Pengolahan Limbah PDF
Pengolahan Limbah PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah dan pencemarannya
Kegiatan manusia hampir semuanya menghasilkan barang sisa. Barang sisa
itu pun bisa berupa zat padat, cair ataupun gas. Jika tidak terjadi pengolahan yang
bersih dan sehat serta sesuai cara yang tepat maka zat sisa tersebut dapat berdampak
buruk bagi semua aspek, misalnya kesehatan tubuh, kesehatan lingkungan dan juga
kelestarian alam. Dalam pengendalian zat sisa yang kemudian disebut sampah dan
limbah maka pemerintah mengaturnya dalam undang undang dan peraturan
Limbah dapat mencemari lingkungan dalam kondisi tertentu. Untuk mencegah
terjadinya pencemaran maka dibutuhkan tindakan khusus dalam mengatur dan
mengolah limbah yang dihasilkan baik berupa zat padat, cair ataupun gas.
2.1.1 Limbah
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi,
termasuk di sini limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Menurut Peraturan
Pemerintah no 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah berbahaya dalam pasal 1
menyebutkan Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. (PP no 18 tahun 1999)
10
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, bubur
yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan. Contohnya : limbah
dari pabrik tapioka yang berupa onggok, limbah dari pabrik gula berupa bagase,
limbah dari pabrik pengalengan jamur, limbah dari industri pengolahan unggas,
dan lain-lain.
Limbah padat dapat di bagi 2 yaitu:
a. Dapat didegradasi, contohnya sampah bahan organik, onggok
b. Tidak dapat didegradasi contoh plastik, kaca, tekstil, potongan logam.
11
2.
Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.
Contohnya antara lain : Limbah dari pabrik tahu dan tempe yang banyak
mengandung protein, limbah dari industri pengolahan susu, dan limbah deterjen
pencucian.
3.
Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud
gas/asap. Contohnya : limbah dari pabrik semen
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1999 tentang pengolahan
12
Gubernur, pemerintah setempat harus tegas bagi mereka pelaku usaha yang
menghasilkan limbah untuk melakukan proses pengolahan terlebih dahulu.
2.1.2 Proses Pengolahan limbah
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah agar tidak
berbahaya :
1.
13
sehingga 97 %.
2) Alga yang hidup dalam kolam mempunyai potensi sebagai sumber protein
yang tinggi dan dapat digunakan untuk perikanan. Ikan dapat dibiakkan
dalam kolam maturasi.
3).Pengoperasiannya mudah. Kebutuhan pengoperasiannya minimum.
Kekurangan kolam pengoksidaan seperti berikut:
1) Kolam pengoksidaan ini untuk mengalirkan efluen dengan kepekatan
suspended solis (SS) dan BOD yang tinggi
2) Pengeluaran bau yang busuk mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar
kolam ini. Hal ini terjadi jika tidak ada cahaya matahari (ketika hujan dan
waktu malam).
14
15
pengemasan daging, susu dan keju, minuman keras dan anggur, produksi babi dan
unggas, pengolahan sayuran dan indutri perekat dan kertas
2. Proses Pengolahan Secara Anaerobik
Proses anaerobik adalah :
a. fermentasi dalam stadia asam
b. regresi dalam stadia asam
c. fermentasi dalam stadia basa
Prinsip proses pengolahan secara anaerobik adalah menghilangkan atau
mendegradasi bahan karbon organik dalam limbah cair atau sludge. Keuntungan
proses secara anaerobik adalah tidak membutuhkan energi untuk aerasi, lumpur atau
sludge yang dihasilkan sedikit, polutan yang berupa bahan organik (misalnya :
polisakarida, protein dan lemak) hampir semuanya dikonversi ke bentuk gas metan
(biogas) yang memiliki nilai kalor cukup tinggi. Sedangkan kelemahan proses
pengolahan cara anaerobik adalah pada kemampuan pertumbuhan bakteri metan yang
sangat rendah, sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang antara dua sampai
lima hari untuk penggandaannya, sehingga diperlukan reaktor yang bervolume cukup
besar.
Proses degradasi dalam pengolahan secara anaerobik tersebut dibagi dalam
beberapa tahap, yaitu:
a. Hidrolisi molekul organik polimer .
b. Fermentasi gula dan asam amino.
c. B oksidasi anaerobik asam lemak rantai panjang dan alkohol.
16
d. Oksidasi anaerobik produk antara seperti asam lemak (kecuali asam asetat).
e. Dekarboksilasi asam asetat menjadi metan.
f. Oksidasi hidrogen menjadi metan.
Kecepatan degradasi biopolimer tergantung pada jumlah jenis bakteri yang
ada dalam reaktor, efisiensi dalam mengubah substrat dengan kondisi-kondisi waktu
tinggal substrat di dalam reaktor, kecepatan alir efluen, temperatur dan pH di dalam
bioreaktor. Jika substrat yang mudah larut dominan, reaksi substrat dengan kondisi
seperti waktu tinggal substrat di dalam reaktor, kecepatan alir efluen, temperatur dan
pH yang terjadi di dalam bioreaktor maka reaksi kecepatan terbatas, akan cenderung
membentuk metan dari asam asetat dan dari asam lemak dengan kondisi stabil atau
steady state. Faktor lain yang mempengaruhi proses antara lain waktu tinggal atau
lamanya substrat berada dalam suatu reaktor sebelum dikeluarkan sebagai sebagai
supernatan atau digested sludge (efluen). Minimum waktu tinggal harus lebih besar
dari waktu generasi metan sendiri, supaya mikroorganisme didalam reaktor tidak
keluar dari reaktor atau wash out.
Penanganan limbah secara anaerobik ada 4 jenis proses, yaitu :
1). Cara Konvensional
2.) Proses Dua Tahap
3). Proses Dua Tahap dengan Daur Ulang Padatan
4). Proses Menggunakan Saringan Anaerobik (Loehr, 1977)
Contoh pengolahan secara aerobik antara lain : lagun anaerobik, digester dan filter
anaerobik.
17
3.
Bioremediasi
Bioremediasi merupakan suatu teknologi inovatif pengolahan limbah, yang dapat
18
b. Inokulasi
(penanaman)
mikroorganisme
di
lokasi
tercemar,
yaitu
tanaman
(phytoremediation)
untuk
menghilangkan
atau
mengubah pencemar.
2.1.3 Standar baku Mutu Limbah dan Perundang undangannya
Peraturan pemerintah RI No. 85 tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah berbahaya dan beracun
menetapkan bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap
mampu menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan, bahwa dengan
meningkatnya pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan di bidang
industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang
berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan
manusia.
Mengubah ketentuan Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
sebagai berikut: a) Pasal 6 (limbah B3 dapat diidentifikasikan menurut sumber dan
atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi); b) Pasal 7 (Jenis limbah B3 menurut
sumbernya meliputi: Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; Limbah B3 dari sumber
spesifik; serta Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan,
dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Perincian dari masing-masing
jenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum dalam lampiran
19
Peraturan Pemerintah ini. Hal ini pun tercantum dalan Undang Undang No 32
Tahun 2009.
Uji karakteristik limbah B3 meliputi: mudah meledak; mudah terbakar; dan
bersifat reaktif; beracun; menyebabkan infeksi; dan bersifat korosif. Pengujian
toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik. Daftar limbah dengan kode
limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan
uji karakteristik dan atau uji toksikologi, serta c) Pasal 8 (Limbah yang dihasilkan
dari kegiatan yang tidak termasuk dalam Lampiran , Tabel 2 Peraturan Pemerintah
ini, apabila terbukti memenuhi pasal 7 ayat (3) dan atau (4) maka limbah tersebut
merupakan limbah B3 serta Limbah B3 dari kegiatan yang tercantum dalam
Lampiran , Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini dapat dikeluarkan dari daftar tersebut
oleh instansi yang bertanggung jawab, apabila dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa
limbah tersebut bukan limbah B3 berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh instansi
yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis, lembaga
penelitian terkait dan penghasil limbah. Pembuktian secara ilmiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan: uji karakteristik limbah B3; uji
toksikologi; dan atau hasil studi yang menyimpulkan bahwa limbah yang dihasilkan
tidak menimbulkan pencemaran dan gangguan kesehatan terhadap manusia dan
makhluk hidup lainnya. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) akan ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab setelah
berkoordinasi dengan instansi teknis dan lembaga penelitian terkait (Alamsyah ;
2008).
20
a. Suhu
Suhu adalah temperatur air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri ,
suhu menjadi parameter yang penting. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan
viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi selain itu juga menyebabkan
penurunan kelarutan gas dalam air, misal O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya
(Haslam, 1995 dalam Alamsyah ; 2008).
Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga
keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi
organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003
dalam alamsyah ; 2008). Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter
suhu adalah maksimum 30oc.
b. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan buangan
dalam air (Fardiaz, 1992 dalam alamsyah ; 2008) atau merupakan suatu nilai empiris
yang mendekati secara global terjadinya proses penguraian bahan-bahan yang
terdapat dalam air dan sebagai hasil dari proses oksidasi tersebut akan terbentuk CO2,
air, dan NH3 (Alaert, 1987 dalam Alamsyah ; 2008). BOD merupakan parameter
utama dalam menentukan tingkat pencemaran perairan, dan tingkat pencemaran
berdasarkan nilai BOD disajikan pada Tabel 1 berikut ini:
21
Tingkat pencemaran
< 200
200-350
350-750
>750
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter BOD adalah
maksimum 50 mg/l.
c. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bahan oksidan (misal: Kalium Dikromat) untuk menguraikan bahan organic
(Fardiaz, 1992). Uji COD sebagai alternatif uji penguraian beberapa komponen yang
stabil terhadap reaksi biologi atau tidak dapat diurai/dioksidasi oleh mikroorganisme.
22
Tingkat pencemaran
< 400
400-700
700-1500
>1500
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter COD adalah
maksimum 100 mg/l.
d. TSS (Total Suspended Solid)
TSS (Total Suspended Solid) adalah besaran total dari seluruh padatan dalam
cairan atau banyaknya partikel yang berukuran lebih besar dari 1 m yang tersuspensi
dalam suatu kolom air (Anderson, 1961), menurut Effendi (2003) TSS adalah bahanbahan tersuspensi dengan diameter > 1 m yang tertahan pada saringan millipore
dengan diameter pori 0,45 m. Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk
parameter TSS adalah maksimum 100 mg/l.
e. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan suatu ukuran konsentrasi ion Hidrogen dan
menuju suasana air tersebut bereaksi asam/basa (Pescod, 1973 dalam alamsyah ;
2008). Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter pH adalah berkisar
antara 6,09,0.
23
24
Fosfor tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan, dan ikan (Effendi, 2003). Baku
mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter Fosfat Total adalah maksimum
2 mg/l.
h. Total Bakteri
Kelompok bakteri ecoliform merupakan kelompok bakteri yang dapat
digunakan sebagai bakteri indikator untuk mengukur kadar pencemaran perairan
karena memenuhi sebagian besar kriteria bakteri indikator yang ditetapkan oleh
National Academy of Sciences USA (Timotius dan Prasetyo, 1984 dalam Ruyitno,
1997). Bakteri coliform total merupakan perhitungan dari banyaknya koloni bakteri
Escherichia, Citobacter, Klebsiella, dan Enterobacter yang terdapat pada membran
filter setelah dibiakkan selama 1824 jam di inkubator. Beberapa satuan jumlah yang
digunakan untuk menentukan kuantitas bakteri adalah jumlah sel, MPN (Most
Probable Number), dan PFU (Plaque-Forming Unit) (Yates, 1992 dalam Alamsyah :
2007).
Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter Kuman Golongan
Koli adalah maksimum 10.000 koloni/ 100 ml air limbah.
i. Logam Berat
25
kandungan logam berat pada badan air atau makanan yang dikonsumsi anusia/hewan,
tidak secara langsung menyebabkan kerugian bagi manusia/hewan tersebut, karena
beberapa unsur logam berat memang dibutuhkan oleh manusia/hewan untuk
kesempurnaan hidupnya seperti unsur tembaga, besi, kobalt, magnesium, mangan,
dan seng . Pada tumbuhan, termasuk algae, tembaga (Cu) berperan sebagai penyusun
plastocyanin yang berfungsi dalam transpor elektron dalam proses fotosintesis.
Seng (Zn) termasuk unsur yang esensial bagi mahluk hidup, yakni berfungsi
untuk membantu kerja enzim, selain itu seng juga diperlukan dalam proses
fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam pembentukan
protein.
Beberapa unsur logam berat memang harus diwaspadai keberadaannya karena
memang sangat berbahaya terutama bagi manusia walaupun logam berat tidak
dimasukkan sebagai parameter uji kualitas air limbah industri atau usaha. (Anonim)
26
Parameter
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
pH
TSS
BOD
COD
Sulfida
Amonia (NH3-N)
Fenol
Minyak & Lemak
MBAS
Kadmium
Krom Heksavalen (Cr6+)
Krom total (Cr)
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Nikel (Ni)
Seng (Zn)
Kekeruhan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
NTU
Kadar Maksimum
69
150
50
100
1
20
1
15
10
0,1
0,5
1
2
1
0,5
0,5
25
27
kondisi lingkungan yang buruk dari nilai estetika hingga menimbulkan gangguan
kesehatan pada manusia. Begitu pentingnya pengolahan limbah cair agar tidak
berdampak buruk bagi lingkungan dan manusia.
Usaha pencucian motor yang kian menjamur karena prospek yang dapat
menguntungkan pun harus memiliki SPAL untuk dapat mempertahankan kelestarian
lingkungan. Usaha pencucian motor menghasilkan zat zat kimia yang tidak bisa
diuraikan oleh tanah bahkan merusak kesuburan tanah. Limbah cair yang dihasilkan
oleh usah pencucian motor ini dari bilasan air pencucian motor dalam beberapa tahap
dengan sifat sifat yang dihasilakan berupa kekeruahan , pH, padatan organik dan
bahan kimia. Oleh karenanya diharuskan untk menggunakan SPAL dengan sistem
pemisahan endapan zat (Sugiharto : 1987)
2.1.5 Dampak limbah cair terhadap kesehatan
Limbah cair yang dilepaskan begitu saja akan sangat berbahaya bagi
kesehatan karena dapat membawa penyakit yang ditularkan. Pada umumnya limbah
cair bersifat pembawa penyakit dan menimbulkan penyakit jika terjadi kontaminasi.
Banyak pula bakteri dan virus yang dibawa oleh limbah cair ini diantaranya :
1. Virus ; menyebabkan penyakit polio hepatitis dan myelitis. (Sugiharto ; 1987)
2. Vibrio kolera ; menyebabkan penyakit kolera. (Sugiharto ; 1987)
3. Salmonella typosa ; merupakan penyebab tifus abdonimalis (Sugiharto ; 1987)
4. Shigellar Spp ; penyebab disentri bacsillar dan banyak terdapat dalam air yang
tercemar. (Sugiharto ; 1987)
28
5. Basillus anthraksis ; penyebab penyakit antraks dan terdapat pada air limbah
dan spora tahan pada pengolahannya. (Sugiharto ; 1987)
6. Skistosoma Spp ; penyebab penyakit skistosomiasis, akan tetapi daoat
dimatikan pada saat melewati pengolahan limbah cair. (Sugiharto ; 1987)
2.1.6 Dampak limbah cair terhadap kehidupan biotik
Banyaknya zat kimia yang berada di limbah cair akan dapat menurunkan
kadar oksigen yang terlarut dalam limbah tersebut. Dengan demikian akan dapat
mempengaruhi kehiduapan biotik di alam.
Apabila limbah cair mencemari lingkungan yang banyak dengan kehidupan
biotik misalnya sungai dan juga tanah makan akan menyebabkan kematian bagi
kehidupan biotik, misalnya akan mematikan bakteri dan juga ikan ikan yang ada di
sungai.
Banyak bakteri yang bermanfaat bagi lingkungan yaitu untuk membantu
proses penguraian dalam tanah sehingga tanah menjadi subur. Jika kehidupan mereka
terganggu maka akan dapat mempengaruhi populasi mereka. Jika mereka semua
musnah maka proses penguraian tidak akan berjalan lancar dan tidak akan terjadi
proses penyuburan tanah secara alami. Oleh karenanya limbah cair sangat berbahaya
apabila dilepas begitu saja ke alam tanpa proses pengolahan terlebih dahulu.
29
30
Parameter Biologi :
Bakteri
Melebihi NAB
Parameter Fisik :
kekeruhan dan Suhu
Parameter Kimia :
BOD dan pH
Limbah Padat
Limbah cair
Pencucian Motor
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Limbah Gas
31
Kekeruhan
Suhu
KUALITAS
LIMBAH CAIR
PENCUCIAN
MOTOR
pH
BOD
Keterangan :
= indikator penelitian atau variabel variabel yang diteliti
= tujuan penelitian