709e2-Distribusi Ikan Karang Di Pantai Bama Taman Nasional Baluran Jawa Timur-Libre
709e2-Distribusi Ikan Karang Di Pantai Bama Taman Nasional Baluran Jawa Timur-Libre
TIMUR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi jenis jenis ikan karang yang tersebar
pada ekosistem terumbu karang, zona transisi dan ekosistem padang lamun di perairan pantai Bama,
Taman Nasional Baluran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode transek dengan tiga
transek yang mewakili ekosistem terumbu karang, zona transisi (antara padang lamun dan terumbu
karang) dan ekosistem padang lamun dengan panjang tiap-tiap transek 100 m sejajar dengan garis
pantai. Pengambilan data ikan dilakukan dengan menggunakan metode sensus visual. Data kesamaan
komunitas dianalisa dengan indeks Morishita-Horn. Hasil yang diperoleh dari pengamatan ikan
karang di ekosistem padang lamun, zona transisi dan ekosistem terumbu karang adalah ditemukannya
28 family ikan karang yang diwakili oleh 111 spesies dan 6781 individu. Dari analisa, diketahui
bahwa kesamaan komunitas ikan karang pada ekosistem padang lamun dan zona transisi terdapat
keterkaitan paling erat (0,433) dibandingkan dengan zona yang lainnya.
Kata Kunci: Taman Nasional Baluran, Distribusi Ikan Karang
ABSTRACT
This study aims to determine the distribution of species - species of reef fish, spread on the
coral reef ecosystem, the transition zone and seagrass ecosystems in coastal waters Bama, Baluran
National Park. The method used is the method of transect with three transects representing coral reef
ecosystem, the transition zone (between seagrass beds and coral reefs) and seagrass ecosystems length
of each transect 100 m parallel to the coastline. Intake of fish data were calculated using a visual
census. Community similarity data were analyzed with Morishita-Horn index. The results obtained
from observations of reef fishes in seagrass ecosystems, transition zone and coral reef ecosystems is
the discovery of 28 reef fish family, represented by 111 species and 6781 individuals. From the
analysis, it is known that the common reef fish communities in seagrass ecosystems and transitional
zones are the most tight linkage (0.433) compared with the other zones.
Keyword: Baluran National Park, Distribution of reef fish
*Corresponding author phone : 085648854397
Email : syahrir_sf@yahoo.com
1alamat sekarang : Prodi Biologi, FMIPA
Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya
PENDAHULUAN
Taman Nasional Baluran memiliki
potensi keanekaragaman hayati yang cukup
tinggi baik flora, fauna maupun ekosistemnya,
termasuk keindahan panorama alamnya .
Potensi tersebut tidak hanya berupa potensi
yang terdapat di daratan, akan tetapi juga yang
terdapat di perairan. Diantaranya adalah pantai
Bama yang merupakan pantai yang landai dan
berpasir putih serta mempunyai formasi
terumbu karang (Anonim, 2009). Pada
perairan pantai Bama, terdapat beberapa
ekosistem yaitu ekosistem padang lamun, zona
transisi antara lamun serta karang dan
ekosistem terumbu karang.
2.
3.
Stasiun
1
Stasiun
2
Stasiun
3
Lokasi
Ekosistem
terumbu
karang
Zona transisi
Ekosistem
padang lamun
Ekosistem
terumbu
karang
Zona transisi
Ekosistem
padang lamun
Ekosistem
terumbu
karang
Zona transisi
Ekosistem
padang lamun
Koordinat
750'45.11"S
11427'40.15"E
750'46.04"S
11427'42.01"E
750'45.11"S
11427'40.15"E
750'39.83"S
11428'0.38"E
750'36.61"S
11427'53.35"E
750'33.69"S
11427'49.31"E
750'33.85"S
11428'2.09"E
750'29.15"S
11427'54.37"E
750'26.61"S
11427'49.93"E
2.
3.
Lokasi
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Jarak
150
Zona transisi
meter
250
terumbu karang
meter
150
Zona transisi
meter
250
terumbu karang
meter
50 meter
Zona transisi
100
terumbu karang
meter
Prosedur Kerja
Pengambilan Data Ikan
Pengambilan data ikan dilakukan
dengan menggunakan metode sensus visual.
Peneliti melakukan pencatatan ikan yang
nampak (observed) dalam daerah transek
dengan jarak padang 2,5 meter kesamping kiri
dan kanan serta 5 meter ke atas line transek
(untuk kedalaman < 5 meter dimensi visualnya
disesuaikan
sampai
permukaan
air).
Identifikasi ikan karang dalam pengambilan
4
data dilakukan secara langsung dengan
pengamatan
visual
dan
pemantauan
menggunakan kamera dan video digital
underwater. Pengamatan ikan dilakukan oleh
minimal 2 orang, satu orang sebagai pengamat
dan yang satunya sebagai penjaga (terhadap
tindakan preventif). Setelah menarik garis
transek di tunggu 5 sampai 15 menit sebelum
memulai identifikasi dan perhitungan untuk
memberi kesempatan pada ikan untuk kembali
pada kebiasaan normalnya setelah terganggu
oleh pembuatan garis transek (Carpenter et al
dalam English et al, 1994) Metode transek
yang di gunakan adalah transek garis dengan
menarik garis sejajar dengan garis pantai di
setiap titik transek (English et al, 1994).
dikonversi
menjadi
senyawa
karbon gross fotosintesis. Setelah
5 hari produktivitas primer
dihitung menurut Darmawan, dkk
(2004) dalam Bayurini (2006)
Dengan menggunakan rumus :
3
PP(mgC / m / hari)
Keterangan :
3
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini bersifat
deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui
kesamaan komunitas ikan karang di habitat
terumbu karang, transisi dan padang lamun
digunakan analisis kesamaan komunitas
Morisita-Horn :
CMH = 2(ani x bni) / (da + db)aN x bN
Keterangan:
= koefisien Morisita Horn
CMH
5
ani = jumlah total individu pada tiap-tiap spesies di
komunitas a
bni = jumlah total individu pada tiap-tiap spesies di
komunitas b
aN = jumlah individu di komunitas a
bN = jumlah individu di komunitas b
da = ani2 / aN2 dan db = bni2 / bN2
6
penutupanya banyak ditutupi oleh lamun dari
pada sustrat pasir dan terumbu karang.
Sedangkan produktifitas primer pada zona
transisi yang paling rendah dengan nilai 14,37
mg C/m2/hari di sebabkan oleh komposisi
penutupan lamunya yang sedikit
di
bandingkan terumbu karang dan pasir.
Sedikitnya tutupan lamun tersebut dapat
mengurangi nilai produktifitas primer yang di
amati. Sangat bervariasinya tutupan di zona
transisi
menyebabkan
zona
transisi
mempunyai rentang nilai produktifitas yang
lebar di bandingkan ekosistem padang lamun
dan ekosistem terumbu karang.
Perairan dangkal (mangrove, padang
lamun dan terumbu karang) merupakan
perairan yang mempuyai produktifitas primer
yang tinggi di bandingkan dengan perairan
laut lepas. Padang lamun mempunyai tingkat
produktifitas
primer
tertinggi
bila
dibandingkan dengan ekosistem lain yang ada
di laut dangkal, seperti ekosistem terumbu
karang (Thayer et al, 1975 dalam Anonim,
2010). Karena menurut Noor et al, (2004)
padang lamun memiliki tipe perakaran yang
menyebabkan daun-daun tumbuhan lamun
menjadi lebat, dan ini besar manfaatnya dalam
menopang produktivitas ekosistem padang
lamun. Beberapa peneliti melaporkan bahwa
produktivitas primer komunitas lamun
mencapai lebih dari 2739,72 mg C/m2/hari.
Hasil pengamatan produktifitas primer di
ketiga lokasi yang diamati menunjukkan
bahwa nilai produktifitas primer paling rendah
dari ketiga lokasi adalah ekosistem terumbu
karang, terutama pada stasiun 1 dengan nilai
7,81 mg C/m2/hari. Produktifitas primer yang
rendah pada ekosistem terumbu karang
tersebut di mungkinkan karena lokasi tersebut
sering mengalami disturbansi oleh kegiatan-
Tabel 4.2 Komposisi dan dirtribusi ikan karang di ekosistem padang lamun, zona transisi dan
ekosistem terumbu karang
7
Dari 28 famili yang di temukan di
ketiga ekosistem, hasil survey menunjukkan
22 diantaranya termasuk dalam famili ikan
yang mayoritas ditemukan pada terumbu
karang. Menurut Allen (2000) terdapat 29
famili ikan karang yang termasuk mayoritas
terdapat pada terumbu karang dimana 29
famili ikan tersebut merupakan 85-90 persen
dari total fauna ikan yang di temukan di
terumbu karang. Famili-famili ikan karang
tersebut adalah Muraenidae, Holocentridae,
Syngnathidae,
Scorpaenidae,
Serranidae,
Pseudochromidae, Cirrhitidae, Apogonidae,
Carangidae,
Lutjanidae,
Caesionidae,
Haemulidae,
Lethrinidae,
Nemipteridae,
Mullidae, Chaetodontidae, Pomacanthidae,
Pomacentridae,
Labridae,
Scaridae,
Pinguipedidae,
Blenniidae,
Gobiidae,
Microdesmidae, Siganidae, Acanthuridae,
Balistidae, Monacanthidae, Tetraodontidae.
Daerah meliputi Australia, Indonesia,
Filipina, dan Papua New Guinea merupakan
daerah dengan konsentrasi ikan laut tropis dan
famili invertebrata yang tinggi (Briggs 1999
dalam Allen 2000). Menurut Allen (2000)
lebih dari 100 famili ikan karang terdapat pada
daerah indo-pasifik dan Indonesia menduduki
urutan
pertama
di
dunia
untuk
keanekaragaman dan endemism ikan karang.
Secara umum, famili Pomacentridae
mempunyai jumlah spesies terbanyak dari
pada famili-famili ikan lainya yang
mendominasi
keanekaragaman
pada
keseluruhan lokasi studi dengan 6 spesies dari
total 32 spesies di padang lamun, 17 spesies
dari 37 spesies di zona transisi dan 23 spesies
dari 81 spesies di ekosistem terumbu karang.
Spesies ikan karang dari famili Pomacentridae
merupakan ikan karang yang paling banyak
jenisnya, yaitu sekitar 400 spesies dan
sebagian besar berasosiasi dengan terumbu,
memakan berbagai jenis invertebrata, alga, dan
zooplankton (Kuiter 1992 dalam Dhahiyat
2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Low (1971) dalam McConnell (1987) dalam
Dhahiyat (2003), dominasi spesies dari genus
Pomacentrus ini disebabkan .juga oleh sifat
mereka yang teritorialisme (mempertahankan
daerah kekuasaan). Selain itu keberadaan
famili Pomacentridae sangat dipengaruhi oleh
karakteristik morfologis dari substrat, bahkan
beberapa spesies diantaranya cenderung
menggunakan karang sebagai habitat daripada
sebagai sumber makanan (Low, 1971 dalam
McConnell, 1987 dalam Dhahiyat, 2003).
8
nutrient yang nantinya nutrient tersebut akan
berpindah menuju padang lamun dan terumbu
karang. Ekosistem lamun berfungsi sebagai
penstabil sedimen, menyediakan daerah mencari
makan, daerah asuhan dan daerah pemijahan serta
memproduksi nutrient yang nantinya juga akan
menuju ke terumbu karang. Sedangkan ekosistem
terumbu karang menyediakan variasi habitat bagi
berbagai macam biota pesisir yang akan
menggunakan nutrient yang di pasok dari
ekosistem mangrove dan ekosistem lamun. Ikanikan juvenil dari terumbu karang akan menuju ke
ekosistem mangrove dan padang lamun untuk
mencari makan dan menggunakanya sebagai
daerah asuhan sampai ikan-ikan tersebut mencapai
tahap dewasa dan akan kembali lagi menuju
terumbu karang. (Anonim, 2010).
Hal
tersebut
diduga
yang
menyebabkan komposisi dan distribusi ikan
karang di terumbu karang lebih tinggi di
bandingkan dengan padang lamun dan
produktifitas primernya cenderung rendah
karena sudah di gunakan oleh biota di terumbu
karang. Bagi ikan juvenil yang ada di padang
lamun, lambat laun juvenil tersebut akan
tumbuh dan menjadi besar, sehingga ruang
berlindung yang tersedia sudah tidak memadai
lagi dan mereka akan bermigrasi ke perairan
yang lebih dalam seperti terumbu karang atau
laut lepas (Anonim, 2010).
Zona Transisi
Zona transisi pada lokasi studi
sebagian besar dikarakteristikan oleh substrat
pasir dengan tutupan lamun Thalassia
hemprichii dan Cymodocea rotundata dan
sedikit karang hidup. Pada zona transisi di
setiap stasiun, terdapat banyak sekali karang
yang mati dan di tumbuhi oleh alga.
Keanekaragaman spesies di zona transisi
didominasi oleh famili pomacentridae dengan
17 spesies. Species yang cenderung dominan
dalam jumlah individu dan di temukan pada
semua stasiun pada zona transisi adalah
Daschylus melanurus, Daschylus auranus dan
Dischistodus chrysopoecilus. Spesies tersebut
di temukan pada celah-celah karang yang
tersebar di hamparan padang lamun.
Genus Dascyllus (Pomacentridae) di
daerah Indo-Pasifik terdiri dari sepuluh spesies
yang mempunyai ukuran tubuh dan pola
seksual yang bervariasi Godwin (1995);
McCafferty et al (2002); dalam Asoh, (2005).
Menurut Godwin (1995) dalam Asoh (2005)
spesies tersebut hidup baik dalam kelompokkelompok kecil atau dalam kelompok besar
9
yang tersebar di daerah tutupan terumbu
karang.
Species
Dascyllus
melanurus
merupakan ikan yang mempunyai ukuran
relatif kecil dengan panjang tubuh rata-rata 565 mm dan terdistribusi di daerah IndoAustralia dan sebelah barat pulau caroline
Randall and Allen, (1977); Allen, (1991)
dalam Asoh (2005). Biasanya species
Dascyllus melanurus membentuk kelompok
yang terdiri dari 20-30 individu pada daerah
terumbu karang (Randall and Allen, 1977;
Allen, 1991), dan jumlahnya dapat lebih besar
pada daerah yang mempunyai tutupan terumbu
karang yang tinggi Godwin, (1995) dalam
Asoh (2005).
Pada stasiun 2 dan 3 ditemukan
Stegastes lividus dengan jumlah individu yang
tinggi. Stegastes lividus sering dijumpai pada
karang mati yang di tumbuhi alga karena
spesies tersebut mempunyai kebiasaan untuk
menyiangi alga pada karang mati dan mereka
dapat bersifat sangat agresif untuk mengusir
spesies lain yang mengganggu pada daerah
mereka. (Yusuf et al, 2001).
Zona transisi di Pantai Bama
mempunyai keterkaitan yang besar dengan
ekosistem padang lamun karena sebagian
besar substratnya ditutupi oleh lamun.
Banyaknya lamun yang menutupi substrat di
zona transisi menyebabkan banyaknya
kesamaan spesies yang di temukan di
ekosistem padang lamun dan zona transisi
(lihat sub bab 4.5). Walaupun fungsi dari zona
transisi itu sendiri menurut Dorenbosch et al,
(2005) sebagai tempat perlintasan ikan karang
yang menuju ke padang lamun maupun
sebaliknya, banyaknya kesamaan spesies yang
di temukan di kedua lokasi tersebut
mengindikasikan bahwa ada keterkaitan antara
kedua lokasi tersebut.
Ekosistem Terumbu Karang
Famili ikan karang yang mendominasi
keanekaragaman spesies pada ekosistem
terumbu karang adalah Pomacentridae dengan
23 spesies. Dalam jumlah individu, famili
Pomacentridae juga mendominasi pada
ekosistem terumbu karang yang di wakili oleh
spesies Pomacentrus molluccensis dengan
jumlah keseluruhan 501 individu dan di
temukan di seluruh stasiun pada ekosistem
terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang di ketiga
lokasi yang di amati menempati nilai tertinggi
untuk jumlah spesies dan jumlah individu.
10
tertinggi terdapat pada lokasi antara ekosistem
padang lamun dan zona transisi sedangkan
nilai kesamaan terendah terdapat pada lokasi
antara ekosistem padang lamun dan ekosistem
terumbu karang yang dapat dilihat pada tabel
4.5.
Table 4.5 Analisis kesamaan komunitas
Morishita-Horn
LamunTransisi
TransisiKarang
Lamun-Karang
0,433
0,238
0,007
11
zona transisi di pantai Bama Taman
Nasional
Baluran
mempunyai
keterkaitan yang paling erat dengan nilai
(0,433) dibandingkan antara ekosistem
padang lamun dan ekosistem terumbu
karang (0,007) dan juga antara zona
transisi dan ekosistem padang lamun
(0,238).
Saran
a.
Penelitian mengenai keterkaitan ikan
karang antara ekosistem padang lamun,
zona transisi dan ekosistem terumbu
karang perlu ditingkatkan, hal ini
bertujuan untuk melakukan upaya
konservasi di Pantai Bama Taman
Nasional Baluran.
b.
Perlu dilakukan penelitian mengenai
dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan
di Pantai Bama Taman Nasional Baluran
dalam
penentuan
arah
pengelolaan
keseluruhan Area Pantai Bama Taman
Nasional Baluran.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. R. 2000. Indo-Pacific Coral-Reef
Fishes As Indicators Of Conservation
Hotspots.
Proceedings
9th
International
Coral
Reef
Symposium, Bali, Indonesia 23-27
October 2000, Vol. 2
Allen, G., R. Steene., P. Humann., N. Deloach.
2003. Reef Fish Identification
Tropical Pacific. New World
Publications,
INC.
Jacksonville,
Florida USA.
Anonim 1, 2006. Modul Biota Asosiasi dan
Pola Interaksi Antar Spesies dalam
Pelatihan Ekologi Terumbu
Karang. Coremap Fase II Kabupaten
Selayar Yayasan Lanra Link
Makasar.
Anonim 2, 2009. Taman Nasional Baluran.
Diakses dari
http://www.matabumi.com/berita/tama
n-nasional-baluran. Pada 5 April 2009.
Pukul 19:30 WIB.
Anonim3,2010.http://www.dephut.go.id/info
rmasi/tamnas/baluran_1.html\
Anonim4, 2010.
http://blog.unila.ac.id/gnugroho/fil
es/2010/05/Ekologi-Laut
Tropis1.pdf
Anonim5,2010.http://www.coremap.or.id/do
wnloads/EKOLOGI__IKAN__KAR
ANG.pdf
Anonim6, 2011.
http://jeffri022.student.umm.ac.id/d
ownload-as
pdf/umm_blog_article_211.pdf
Asoh, K. 2005. Frequency of Functional Sex
Ch.ange in Two Populations of Dascyllus
melanurus Conforms to a Prediction
43
from Sex Allocation Theory.
Copeia,
2005(4), pp. 732744
Azkab, M. H. 2000. Struktur dan fungsi pada
komunitas lamun. Oseana 25 (3) : 9
17.
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi.
FMIPA. USU: Medan.
Bellwood, D. R. (1988). Ontogenetic Changes
in the Diet of Early Post-Settlement
Scarus Species. J. Fish Biol. 33,213219.
Coles, R. G., W. J. Lee Long,. S. A. Helmke.,
R. E. Bennet., K. J. Miller,. K. J.
Derbyshire. 1992. Seagrass Beds and
Juvenil Prawn and Fish Nursery
Grounds. Departmen of Primary
Industries : Queensland
Dhahiyat, Y., Sinuhaji, D., dan Hamdani, H.
2003. Struktur Komunitas Ikan
Karang di Daerah Transplantasi
Karang Pulau Pari, Kepulauan
Seribu [Community Structure of
Coral Reef Fish in the Coral
Transplantation Area Pulau Pari,
Kepulauan Seribu]. Jurnal Iktiologi
Indonesia, Volume 3, Nomor 2,
Desember 2003
Dorenbosch, M., M. C. van Riel., I.
Nagelkerken, G. van der Velde. 2003.
The Relationship of Reef Fish
Densities to the Proximity of
Mangrove and Seagrass Nurseries.
Estuarine, Coastal and Shelf Science
60 (2004) 37e48
Dorenbosch, M., G. G. G. Monique, I.
Nagelkerken, G. van der Velde. 2005.
Distribution of Coral Reef Fishes
Along a
Coral
ReefSeagrass
Gradient: Edge Effects and Habitat
Segregation. Mar Ecol Prog Ser 299 :
277 28
English. S., C. Wilkinson., V. Baker. 1994.
Survey Manual for Tropical Marine
12
Resources. Australian Institute of
Marine Science
Hukom, F. D. 1997. Distribusi Spasial Ikan
Karang (Famili Pomacentridae) di
Perairan Selat Lembeh. Bitung
Sulut.
Balitbang
Sumberdaya,
Puslitbang Oseanologi LIPI Ambon.
Hukom, F.D. 1999. Asosiasi antara
Komunitas Ikan Karang (Famili
Chaetodontidae) dengan Bentuk
Pertumbuhan Karang di Perairan
Kepulauan Derawan Kalimantan
Timur. Balitbang Biologi Laut,
Puslitbang Oseanologi, LIPI, Jakarta
Hutomo, M. 1993. Studi Komunitas Ikan
Karang Dalam Materi Kursus
Pelatihan Metodologi Penelitian
Penentuan
Kondisi
Terumbu
Karang. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Kiswara, W. 1992. Vegetasi lamun (seagrass)
di rataan terumbu Pulau Pari,
Pulau-Pulau
Seribu,
Jakarta.
Oseanologi di Indonesia 25 : 31
49.
Kiswara, W. 1997. Biomas biota penempel
pada daun Enhalus acoroides di
teluk Kuta, Lombok selatan.
Seminar Nasional Biologi 15 :
1428 1431.
Kiswara, W. dan Winardi. 1997. Sebaran
lamun di Teluk Kuta dan Teluk
Gerupuk, Lombok.
Dalam:
Dinamika komunitas biologis pada
ekosistem lamun di Pulau
Lombok,
Indonesia.
S.
Soemodiharjo, O. H. Arinardi dan
I. Aswandy (Eds.). Puslitbang
Oseanologi - LIPI, Jakarta,
1994: 11 25.
Kottelat, M; A. J. Whitten; S. N. Kartikasari &
S. Wirjoatmojo. 1993. Freshwater of
Western Indonesia and Sulawesi.
London: Periplus Edition.
Kulbicki, M., Bozec, Y.M., and Green, A.
2005. Implications Of Biogeography
In The Use Of Butterflyfishes
(Chaetodontidae) As Indicators For
Western And Central Pacific Areas.
Aquatic Conservation: Marine And
Freshwater Ecosystems. Aquatic
Conserv: Mar. Freshw. Ecosyst.
15: S109S126 (2005)
13
Wimbaningrum, R. 2002. Komunitas Lamun
di Rataan Terumbu, Pantai Bama,
Taman Nasional Baluran, Jawa
Timur. Jurnal ILMU DASAR 4 (1)
: 25 32.
Yusuf, Y. B., Norizam, M. M., Ali, A. B. dan
Illias, Z. 2001. Coral Reef Fish Of
Some Selected Sites At Pulau
Redang Marine Park, Terengganu:
A Brief Study. Jurnal p 34-45. in
Husain, M.L., F. Shahrom, A.T.
Law,
K.
Yunus
and
A.R.G.Yaman. Proceeding of
National Symposium on Marine
Park and Terengganu Islands.
12-13 Feb. 2001. Dept of
Fisheries, Kuala Lumpur and
KUSTEM, Kuala Terengganu.
Malaysia