Anda di halaman 1dari 3

PT.

Wilmar Nabati Indonesia adalah prosesor global terbesar dan merchandiser


minyak sawit dan minyak laurat sekaligus pemilik perkebunan kelapa sawit utama
dan terbesar kelapa bio diesel manufaktur di dunia. PT. Wilmar Nabati
Indonesia beroperasi lebih dari 160 pabrik pengolahan dan mempekerjakan
sekitar 67.000 orang di lebih dari 20 negara, dengan fokus utama di Indonesia,
Malaysia, China, India, dan Eropa. Skala, integrasi dan logistik keuntungan dari
model bisnis kami memberikan sinergi operasional yang signifikan & efisiensi
biaya. Wilmar International Limited, yang didirikan pada tahun 1991 dan berkantor
pusat di Singapura , saat ini kelompok agribisnis terkemuka di Asia . Wilmar di
peringkat di antara emiten terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar di Bursa
Singapura.

Kredit gambar: kpkpos.com


Kegiatan usaha Wilmar termasuk budidaya kelapa sawit , minyak sayur
menghancurkan , dimakan minyak penyulingan, penggilingan gula dan pemurnian
, lemak khusus , oleokimia , biodiesel dan pupuk manufaktur dan pengolahan bijibijian . Pada inti dari strategi Wilmar adalah model agribisnis terpadu yang tahan
banting yang mencakup seluruh rantai nilai dari bisnis pengolahan komoditas
pertanian , dari originasi dan pengolahan untuk branding, merchandise dan
distribusi berbagai produk pertanian . Ini memiliki lebih dari 450 pabrik dan
jaringan distribusi yang luas yang mencakup China, India , Indonesia dan beberapa
negara lainnya 50 . Grup ini didukung oleh tenaga kerja multinasional dari sekitar
92.000 orang .
Balikpapan - Teluk Balikpapan telah menjadi salah satu kasus permasalahaan
lingkungan yang dipantau di tingkat internasional, dengan cara penggunaan

bermacam data seperti data citra satelit, investigasi lapangan atau informasi dari
masyarakat setempat.
Berdasarkan investigasi selama 3 bulan (Januari sampai Maret 2014) kebanyakan
masalah lingkungan yang ditemukan di Teluk Balikpapan berhubungan dengan
aktivitas Kawasan Industri Kariangau (KIK) di kota Balikpapan.
Demikian rilis yang disampaikan Stanislav Lhota peneliti dari Czech University,
terkait kondisi terkini Teluk Balikpapan, Minggu (6/4/2014).
Menurut Stan, alasan utama mengapa Teluk Balikpapan dan Kawasan Industri
Karinagau dipantau di tingkat internasional adalah kegiatan PT Wilmar Nabati
Indonesia (WINA) di daerah aliran sungai Berenga.
PT. WINA telah merusak 27,1 hektar hutan di sekitar Sungai Berenga Kanan,
kebanyakan adalah hutan mangrove dan kawasan lindung di pesisir dan sepadan
sungai, jelasnya.
PT. WINA juga berencana memperluas area dimana hutan akan dibuka dan
dirusak. Mereka telah menutup Hulu Sungai Berenga Kanan dengan timbunan
tanah. Selain mangrove yang dirusak secara langsung akibat terkena pemotongan
dan penimbunan, sangat banyak pohon mangrove yang mati kearah hulu sungai
akibat penutupan sungai tersebut yang menyebabkan perubahaan cirkulasi air.
Kegiatan ini dianggap bertentangan dengan kebijakan zero-deforestation (nol
deforestasi) yang disetujui oleh Wilmar pada tanggal 5 Desember 2013. Oleh
karena itu, beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mitra-mitra
Wilmar dari beberapa negara meminta Wilmar agar meninggalkan lokasi di
Kariangau.
Jika Wilmar melanjutkan pembangunan di Kariangau, mereka akan mengalami
kerugian yang sangat besar karena kehilangan sebagian besar dari pembeli
produk mereka, sebab pembeli produk mereka berasal dari negara maju yang
menuntut kebijakan nol deforestasi, tambahnya.
Menurut Stan, perusakan ekosistem Teluk Balikpapan sangat berkaitan dengan
perubahaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pada tahun yang lalu DPRD
kota Balikpapan mengesahkan RTRW baru yang sangat buruk dari aspek
lingkungan, utamanya dari aspek perlindungan kawasan pesisir barat kota
Balikpapan yang hampir semua dialokasikan untuk membangun kawasan industry,
meskipun kawasan Teluk Balikpapan sangat tidak cocok untuk pembangunan
industri.
Hanya sedikit sekali kawasan hutan di pesisir dialokasikan untuk dipertahankan
dalam RTRW 2013-2032. Namun hutan ini pun, yang dilindungi di dalam RTRW
baru, sedang tetap dibuka dan dirusak. Ini sudah terjadi dua kali dalam kurun
waktu satu tahun di DAS Sungai Puda. Tahun yang lalu PT. Pelindo (Pelabuhaan
Indonesia) merusak beberapa hektar hutan mangrove di Sungai Puda untuk
memperluas areal gudang.
Pada bulan Maret ini, pembukaan hutan mangrove yang dilindungi oleh RTRW
2013-2032 terjadi lagi. Kali ini, sebuah pelabuhaan (Jetty) baru dibangun di antara
pelabuhan Peti Kemas Pelindo dengan Muara Solok Puda. Di pantai (laut) telah

dipancang pipa sebanyak 12 buah. Letak pelabuhan ini lebih dekat dengan Muara
Solok Puda. Belum jelas apakah perusahaan yang membuka hutan mangrove ini
adalah Pelindo atau perusahaan lain. Hal ini telah dilaporkan kepada Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Balikpapan.
Stan menambahkan bahwa selain beberapa perusahaan yang telah membuka
lahan dan merusak hutan di Kariangau, ada sebuah perusahaan baru yang
memiliki rencana yang sama. Di atas Sungai Berenga Kanan baru ada rintisan lahan
yang cukup luas. Terdapat 2 buah pondok yang baru dibangun di atas gunung dan
ada paling kurang 2 buah pelang atas nama PT. Tunas Catur Lestari. Wilayah yang
dikuasai oleh PT. Tunas Catur Lestari termasuk mangrove di Sungai Tengah yang
sangat luas.
Belum jelas apa rencana PT. Tunas Catur Lestari. Hal ini telah dilaporkan kepada
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Balikpapan, katanya.

Salah satu sumber pencemaran perairan Teluk Balikpapan adalah limbah batu
bara. Tetapi bukan hanya tambang dan terminal batu bara yang menjadi sumber
limbah batu bara. Sebuah perusahaan pengolahan minyak sawit mentah, PT.
Dermaga Kencana Indonesia (DKI) berlokasi di muara Sungai Tempadung, sudah
sering membongkar batu bara dari ponton ke daratan, sepertinya untuk
keperluan power plant mereka.
Stock pile batu bara oleh PT. Dermaga Kencana Indonesia sangat dekat dengan
laut dan terumbu karang (disebut Batu Kapal oleh masyarakat setempat) yang
sangat sensitif terhadap polusi dan sudah berada dalam kondisi kritis. Lokasi di
sekitar PT. Dermaga Kencana Indonesia adalah pusat penyebaran pesut dan
duyung serta salah satu tempat utama pencarian ikan oleh para nelayan. Stock
pile batu bara oleh PT. Dermaga Kencana Indonesia adalah ancaman yang sangat
serius terhadap kawasan tersebut.
Meskipun semakin banyak ancaman terjadi di Kariangau sejak perubahaan
Rencana Tata Ruang Wilayah kota Balikpapan, pemerintah tidak memperkuat
pengawasan terhadap kawasan hutan dan aktivitas illegal logging yang berlanjut
terus. Hampir setiap kali memasuki kawasan Kariangau dari Solok Puda sampai ke
perbatasan PPU, suara chainsaw dapat didengar, lokasi paling sering yaitu di atas
Sungai Tengah, Sungai Berenga dan Sungai Tempadung.
"Pemerintah dan polisi tidak melakukan langkah apapun untuk menghentikan
kegiatan illegal logging di kawasan hutan Kariangau. Kelanjutan aktivitas illegal
logging di Kariangau adalah bukti bahwa pemerintah tidak serius dalam perjanjian
bahwa Kawasan Industri Kariangau akan dibangun dengan cara ramah lingkungan
dan tidak akan mengancam kawasan hutan," katanya.

Anda mungkin juga menyukai