Anda di halaman 1dari 7

Pembahasan No 5

Jagung merupakan sumber yang berharga untuk bahan kimia industri. Sebagia contoh,
furfural dibuat dari tongkol jagung. Ini adalah reaktan yang sangat penting dalam pembuatan
plastik dan pelarut utama untuk memproduksi selulosa asetat yang digunakan untuk membuat
kain tahan air pada rekaman video. Furfural dapat diproduksi menjadi alkohol atau dioksida
menjadi asam 2-furoic.
1.Manakah dari senyawa furfural, furfuril alkohol, dan asam 2-furoic yang dapat membentuk
ikatan hidrogen? Gambar struktur dalam setiap kasus!
Jawab

:
Menurut konsep yang digunakan oleh IUPAC, terminologi ikatan hidrogen
digambarkan sebagai suatu bentuk interaksi elektrostatik antara atom hidrogen yang terikat
pada atom elektronegatif dengan atom elektronegatif lainnya. Interaksi elektrostatik tersebut
diperkuat oleh kecilnya ukuran atom hidrogen yang memudahkan terjadi interaksi dipol-dipol
antar atom donor proton (D) dengan atom akseptor proton (A). Ikatan hidrogen digambarkan
dengan garis putus-putus. Selain itu, kedua atom elektronegatif tersebut biasanya (tetapi tidak
harus) berasal dari baris pertama Tabel Periodik Unsur, yaitu nitrogen, oksigen atau fluor.
Dari ketiga senyawa di atas, maka senyawa furfuril alkohol dan asam 2-furoic yang
dapat membentuk ikatan hidrogen. Senyawa furfuril alkohol akan membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air.

Sementara asam 2-furoic akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul asamnya
sendiri.

Pada furfural pasangan mandiri pada oksigen masih terdapat disana, tetapi hidrogen
tidak cukup + untuk pembentukan ikatan hidrogen. Kecuali pada beberapa kasus yang tidak
biasa, atom hidrogen tertarik secara langsung pada atom yang sangat elektronegatif untuk
menjadikan ikatan hidrogen. Selain itu, furfural juga merupakan salah satu senyawa aldehid
tanpa hidrogen (alfa) sehingga tidak dapat menjalani adisi sendiri untuk menghasilkan
suatu produk aldol.

2.Molekul pada beberapa senyawa dapat membentuk ikatan internal H, yaitu ikatan H
dalam sebuah molekul. Manakah dari molekul-molekul di atas yang kemungkinan dapat
membentuk ikatan H internal yang stabil? Gambarkan strukturnya?
Jawab :
Ikatan hidrogen dapat terjadi intermolekul dan intra molekul. Jika ikatan terjadi antara
atom-atom dalam molekul yang sama maka disebut ikatan hidrogen intramolekul atau
didalam molekul, seperti molekul H2O dengan molekul H2O. Ikatan hidrogen, juga terbentuk
pada pada antar molekul seperti molekul NH 3, CH3CH2OH dengan molekul H2O, ikatan yang
semacam ini disebut dengan ikatan hidrogen intermolekul.
Bila dilihat berdasarkan pemaparan jawaban sebelumnya maka dapat terlihat secara
sepintas bahwa senyawa asam 2-furoic dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekul sebab
senyawa asam 2-furoic membentuk ikatan hidrogen dengan molekul asamnya sendiri. Namun
sayangnya letaknya gugus hidroksi (OH) saling berjauhan sehingga menjadikan asam 2furoic tidak memiliki ikatan hidrogen intramolekul tetapi intermolekul.
Sementara kita masih memiliki senyawa furfuril alkohol yang membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air. Dimana dalam bentuk furfuril alkohol murni, senyawa ini akan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekulnya sendiri.

Sehingga senyawa furfuril alkohol dalam kondisi murni yang memungkinkan


memiliki ikatan hidrogen intramolekul stabil.

3.Bagaimana kita dapat mengkarakterisasi struktur, gugus fungsi, komposisi dari ketiga
senyawa di atas apakah dengan XRD,NMR,ESR,FTIR atau dapat dengan instrumen lain,
jelaskan secara singkat?

Jawab :
3.Furfural dan senyawa turunannya seperti furfuril alkohol dan asam 2 furoic yang diperoleh
akan diuji sifak fisik dan sifat kimianya, antara lain struktur molekul , gugus fungsi ,
komposisi, dan kemurniannya. Untuk mengetahui struktur molekul dapat dianalisis dengan
menggunakan spektrofotometer NMR, untuk gugus fungsi dapat dianalisis dengan
spektrofotometer FTIR, untuk mengetahui panjang gelombang maksimum dapat digunakan
spektrofotometer UV-Vis sementara untuk analisis komposisi dan kemurnian senyawa yang
diuji dapat dianalisis dengan menggunakan instrumen lain yaitu Kromatografi Gas dan GCMS (Kromatografi Gas-Spektro Massa). Berikut penjelasan singkat terhadap instrumen
penguji :
a.Spektroskopi NMR
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis yang paling
mudah digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk menentukan struktur dari
komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia.
Spektrokopi NMR khususnya digunakan pada studi molekul organik karena biasanya
membentuk atom hidrogen dengan jumlah yang sangat besar. Inti proton (atom hidrogen) dan
karbon (karbon 13) mempunyai sifat-sifat magnet. Bila suatu senyawa mengandung hidrogen
atau karbon diletakkan dalam bidang magnet yang sangat kuat dan diradiasi dengan radiasi
elektromagnetik maka inti atom hidrogen dan karbon dari senyawa tersebut akan menyerap
energi melalui suatu proses absorpsi yang dikenal dengan resonansi magnetik. Absorpsi
radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet sesuai dengan frekuensi radiasi elektromagnetik.
Inti yang memiliki jumlah proton yang ganjil atau jumlah netron yang ganjil, tetapi
tidak keduanya ganjil, mempunyai bilangan kuantum spin , 3/2, 5/2 dan seterusnya, seperti
H1, B11, F19, P31. Inti tersebut berkelakuan seperti bola berspin muatan yang bersirkulasi
menghasilkan suatu medan magnit seperti arus listrik dalam kumparan kawat. Sepanjang
sumbu putarnya terdapat suatu momen magnetik inti yang sesuai. Untuk inti di mana jumlah
proton dan neutron keduanya ganjil, maka muatan terdistribusi secara nonsimetris. Inti yang
memiliki jumlah proton dan neutron keduanya genap, tidak mempunyai momentum sudut
putar yaitu I=0 dan tidak menunjukkan sifat magnetik, misalnya C 12 bersifat inert secara
magnetik dan tidak terdeteksi dalam NMR. Inti yang bersifat magnetik (I>0) pada umumnya
berinteraksi dengan medan magnit luar dan menyelaraskan dengan medan magnit luar dan
menyelaraskan orientasinya dengan tingkat-tingkat energi yang sesuai.
Metode spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel yang
sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai dalam pengukuran
dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m atau pada frekuensi 4-600
MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukur. Inti yang dapat diukur dengan NMR
yaitu:
a. Bentuk bulat
b. Berputar
c. Bilangan kuantum spin =
d. Jumlah proton dan netron ganjil, contoh : 1H, 19F, 31P, 11B, 13C

Pada umumnya metode ini berguna sekali untuk mengidentifikasi struktur senyawa
atau rumus bangun molekul senyawa organik. Meskipun spektroskopi infra merah juga dapat
digunakan untuk tujuan tersebut, analisis spektra NMR mampu memberikan informasi yang
lebih lengkap.Dampak spektroskopi NMR pada senyawa bahan alam sangat penting. Ini
dapat digunakan untuk mempelajari campuran analisis, untuk memahami efek dinamis seperti
perubahan pada suhu dan mekanisme reaksi, dan merupakan instrumen tak ternilai untuk
memahami struktur dan fungsi asam nukleat dan protein. Teknik ini dapat digunakan untuk
berbagai variasi sampel, dalam bentuk padat atau pun larutan.
b.Spektroskopi FTIR
Perkembangan Fourier Transform InfraRed spektroskopi (FTIR) pada awal tahun
1970 memberikan lompatan kuantum dalam kemampuan analitis inframerah untuk memantau
jejak polutan di udara ambien. Teknik ini menawarkan sejumlah keunggulan dibandingkan
sistem inframerah konvensional, termasuk sensitivitas, kecepatan dan meningkatkan
pengolahan data.

Komponen dasar dari sebuah FTIR ditunjukkan secara skematis pada Gambar diatas.
Sumber inframerah memancarkan panjang gelombang radiasi inframerah yang berbeda.
Sumber IR digunakan dalam Temet GASMET FTIR CR-seri adalah keramik SiC pada suhu
1550 K. radiasi IR melewati interferometer yang memodulasi radiasi inframerah.
Interferometer melakukan sebuah Fourier invers transformasi optik pada radiasi inframerah
masuk. Sinar inframerah termodulasi melewati sampel gas di mana ia diserap pada panjang
gelombang yang berbeda oleh berbagai molekul ini. Kemudian intensitas sinar IR terdeteksi
oleh detektor, yang merupakan cairan nitrogen didinginkan MCT (Mercury CadmiumTelluride-). Sinyal dideteksi dan diubah oleh komputer untuk mendapatkan spektrum IR dari
gas sampel.
Spektrum dapat dihitung dari interferogram dengan melakukan transformasi Fourier.
Transformasi Fourier dilakukan oleh komputer yang sama yang pada akhirnya melakukan
analisis kuantitatif dari spektrum.Tingkat penyerapan radiasi inframerah pada panjang
gelombang setiap kuantitatif sebanding dengan jumlah molekul menyerap dalam gas sampel.
Karena ada hubungan linear antara absorbansi dan jumlah molekul menyerap, analisis
kuantitatif multikomponen campuran gas ini layak. Kemampuan multikomponen dari FTIR
secara teoritis berarti bahwa setiap spektrum yang diperoleh dengan FTIR dapat diproses
ulang di masa mendatang untuk menentukan konsentrasi dari setiap gas yang baru dikalibrasi
c. Kromatografi Gas-Spektro Massa (GC-MS)
Perkembangan teknologi instrumen menghasilkan alat yang merupakan gabungan dari
dua sistem dan prinsip dasar yang berbeda satu sama lain tetapi dapat saling melengkapi,
yaitu gabungan antara kromatografi gas dan spektrometer massa (GC-MS). Kedua alat
dihubungkan dengan satu interfase. Kromatografi gas disini berfungsi sebagai alat pemisah
berbagai komponen campuran dalam sampel, sedangkan spektrometer massa berfungsi untuk

mendeteksi masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem


kromatografi gas. Dari kromatografi GC-MS akan diperoleh informasi struktur senyawa yang
terdeteksi.
Dalam kromatografi gas, pemisahan terjadi ketika sampel diinjeksikan ke dalam fase
gerak. Fase gerak yang biasa digunakan adalah gas inert seperti helium. Fase gerak membawa
sampel melalui fase diam yang ditempatkan dalam kolom. Sampel dalam fase gerak
berinteraksi dengan fase diam dengan kecepatan yang berbeda-beda. Saat terjadi interaksi
yang tercepat akan keluar dari kolom lebih dulu, sementara yang lambat akan keluar paling
akhir. Komponen-komponen yang telah terpisah kemudian menuju detektor. Detektor akan
memberikan sinyal yang kemudian ditampilkan dalam komputer sebagai kromatogram. Pada
kromatogram, sumbu x menunjukkan waktu retensi (retention time yaitu waktu saat sampel
diinjeksikan sampai elusi berakhir), Sedangkan sumbu y menunjukkan intensitas sinyal.
Dalam detektor selain memberikan sinyal sebagai kromatogram, komponenkomponen yang terpisah akan ditembak elektron sehingga terpecah menjadi fragmenfragmen dengan perbandingan massa dan muatan tertentu (m/z). Fragmen-fragmen dengan
m/z ditampilkan komputer sebagai spektra massa, dimana sumbu x menunjukkan
perbandingan m/z sedangkan sumbu y menunjukkan intensitas. Dari spektra tersebut dapat
diketahui struktur senyawa dengan membandingkannya dengan spektra massa standar dari
literatur yang tersedia dalam komputer. Pendekatan pustaka terhadap spektra massa dapat
digunakan untuk identifikasi bila indeks kemiripan atau Similarity Indeks (SI) berada pada
rentangan 80% (Howe and Williams, 1981).
Analisis GC-MS merupakan metode yang cepat dan akurat untuk memisahkan
campuran dalam jumlah yang kecil, dan menghasilkan data yang berguna mengenai struktur
serta identitas senyawa organik.
d.Spektroskopi UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai
sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
(380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif.
Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi electronelectron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi
berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau
tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan
energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton
memungkinkan electron-electron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital
baru yag lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UVtampak karena mereka mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat
dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi.Absorbsi untuk transisi electron seharusnya
tampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu spectrum garis atau peak tajam namun
ternyata berbeda. Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada daerah
panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi
sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi. Transisi elektronik dapat

terjadi dari subtingkat apa saja dari keadaan dasar ke subtingkat apa saja dari keadaan
eksitasi.
Panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorban
maksimum disebut sebagai panjang gelombang maksimum ()(maks. Penentuan panjang
gelombang maksimum yang pasti (tetap) dapat dipakai untuk identifikasi molekul yang
bersifat karakteristik-karakteristik sebagai data sekunder. Dengan demikian spektrum visibel
dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif (data sekunder) dan kuatitatif.
e.Kromatografi Gas
Kromatografi gas (GC) merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan
deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran. Kromatografi gas
merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam bidang-bidang: industri, lingkungan,
farmasi, minyak, kimia, klinik, forensik, makanan dan lain-lain. Kegunaan umum
kromatografi gas adalah untuk melakukan pemisahan dinamis dan identifikasi semua jenis
senyawa organik yang mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif senyawa dalam suatu campuran. Kromatografi gas dapat bersifat destruktif dan
dapat bersifat non-destruktif tergantung pada detektor yang digunakan (Gandjar dan Rohman,
2007).
Dasar pemisahan secara kromatografi gas ialah penyebaran cuplikan diantara dua
fase. Salah satu fase ialah fase diam yang permukaannya luas, dan fase yang lain ialah gas
yang mengelusi fase diam. Kromatografi gas adalah suatu cara untuk memisahkan senyawa
atsiri dengan meneruskan arus gas melalui fase diam. Bila fase diam berupa zat padat, kita
menyebut cara itu sebagai kromatografi gas padat. Ini didasarkan pada sifat penjerapan
kemasan kolom untuk memisahkan cuplikan, terutama cuplikan gas. Kemasan kolom yang
lazim dipakai ialah silika gel, ayakan molekul, dan arang (McNair dan Bonelli, 1988).
Bila fase diam berupa zat cair, cara tadi disebut kromatorgafi gas cair. Fase cair
disaputkan berupa lapisan tipis pada zat padat yang lembam dan pemisahan didasarkan pada
partisi cuplikan yang masuk dan keluar dari lapisan zat cair ini. Banyaknya macam fase cair
yang dapat digunakan sampai suhu 400C mengakibatkan kromatografi gas cair merupakan
bentuk kromatografi gas yang paling serbaguna dan selektif. Kromatografi gas cair digunakan
untuk menganalisis gas, zat cair, dan zat padat (McNair dan Bonelli, 1988).
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah
menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam
dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya solut akan
terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara
solut dengan fase diam. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu
senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase
diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu
mengahantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran
50-350C) bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat
terelusi (Gandjar dan Rohman, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisik Edisi ke-4 jilid I. Penerbit Erlangga
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta
Suharto dan Susanto, H., 2006, Pengaruh Konsentrasi Katalis Terhadap Perolehan Furfural
pada Hidrolisis Tongkol Jagung, Prosiding Seminar Nasional Iptek Solusi
Kemandirian Bangsa, Yogyakarta, 2-3 Agustus 2006
Wijarnako, Anondho, Johanes Anton Witono, Made Satria Wiguno. 2006. Tinjauan
Komprehensif Perancangan Awal Pabrik Furfural Berbasis Ampas Tebu di Indonesia.
Journal of Oil and Gas Community. Komunitas Migas Indonesia
Khopkar, S.M.(1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai