Anda di halaman 1dari 2

Harry Potter dan Muhammad Al Fatih

Publikasi: 13/01/2004 09:31 WIB


eramuslim - Antrian panjang muda-mudi pada loket-loket penjualan tiket hari pert
ama pemutaran film The Lord of the Rings atau pada peluncuran buku Harry Potter adal
ah pemandangan keseharian di negeri-negeri Barat. Fenomena yang sama terjadi jug
a di negeri kita, seperti yang baru-baru ini dimuat di berita photo detik.com. M
ereka yang sebagian besar adalah muda-mudi, termasuk yang berjilbab , ada dalam ant
rian panjang untuk membeli buku Harry Potter Jilid V yang harganya Rp. 140.000.
Uang sejumlah itu bukanlah sedikit untuk masyarakat kita umumnya. Masih ingatkah
kita kisah seorang anak SD yang mencoba mengakhiri hidupnya gara-gara malu kare
na tidak bisa membayar uang untuk kegiatan sekolah yang besarnya hanya Rp. 2500.
Harry Potter ... hampir semua remaja, bahkan dewasa, begitu mengenalnya. Bukunya
laris manis bak kacang goreng. Film-film-nya sangat ditunggu-tunggu. Asesorisny
a menjadi bahan koleksi para penggemarnya. Mereka hafal secara detil petualangan
tokoh yang bernama Harry Potter ini. Bahkan pernah dilaporkan di majalah Time,
kacamata model Harry Poter, sangat digandrungi oleh anak-anak dan remaja di Ingg
ris, dan saya yakin juga di negara-negara lain, termasuk negara kita. Believe it
or not, bahkan ada sebuah keluarga yang memberi nama anaknya yang baru lahir Ha
rry Potter .... karena begitu kagumnya terhadap tohoh yang satu ini. Sedikit, ba
hkan bisa dikatakan hampir tidak ada, remaja kita yang tidak kenal dengan nama H
arry Potter. Dan yang sedikit ini umumnya dikategorikan sebagai kuno, tidak gaul
, dan ketinggalan zaman.
...saya berkewajiban menemani dia membeli buku ,ujar seorang Profesor yang juga ket
ua salah satu komisi di DPR. Meski hanya fiksi, penulis buku Harry Potter sering
menyisipkan falsafah hidup yang dapat membuat anak-anak lebih bijak, demikian a
lasan sang Profesor seperti yang ditulis di detikhot.com.
Kalau alasannya untuk mencari falsafah hidup, tidak cukupkah Islam sebagai minha
aj al-hayaah (pedoman hidup) memberikan itu semua? Bila kemudian alasannya agar
bisa menjadi manusia yang lebih bijak dan berakhlak, lantas apa arti hadist Rasu
lullah SAW Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang manu
sia . Tidak cukupkah itu semua, sehingga kita mesti mengambilnya dari sumber-sumbe
r lain, yang belum tentu sejalan dengan tuntunan Islam.
Muhammad Al-Fatih .... siapakah dia? Jika pertanyaan ini diajukan ke 1000 remaja
muslim, mungkin hanya 1 diantaranya yang tahu jawabannya. Dialah pemuda muslim
yang dalam usia 23 tahun berhasil memimpin penaklukan konstantinopel (sekarang b
ernama Istambul), yang merupakan pusat peradaban barat di abad pertengahan [1].
Sang pemuda ini berhasil mengambil alih konstantinopel dari tangan kerajaan Biza
ntium yang merupakan kelanjutan dari Roman Empire dan telah menguasai Konstantin
opel lebih dari 10 abad [2].
Remaja Muslim sekarang lebih kenal dengan tokoh Harry Potter, ketimbang tokoh Mu
hammad Al-Fatih. Mahasiswa-mahasiswa muslim di negeri ini lebih mengenal dan men
gagumi sosok Einstein, Louis Pasteur dan Aristoteles ketimbang sosok Khwarizmi s
i-penemu sistem aljabar dalam dunia matematika [2,3], Ibn Sina (Avicenna) yang t
elah menulis buku The Canon yang telah menjadi buku rujukan utama di dunia kedokte
ran Eropa selama lebih dari 5 abad dan Ibu Rushd (Averroes) yang fikiran-fikiran
nya telah mempengaruhi filsuf-filsuf terkenal Eropa seperti Roger Bacon [2], pad
ahal ilmuawan-ilmuawan muslim ini sangat dikenal di dunia barat.
Begitulah nasib muslim di negeri ini yang terkadang lebih kebarat-baratan daripada
orang-orang barat sendiri. Lihatlah buku-buku yang terpajang di rak dinding rua
ng tamu kita, berapa banyak dari buku-buku tersebut yang merupakan kitab tafsir,
fiqh sunah dan buku-buku kisah para sahabat, lalu bandingkan dengan koleksi buk
u-buku semacam Harry Potter ... Bila tangan kita dengan mudahnya meraih lembaran
-lembaran 50 atau 100 ribuan di dompet untuk membeli buku semacam Harry Potter,
buku-buku komputer terbaru, buku-buku manajemen dan psikologi modern, sementara

hanya lembaran uang ribuan atau bahkan koin recehan yang keluar dari saku kita g
una membeli buku-buku Islam, menyumbang kegiatan keislaman, dan mengisi kotak am
al di masjid-masjid. Waktu yang kita gunakan untuk kegiatan-kegiatan keislaman p
un biasanya waktu-waktu sisa, saat kita sudah letih dan tak mampu lagi berfikir
jernih. Terlalu naif rasanya bila kemudian kita masih bertanya mengapa umat (Isl
am) ini menjadi umat yang terbelakang, umat sisa, umat yang menjadi bulan-bulana
n umat-umat yang lain.
Negeri batu cadas, Swedia, 11 Desember 2004
abuWafi@hotmail.com
[1] As-Sunnah sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, Dr. YusufAl-Qardhawy.
[2] Almanac of World History, published by National Geographic.
[3] Time Magazine, 24 Desember 2001.

Anda mungkin juga menyukai