ABSTRAK
Andi Tenri Aty S, Hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis
paru dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberkulosa di
ruang rawat inap RSUD Pangkep.(Dibimbing oleh Yusran Haskas dan Sukriyadi)
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru Dengan
Perilaku Pencegahan Penularan Basil Mycobacterium Tuberculosa Di Ruang Rawat
Inap RSUD Pangkep sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
arahan, kerjasama, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka penelitian ini
dapat diselesaikan dengan baik, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Yahya Haskas, SH, M.M.Kes, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar.
2. Yasir Haskas, S.Pt, SE, M.M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani Hasanuddin Makassar.
3. Sri Wahyuni, S.Kep,Ns selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar
4. Sri Darmawan, SKM, M.Kes selaku Penasehat Akademik
Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL PENELITIAN..............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................
iii
ABSTRAK.................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR...............................................................................
vii
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xi
DAFTAR SINGKATAN...........................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
14
33
33
34
C. Identifikasi Variabel..............................................................
34
35
E. Hipotesis Penelitian................................................................
36
38
A. Jenis Penelitian......................................................................
38
38
38
40
40
F. Masalah Etika.........................................................................
42
43
A. Hasil Penelitian......................................................................
43
B. Pembahasan............................................................................
52
C. Keterbatasan Penelitian.........................................................
57
58
A. Kesimpulan.............................................................................
58
B. Saran.......................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
60
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
44
45
46
47
49
51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
DAFTAR SINGKATAN
AIDS
HIV
TB
: Tuberkulosis
WHO
RI
: Republik Indonesia
RSUD
BBKPM
RSU
RS
: Rumah Sakit
MDR
BTA
TBC
: Tuberculosis
OAT
INH
: Isoniazid
SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup
seseorang, karena itu kita wajib bersyukur apabila berada dalam kondisi sehat.
Banyak diantara kita yang sering mengalami gangguan kesehatan oleh berbagai
macam penyakit, ada yang hanya menderita penyakit yang ringan misalnya
demam dan flu namun ada pula yang menderita penyakit yang berat misalnya
penyakit jantung, HIV/ AIDS, tuberkulosis paru dan beberapa penyakit lain. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya
tingkat ekonomi,pendidikan, keadaan lingkungan, kesehatan dan budaya sosial.
(Adnan, 2012)
Total estimasi insidens (kasus Baru) TB di Indonesia yang dilaporkan
oleh WHO dalam Global report 2011 adalah 450.000 pertahun sedangkan
prevalensinya sekitar 690.000 pertahun. Sejak tahun 2010 WHO tidak lagi
menyebutkan ranking negara, tetapi Indonesia memang masih termasuk 10 besar
negara TB dengan beban permasalahan TB terbesar. Sebetulnya insidens sudah
menunjukkan kecenderungan penurunan walaupun masih sangat lambat.
Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan tuberkulosis paru dimana
sebagian besar penderita tuberkulosis paru adalah usia produktif (15-55 tahun).
(Kementrian Kesehatan RI, 2012)
pada
diobati dengan benar, patuh dan tuntas berobat serta terjamin kesembuhannya.
Permasalahannya yang dihadapi adalah belum semua kasus yang diketemukan
terutama di RS swasta dan dokter praktek swasta yang terpantau oleh
pemerintah. Kendala lainnya adalah belum semua pasien TB diobati sesuai
standar internasional yang menjamin kesembuhan. (Irene, 2012)
Indonesia telah mencapai angka penemuan kasus 78,3 % pada tahun
2010 dan angka keberhasilan pengobatan sebesar 91,2% pada tahun 2009 (telah
melebihi target global 70% penemuan kasus dan 85% kesembuhan TB selama 9
tahun terakhir). Data tahun 2011 tercatat bahwa angka penemuan kasus 82.20%
dan angka keberhasilan pengobatan tahun 2010 sebesar 86.70%. Walaupun
banyak kemajuan yang dicapai, namun tantangan berupa meningkatnya koinfeksi
TB HIV, kasus TB MDR (Multi Drugs Resistences), kelemahan manajemen dan
kesinambungan pembiayaan program pengendalian TB masih dihadapi. (Irene,
2012)
Penyakit TB Paru tidak bisa hanya ditangani oleh Pemerintah atau
jajaran kesehatan saja, tetapi harus melibatkan mitra dan sektor terkait yaitu
pemerintah, swasta, masyarakat, bahkan pasien TB. Peningkatan koordinasi,
sinkronisasi, harmonisasi dan keterpaduan di antara pemangku kepentingan dan
mitra harus dilakukan sejak dari perencanaan sampai penilaian agar program
mencapai tujuan program secara efektif dan efisien (Irene, 2012)
Penyakit tuberkulosis paru sangat berbahaya karena bisa menyebabkan
seseorang meninggal dan sangat mudah ditularkan kepada siapa saja dimana satu
orang pasien tuberkulosis paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) Positif bisa
menularkan kepada 1015 orang di sekitarnya setiap tahun. Kurangnya
pengetahuan, sikap, dan perilaku dari penderita itu sendiri untuk mencegah
penularan penyakit tuberkulosis paru akan menyebabkan semakin tingginya
jumlah penderita tuberkulosis paru. (Kementrian Kesehatan RI, 2012)
Dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan menjawab
permasalahan-permasalahan
yang
terjadi,
khususnya
mengenai
masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita
tuberkulosis
paru
dengan
perilaku
pencegahan
penularan
basil
perilaku
pencegahan
penularan
basil
Mycobacterium
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Menambah bahan referensi bagi institusi dan merupakan data awal bagi
peneliti selanjutnya.
2. Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan juga diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan pada
penderita tuberkulosis paru dan upaya-upaya dalam pencegahan penularan
tuberkulosis paru.
3. Peneliti
Memperkaya ilmu pengetahuan sehingga berguna bagi pekerjaan dan tugas
peneliti sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan prilaku
penderita yang baik dalam pencegahan penularan tuberkulosis paru yang
dapat menurunkan penularan tuberkulosis paru.
4. Pembaca
Memberikan informasi tambahan bagi pembaca khususnya mengenai penyakit
tuberkulosis paru tentang bagaimana sikap dan prilaku penderita penyakit
tuberkulosis paru, serta bagaimana pencegahan penularan Mycobacterium
Tuberculosa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis
paru
adalah
penyakit
akibat
infeksi
kuman
Penyebab Tuberkulosis
Penyakit
tuberkulosis
adalah
suatu
penyakit
infeksi
yang
bakteri
dormant
(istirahat).
Bentuk-bentuk
dormant
inilah
yang
Kemungkinan suatu
infeksi
tergantung pada konsentrasi kuman yang terhirup dan daya tahan tubuh
(Price & Wilson, 2006)
3.
d. Nyeri dada
Terjadi bila ilfiltrasinya radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis (Subijakto, 2011)
e. Malaise (Badan lemah)
Penyakit tuberculosis paru adalah penyakit radang yang bersifat
menahan nyeri otot dan keringat dimalam hari. Gejala-gejala tersebut
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
(Subijakto, 2011)
4.
Diagnosis Tuberkulosis
Adapun Pemeriksaan Diagnostik tubekculosis paru adalah sebagai
berikut:
a.
Kultur sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukanya
kuman BTA, diagnosa tuberkulosis paru sudah dapat dipastikan.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila ditemukanya sekurangkurangya 3 batang kuman BTA pada satu sediaan dan sedikitnya dua
dari tiga kali pemekrisaan spesimen BTA hasilnya nyatakan positif.
(Suarni, 2009)
b.
Foto thorak
Menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium
lesi sembuh primer atau efusi cairan. Adanya perluasan kuman
d.
Pemeriksaan darah
Pada waktu kuman tuberkulosis mulai aktif jumlah leukosit sedikit
meninggi dan jumlah limfotsit masih dibawah normal. Laju endap
darah mulai meningkat. Bila sakit mulai sembuh jumlah leukosit
kembali normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endap
darah mulai turun kearah normal lagi. (Price & Wilson, 2006)
e.
penurunan
kapasitas
vital,
peningkatan
ruang
mati,
5.
b.
c.
d.
6.
Cara Penularan
a.
7.
Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang
digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
a.
b.
B.
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
manusia
diperoleh
melalui
mata
dan
telinga
(Notoatmodjo, 2008).
Pengetahuan
merupakan
pedoman
dalam
membentuk
c.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
d.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara
benar
tentang
obyek
yang
diketahui,
dan
dapat
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
f.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
h.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria yang ada. (Notoatmodjo, 2008)
Pendidikan merupakan dasar untuk menentukan daya tangkap
Jenis Pengetahuan
Macam-macam pengetahuan menurut Menurut Wawan &
Dewi (2010) sebagai berikut:
1)
2)
yang
faktor-faktor
lingkungan
yang
langsung
dapat
kelompok
terdapat
suatu
pegangan
yaitu
2.
3.
Menghargai
(Valuing),
yaitu
mengajak
orang
lain
untuk
Tinjauan
Umum
tentang
Perilaku
Pencegahan
Penularan
Basil
Mycobacterium Tuberculosa
1.
Pengertian Perilaku
Perilaku adalah merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati pihak luar. Perilaku manusia adalah merupakan reaksi
seseorang atas sikap yang dimilikinya saat itu, baik yang sederhana
maupun yang kompleks. Perilaku ini tidak akan bersifat langgeng atau
stabil, bila terjadi tanpa didasari sikap dan keyakinan yang mendalam akan
suatu objek. (Azwar, 2005)
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor
lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun
stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang
berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang
berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat di
bedakan menjadi 2, yaitu :
a.
b.
2.
3.
b.
c.
d.
Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan
atau tissu.
b.
c.
d.
e.
Menjemur alat tidur secara teratur pada siang hari karena bakteri
Mycobacterium tuberculosis akan mati bila terkena sinar matahari.
f.
g.
E.
masyarakat
menyebabkan
kurangnya
pengetahuan
mengenai
penanganan dan pencegahan penyakit tuberkulosis paru, yang terlihat dari sikap
dan perilaku penderita yang tidak mencerminkan adanya upaya untuk
BAB III
KERANGKA KONSEP
tingkat
Variabel Dependen
Pengetahuan
Perilaku Pencegahan
penularan basil
Mycobacterium
Tuberculosa
Sikap
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
jawaban
responden
mengenai
pemahaman
penderita
tentang
Sikap
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jawaban
responden berupa respon yang dilakukan penderita terhadap pencegahan
penularan penyakit tuberkulosis paru . Yang dinilai dengan skala Likert
dalam bentuk pernyataan jika jawaban sangat setuju diberi nilai 4, setuju
diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2, dan sangat tidak setuju diberi
nilai 1.
Kriteria Obyektif :
1) Baik
2. Variabel Dependen
Perilaku Pencegahan penularan basil Mycobacterium Tuberculosa
Yang dimaksud dengan perilaku pencegahan penularan basil
Mycobacterium Tuberculosa pada penelitian ini yaitu temuan peneliti yang
diperoleh
melalui
observasi/pengamatan
mengenai
kegiatan
yang
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan. Hipotesis dalam penelitian terbagi atas hipotesis nol
(hipotesis statistik/nihil), yang menyatakan tidak ada hubungan antarvariabel dan
hipotesis alternatif (hipotesis kerja), yang menyatakan adanya hubungan
antarvariabel (Hidayat, 2007).
2.
H0 :
1.
2.
BAB IV
METODE PENELITIAN
2. Sampel
a. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua penderita tuberkulosis
paru yang dirawat di ruang rawat inap di RSUD Pangkep. Dengan rumus
besar sampel yaitu berdasarkan Hidayat (2007) :
n=
Keterangan :
n = Besar sampel
P = Proporsi (0,02)
q = 1,0 p
Z2 = Derajat kemaknaan 1,96
d = Tingkat kepercayaan (0,05)
=
= 30
Maka diambil sampel sebanyak 30 orang tehnik pengambilan
berdasarkan accidental sampling.
b. Teknik sampling
Teknik sampling menggunakan accidental sampling yaitu metode
pengambilan sampel dengan memilih sampel yang kebetulan ada atau
dijumpai pada saat penelitian.
c. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi
a) Pasien tuberkulosis paru yang dirawat di ruang rawat
inap
Editing
Editing yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
responden penelitian, yang meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan
pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. Jangan sekali-kali mengganti
jawaban responden sesuai dengan keinginan peneliti. Mengganti data
orisinal adalah perbuatan yang melanggar prinsip kejujuran intelektual.
2.
Koding
Koding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban responden
3.
Tabulasi data
Tabulasi merupakan proses lanjutan dari pengkodean, dimana setelah data
tersebut dikoding langkah selanjutnya yaitu ditabulasi agar mempermudah
penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.
4.
Analisa Data
Dilakukan melalui uji hipotesis univariat dan bivariat. Analisis univariat
yaitu distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu pengetahuan,
sikap, dan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberculosis
sedangkan analisis bivariat yaitu analisis dua variabel yang dilakukan untuk
menguji ada tidaknya hubungan antara satu variabel bebas dan variabel
terikat.
F. Masalah Etika
1.
Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
reaponden, dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden.
Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia diteliti
maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak untuk
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak
subjek.
2.
menjaga
kerahasiaan
identitas
subjek,
peneliti
tidak
akan
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh
subjek. Lembar tersebut hanya diberi inisial atau nomor kode tertentu
3.
Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Kabupaten
Pangkep yang mana proses pengumpulan data dilakukan dengan berpedoman
pada kuesioner penelitian. Proses pengambilan data dilaksanakan dari tanggal 28
Desember 2012 sampai dengan 28 Januari 2013.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap
RSUD Kabupaten Pangkep. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang
terdiagnosa tuberkulosa paru yang di rawat di ruang rawat inap RSUD Pangkep
selama penelitian dilakukan. Penentuan responden didasarkan pada pemilihan
sampel yang kebetulan ada atau dijumpai pada saat penelitian dengan sampel
sebanyak 30 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
accidental sampling. Data selanjutnya diolah secara komputer dengan SPSS yang
terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dan pengolahan data, maka hasil
penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Untuk melihat hasil analisis variabel independen secara deskriptif
kemudian disajikan dalam bentuk tabel yang disertai dengan penjelasan. Maka
hasil penjelasan tersebut sebagai berikut :
a. Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Tuberkulosis
Paru di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Pangkep
Tahun 2013
Variabel
Jumlah
Kelompok Umur
21-30 tahun
16,7
31-40 tahun
10,0
41-50 tahun
10,0
51-60 tahun
30,0
61-70 tahun
26,7
>71 tahun
6,7
30
100
Laki-laki
24
80,0
Perempuan
20,0
30
100
SD
17
56,7
SMP
3,3
SMA
12
40,0
30
100
Jumlah
Jenis Kelamin
Jumlah
Pendidikan
Jumlah
Jumlah
Sumber : Data Primer 2013
20,0
Kurang
24
80,0
Jumlah
30
100
Grafik 5.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tuberkulosis
Paru di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep
Tahun 2013
80
80
70
60
50
Baik
40
Kurang baik
24
30
20
20
6
10
0
Frequency
Percent
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Pencegahan Responden
Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep
Tahun 2013
Sikap
Frequency
Percent
Baik
11
36,7
Kurang
19
63,3
Jumlah
30
100
responden (36,7%).
Grafik 5.3
Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Pencegahan Responden
Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep
Tahun 2013
63.3
70
60
50
36.6
40
Kurang
30
20
Baik
19
11
10
0
Frequency
Percent
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Responden Tuberkulosis
Paru di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep
Tahun 2013
Perilaku
Frequency
Percent
Baik
30,0
Kurang
21
70,0
Jumlah
30
100
70
70
60
50
40
30
30
20
Kurang Baik
21
9
10
0
Frequency
Baik
Percent
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan variabel dependent
dan independent.
a. Hubungan tingkat pengetahuan responden tuberkulosis paru dengan
perilaku pencegahan basil mycobacterium tuberculosa di ruang rawat
inap RSUD Pangkep.
Tabel 5.5
Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden Tuberkulosis Paru
dengan Perilaku Pencegahan di Ruang Rawat Inap
RSUD Pangkep Tahun 2013
Perilaku Pencegahan
Total
Pengetahuan
Baik
Kurang
Responden
n
n
n
%
%
%
Baik
55,6
4,8
20,0
Kurang
44,4
20
95,2
24
80,0
Total
100
21
100
30
100
0.005
Grafik 5.5
Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden Tuberkulosis Paru
dengan Perilaku Pencegahan di Ruang Rawat Inap
RSUD Pangkep Tahun 2013
20
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Pengetahuan
responden Baik
5
Pengetahuan
responden Kurang baik
4
1
Baik
Kurang Baik
Perilaku Responden
Baik
Total
Kurang
Baik
100
9,5
11
36,7
Kurang
19
90,5
19
63,3
Total
100
21
100
30
0.000
100
uji
statistik
chi-square
menunjukkan
19
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Baik
Kurang Baik
Perilaku Responden
B. Pembahasan
a. Pengetahuan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 6 responden (20,0%)
berada pada kategori pengetahuan baik, sedangkan 24 responden (80,0%)
berada pada kategori pengetahuan kurang. Dari sebaran jawaban responden
tentang pengetahuan, kebanyakan dari responden tidak mengetahui penyebab
kurang baik lebih tinggi yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Hasil uji statistic
diperoleh nilai p <0,05 (p=0,000), artinya terdapat hubungan yang bermakna
antara sikap dengan tindakan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis
paru.
Hasil penelitian ini sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zalmi (2008) didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara sikap responden dengan kejadian tuberkulosis paru dimana nilai p<0,05
dan Odds Ratio sebesar 0,129 artinya pada responden dengan perilaku sikap
kurang baik beresiko terkena tuberkulosis paru sebesar 0,129 kali bila
dibandingkan dengan responden dengan perilaku sikap baik.
Begitupula hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Maitum, J
(2010) menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan,
perilaku dan sikap keluarga dengan pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi
Tondano.
Berdasarkan teori sikap yang dikemukakan Hendrik L Blum dapat
digambarkan bahwa penyakit tuberkulosis paru memiliki banyak faktor resiko
yang mempengaruhi yaitu, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan, Host, Agent, dan Environment. Status kesehatan akan tercapai
secara optimal bilamana semua faktor tersebut secara bersama-sama dalam
kondisi yang optimal pula. Bila salah satu faktor saja terganggu maka akan
berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru itu sendiri.
Sampel yang diambil hanya 30 sampel data yang dirawat di ruang rawat inap
RSUD Kabupaten Pangkep selama penelitian dilakukan.
2.
3.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian mengenai hubungan antara
pengetahuan
dan
sikap
dengan
perilaku
pencegahan penularan
basil
paru
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan di ruang
rawat inap RSUD Pangkep tahun 2013, peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Murniasih, E & Livana. 2007. Hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian
Tuberkulosis paru pada anak balita di balai Pengobatan penyakit paruparu Ambarawa tahun 2007, (online)
(http://www.skripsistikes.wordpress.com diakses 11 oktober 2012)
Notoadmojo, S. 2008. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi penelitian kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan,
Salemba Medika, Surabaya.
Price, A S & Wilson, M L. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit,
ed. 6, EGC, Jakarta
Putra, Nico. 2011. Hubungan perilaku dan kondisi sanitasi rumah dengan kejadian
TB
paru
di
kota
Solok
tahun
2011,
(online)
,
(http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan11/207314016/bab1.pdf
diakses 05 Desember 2012)
Smeltzer, C S & Bare, G B. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth, ed. 8, EGC, Jakarta.
Suarni, 2009. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian penderita TB Paru
di
kecamatan
Pancoran
Mas
Depok
UI,
(online)
(http://www.futurepress.com diakses 10 oktober 2012)
Subijakto 2011. Hubungan pengetahuan tentang tuberculosis paru dengan
kepatuhan berobat pasien Tuberculosis paru di Puskesmas Mejayan,
Caruban Kab.Madiun, (online) (http://www.tbcjournal.org/.pdf. diakses
10 Ooktober 2012)
Sugiyono, 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
Wawan, A & Dewi, M. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. nuha medika, Yogyakarta.
Instrumen Penelitian
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita TB Paru Dengan Pencegahan
Penularan Basil Mycobacterium Tuberkulosa Di RSUD Pangkep
A. Karakteristik Responden
1. Inisial Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan
:
No.
Sampel
B. Pengetahuan Penderita
Pilihlah jawaban yang benar sesuai pengetahuan anda :
1) Apakah penyebab dari TB Paru
a. Kuman atau bakteri
b. Lingkungan yang kotor
c. Tidak tahu
2) Tanda-tanda/gejala utama TB Paru adalah:
a. Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
b. Sakit Perut
c. Tidak Tahu
3) Jika Batuk terus menerus dan berdahak lebih dari tiga minggu apa yang harus
dilakukan ?
a. Memeriksakan diri ke Puskesmas / Sarana keseh atan yang ada di tempat saya
b. Berobat ke petugas
c. Beli obat di warung
4) Sebutkan cara penularan TB Paru
a. Percikan dahak sewaktu batuk dan bersin
b. Bersentuhan dengan penderita
c. Tidak tahu
5) Apakah penyakit TB Paru dapat menular ?
a. Dapat
b. Tidak dapat
c. Tidak Tahu
13) Menurut bapak/ibu memisahkan diri dari keluarga, merupakan cara yang paling
efektif agar TB Paru tidak menular.
a. Ya, dengan cara dipisahkan dan dikucilkan tersebut maka keluarga akan
terhindar dari penyebaran kuman TB
b. Tidak perlu memisahkan diri, lebih baik berobat dan minum obat sampai
sembuh
c. Tidak Perlu
14)Menurut bapak/ ibu apakah dalam minum obat TB Paru perlu pengawasan oleh
keluarga yang bertempat tinggal sama dengan bapak/ibu
a. Perlu, karena minum obat perlu dikontrol terutama oleh saudara terdekat agar
obat bisa diminum teratur
b. Kurang perlu, karena obat bisa kita minum sendiri dan tidak akan lupa
c. Tidak perlu
15)Untuk mengurangi penyebaran kuman TB Perlu ventilasi yang baik, syaratnya
adalah :
a. Lobang ventilasi minimal 10% dari luas lantai ruangan
b. Jendela mudah dibuka dan ditutup walaupun ukuran kecil
c. Tidak Tahu
C. Sikap Penderita
Petunjuk : Pilih salah satu jawaban pada masing-masing jawaban dengan
memberi tanda checklist (v) pada jawaban yang anda anggap benar .
SS : Sangat Setuju (4)
S : Setuju (3)
TS : Tidak Setuju (2)
STS : Sangat Tidak Setuju (1)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pernyataan
Menurut anda penyakit TB Paru adalah
penyakit yang berbahaya
Penyakit TB Paru dapat disembuhkan
dengan minum
obat TB Paru teratur selama 6 bulan dan
tidak boleh putus walaupun satu hari
Penyakit TB Paru mudah menular terutama
kepada
orang yang pernah kontak dengan penderita
Berprilaku hidup sehat (tidak merokok dan
berolah raga)
Setiap pagi pintu dan jendela rumah dibuka
agar sirkulasi udara lancar
Cahaya matahari masuk kedalam rumah
setiap hari
Pemeriksaan dahak sangat membantu
dalam menentukan penyakit yang diderita
Penderita TB Paru harus makan makanan
yang bergizi
Diperlukan pengawas minum obat TB Paru
terutama
oleh anggota keluarga
Penyakit TB Paru berkaitan erat dengan
kondisi
lingkungan dan prilaku hidup yang kurang
bersih
SS
Jawaban
S
TS
STS
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
Jawaban
Ya
Tidak
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
NIM
: NH 0211017
PERSETUJUAN RESPONDEN
Alamat
Umur
Pekerjaan
Pangkep,
Desember 2012
Responden