Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

PSIKOLOGI SOSIAL
STRUKTUR DAN PEMBENTUKAN SIKAP

Oleh :
1.

Ervaningsih

(11413)

2.

Lestari Khairunnisa

(11430)

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2010

I.

Pendahuluan

Dalam lingkungan dan situasi sosial, yakni ketika kita terlibat dalam interaksi sosial,
selalu ada saja mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai
perasaan, dan ikut menentukan kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu
yang sedang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita
terpengaruh oleh ingatan masa lalu.
Sikap adalah.kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.
Kesiapan yang dimaksud disini yakni kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon. Sikap
dapat berupa positif dapat pula negatif.
Sikap-sikap manusia berkembang manakala ia tumbuh. Akan tetapi tidak satupun
kehidupan manusia yang terpisah dari kehidupan manusia lain. Dan kehidupan setiap orang
berpotongan dengan jalan kehidupan orang lain, tetapi hanya pada titik tertentu dan cerita
kehidupan seseorang serupa dengan cerita kehidupan orang lain, tetapi tidak sama, maka
demikian juga dengan sikap seseorang yang serupa tetapi tidak sama dengan sikap keluarga,
teman,dan tetangganya . pada tingkatan individu dan tingkat psikologis, hal ini merupakan
salah satu sumber bagi budaya, para confirms dan penentangnya. Karena hal inilah
pembentukan sikap menjadi demikian penting bagi mahasiswa ilmu sosial , dan demikian
penting bagi orang tua, pendidik, pemimpin politik, dan semua orang yang mengajar atau
memimpin atau mengontrol orang lain.
Dalam makalah ini kami akan mencoba membahasan mengenai struktur sikap dan
pembentukan sikap.

II.
A.

ISI

Struktur Sikap
Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affectife), dan
komponen konatif (civonate).
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorangg mengenai apa yang berlaku atau
apa yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen Afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap
suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimiliki terhadap sesuatu.
c. Komponen Perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif di dalam struktur sikap menunjukan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi
bahwa kepercayaan dan perasaan banyak memepengaruhi perilaku. Maksudnya,
bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu
akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaan ini membentuk
sikap individual. Karena itu, adalah logis.
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude)
dalam penentuan sikapa yang utuh ini pengetahuan berfikir. Keyakinan dan emosi
memegang peranan penting. Komponen kognitif mengenai suatu objek dapat menjadi
penggerak terbentuknya sikap apabila komponen kognitif tersebut disertai dengan
komponen afektif (persepsi) dan komponen konatif (kesiapan untuk melakukan
tindakan).

B.

Ciri-ciri komponen
a. Valensi
Valensi merupakan suatu ciri yang berlaku bagi masing-masing dari ketiga
komponen ada sikap. Komponen kognitif pada sikap seseorang dapat bersifat
sangat menyenangkan, ia dapat memandang objek tersebut sebagai suatu yang
maha baik. Sebaliknya, komponen kognitif tidak sangat menyenangkan, ia
meyakini bahwa objek tersebut merupakan hal hajat yang murni. Demikian juga,
komponen perasaan dapat bervariasi dari valensi yang mat sangat negative, dari
rasa senang tanpa syarat sampai kebencian tanpa syarat. Dan komponen

kecendrungan tibndakan dapat bervariasi mulai dari kecendrungan untuk


membantu atau mendukung atau melindungi objek denga segala cara sampai ke
kecendrungan ekstrem untuk menyerang dan merusak objek tersebut.
b. Multipleksitas (kompleks ganda)
Komponen perasaan dalam suatu sikap juga dapat bervariasi mulai dari
rasa suka (afektifitas) yang sifatnya sangat positif dan sangat negative mengenai
objek tersebut sampai kumpulan emosi yang sangat multi kompleks mengenai
objek tersebut. Seseorang dapat mengalami suka kelembutan, persahabatan, hormat
dan hasrat terhadap sesuatu. Misal sekedar hasrat terhadap seorang wanita dan
sekedar suka kepada wanita lain. Kecenderungan tindakan yang berkaitan dengan
sikap dapat bervariasi dalam hal kadar multikompleksitasnya, mulai dari yang
merupakan kecenderungan tunggal untuk menyerang suatu objek (atau
membantunya) sampai sekumpulan kecenderungan yang sangat luas terhadap suatu
objek tersebut.
C.

Pembentukan sikap
Terbentuknya sikap seseorang pada dasarnya ditandai norma-norma sebelumnya,
sehingga norma tersebut beserta pengalamannya dimasa lalu akan membentuk suatu
siakp, bahkan bertindak. Dengan demikian sikap terbentuk setelah individu
mengadakan intemalisasi dari hasil , yakni:
1. Observasi serta pengalaman partisipasi dengan kelompok yang dihadapi.
2. Perbandingan pengalaman yang mirip dengan respon atau reaksi yang diberikan
serta hasil dan reaksi terhadap dirinya.
3. Pengalaman yang sama melibatkan emosi, Karena suatu kejadian yang telah
menyerap peranannya sulit dilupakan sehingga reaksi merupakan reaksi
berdasarkan usaha menjauhi situasi yang diharapkan.
4. Mengadakan perbandingan antara sesuatu yang dihadapinya dan pengalaman
orang lain yang dianggap lebih berpengalaman, lebih ahli dan sebagainya.

D.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap


Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan
hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial,
terjadi hubungan saling mempengaruhi di anatara individu yang satu dengan individu

yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku
masing-masing individu yang satu sebagai anggota masyarakat dengan lingkungan
fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Selanjuntnya akan kami uraikan
peranan masing-masing faktor yang ikut membentuk sikap manusia sebagai berikut:
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi pengahayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan
dan pengahayata, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan
objek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap
positif ataukah sikap negative, akan tergantung pada berbagai faktor lain.
Sehubugan dengan hal ini, Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya
pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan
membentuk sikap negative terhadap objek tersebut.
Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses
kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi
dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau cirri-ciri objektif yang dimiliki
stimulus.
b. Pengaruh Orang lain yang dianggap Penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah-satu diantaranya komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Sesorang yang kita anggap penting, seseorang
yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,
sesorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau sesorang yang berarti khusus bagi
kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita
terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu
adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman
dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
Ilustrasi mengenai pembentukan sikap yang dikarenakan pengaruh orang yang
dianggap penting oleh individu antara lain dapat dilihat pula pada situasi dimana
terdapat hubungan atasan bawahan.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaa dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang
mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita
akan mempunyai sikap yang mendukunng kebebasan pergaulan heteroseksual.
Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan

berkelompok, maka sangat mungkin kita akan memiliki sikap negative terhadap
kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.
d. Pengaruh Media Massa
Sebagi sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televise,
radio, surat kabar, majalah, dll. memiliki pengarus besar dalam pembentukan
opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap pesan
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup
kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.
e. Lembaga Pendidikan dan lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar
pengetian dan konsep moral dalam individu. Pemahaman akan baik dan buruk,
garis pemisah anatara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan system
kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian
konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap
sesuatu hal.
f. Pengaruh faktor Emosional
Tidak semua factor pembentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang
akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
E.

Cara Pengukuran Sikap


Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang atau kelompok tentang
fenomena soaial. Dengan skala Likert, maka sikap akan dijabarkan menjadi suatu
indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi
dari sangat positif hingga negative, yang dapat berupa pernyataan sebagai berikut:
1. Jawaban dari item pernyataan untuk sikap positif

a. Sangat Setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuisioner,
dan memberikan jawaban melalui jawaban kuisioner skor 4.
b. Setuju(S) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner, dan memberikan
jawaban melalui jawaban kuisioner skor 3.
c. Tidak Setuju (TS) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner, dan
memberikan jawaban melalui jawaban kuisioner skor 2.
d. Sangat Tidak Setuju (STS) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner,
dan memberikan jawaban melalui jawaban kuisioner skor1.
2. Jawaban dari item pernyataan untuk sikap negative
a. Sangat Tidak Setuju (STS) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner,
dan memberikan jawaban melalui jawaban kuisioner skor4.
b. Tidak Setuju (TS) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner, dan
memberikan jawaban melalui jawaban kuisioner skor 3.
c. Setuju(S) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner, dan memberikan
jawaban melalui jawaban kuisioner skor 2.
d.

Sangat

Setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuisioner, dan
memberikan jawaban melalui jawaban kuisioner skor 1.

III.

KESIMPULAN

1.
2.

Sikap dapat berupa positif dapat pula negatif.


Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen

3.
4.

kognitif (cognitive), komponen afektif (affectife), dan komponen konatif (civonate).


Ciri komponen terdiri dari valensi dan multikompleksitas.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain: Pengalaman pribadi,
Pengaruh Orang lain yang dianggap Penting, Pengaruh kebudayaan, Lembaga
Pendidikan dan lembaga Agama , dan faktor emosional.

DAFTAR PUSATAKA
Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia. Pustak Pelajar, Yogyakarta.
Baron, Robert A dan Donn Byrn. 2003. Psikologi Sosial. Erlangga, Jakarta.
Rocmah, siti, Misbach Jamil, dan Rochayah. 1996. Sikap Sosial. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai