BHINNEKA TUNGGAL IKA

Ada baiknya, pagi ini kegundahan fana ini tertulis. Terkadang rasa bingung berca
mpur berdosa masuk ketika mufakat diharap bisa tercapai. Muncul berbagai tanya d
alam benak fana ini, apa yang disebut kesepakatan dalam mufakat? Bagaimana mungk
in mufakat tercapai tanpa menyakiti perasaan salah satu pihak dalam lubuk hati t
erdalamnya? Apa mungkin tiap-tiap individu per kepala dengan ruang perspektif se
luas langit sedalam lautan itu akhirnya menjadi satu suara mufakat? Pernahkah te
rbersit 'pendapatku akhirnya tidak terpakai, hilang, sembunyi, dikucil, sendiri,
menyedihkan sekali'?
Terkadang fana ini mendesak untuk tidak menyakiti dengan menerima, namun terkada
ng fana ini juga menemukan sisi lain aspek permasalahan untuk berbicara mengenai
perubahan. Menuntut perubahan juga berarti adanya sisi tidak penerimaan namun t
idak ingin untuk menyakiti dan tetap menerima. Sungguh membuat fana ini tergunca
ng. Ternyata fana ini belum mampu mengaplikasikan dengan baik makna dibalik makn
a 'berbeda-beda namun tetap satu jua' Sistemik yang harus berjalan berdampingan
dengan kultural bukan tidak mungkin terjadi. Mencari jalan tengah pasti ada, nam
un bagaimana mencari jalan tengah tanpa harus menjadi abu-abu?
Dalam hal ini, fana yang semu memilih untuk menghilangkan aspek citra, aspek kek
uasaan sistemik, eksistensi menuju ketiadaan.
Entah, karena fana ini berpikir bahwa eksistensi selalu berbicara dengan realita
untung-rugi yang tidak kunjung usai, padahal sesungguhnya makna tersembunyi itu
adalah penghargaan, memberi dan saling menghormati.
Ibarat seorang fakir memaknai segenggam roti dan menghargainya besar, maka jadil
ah segenggam itu besar. Namun ibarat seorang kaya memaknai segenggam roti kecil,
maka jadilah segenggam itu kecil selamanya.
Akhir kata, tulisan ini hanya tulisan pagi hari yang tidak bermakna. Berisi kelu
h kesah ketika kata dan cerita tidak dapat tertuang melalui ucapan untuk siapapu
n. Hanya ajakan bahwa sekali lagi,
perbedaan bukan permusuhan.