sebagai sesuatu yang
generik dan hambar di mata remaja.
Bersyukurnya, kami memiliki pengalaman yang lebih dari cukup dengan lima kali event
camp EQ for Youth yang sudah kami adakan, walaupun di event itu jumlah maksimal pesertanya
biasanya berkisar 30 orang. Kami sungguh menyadari bahwa peta peperangan dengan peserta
30 orang akan sangat berbeda bila pesertanya
70-an orang. Ekologi dan atmosfernya tidak
sama, sehingga membutuhkan persiapan yang
lebih matang.
Karena itulah, kami memeras keringat otak
dan hati kami untuk meramu metode dan model
pelatihan EQ yang sedikit berbeda untuk bisa
merangkul para siswa ini. Istilahnya, sebagai
para pendekar EQ - kami harus naik gunung dulu
mengasah keris kesaktian kami demi kesuksesan acara ini.
Dan hasilnya ... sungguh di luar dugaan kami. Ledakan antusiasme dan inspirasi nyata sekali
terpancar dari para siswa Sekolah Kesatuan selama sesi demi sesi pelatihan ini. Mereka begitu
totalnya mengikuti alur pelatihan, membuka diri penuh terhadap setiap tusukan inspirasi yang
8 | HR Excellency
ada. Di sesi-sesi yang ringan mereka bisa tertawa begitu renyahnya. Dan air mata merekapun
bisa tumpah bersama saat mengarungi sesi-sesi refleksi yang dalam. Bahkan mereka yang tadinya
merasa terpasung harus ikut camp jadinya malah berbalik ketagihan dan minta lagi. Kak, aku
minta remedial, supaya nanti bisa ikutan lagi! Pleaseeeee ...! Itu celotehan mereka saat
detik-detik akhir pelatihan. Ada juga yang ngomel-ngomel merasa waktunya kurang, Kak, gak
mau pulangggg! Tambah 2 minggu lagi!
Terbayar juga tetesan keringat kami. Melihat wajah-wajah siswa yang luar biasa selama
pelatihan membuat kepala kami serentak tertunduk bersyukur kepada Tuhan. Bukan cuma itu
saja, hati kami bahkan dibuai lebih dalam membaca seruan-seruan spontan mereka di milis
facebook ataupun BBM, diantaranya :
Pas EQM gw banyak banget belajar di sana,pas pulang dari sana hubungan gue sama orang
tua juga bisa lebih deket dari sebelumnya, gue mo bilang makasih buat smua motivator
yang udah ngasih banyak pelajaran buat gue waktu EQM Kemaren.
Setelah EQM saya jd lebih sabaran hahahaa.
Ingin berbuat lebih untuk orang tua...
Sepulang dari EQM, gue merasa banyak banget perubahan sama ortu.. Termasuk mama
menjadi lebih dekat dgn canda-tawanya. Thanks a lot EQM !!
Abis EQM sadar banget kalo hubungan keluarga gue perlu diperbaikin,dan hari ini gue udah
melakukan sesuatu yg beda yg menurut gue WOW.
Sebelum gue ikut EQM, gue sempet mikir buat apa sih ikut beginian? Tapi ternyata abis
ikut EQM, masih mau tambah hari lagi. makasih ya semuanya.
Dulu waktu SD sampai SMP gue suka minder karna gue ga bisa ngomong R,gue pengen
sama kaya orang lain yang bisa ngomong R,semenjak gue ikut EQM gue sadar ngapain gue
harus minder,karna semua org punya kelebihan dan kekurangan.
Membaca semua curahan tulus dari mereka ini benar-benar membakar sumbu semangat
kami. Akhirnya dengan resmi kami menyatakan kelas EQ Goes to School kali ini sukses mencetak
goalnya. Harapan kami sederhana sekali, sekalipun tidak semuanya peserta akan berubah
drastis, paling tidak di Sekolah Kesatuan kelak akan muncul sosok-sosok remaja bersahaja yang
bisa sejengkal lebih baik dalam hal-hal yang sederhana untuk mengubah dunianya menjadi
lebih baik.
eringkali, kami ditanya oleh pihak sekolah maupun oleh pihak orang tua. Apa sih
sebenarnya EQ (Kecerdasan Emosional) serta apa sih target dari pengajaran EQ bagi
siswa/i di sekolah? Maka, secara singkat, dapat kami rumuskan bahwa tujuan dari
pembelajaran EQ GOES TO SCHOOL sebenarnya adalah:
Semua target ini memang kelihatannya bombastis dan ambisius. Tetapi, dilihat dari
pengalaman serta hasil yang telah kami capai selama ini, kelihatannya target ini tidaklah
terlalu ambisius. Bahkan, ada lebih banyak lagi poin-poin hidup yang diperoleh para siswa/i ini
sepulangnya dari workshop ini.
Namun, kami selalu percaya bahwa semua yang dipelajari selama workshop bisa sia-sia
belaka jika lingkungannya tidak mendukung. Karena itulah, sepulang dari workshop kami
selalu me-wanti-wanti para orang tua dan gurunya untuk menjadi partner yang baik
dalam mengembangkan EQ anak-anak mereka. Karena itulah, kami biaanya juga memberikan
beberapa tips, baik kepada para orang tua maupun kepada para guru.
10 | HR Excellency
Anda sekedar pintar, ataukah Anda berhasrat membesarkan anak yang pintar sekaligus
bijak?
Kadang-kadang, kami memang mendapatkan pertanyaan:
Pak, bagaimanakah yang bisa kami lakukan untuk
mengembangkan kemampuan kecerdasan emosiona
anak kami?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
ada beberapa langkah yang kami sarankan!
Dan kalau ada waktu bicarakan atau omongkan. Tetapi, tips dari kami adalah: jangan
terlalu menggurui. Baru-baru ini, kami mendapat seorang remaja yang orangtuanya
pebisnis sukses dan suka menjejali dengan ilmu manajemen yang membuatnya malas
ngobrol dengan orang tuanya. Niatnya memang baik, tetapi cara orang tua itu keliru.
Bicarakanlah seperti seorang teman.
Free E-Book EGTS | 11
4. Kreatif mengaitkan. Setiap kali ada kejadian, peristiwa, berita ataupun hal-hal
yang terjad disekitar kita, hal itu bisa kita jadikan sebagai cantelan untuk mengajarkan
sesuatu. Misalkan saja, membahas perampokan yang baru saja terjadi di depan rumah.
Hal ini bisa Anda selipkan bahwa Perampok itu tekun, perencanaan matang dan sabar
mengintai. Hanya saja, sayangnya, semua sifat baik itu dipakai untuk melakukan hal
yang jahat!.
8. Tunjukkan afeksi.
perasaan Anda. Tatkala Anda merasa sedih, cinta dan senang, mengapa tidak belajar
mengekspresikannya di depan anak? Misalkan belajar mengeskpresikan cinta kita kepada
12 | HR Excellency
pasangan kita di depan anak. Ataupun menunjukkan kerentanan perasaan kita saat
misalnya ada anggota keluarga yang meninggal ataupun sakit, bukanlah hal yang terlalu
tabu untuk diekspresikan. Anak belajar bahwa, Its okay to show your emotion. Coba
dengar apa yang pernah dikatakan oleh seorang peserta anggota EQ for Youth, Untuk
pertama kalinya kami konek secara emosi, waktu kakek meninggal. Saat itu, aku melihat
papa yang biasanya tegar, duduk menangis. Dan aku memeluk papa dan kami menangis
bersama. Itulah kenangan perasaan kami yang tak akan pernah terlupakan.
9. Mainkan rem dan gas. Sebagai orang tua, rem adalah ketegasan
kita saat anak membuat kesalahan. Dan gas adalah pujian kita. Nah, remaja yang
sehat membutuhkan ketegasan dan pujian dari kita, orang tuanya. Jangan menjadi orang
tua yang hanya marah-marah, tanpa pernah mengapresiasi. Tapi, jangan pula menjadi
orang tua yang hanya membiarkan tanpa melatih disiplin dan ketegasan. Mainkan kedua
hal ini dalam interaksi dengan anak kita.
di HR Excellency
dengan menelpon 021-3518505 ataupun 021-3862521.
fasilitator kami (Mbak Dian, Mbak Fanny ataupun Mbak Fina)
erikutnya, bagaimana dengan para guru? Apakah yang bisa dilakukan oleh para guru
di sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional para siswanya?
1. Jangan jadi guru sejarah, tapi jadilah tour guide. Yang merasa
guru sejarah, jangan marah dulu ya! Tapi maksudnya begini. Mengapa kalau kita ikut
tour dan dijelasin sama si tour guide, kok nggak merasa bosan dijelasin panjang lebar
soal sejarah dan pernak-pernik masa lalu. Jawabannya sederhana, karena dijelaskan
dengan cara yang menarik. Nah, saya pernah punya guru sejarah yang seperti itu.
Belajar sejarah jadi menarik. Tapi kok tiba-tiba jadi ngomongin sejarah? Nah, kalau
digeneralisasi sebenarnya pelajaran apa pun bisa menarik kalau diceritakan, diajarkan
dengan hati dan dengan berbagai gaya yang menyenangkan. Guru, bukan saja harus
menarik dari sisi logika (kelihatan pintar) tetapi dari sisi emosionalnya juga dong (siswa
akan bilang, Asyik ya pelajarannya!).
punya tempat curhat. Akibatnya, mereka curhat pada temannya yang setali tiga uang
alias sama-sama nggak tahu. Akibatnya? Banyak yang makin tersesat (lha orang buta
menuntun orang buta). Karena itu, terkadang, guru perlu dekat dan menjadi kuping bagi
siswa untuk curhat dan cerita. Banyak guru yang terlalu jaim dan jaga jarak. Padahal,
jaman sekarang sistem dan pendekatan sudah berubah. Tidak zamannya lagi, guru-guru
yang killer. Justru, siswa butuh guru yang bisa mendengarkan. Masalahnya, terkadang
di rumah, mereka tidak ada yang mendengarkan. Kasihan lho!
berkembang konsep psikologi positif. Psikologi ini mengatakan bahwa jauh lebih mudah
mengembangkan anak demi masa depan dengan berfokus pada kelebihannya daripada
terus-menerus memarahi kekurangan mereka. Anak yang terus-menerus dipersoalkan
kekurangannya bukannya tambah pede, tapi malah tambah minder. Ingatlah dengan
pepatah, Kemana kamu memuji, kesanalah ia akan menjadi.... Jadi, kemanakah Anda
memuji murid Anda?
6. Jadilah motivator mereka. Banyak siswa yang pandai tapi kurang motivasi.
Bukan hanya orang bekerja yang butuh motivasi, siswapun butuh motivasi. Nah, pernahkah
nda menyelipkan kata-kata dan pepatah yang mmbangkitkan semangatdan gairah hidup
mereka. Saya ingat sekali kalimat motivasi guru saya yang mengubah hidup saya, Orang
berubah karena tiga hal. Buku yang kamu baca, apa yang kamu pikirkan setiap hari. Dan
dengan siapa kamu bergaul. Ternyata guru saya mengutip dar Orison Swett Marden.
Tapi, kalimatnya tidak pernah saya lupakan. Jadi, selain mengajar, jadilah motivator
bagi mereka.
pernah mengumpulkan uang untuk anak guru kami yang sakit. Awalnya, ia menolak
menerima. Tapi ketika kami betul-betul mengatakan ketulusan kami membantu, si guru
itu menangis di kelas. Kami semua menangis pula. Dan, dua puluh tahun kemudian,
ingatan itu menjadi ingatan yang luar biasa tentang ketulusan guru tersebut.
didekati secara personal. Tetapi, selama ada niat, kita bisa mendekati mereka. Lebihlebih kepada yang lebih bermasalah dan punya problem. Celakanya, banyak guru lebih
suka dekat dan sayang dengan yang pintar dan hebat. Tetapi, justru yang bodohlah yang
sebenarnya butuh pendampingan. Pengalaman kami juga membuktikan bahwa banyak
siswa yang tampak bodoh sebenarnya bukanlah bodoh tetapi punya masalah di rumah.
Jadi, mereka butuh didampingi dan dibantu.
karakter. Biasanya siswa punya program live in, tinggal bersama dengan orang
miskin. Program retret ataupun program pesantren kilat, dll. Ini adalah program dimana
pendidikan EQ bisa ditanamkan bersama-sama dengan pendidikan rohani. Guru-guru
bisa membuat program sendiri dan menciptakan program ini bagi siswa/i mereka.
Masalahnya, banyak guru yang MALAS untuk melakukannnya dengan berbagai alasan.
Atau, apabila tertarik, seperti yang telah dilakukan oleh Sekolah Kesatuan baru-baru
ini, bisa bekerjasama dengan tim fasilitator EQ FOR Youth untuk menyelenggarakan
program EQ GOES TO SCHOOL. Apabila Anda seorang guru, kepala sekolah dan ingin tahu
lebih banyak mengenai program ini, Anda boleh berkonsultasi dan ngobrol dengan para
fasilitator kami (Mbak Dian, Mbak Fanny ataupun Mbak Fina) di HR Excellency dengan
menelpon 021-3518505 ataupun 021-3862521.
Akhir kata, kami lampirkan berbagai komentar positif dan pikiran dari rekan-rekan muda
setelah mereka mengikuti program EQ GOES TO SCHOOL SMA Sekolah Kesatuan Bogor
yang baru saja kami lakukan:
16 | HR Excellency
Selama mengikuti egts luar biasa bgt, gak ada yang namanya garing, gak nyesel kalo ikut
egts. Materi yang gue suka yaitu tentang tips sukses dan lebih mendekatkan diri pada
keluarga. Setelah ikut egts ini, gue bisa mengendalikan emosi gue.
Cemungutthh, jemaah.....
Tommy Hansen, SMA Kesatuan, kelas X.
Perasaan saya selama mengikuti egts, saya sangat senang dan acaranya seru sekali, karena
materi yang disampaikan sangat bermanfaat. Bagi saya pokoknya gak bosen karena banyak
game yang seru-seru. Dan materi yang paling saya sukai yaitu saat mempelajari emosi yang
ternyata emosi kita dapat dikontrol oleh amygdala kita sendiri. Perubahan yang saya alami
setelah ikut egts, saya dapat membedakan emosi yang negatif dan positif, dan saya dapat
mengubahnya menjadi suatu rangkaian besar untuk meraih kesuksesan.
Halimun, kelas X- 2
Kesan saya egts seru banget, apalagi fasilitator dan trainer-trainernya gila, kalo misalnya
ikut disana, udah deh urat malu putus! Pokoknya pengen nambah 2 minggu lagi! Materi
yang berkesan yaitu waktu diajarin emosi yang ada di otak kita, dan waktu diajarin bahwa
kita bisa mengikuti nurani kita tanpa harus ngikutin apa yang disuruh orang. Perubahan
setelah ini, jadi lebih ceria dan berpikir positif, trus sama orang tua juga makin deket,
sama adek juga sayang, sama temen-temen juga gak terlalu nge-bully lagi.
Salam kesatuan ... cemunguutthh semuanya ....
Gue pertama kali ngebayangin bakal bosen, ternyata enggak, justru seru banget! Setelah ikut acara ini gue jadi PD banget dan gak minder dengan kekurangan gue, yaitu
gue gak bisa dengar, justru sekarang gue bangga dengan apa adanya gue, dan gue
udah gak minder setelah tau ada beberapa tokoh yg punya kekurangan tapi mereka
bisa menutupi kekurangan mereka dengan kelebihan mereka. Semangat!
Acara egts ini bagus bgt buat anak bangsa, penyampaian materinya sangat bagus dan
mudah dipahami oleh kita -kita. Gw pengen acara ini dikembangin dan dilanjutin agar
anak bangsa menjadi lebih baik. Materi yg gw sukain yaitu ternyata kita bisa mengelola
emosi kita menjadi energi positif. Sejak gw ikut acara egts ini perubahan yg gw alami
gw jadi lebih yakin dan PD, gw akan sukses dan meraih cita-cita gw dan membuat ortu
gw bangga, pesan gw jadilah diri lu dan jadilah lebih baik!
Gw sempat gak naik kelas, dan gw merasa gw jatoh bgt, tapi sejak ikut egts ini gw lebih
percaya diri, dan gw sadar bahwa gw harus bangkit dan maju terus!
kesan gw.. lu rugi kalo lu gak ikutin, gw ngerasa ini pelajaran berharga buat gw, banyak hal
yg gw anggaps epele tryata itu buat hidup lebih baik, contohnya menyapa ortu
awalnya biasa aja, bosen,ngatuk, dsb. setelah ikut ini lu jadi tau apa yg akan terjasdi
kedepannya sam lu, cita-cita, bahkan ortu lu yg gak pernah lu sapa, lu curhat ke mereka
lah.gw sampai nangis waktu baca curhat ortu gw di surat, karna tau bahwa mereka bangga
punya anak spt gw.
18 | HR Excellency
Saya mengikuti egts berarti bgt, selain membentuk smosi biar stabil, bisa juga belajar
bersosialisasi tanpa malu. Pokoknya seru, banyak gamesnya yang bisa melatih emosi
biar teratur, juga mengajar kekompakan dgn temen-temen, dan bisa mengeluarkan
ide yang bisa diterima temen-temen. Sebelumnya gw pemalu bgt dan gak bisa
omong tiba2 di depan kelas. Setelah ikut ini gw bisa lebih PD dana matang dan bisa
mengontrol emosi terhadap diri sendir, dan mengontrol emosi dengan ortu. Selama
lu masih punya ortu, sayangilah ortu lu, karna gak ada kesempatan 2 kali, terutama
nyokap yg udah ngelahirin dan merawat dgn susah payah.komitmen gw, gw harusd
menjadi generasi penerus bangsa yg berguna dan bisa bantu orang disekitar gw yg
memerlukan bantuan gw.
gw ngerasa gw udah jadi diri gw sakarang. dulu setiap kali punya masalah gw simpen
sendiri, tp skrg gw sadar bahwa gw punya sahabat yg bakal selalu ada sampai tua
pun, yaitu diri gw sndiri, dan sahabat yg laein yaitu ortu dan teman2 di sekitar. pesan
gw supaya acara ini akan selalu ada untuk membangun diri dan oekercayaan anak2
bangsa danmemejukan bangsa. materi yg gw suka yaitu dimana lu gak slamanya
harus mengikuti suruhan orang. ada saatnya lu bisa nolak walaupun itu merugikan diri
lu snediri. be your self but better!
rasanya bosen dan biasa aja, tp ternyata setelah saya ikuti saya bangga dan lega, disitu juga ada sesi dimana
kita mengaca pada diri sendiri, kita bisa tau segala kelebihan dan kekurangan kita. saya juga lebih PD.
gw merasa sangat beruntung bisa ikut acara ini. awalnya gw gak ngerti EQ itu apa, setelah ikut acara ini gw
jadingerti eq itu apa dan jadi lebih PD dan bangga dengan diri gw meskipunbanyak kekurangan dalam diri gw
sndiri, pesan gw, hargai ortu lu selagi dia ada
waktu malam gue ketemu ama seseorang, yg ada dalam diri gue, temen lama gue; sahabat
gue yg gw gak tau ternyata dia itu ada, rasanya tuh terharu bgt .. Semoga buat yg ikut
egts kalian bisa berubah..!