1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pada zaman tersebut terdapat banyak lokasi pertanian yang terletak di wilayah
yang kurang strategis. Petani berada di lokasi yang jauh dari pusat pasar atau kota
sehingga harus menempuh jarak yang cukup jauh saat menjual hasil panennya
padahal alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut hasil pertanian pada
zaman itu masih berupa gerobak yang ditarik oleh sapi, kuda atau keledai. Biaya
transportasi yang dibutuhkan tidak berbanding lurus dengan upah yang diberikan.
Maka dari hasil studi inilah Von Thunen mengeluarkan teori lokasi pertanian.
Inti dari teori Von Thunen adalah bahwa harga sewa lahan pertanian akan
berbeda-beda nilainya tergantung pada tata guna lahannya. Lahan yang berada dekat
pusat pasar atau kota akan berharga lebih tinggi dibandingkan lahan yang berada jauh
dari pusat pasar atau kota karena jarak yang makin jauh dari pusat pasar atau kota
akan meningkatkan biaya transportasi.
Pada perkembangannya teori ini tidak hanya berlaku untuk komoditas
pertanian namun juga berlaku pada komoditas lainnya. Model Von Thunen mengenai
tanah pertanian ini dibuat sebelum era industrilisasi. Dalam teori ini terdapat 7
asusmsi yang digunakan oleh Von Thunen dalam pengujiannya.
Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah
pedalamannya dan merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang
merupakan komoditi pertanian isolatedstated
Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan produksi daerah
pedalam dan tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali ke daerah
perkotaan single market
Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali ke
daerah perkotaan single destination
Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan cocok untuk
tanaman dan peternakan
Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan
maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan
permintaan yang terdapat di daerah perkotaan maximum oriented
Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan
darat one moda transportation
Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang
ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar equidistant
Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan
berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah
pertanian.
2. Topografis
Kondisi topografi dan kesuburan tanah tidak selalu sama, pada dasarnya kondisi ini
selalu berbeda untuk tiap-tiap wilayah pertanian. Jadi untuk hasil pertanian yang akan
diperoleh juga akan berbeda pula.
3. Biaya Transportasi
Keseragaman biaya transportasi ke segala arah dari pusat kota yang sudah tidak
relevan lagi, karena tergantung dengan jarak pemasaran dan bahan baku, dengan kata
lain tergantung dengan biaya transportasi itu sendiri (baik transportasi bahan baku dan
distribusi barang).
4. Petani tidak semata-mata profit maximization
Petani yang berdiam dekat dengan daerah perkotaan mempunyai alternatif komoditas
pertanian yang lebih banyak untuk diusahakan. Sedangkan petani yang jauh dari
perkotaan mempunyai pilihan lebih terbatas.
Teori Von Thunen ini dapat digunakan sebagai dasar pendekatan
pengembangan wilayah kawasan perbatasan, khususnya melalui pengembangan
transportasi. Wilayah kawasan perbatasan di Indonesia umumnya merupakan wilayah
yang memiliki jarak paling jauh dari pusat kota dan berfungsi sebagai penyedia bahan
baku. Berdasarkan teori ini, kegiatan ekonomi/produksi yang paling cocok untuk
wilayah ini adalah kegiatan ekonomi/produksi komoditas yang paling efisien
(dihitung menurut besaran biaya produksi dan biaya transportasi) jika berada di dekat
penyedia bahan baku dan jauh dari pasar atau pusat kota. Contohnya seperti kegiatan
produksi komoditas ekstraktif (barang tambang) dan peternakan. Pengembangan
transportasi untuk mendukung kegiatan ekonomi/produksi ini adalah dengan
membangun infrastruktur transportasi yang menghubungkan antara penyedia bahan
baku dengan pasar atau pusat kota.