Anda di halaman 1dari 20
ANALISIS DAN MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN PENCEMARAN UDARA: Studi Kasus di Sembilan Kota Besar Padat Transportasi Health Risk Assessment And Management Of Air Pollution: Case Study In Nine-Heavy Traflics Big Cities ‘Atrisman Nukman®, Abdur Rahman** Sonny Warouw*, Moh, Ichsan Setiadi", Carolina Rusdy Akib’ Abstract. To assess health risk of air pollution in heavy traffics big cities, a risk assessment has been conducted in Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Banjartmasin and Makassar by characterizing risk quotient (RQ) and formulating risk management, A total of 1378 respondents consisting of household women, street vendors, and workers or employees living at surrounding of public transport stations, trade centers, heavy traffic residences, silent traffic residences, and ‘monitoring stations of Ministry of Environment were subjected to anthropometric surveys for body weight ‘and exposure time, frequency, and duration. In each location, SO:, NOs, PMyo, TSP and lead were ‘quantified as risk agents. Reference concentrations (RACs) of nsk agents were employed &s dose-response ‘quantity and RQ of exposed populations were calculated by dividing their intakes by corresponding RIC. For risk agents with RQS>t, deleterious health effects as noncancer risks are considered to exist during lifetime. Risk management options were then formulated by lowering risk agent concentrations and /or reducing exposure times. Overall, calculated lifetime RQs ranging from 0,902 to 1 84, 0.001 to 4.84, 0.27, to 18.7, 0.23 to 10.2 and 0.001 to 8.2 for SO;, NOs, TSP, PMye and Pb, rerspectively. Meanwhile, the frequency of RQ>1 cases by cities. are_Palembsng>Bandung>Jakarw> — Banjarmasin> Medan>Sursbaya>Yogyakarta> Semarang, By individual risk agent, the frequencies of RQ>1 are TSP>PM,,>50;2NO,>Pb, whereas by populations at risk are household woman>street vendor>worker or employee. To manage health risk of RQ! for population at risk with 55 kg body weight and 350 days'year exposure frequency, the concentration of SO;, NO:, TSP, PMys and Pb for 24 hours/day episode should be lowered to 36 1g/M’, 57.6 ue/M?, 123.7 yg/M?, and 86.4 ug/M? and 1.2 ug/M’, respectively. However, reducing exposure time #t existing ambient risk agent concentrations are not ‘always realistic, as the calculated exposure times and frequencies are beyond the expected episodes of population segments. Thus, Fisk management scenarios are formulated by optimal combination of lowering concentrations of risk agents and reducing exposure times Keywords: Environmental health risk assessment, risk management, reference concentration, tisk quotien, air pollution, sulfur dioxide, nitrogen dioxide, total suspended particulate, PMyo, lead PENDAHULUAN Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan tingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara sedang berkembang (WHO, 1997). WHO dan UNEP (UNEP, 1992) telah me-review kualitas udara i megacity sedangkan efeknya teshadap Kesehatan dilaporkan dalam berbagai jurnal ilmiah (Schwartz and Marcus, 1990; Dockery and Pope, 1994; Pope et al, 1995; Moolgavkar and Luebeck, 1996; Bumett et al, 1998), Di banyak kota, terutanta yang urbanisasinya tumbuh pesat di negara-negara sedang berkembang, pencemaran udara telah ‘merusak sistem pernapasan manusia, terutama orang-orang yang lebih tua dan lebih muda, para perokok dan meseka yang, menderita penyakit-penyakit kronis saluran pemapasan (Baum, 1999), Adtivitas transportasi: merupakan salah satu sumber utama pencemaran udara Pemakaian BBM dan BBG oleh kendaraan bermotor —mengemisikan debu SPM (suspended particulate matter) dengan uukuran beragam, SO: NO; CO, VOC (volatile organic compounds) dan Pb ke ‘dara, sementara emisi kendaraan bermotor bermesin diesel mengandung lebih banyak karbon bersama-sama dengan campuran senyawaan organik toksik seperti benzena, toluena, etilbenzena, xilena, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) yang sebagian di antaranya termasuk karsinogen dan mutagen (WHO, 1997). Di Indonesia saat ini Konsumsi bensin telah mencapai lebih dari 12 juta KL per tahun yang menyebabkan udara kota-kota besar semakin tercemar. Udara kcta Jakarta misalnya, mengandung Pb 0,2- 1,8 ygyM? dan ditemukan akumulasi 7.74g +, Subdit Peagendatian Dampak Pencemaran Udara, Ditjen P2M & PL Depkes RI 270 “Pusat Kian Keschatan Lingkungan das Industri FKMUL Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No 2, Agustus 2005: 270-289 Pb/dL darah anak usia sekolah. Para peneliti Chinese Medical Assoctation bahkan menemukan bahwa 65% dari 11.348 orang anak usia sekolah di kota Shenzhen darahnya mengandung Pb di atas batas aman 10 g/dL. yang ditetapkan WHO (Washam, 2002). Dalam beberapa tahun terakhir, studi tentang efek pencemaran udara terhadap Kesehatan lebih banyak terfokus pada SPM dari pada gas seperti SO,, NOz, CO dan O (WHO, 1997). Hasilnya ‘menunjukkan ada hubungan yang konsisten perubahan kadar SPM ambien dengan kematian, Dengan ‘memperhatikan beberapa vunsur ketidakpastian, Smith (1996) memperkirakan Kenaikan mortalitas 1,2-4,4% oleh setiap kenaikan per 10 jig/M> PMyo. Dengan cara berbeda, Schwela (WHO, 1997) dapat memperkirakan kematian tambahan akibat pajanan PMjo. Kedua model menghasilkan prakiraan tambahan mortalitas global yang hampir sama, yaitu 2,3-3 juta kematian per tahun Keouali model kajian Smith dan Schwela, efek kesehatan pencemaran udara kebanyakan dipelajari secara epidemiologis. Hanya ada beberapa studi bioassay terbaru, misalnya yang dilakukan oleh Sokol et al (2003) dan Cheng et al (2003). Studi epidemiclogis dapat menjelaskan hubungan kausalitas pencemaran udara dengan efek Kesehatan (WHO, 1983) namun sering tidak spesifik sehingga pengendalian risikonya pun tidak dapat dirumuskan secara spesifik pula (de Koning, 1987). Komplementer dengan studi epidemiologi, analisis risiko kesehatan Jingkungan (ARKL) dapat _merumuskan pengendalian risiko secara lebih spesifik, daik kualitatif; maupun kuantitatif’ ARKL Dertujuan untuk memberikan kerangka ilmiah bagi para pengambil keputusan dan orang- orang yang peduli untuk memecahkan atau menghilangkan masalah-masalah kesehatan dan lingkungan (Louvar and Louvar, 1998). 1 Noncancer Risk Quottent (RO) = 5 Rig feD. Whang mat = laju inhalasi (M* udara/jam) ama pajanan (jam/hari) an Sampai saat ini baru ada beberapa ARKL pencemaran udara yang telah dilakukan yaitu risiko debu, SO, dan NOz terhadap 67 orang anak balita (Ariyani, 2002) dan risiko debu dan SO; tehadap 80 orang anak sia sekolah (Ditjen PPM dan PL, 2002). Kedua studi berkaitan dengan aktivitas industri semen, Studi ARKL lainnya adalah risiko debu tethirup pada siswa SDN di Depok (Abrianto, 2004). Sebagai tindak lanjut studi-studi tersebut dan untuk uji coba prosedur Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (Ditjen PPM dan PLP, 1997) telah dilakukan ARKL pencemaran udara di 9 kota besar yang melibatkan 1378 orang esponden. Studi ini bertujuan untuk memprakirakan tingkat risiko kesehatan (Risk Qoutient) SOx, NOx, PMyo, TSP dan Pb terhadap Kesehatan, merumuskan_ pilihan- pilihan pengelolaannya dan komunikasi risikonya, BAHAN DAN CARA. ‘Model Studi dan Prosedur Analisis Risiko Studi ini memprakirakan tingkat risiko kesehatan akibat pajanan gas dan debu yang dialami populasi berisiko. Karakteristik risiko, dinyatakan sebagai Tingkat Risiko (Risk Qoutient, RQ), membutuhkan R/C (reference concentration) setisp risk agent sebagai nilai kuantitatif toksitas, konsentrasi risk agent, parameter antropometri (berat badan dan laju inhalasi) dan pola aktivitas (waktu, frekuensi dan durasi_ pemajanan), Semua data yang diperlukan dikumpulkan dalam 4 langkah ARKL ((dentifkasi bahaya, analisis pemajanan, analisis dosis-respon dan karakterisasi risiko). RQ dihitung dengan membagi asupan (intake, 1) dengan R/C (Persamaan 1), sedangkan J dihitung dengan Persamaan 2 (Louvar and Louvar, 1998), a @ asupan inhalasi (mg risk agent/kg berat badan individwhari) onsentrast risk agents di udara (mg risk agent/M? udara) Risiko Kesehatan Pencemaran Udara ..(Atrisman, ef al) fe = frekuensi pajanan, 350 hari/tahun untuk nilai default residensial berat badan individu (kg) durasi pajanan, 30 tahun untuk nilai defeult bagi residensial perioda waktu rata-tata (D365 han/tahun untuk nonkarsinogen, 70 tahunx365 haritahun untuk karsinogen) Kecuali R/C NOz dan Pb, RIC setiap risk ‘agent diturunkan dari nilai no observed effect level (NOAEL) atau lowest observed effect level (LOAEL) yang berasal dari uji hayati (bioassay) atau studi epidemiologi, faktor- faktor ketidakpastian (wicertainty factor, NOAEL atau LOABL (AX UF, x UF, «UF, «MP) UF dan MF merupakan angka-angka tanpa satwan dengan ketentuan = 10 untuk variasi sensitivitas dalam populasi:manusia UF; = 10 untuk ekstrapolasi toksisitas dari hewan ke manusia, UF; = 10 bila NOAEL diturankan dari uji hayati subkronik (bukan krorik), UF: = 10 bila LOAEL digunakan menggantikan NOAEL dan O2,88 uM/L Pb di udara Mereka tidak melaporkan —_efek nonkarsinogenik seperti kegagalan ginjal dan liver atau serangan jantung. Karena itu, Kecuali R/D untuk teira ethyl lead (TEL), YC Pb sampai saat ini belum bisa ditetapkan GRIS, 1992). Sebsgai alternatif, dalam ARKL ini R/C Pb ditetapkan menggunakan Primary standard NAAQS (US-EPA, 2004) 1.5 ug Pb/M? udaa. Dengan nilai defeult US-EPA residensial 24 jam/hari, 350 har/tahun, 0,83 M’/jam inhalasi, 30 tahun durasi pajanan dan berat badan 70 kg (Table 43, Kolluru, 1996) didapat R/C Pb = 0,0004 mg/kgxhari. Dengan demikian, ARKL ini memakai dosis acuan inhalasi sebagai berikut RIC co, eres) = 0.0125 mgykgxhari RfCyo, = 0,02 mekexhari RIC 3p pores = 9.0442 me/kgrhari RIC enagaretsy = 0,03 me/kyxhari RfCy, = 0,0004 mg/kexhari Risike Kesehatan Pencemaran Udara..(Atsisman, ef al) Karakterisasi Risiko RQ setiap risk agent dihitung untuk setiap segmen populasi di setiap kawasan dan kota menggunakan intake Tabel 3.2 untuk pajanan real time dan Tabel 33 untuk proyeksi pajanan lifetime. Berikut ini adalah contoh menghitung RQ untuk SO, bagi IRT di terminal Medan, masing-masing untuk pajanan real time dan lifetime menggunakan Persamaan (1), eo 20009 mghkR hath o> PQs (et = ea Fo,-wx (ifetime ) Kasil perhitungan RQ di seluruh kota dan kawasan untuk semua segmen populasi dicantumkon dalam Tabc} 3.4 untuk pajanan real time dan dalam Vabel 3.5 untuk pajanan lifetime. Nilai numerik RQ merupakan karakteristik risiko keseliatan olek SO2, NOs, TSP dan PMio sebagai risk agent pencemaran dara, 274 Jurnal Bkologi Kesehatan Vol 4 No 2, Agustus 2005 : 270-289 0,019 ™& «0,83 Mx 24 JM, 359 haw M jam ‘hun Tai Ts, = 52 kg 30 tahun x 365 an x 4 tahun 0,009 mg/kgxhari ‘Tabel 3.1. Konsentrasi (yg/M’, rata-rata pengukuran siang dan malam) 5 risk agents di 9 kota yang terbagai dalam 5 kawasan, Oktober 2003 KOTA KAWASAN $0, NO TSP PM Po MEDAN ‘Terminal 190 48219402698 Pusat Nisga 28 = 62.0 4S 165.0 Penumaban Rema 2$ «565 9840 NB OLN Perumahan Sepi 63 20,1 202010042 Stasiua KL 93 S81 197073 ° PALEMBANG Terminal 786 442551686 = ISS 003 Pusat Ninga 18 «384519 NaS 0 Perumaban Remai 826 © 401.1826 960,50 Perumahan Sepi 436 3040 167,101, 0 Stasiun KLH 693 © 3215138923810 JAKARTA ‘Terminal a 23 RTS 1356 ‘du Pusat Niaga an 30) 47a a9 téu erumahan Rama 300 BASAL TBA td erumaban Sepi 357 492.2 196 téu Stasiun KLH 329 al 381672, do BANDUNG Terminal 568 = 7134592505 du Puset Ninga. 517 26326321812 tu Perurmahan Rama 474-289 3A 220.9 du Perumahan Sepi 386 BSD BOB du Stasiun KL 518201503932 du SEMARANG ‘Terminal 293 269.8 tau 03 Posat Niaga 367 2132 rd 03 Perumahan Remai 3960372196 da 93 Perumahen Sep 16.6 192252 du 02 Stasion KLH 20 29 W613 tdu nd YOGYAKARTA Terminal 39 S438 tu 0,005 Pusat Niaga. 29 896343 tu 0,005 Perumahan Rami 103,30, 2008 téu 0011 Perumahan Sepi 23 88 3033 tou 0,008 Stasivn KLH n 13 lors tdu 1d SURABAYA, Terminal 180 0 31221269 Pusat Ninga M2 «23.0 3168165032 Perumahan Rema 270° 481108019 Perumahan Sepi 130 29 2290-10042 Stasiua KLH 189 79 133, ° BANIARMASIN. Terminal 19 693.0 100,94 837 Pusat Ninga 28 23200 78.7023 Porumahan Rama 23 03 10636066 erumahan Sepi 39 3058 213.3, 175 Stasive KL. 1s 204 166333 MAKASSAR “Terminal 216 tdu 4400035 Pusat Niaga 32.6 . Wu 225023 Penimahan Rema ns 46 iu 199,029 Perumahan Sepi 304 74 tdu 29600128 Suasiun KLH 33 55 tdu 203016 278 Risiko Kesohatan Pencemaran Udatu ..(Atrisman, etal) Tebel 32. Asupaninake) $0,, NOs, TSP, PM (10? mg/kghar) dan Po (10% maykghari) 3 kelompok responden di 9 kota masing-masing dalam 5 kawasan dengan wakta paanan sebenaznye (realtime). 7 aie Fama rams oc Two | ase | mw | me | so] no | ise | me] m | sm | na | am] § Gp psa] ox [wn] on] ae] om | we) em) ue) im | an | wa | ee] om * [a [oso ase | sr are | rsar| ear] ta] aio] est oat | 135 | 1354 | 7 | ape 2] 2] ss[ aa os[ os] ia] ar ar[ 1a) ta | me 3 a ps] [me] se) we) is] ms) ws] | oe) oe] | | i 1] oor] oor er] 33] sare | ops | ome 3a] os] as | oor | oo | ar | i ma : 2] is] wr] a] or] ez] si[es | 3a | or wo] 2 Kiwasan | larinal, 2» punt ing 3 perunatan fama lla Tas, 4= peramafaa spi laa Ua, § Tanda (6) bear rick agen ida dsr ala tidak terete sau Kelompok respondennys dak ad, arin monitoring RAL 276 Sumnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No 2, Agustus 2005 270-289 “abel 33. [ntake $0, NOp, TSP, PMjo (10? mg/kg) dan PD (“10° mgkgshari keculi Barjarmsi « 10°) 3 kelompok responden di Kota masing-masing dalam S kswasan dengan waktu pajanan sepanjang hayat (Wifetime). eae [era err ream WAMMsAN So. T wor | te | Pwo | mm | so | wm] 13 | Pe | > | so | no | To | Pe | fra Caer [aoe Cara oa [a ae [a [* ant | rsa | rest [sass [00s | soe | aze | sas | em [oo | tar | ane | wae a9? Hie pao far [aera ee oC pae f Pao Thar taser pee fete ae fren ee [ 3 [a [ome war [oe ae ar [oe] ae [ew [ae 2 | rasr | sso | te559 [Serr ssi | sa | eos | mas an | 3a] son | i703 § Eberly eet a cea ware | Piha a nae we] Re THe ae ae oe ae [on aa a La ‘ares ae] baw arf on Caer ot oe Behe ae ee ee ee Tas Dae ae a bape ar B [ee ar wae ee [ we | 202] ar ne | wer ne - 3 [|e] ee] ve | «| a| am | xe | mea] me| ia) ia) mn | ue | an 3 | ess | 2a6 | eso [ oe | om | 223 | os | 94 | sos | | aa | toe | ra | ose 1 [ors | oss [aera | suse | a7 | ore | om | sass | evs] or | ons | ome] ore] 970 | one Kaeases 1 = terminal 2= pon ‘Tard (©) beret riskagenttidekdiokur aa Uk eed, sia Kelompck rempondennys dak ad 217 iaga, 3 = petarthon rama alu as, peromatan veil line, 3 = tasian monioring KCI PEMBAHASAN Kualitas Udara Pareto chart konsentrasi gas dan debu pada 5 kawasan di 9 kota (tidak ditampilkan) ‘menunjukkan bahwa fluktuasi SO; hampir serupa dengan NO; tetapi berbeda dengan ‘TSP dan PMyo. Konsentrasi SO2 dan NOs di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung dan Semarang lebih tinggi dibandingkan dengan 4 kota lainnya namun TSP hampit sama di semua kawasan dan kota. Di Bandung, Semarang dan Yogyakarta debu PMio sangat rendah dibandingkan dengan 6 kota lainnya, sedangkan di Makassar PMyo lebih tinggi dibandingkan dengan 5 kota lainnya. Secara keseluruhan, konsentrasi SO; paling rendah dijumpai di terminal Banjarmasin (1,9 jg/M’) dan tertinggi di pemukiman sepi Bandung (58,7 ug/M’), sedangkan konsentrasi_ NO2 _ terendah ditemukan di perumahan ramai Banjarmasin (0,3 we/M*) dan tertinggi di pusat niaga Medan (62,0 jig/M°), Dengan baku mutu 365 g/M? untuk SO, dan 150 jig/M? untuk NO, (PP 41/1999), konsentrasi kedua gas ini di semua kawasan selaruh kota masih ‘memenuhi baku mutu, Namun, di beberapa kawasan di semua kota baku mutu debu TSP dan PMyo telah terlampaui. Dengan bak mutu TSP 230 yg/M’ dan untuk PMio 150 sg/M’, kedua partikulat ini telah mencemari beberapa kawasan di seluruh kota Konsentrasi TSP terendah dijumpaiéi perumahan sepi Jakarta (92,2 ug/M’) dan tertinggi di stasiun monitoring KLH Medan (1972.0 sg/M?), sedangkan konsentrasi PMio terendah ditemukan di perumahan sepi Jakarta (19,6 ug/M’) dan tertinggi di terminal Makassar (440,0 1e/M*), SO; adalah senyawaan oksida beterang yang toksik. WHO menetapkan guideline untuk SO, sebesar 40-60 g/M™ (UNEP, 1992), Tahun 1987 WHO Eropa menetapkan guideline rata-rata tahunan SO, 50 j.g/M? untuk melindungi efek kesehatan jangka panjang (EEC, 1997), Selain sebagai hasil pembakaran bahan bakas fosil yang mengandung belerang, SO; bisa berasal dari HS yang teroksidasi menjadi SO, dan SOs (Manahan, 1994) yang dengan wap air dapat berubah menjadi asam sulfa, salah satu Risiko Keschatan Pencemaran Udera .(Atrisman, ef al) senyawaan penyebab fhujan asam (Sharp, 1990). Di daerah perkotaan di seluruh dunia Konsentrasi SO, umumnya berkisar antara 20-60 .g/M’, tetapi di beberapa kota tertentu telah melebihi 150 pg/M? (UNEP, 1988). Konsentrasi SO; tertinggi di udara ambien yang pernah dilaporkan adalah 1000 gM? (WHO, 1979), Berdasarkan laporan-laporan tersebut, konsentrasi SO; pada 5 kawasan di 9 kota masih termasuk normal untuk daerah perkotaan. Hal serupa juga terjadi pada NO Pada semua kawasan di seluruh kota Konsentrasi NO; masih tergolong normal untuk kualitas udara perkotaan Variabel Antropometri Bert badan dan faju _inhalasi merupakan variabel antropometri penting yang sangst mempengaruhi besar dosis aktual suatu risk agent yang diterima individu, Sesuai dengan Persamaan (2) dan Persamaan (4), semakin besar berat badan individu semakin kecil dosis internal yang diterima, Sebagaimana didiskusikan dalam bagian manajemen risiko (seksi 4.5), berat badan berimplikasi pada nilai numerik standar atau baku mutu sebagai salah satu bentuk pengendalian risiko, Perhitungan intake selama ini menggunakan berat badan 70 kg sebagai standar untuk orang dewata normal (Table 4.3 EPA Default Exposure Factor, Kolluru, 1996). Jika berat badan 70 kg dipakai untuk menghitung intake gas dan debu akan didapat nilai yang lebih kecil dari pada yang tercantum dalam Tabet 3.2 atau Tabel 3.3 sehinga nilai RQ juga menjadi lebih kecil dari pada yang tercantum dalam Tabel 3.4 atau Tabel 3.5. Sebagai contoh, inlake SO; bagi IRT di terminal Medan berubah dari 0,0009 mg/ke/hari (berat badan 52 kg) menjadi 0,007 mg/kg/hari (berat ‘badan 70 kg) sehingga RO-nya pun turun dari 0,072 0,056 mg/kg/hari. RQ 0,056 berarti sekitar 78% dari RQ 0,072. Artinya, dengan RQ 0,056 ini ada sekitar 22% IRT di terminal Medan yang tidak terlindungi dari efek ‘merugikan pajanan SO; karena intake mereka lebih tinggi dibandingkan dengan yang berat badannya 70 kg. Pengukuran berat badan 1378 responden IRT, PKL dan pegawai atau karyawan di $ Kawasan 9 Kota menghasilkan nilai median 55 kg, Angka 55 kg sebenarnya 218 ural Ekoiogi Kesehatan Vol 4No2, Agustus 2005 270-289 ini telah dipakai oleh IRIS untuk menetapkan RAC atau R/D yang nilai NOAEL atau LOAEL-nya berasal dari studi-studi epidemiologi di kawasan Asia, Misalnya, RD arsen ditetapkan IRIS dari NOAEL air ‘minum 0,0009 mg/L berdasarkan studi Tseng et al (1968) dan Tseng (1977) di Taiwan. Karena itu, berat badan 55 kg sangat layak digunakan sebagai nilai default nasional untuk kawasan perkotaan, Angka ini metupakan penemuan berharga studi ini dan berguna untuk menghitung risiko kesehatan Sepanjang belum ada studi karakteristik antropometri yang lebih komprehensif, berat bada 55 kg dapat dianggap sebagai berat badan standar orang Indonesia dewasa normal. Di 9 kota besar yang disurvey, berat aden IRT, PKL dan pegawai atau karyawan yang tersebar di 5 kawasan kota ternyata berbeda meskipun selisihnya hanya 1-2 kg saja, Ternyata berat badan PKL>pegawai atau karyawan>IRT. Berbeda dengan berat badan, laju inhalasi R tidak dapat diperoleh dari komunitas yang disurvey_—_karena membutuhkan peralatan khusus. Karena laju inhalasi untuk orang Indonesia belum ada, untuk perhitungan intake digunakan R dari Table 4.3, Kolluru ct al (1996) yang mengindikasikan bahwa laju inhalasi sebagai fungsi umur, jenis kelamin dan aktivitas Hallenbeck (1993) membedakan laju inhalasi dalam aktivitas istirshat (resting), aktivitas ringan (light activity), kerja berat (heaw work) dan kerja maksimal selama olah raga berat (maximum work during heavy exercise) Oleh karena {aju inhalasi seorang individu berhubungan dengan laju metabolismenya, dan karena metabolisme berkaitan dengan kebutuhan energi tubuh, maka berat badan merupakan determinan kebutuhan oksigen udara yang harus dihirup. Ini berarti bahwa laju inhalasi juga merupakan fungsi dari berat badan di samping umur, jenis kelamin dan aktivitas Berhubung dengan ini, berdasarkan data yang tersedia Abrianto (2004) merumuskan hhubungan berat badan dengan laju inhalasi dengan persamaan regresi linier R = 5,99 + 0,15%%. Bila persamaan ini digunakan untuk berat badan 55 kg diperoleh laju inhalasi R = 14.24 M*fhari atau 0,59 M’/jam. Angka ini 279 sama dengan 71% dari nilai default US-EPA 0,83 M°/jam. Scatter plot berat badan versus loju inhalasi yang dihasilkan Abrianto ‘memperlihatkan grafik yang tidak linier pada titk-titik di atas 15 kg schingga persamaan yang dihasilkan lebih cocok untuk balita dan ‘anak-anak. Karena itu, peshitungan intake IRT, PKL dan pegawai atau karyawan dalam ARKL jini masih menggunakan laju inhalasi 0,83 M'jjam, Risiko Kesohstan Pencemaran Udara..(Atrismaaa, ef al) Tubel 34. Tngket Risiko (RQ) $0,, NO, TSP, PM dan Fo 3 kelompokresponden di kota dengaa masing-masing S ‘kewasan untuk waktu paaan sebenarnya (real ime, sampal set disurvey Oktober 2003), "BURMAN TANG PDAGINGKART UMA PeGANAIRARVAWA vawasaw [so | wo | rep | me | | om | wo | im | rum | m | om | vm | 15 | me | om | ox [ane | aos] oom] one] 019] oor] oo | oo] om | one | oon a 7 foam aee| es [on [ane [eo ona) oe on [ose a on] | o eee om [ema [ane oer er [nome aot [mf aor a [om See Coe Paar mPa ae ar eee ae Peano ase eo [ae te 3 sei am | an : Has ie a a P > pests on oat [ase | ovr | ono ose] on] inf we [ose ero] ane [Pear on | eae ee] tie a | 5 | oie | 900 oot ore] 00s [oss | ons ooo | oat | oma | om || 1 ore] one | ae =| oso | ose | “026 ~_} 3 ee om > | Epepatoe > ow [ea oa Ps ip asx ant [ae [Peo or aar pa BE apa ee) fae sr on [oar] paar ea [ane pr Se om ipa om [sft Pa] oa [a [oe aa a fase aw] om |r| ef ne aye [eee Dep || oo onc sae os|ae| ow ef ue aa [efor oe [eae a ae [ww ws] [saan [an [fons aoe aan aon a at Dose] [sara = Pana a (Bape “erie = pon ae a a4 etna i ao OE Tanda borat risk agen tidak dickurstau tidak terdetehs, ta kelompok respondennya tidak ada 280 Jumal Ekologi Kesehatan Vol 4 No2, Agustus 2005 :270- 289 ‘Tabel 3.5. Tingkat Risiko (RQ) $03, NO;, TSP, PMio dan Pb 3 kelompok responden di 9 kota dengan masing-masing 5 kavasan untuk weltu pajanan sepanjang hayat (lferime, 30 tabu en Lm oes om feats =[=[*[=[=|=[=][e][=[ala[o| elm [e Paap a apo oe om ofr eae oe § [ew ee Cie tae om ean Dae [ar] ome om an [se aa] oe 4 [ore | ose [ars | sae [ost | oos [ore | are | 084 | 05 | ato | 020 | os] esr | 006 The Patan wet pespes en ee peepee orf 7 ore] ae [asa | aa7 - fe cap awe | aw on on Dae oman] Sa [ae] sar [ase ows | 194 | ost] 340 2 es [oss [aro | tee oma | om se | bra oe | oa 057. «| aso | oz0 [om] one a4 | ot [02s | 008 ozs | soe] on | oot 5 [oss [ome | ata] 208 - | o7 [ore [sn [oa 2] tee [ose | oar | 2a : ost | oe] ors | ore owe | ore | oat | 082, } Phere am ae ce [om | is | an our | oe] oar [ont | * tapes — are ta Te [es on ost a aaa 15 artes = Bote ae pe ea fa faoe poo a ST] oor | oor | ozs oar | 027 ‘ - ox | oan] ssa 097 cos | os | os7 | one Be [resc[ om ae [ae [ae | ere oe | oe 8 : a [ose | oze [tae] tar | oan | ose | asa | ono ops | as | oor | osr | oar | ons age ar eau ata a ae | [a 2 [7 ots [oo] ase] ae ‘003 | oom | ors [075 | sm | ons | opoa| ov | 075 | 046 T| on | on [ 2al 2 oa | com | eto | 07 | sao] oon | oper | os 051 | ore 2 beset Sea eae aarp aw peep ao ‘Kawanen [= termina, = post laga,3~ perunshsn ama lu Hina, 4 peromahan sei lao, 3 = stasiun monforing KL, ‘anda () borer risk open in dik ata dak terete, a2 kelompok respondennya tidak ada 281 Kesehatan Pencemaran Udara .(Atrisman, ef al) Pola Aktivitas Kategorisasi populasi yang berisiko menjadi 3 segmen didasarkan pada asumsi pola pajanan harian di suatu seiting (latar) Fingkungan tertentu. IRT dianggap sebagai populasi yang terpajan selama 24 jam terus menerus, PKL dianggap sebagai populasi yang terpajan sekitar 12 jam per hari, sedangien pegawai atau karyawan dianggap sebagai populasi yang terpajan selama waktu kerja 8 jam per hari. Asumsi lainnya adalah pola pajanan tahunan berdasarkan tradisi masyarakat urban yang biasa meninggalkan tempat mukim mereka untuk mudik atau pulang kampung. Temyata, tidak semua IRT berada 24 jam di tempat tinggal mereka. Pajanan harian tersingkat IRT adalah 9 jam per hari, 1 satu kota dapat menjelaskan tingkat risiko kesehatan relatif dibandingkan dengan kota-kota Jainnya, Untuk pengelolaan risiko, yang harus diperhatikan adalah RO untuk pajanan 30 tahun karena merupakan prakiraan risiko nonkarsinogenik yang berjangka sepanjang hhayst Secara keseluruhan di 9 kota freknensi RQ>1 wntuk pajanan sepanjang hayat mencapai 121/494 atau sekitar 24,5%, Jika frekeunsi RQ>1 dirinci per kota untuk seluruh segmen populasi, urutannya adalah Palembang>Bandung> Jakarta> Banjarmasin> Medan>Surabaya>Y ogyakarta >Semarang (Tabel 4.1), Urutan ini tidak sesuai dengan kepadatan lalu lintas, karena dari 4 kota yang disurvey kepadatan ransportasinya sclama satu hari, jumlah kendaraana bermotomnya (toda 2, roda 4 stau lebih) berturui-turut adalah Bandung (47254 unit)>Palembang (39213 unit)>Jakarta (17128 unit)> Medan (10660 unit). ‘Tabel 4.1. Rekapitulasi frekuensi RO>1 (n = 494) untuk seluruh gas dan debu (SOs, NOs, TSP, PMyo dan 'Pb) bagi 3 segmen populasi terpajan di 5 kawasan setiap kota. KOTA Tou Rumah Tengen Polagang Kaki Lima Pegawai/Karyewan QWRQ% CAIRO % ROI % Hye Medan nine 4583 «24 47 aia 125 625 Palembang 7/9 T1718 Oll4 286A 50,0 121,14 Jakarta om 450021667 50 66,67 Bandung 1920750420 200 120 5,0 100 Semarang 4/11 36,36 S667 1s 667 49,7 Youyakara = «315.200 VIG 18S NY 10,53 49,28, Surabaya ono SB 6rd 280 0 56,58 Banjarmasin 1125 4403/25 120 2ns 640 Makassar 220 wo STS 20 38,75 "7 Total 96 makaimum sclera sopmen popula adalah 300% bukan 100% Merujuk Persamaan (2) dan Persamaan (@), dengan variabel antropometri dan pola aktivitas yang hampir sama di 9 kota studi, Konsentrasi risk agent adalah yang paling menentukan RQ. Konsentrasi SO;, NO;, TSP, PMio dan Pb tidak diukur oleh BTKL yang sama, dengan variabilitas akurasi dan presisi antar laboratorium yang juga tidak diketabui Kecuali Pb, semua risk agent hanya diukur dua kali, siang dan malam, masing-masing selama satu jam. Waktu sampling ini tidak mewakili seluruh episode kwalitas udara yang dialami manusia sehari-hari, Padahal, untuk ARKL kuantitas risk agent harus dinyatakan sebagai arithmetic mean (Kotzias et al, 2000) atau geographic mean. elas ‘bahwa pengukuran sesaat tidak mewakili seluruh episode dan merupakan salah satu kelemahan ‘studi ini. 283 Jika seluruh nilai RO (Tabel 3.5) dilihat per risk agent maka urutan frekuensi RQ>1 adaiah TSP>PMi>SO>NOSPb dengan rincian: ‘TSP = a7/121 = 38,84% PMio = 45/121 = 37,2% SO; = 11/121 = NO; = 10/121 = 8,3% Pb = 6/121 = 5% ‘Tampak jelas bahwa risiko debu jauh lebih besar dari pada SO; dan NO;, Ini sesuai dengan kecenderungan kajian —_efek pencemaran udara terhadap kesehatan yang lebih banyak difokuskan pada debu. Di Amerika, PM merupakan polutan udara yang paling banyak ditinjauulang, Dari tahun 1996 saja, Air Quality Criteria Document for Particulate Matter US-EPA telah empat kali mengalami external review untuk sampai pada kesimpulan akhir menjadi Particulate Matter Criteria Document bulan Oktober 2004 (US-EPA, 2004), Ini menunjukkan bahwa masalah debu sangat _serius. Bandingkan misalnya dengan ozon, dari tahun 2000 sampai Januari 2005 baru dihasilkan First External Review Draft ( US- EPA, 2004a). Jika frekuensi RQ>1 disusun menurut segmen populasinya (Tabel 4.2) urutannya adalah IRT>PKL>pegawai atau karyawan. Tobel 4.2. Frekuensi RO>1 ( Risiko Kesehatan Pencemaran Udara.(Atrisman, e a) Ini sesuai asumsi semula bahwa IRT terpajan paling lama dibandingkan dengan pedagang kaki lima dan pegawai atau karyawan. Rekapitulasi basil survey terhadap 1378 responden sesuai dengan asumsi ini, bahwa fe ibu rumah tangga (24 jam/hari)>te pedagang kaki lima (11 jam/hari)>fe pegawai atau karyawan (9 jam/hari). Ketiga segmen populasi ini mempunyai fickuensi pajanan yang sama yaitu 350 hari/ahun (nilai median) 21 )menurat risk agent dan segmen populasinya untuk pajanan liferime, Segmen Populasi 80; NO; ‘TSP PMw Pb % Total* Thu Rumah Tangea 1088 4BR 2833231 3232087 (26,3%) (10,59) (84.8%) (87.1%) (13%) Pedagang Kaki Lima 0/38 3B8 13341330 226 gt) 0% 9%) 382%) 43.3%) (7.7%) ° Pegawai/Karyawan val aya 6136 632 26 ag. 2.4%) 73%) 16.7%) (18.7%) ——B.8%) . 350 otal maka ~500%%, bakan TOO% Jika frekuensi RQ>1 disusun menurut kawasan, urutannya adalah terminal GV121>pusat_—niaga——_(25/121)>dan perumahan sepi (24/121)>perumahan ramai (22/121)>stasiun monitoring KLH (19/121). Ini sesuai dengan fakta bahwa terminal dan pusat niaga merupakan tempat terpadat kendaraan bermotor, meskipun _frekeunsi RQ>1 di perumahan sepi lebih besar dan pada di perumahan ramai. Posisi yang terbatik ini belum bisa dijelaskan tanpa mengetahui faktor-faktor pemajanan yang lebih spesifik seperti fluktuasi konsentrasi risk agent dan pola altivitas responden di ‘masing-masing kawasan ‘Manajemen Risiko Prinsip ARKL —menyatakan—bahwa pengelolaan risiko menjadi keharusan apabila RQ>1. Karakterisasi risiko SOz, NO;, TSP dan PMyo menunjukkan bahwa_ prioritas pengelolaan risiko adalah bagi zat pencemar ddan bagi segmen populasiny adalah (1) TSP>PM,o>S0>NO; 2) IRT>PKL>pegawai atau karyawan Sesuai dengan Persamaan (2) pengelolaan risiko pada dasarnya adalah memanipulasi intake agar nilainya sama dengan R/C sehingga ze"! Untuk membuat J = R/C dapat dilakukan dengan dua skenario. a Menurunkan konsentrasi risk agent (©, dengan waktu pajanan tetap seperti saat disurvey dan untuk 30 tahun ke depan, @) — Mengurangi waktu pajanan (fe dan Ja), dengan konsentrasi risk agent tetap seperti pada saat diukur dan untuk 30 tahun ke depan, Berbeda dengan skenario (1), skenario (2) tidak berlaku umum. Untuk IRTmisalnya, fe 24 jamv/hari tidak bisa diubah karena mereka memang berada di rumah selama 24 jam per hari. Bagi pegawai atau karyawan, f= bisa diubah namun tervatas sesuai dengan lama jam kerja. Bagi PKL, perubahan fy bisa lebih Jentur Karena tidak ada ketemwan jam kerja ‘mereka. Selain fs, fe bisa juga ubah menjadi 284 Jumal Ekologi Kesebatan Val 4 Ns: lebih singkat tetapi perubahan ini sangat berkaitan dengan wadisi atau budava masyarakat setempat, Misalnya, kebiasaan pulang kampung selama 2 minggu sctiap tahun akan mengubah pola pajanan tahunan dari 365 hari menjadi 350 hari. Berikut ini diberikan cara menerapkan kedua skenario untuk pengelolaan risiko tersebut, Skenario I — Menurunkan Konsentrasi (C) Besar penurunan konsentrasi suatu polutan secara kuantitatif berbeda-beda untuk setiap segmen populasi dan setiap kawasan studi karena perbedaan pola _pajanan dan karakteristik antropometri. Berikut adalah contoh perhitungan untuk — menurunkan Konsentasi PMjo di perumahan sepi di Palembang untuk IRT dengan 60 kg, fe 24 jamvhari, fe 350 haci/tahun, laju inhalasi R 0,83 Mijam dan R/C 0,03 mg/kgxhari, menggunakan Persamaan (2) ‘Nilai 94,2 g/M? ini adalah konsentrasi aman, PMio bagi orang-orang yang berat badannya 60 kg dan terpajan 24 jam terus-menerus setiap hari selama 350 hari dalam setahun untuk jangka waktu 30 tabun. Jika variabel Agustus 2005: 270-289 antropometrinya berbeda, misalnya IRT di gasiun monitoring KLH Jakarta dengan 55 kg, fe 24 jam/hari dan fz 365 hari/tahun didapat C = 82,8 gM’, Jelas bahwa perbedaan berat badan berpengaruh sangat signifikan terhadap konsentrasi aman suatu risk agent. Manajemen —Risiko Residensial Untuk mengelola risiko PMyo di *Sembilan Kota’ guna mengamankan RQ agar tidak ‘melampaui 1 bagi populasi residensial yang setisp hari terpajan selama 24 jam terus- merterus, tanpa membedakan kota dan kawasannya, dapat digunakan W, 55 kg dan ‘fe 350 haritahun, Dengan nilai ‘nasional’ ini Konsentrasi aman SO;, NOz, TSP, PMio dan Pb masing-masing 36 pg/M’; 57.6 yg/M*, 127.3 we/M”; 86,4 ug/M? dan 1,2 gM” Manajemen Risiko Untuk —Populasi PKL/Pegawai Untuk pengelolaan risiko bagi PKL dan pegawai atau karyawan diasumsikan fe masing-masing 12 janVhari dan 8 jamw/hari Dengan nilai-nitai variabel antropometri dan pola aktivitas yang sama seperti untuk populasi residensial, dihitung konsentrasi aman semua risk agent untuk semua segmen populasi yang dirangkum dalam Tabel 4.3. Untuk — Pepulasi ‘Tabel 4.3. Konsentrasi aman (ig/M") SO;, NO;, TSP PMjo dan Pb untuk populasi residensial, PKL dan pegawai atau karyawan secare “nasional’ dengan Ws 55 ke dan fy 350 harvtahun, POPULASI SO: NO; TSP PMyo Po Residensial (mise IRT) 36 3.6 123,7 26,4 12 (24 jaratosri) PKL n 1152 25455, 2.8 23 (12 jam/aiy Pegawai/Karyawan los v2.8 3818 259,1 38 (8 janvhari) secara teknik dan pengendalian secara Setelah konsentrasi aman semua risk agent bagi setiap segmen populasi diketahui, langkah selanjutnya adalah mengendalikan polutan-polutan its agar berada pada konsentrasi_amannya, Ada dua cara untuk ‘menurunkan konsentrasi yaitu pengendalian 285 administratif atau legal dengan menerapkan aturan stau regulasi untuk memastikan bahwa pengendalian cara pertama dilaksankan dengan taat_ sas. Beberapa _piliban manajemen bisa dilakukan—misalnya mengurangi pemakaian bahan —bakar kendaraan bermotor (dengan —_ tidak menghidupkan mesin kendaraan bermoter waktu menunggu di terminal, lahan parkir dan tempattempat umum lainnya, tidak berlama-lama memanaskan mobil lebih dari 5 menit), melarang atau membatasi jumlah mobil atau sepeda motor bermesin dua langkah (double stroke engine), memberi bonus kepada kendaraan yang lolos uji emisi dan melipatgandakan pajak _kendaraan bermotor menurut besar volum mesin 1.1.1 Skenario It - Mengurangi Waktu Kontak ‘Ada dua cara yang mungkin untuk mengurangi waktu kontak, yaitu meperkecil pajanan harian (is) atau pajanan tahunan (f). ‘Namun, cara ini tidak dapat dilakukan untuk semua segmen populasi. Misalnya, untuk IRT hanya fe yang bisa dikurangi Karena 1p tetap 24 janvhari, Bagi PKL dan pegawai ‘atau karyawan, fe dan fe memungkinkan Risiko Keschatan Pencemaran Udava .(Atrisman, ef a) ‘untuk dikurangi, walaupun bagi pegawai atau karyawan penurunan ini dibatasi oleh ‘ketentuan jam kerja resmi, Dengan Persamaan (2) disimulasikan pengubshan ‘s dan fo untuk (1) 58,7 wg/M’ SO, di perumahan sepi Kampung Dago, Bandung, bagi 51 kg IRT, (2) 62,1 g/M? NO, di pusat niaga Medan bagi 54 kg IRT, (3) 197,2 hg/M? TSP di stasiun monitoring KLH Medan bagi 45,5 kg IRT dan 50 kg PKL, (4) 440 pg/M? PMio di terminal Makassar bagi 57,5 kg IRT , 55 kg PKL dan 54 kg pegawai atau karyawan dan (5) 8,57 tig/M" Pb bagi 50 kg IRT di terminal Banjarmasin, yang tercantum dalam Tabel 4.4. Dalam tabel ini tampak bahwa beberaps pilihan manajemen dengan mengurangi waktu Kontak tidak realistis, misalnya Pb yang bagi IRT di terminal Makassar hanya aman selama 62 haritahun, Tabel 4 4. Contoh beberapa pilihan pengendelianrisiko dengan menurunkan (janvari ata fe (tariAahun) pada konsentrasi SO,, NO, TSP dan PMie tet untuk Kefompok IRT, PKL dan pegavat atau karyawan dengan (kg) tertentu. Tou Rumah Tange Pedagang KakiLime — Pegawai/Karyawan POLUTAN mo fk hm & fe Mh & fe 80; (58,7 ng/M) Sl 24 199 S014 350 55,5 12350 14 350 NO} @2.1He/M) S428 319 SBD wD 350 22350 TSP(I972pyM) 45,524 1875014350150 43350 PMp(M40peM?) «57,5 247255 SD SH S350 5 350 12137 8 202 Pb(8,57 Wa) so 4 2 4350 ‘Tinjauan Aspek Legal Janvhari untuk lingkungan kerja). Tabel 4.3 Tebel 43 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa setiap tingkat pencemaran mempunyai waktu pajanan aman tertentu, Regulasi harus mempertimbangkan hal ini karena tingkat pencemaran tidak selalu monoton. Untuk ‘populasi residensial, tingkat pencemaran harus dinyatakan dalam episode 24 jam, sedangkan untuk populasi lain tingkat Pencemaran harus dinyatekan sesuai dengan episode keterpajanannya (misalnya 8 hharus dibaca bahwa konsentrasi SO; yang aman selama 24 jamvhari adalah 36 jg/M? sedangkan konsentrasi 72 jg/M? dan 108 uug/M? masing-masing hanya aman untuk 12 dan 8 jam/hari, Namun, tingkat pencemaran tidak ‘dibolehkan terus _meningkat Karena setiap polutan mempunyai konsentrasi IDLH (immediately dangerous to life and health) yang lamanya hanya 30° menit atau 286 Jumal Ekologi Kesehatan Vol 4No 2, Agustus 2005 :270- 289 konsentrasi ceiling yang sama sekali tidak boleh dilampaui Dalam Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, episode —_tingkat pencemaran ini sudah tercantum namun dengan istilah yang Kurang tepat. Dalam lampiran PP ini tercantum = *waktu pengukuran’ (kolom 3) dan ‘baku mutu’ (kolom 4), Misalnya, 'baku mutu’ SO; adalah "900 ug/M®* untuk’ 'waktu pengukuran’ 1 jam, °365 ug/M" untuk ‘waktu pengukuran’ 24 jam dan "60 ug/M* untuk ‘waktu pengukuran’ 1 tahun, "Waktu pengukuran’ lebih tepat diganti dengan "lama pemajanan maksimum’ Selain masalah episode pemajanan yang ipertukarkan dengan waktu pengukuran, angka-angka baku mutu dalam PP No. 41/1999 (dan mungkin peraturan lainnya yang berlaku di Indonesia) tidak secara eksplisit menyebutkan ukuran_ antropometci Khalayak sasaran yang menjadi obyeknya, Padahal, seperti telah didemonstrasikan dalam beberapa —contoh,—_variabel antropometri seperti berat badan dan laju inhalasi sangat_menentukan besar asupan polutan yang diterima seseorang. Sejauh ini, badan-badan legislasi atau regulasi belum menetapkan nilai default ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia, baik secara nasional maupun tokal atau dacrah, Jika misalnya angka-angka baku mutu atau nilai batas ambang dari Amerika, dengan berat badan default 70 kg, diadopsi bulat-bulat menjadi peraturan di Indonesia, baku mutu atau nilai batas ambang itu tidak akan cukup melindungi orang Indonesia yang berat badannya kurang dari 70 kg. Oleh karena itu, berdasarkan efek-efek Kesehatan pencemar udara, baku mutu kualitas udara menurut PP 41/1999 perlu disesuaikan dengan memakai karakteristik antropometri orang Indonesia sebagai dasar perhitungannya. PP No, 41/1999 juga hanya mengenal satu Kategori baku mutu, Padahal, dikenal dua baku mutu kualitas dara yaitu primary standard yang lebih ketat dan secondary standard yang lebih longear. Primary standard dimaksudkan sebagai baku mutu untuk —melindungi Kesehatan manusia sedangkan secondary standard ditetapkan untuk melindungi lingkungan hidup secara 287 umum, Baku mutu PP No. 41/1999 seharusnya diset sebagai primary standard supaya lingkungan pun ikut terlindungi. Jika diset sebagai secondary standard maka efek- efek Kesehatan tidak akan terlindungi, Tidak jelas apakah baku mutu menurut PP No. 41/1999 merupakan primary standard atau secondary standard, KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan _karakterisasi _risiko Kesehatan dan rumusan—_alternatif pengendalian tingkat bahaya untuk RO>1 yang telah didiskusikan dapat ditarik ‘beberapa kesimpulan penting: ‘Secara umum RQ berbeda-beda besar dan frekuensi kejadiannya di setiap kota, kawasan dan menurut risk agent dan segmen populasinya. 2. Secara _keseluruhan —_frekuensi Kejadian tingkat bahaya yang berisiko kesehatan (RQ>1) mempunyai urutan (a) menurut kotanya Palembang>Bandung> Jakarta> Banjarmasin> Medan>Surabaya>Y ogyakarta>Semarang, (b) menurut segmen polulasinya: IRT>PKL> pegawai atau atau karyawan, (c) menurut risk ‘agent-nya TSP>PM,o>SO>NO;>Pb dan (4) menurut —kawasannya: —terminal>pusat niaga>perumahan sepi>perumahan ramai> stasiun monitoring KLE 3. Besar dan frekuensi R>1 untuk 4 kota yang jumlah kendaraannya disurvey (Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya) tidak konsisten dengan kepadatan Lalu lintasnya, mengindikasikan ada sumber- sumber lain pencemaran udaraselain twansportasi 4. Pengelolaan risiko dengan skenario menurunkan konsentrasi polutan memberikan beberapa alternatif Konsentrasi aman menurut lama pajanannya. Atas dasar ini dapat itetapkan berbagai_konsentrasi_polutan untuk episode pajanan 8 jam/hari, 24 jamvhari, 1 harifahun, 4 bulan/ tahun, atau paling lama 350 haritahun sebagai baku mutu yang bersifat mandarory (wajib) atau pedoman (guideline) yang bersifat voluntary (Guka rela. 5. Pengelolaan risiko dengan skenario mengurangi waktu kontak -memberikan Risiko Kesehatan Pencemaran Udara _.(Atsisman, ef al) beberapa alternatif pasangan pajanan aman waktu pajajan (fs, jamvhari) dan frekuensi pajanan (/, hari/tahun). Namun, bagi segmen populasi tertentu mengkombinasikan fg dengan fe tidak selalu menghasilkan waktu pajanan aman yang realists. Karakterisasi risiko Kesehatan juga ‘memunculkan sejumlah masalah yang berimplikasi pada kualitas hasil analisis. Atas dasar ini disarankan: 1. Pengukuran risk agent harus dapat ‘menggambarkan tingkat pencemaran selama 24 jam karena R/C, yang digunakan untuk ‘menetapkan RQ, menystakan pajajan harian yang aman, Untuk itu, jika tidak dapat dilakukan selama 24 jam terus-menerus, pengukuran harus dilakukan sekurang- kurangnya mewakili episode pagi, siang, sore dan malam hari 2. Agar pengelolaan risiko lebih tepat sasaran, selain variabel antropometri dan pola ‘aktivitas segmen populasi terpajan yang harus — dikarakterisasi, _ sumber-sumber encemaran sebagai sumber bahaya harus diidentifikasi dan dikuantifikasi, —_Jika misalnya pencemaran udara_—diyakini bersumberkan aktivitas transportasi_ maka segala yang berhubungan dengan itu seperti jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang berlalu-lintas, konsumsi bahan bakar dan kebiasaan berkendaraan harus diketahui. 3. Karakterisasi risiko juga perlu dilakukan untuk segmen populasi selain IRT, PKL dan pegawai atau karyawan, terutama kelompok yang lebih rentan seperti balita, anak usia sekolah dan oreng-orang lanjut usia, Karakterisasi ini pening, agar pengelolaan risiko kesehatan mencakup kkelompok yang lebih rentan tethadap pencemaran udara. 4, Regulasi_pengendalian _pencemaran udara seperti PP No. 41/1999 perlu mempertegas karakteristik populasi yang menjadi obyeknya dan episode untuk setiap tingkat —baku —mutunya,_—_Perbedaan karakteristik antropometri seperti berat badan terbukti berpengaruh secara__bermakna terhadap nilai kuantitatif baku mutu dan lama ajanan sangat menentukan konsentrasi aman suatu risk agent UCAPAN TERIMA KASIH Tim penetiti mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan staf Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Banjarmasin dan Makassar yang telah membantu_mengukur konsentrasi SOs, NO:, PMio dan Pb di setiap kawasan pada masing-masing kota, Terima kasih juga disampaikan kepada tenaga BTKL yang melakukan survey _antropometri sehingga terjaring 1378 responden di seluruh kota dan kawasan studi DAFTAR PUSTAKA Abrianto H (2008) Analisis Ristko Pencemaran Debu Terkirup (Myo) Terhadap Siswa Selana Berada di SDN’ Pondok Cina, Kota Depok, Jawa Barat, Skripsi SKM, Depok, FKM-UL Asiyani (2002) Analisis Risiko’ Gangguan Saluran Pemafasan Pada Anak Yang Terpajan Oleh Partikulat Debu dan Sulfur Dioksida dt Wilayah Selitar PT Indocement Tunggal Prakarsa, Kecamatan Citeureup, Skripsi SKM, Depok, FKM-UL Direktorat Jenderal PPM dan PLP (2002) Laporan Hasil Kajion Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan dt Kawaran Pemukiman Sekitar Pabrik Semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Jakurta, Departemen Kesehatan RL Direktorat Jenderal PPM dan PLP (1997) Analisis Risiko — Kuantatif,Proyek Kesehatan Lingkungan Bantuan UNDP, Jakarta, Departernen Kesehatan RI Baum F (1998) The New Public Health, an Australian Perspective, Oxford, Oxford University Press, Chen P-C, Lat Y-M, Wang 1D, Yang C-Y, Hwang I-S, Kuo H-W, Huang S-L, and: Chan'C-C (1998) ‘Adverse effect of air pollution on sespiratory health of primary school children in Taiwan Environ Health Perspect 106:331-335. Cheng TF, Hwang J-8, Wang P-Y, Tsai C-F, Chen C- Y, Lin $-H, and Chan C-C (2003) Effet of concentrated ambient particles on hear rat and ‘ood pressure in pulmonary bypertensive rts, Environ Health Perapect 111:147-180. de Koning EW (ed) 1987 Setuing. Exironnencal ‘Standards: Guideline for Decision-Making, Geneva, WHO. European Community Commission (1997) $0, Position Paper (Final ~ November 1997) Directorate General I. Hallenbeck WH (1993) Quatianve Risk Assessment for Exvtronmental and Occupational Health ™ ed, Boca Raton, Lewis Publisher Hong ef al. 2002) Effect of sir pollutants on acute stroke morality Environ Health Perspect 110: 187-191 288 oral Ekologi Kesehatan Vol 4No2, Agustus 2005 270 Integrated Risk Infromation System (1992) Lead and compound inorganic) (CASRN 7439-97-, USEPA, ‘nnplwew cpa gowiris/subovO2TT hum _(akses 1 Februari 2005). Louver FL and Louvar BD (1998) Health and Environmental Risk Anabsis: Fundamental with Application volume 2, New lerey. Premice Hall PTR Kollury RV, Bartell SM, Ptblado RM, and SticofT RS 1996 Risk Assessment and Management Handbook. for Environmental, Health and Safety Professionals, New York, MeGraw-Fill Kotzas et al (2000) Final Report, The Index Project: Criteal Appraisal of the Setting ond Implementing Indoor Air Ewxposure Limit in BU, "Joint Research Center, European ‘Commission Manatan SE (1994) Environmental Chem, 6% Ed Boca Raton. Lewis Publishes Peraturan Pemerintah No. 81/1999 tentang ‘Pengendalian Pencemeran Udara Peters A. Skorkovsky J, Katesove F, Bryne J. Spx ) Wichmann HE, and Heinnch ) (2000) Axsocistion between Mortality and Air Pattution in Cenzal Europe, Emiron Health Perspect 108.283-287 IM. Denham M, Stk AD, Gomez M, Ravenscroft J, Parsons PJ, Aydermir A, and Samelson R (2003) Matera Blood Lead Concentration, Diet during Pregnancy, and ‘Aatheopomerry Predict Neonat) Blood Lead in ' Sociceconomically Disadvantage Population Enron Health Perspect 11:195-200. Sokal RZ. Wang S, Wan Y-J Y, Staneayk FZ, Gentaschein E’ and Chapin KE (2002) Long Term, Low-Dose Lead Exposure Alters the Gonadotropn- Releasing. Hleemone System in Male Rat. Environ Health Perspect 110:87\- 374 Sharp DWA (od.) (1990) The Penguin Dictionary of Chemisiry. 2 ed. the Penguin Book, Gasgow Smith KR (1996) Indoor Air Palstion in Developing Counties: Growing Evidence of its Role in te Global Dsease Burden. inVoshizawa § etal 8s 1996 Indoor Air'96: Proceedings ofthe 7 Intemational Conference on Indoor Air Quality and Climate, Nagoya, Japan, 21-26 Juby 199, Tokyo, Institute of Public Health ‘Tseng WP, Chu HM, How SW, Fong JM, Lin CS and ‘Yeh § (1968) Prevalence of Skin Cancer i an Endemic Area of Chronic Arsencism in Taiwan. J. Natl Cancer Inst. 40: 433-463, ‘Tseng WP" (1977) Effects and Dose-Response Relatiocshipe of Skin Cancer and. Blackfoot Disease with Arsenic. Emiron Health Perspect 19. 109-119. United Nation Envizonmental Programme (1988) Assessment of Urban Atr Quality, United Nation vironmental Programme, Nairobi, and the ‘World Health Organization, Geneva United Nation Environmental Programme (1982) Chemical Pollution: A Global Overvin, Geneva, United State Environmental Protection Agency (2004) Notional Ambient Air Quaity Standards, 40 (CFR 509, bao ope gow arte hi Schell 289 ‘United State Environmental Protection Agency (2004) Particulate Matter. Air Quality Criteria for Partteulate ‘Matter “(October 2004), htpdfmpub epa.sow ncoe/cfen/pertmastefm United Ste Environmental Protection Agency (20040) Air Quality Criteria for Orne and Related Photochemical Oxidanis (First External Review Draf). _hivpiefmpub epa.gow neca/

Anda mungkin juga menyukai