bangan pemenuhannya. Jika salah satu tidak terpenuhi, maka akan terjadi gangguan
keseimbangan. Namun demikian, kebutuhan orang perorang itu relatif, artinya, se
orang petani meskipun kerja sehari-harinya di sawah bukan berarti dia tidak memb
utuhkan pendidikan. Dia tetap butuh, sekalipun pelaksanaannya tidak harus di ban
gku sekolah. Sang petani bisa saja menanyakan perihal pertanian kepada teman-tem
an sesama petani, atau anggota keluarga yang secara tradisi menekuni bidang tani
, atau kepada penyuluh pertanian. Kegagalan memperoleh pendidikan dasar pertania
n ini akan mengakibatkan misalnya gagalnya panen, rusaknya tanaman karena pengel
olaan yang kurang profesional, dan lain-lain. Demikian pula di bidang perdangang
an, untuk pandai berdagang misalnya, seseorang tidak harus kuliah ekonomi. Relat
if!
Di bidang sosial petani juga membutuhkan teman, karena di desa-desa kita, sudah
menjadi tradisi umum kalau lahan pertanian itu dikerjakan secara berkelompok. Ak
an aneh bila petani memiliki sifat individu yang tinggi yang akibatnya akan sang
at merugikan diri sendiri. Pula halnya pemenuhan kebutuhan psikologis lainnya ju
ga amat penting, misalnya dukungan moral dari keluarga, kerabat, terhadap sebaga
i contoh jenis tanaman yang akan dibenih kelak. Sebagai orang yang beragama, tin
ggal di tengah-tengah masyarakat, seorang petani juga perlu pemenuhan akan hal y
ang satu ini, mulai dari sholat wajib yang dilaksanakan di mushollah atau masjid
, hingga acara-acara dimana unsur agama akan terlibat didalamnya; pernikahan, ke
lahiran, kematian, hingga acara rutin pengajian.
Kegagalan memenuhi salah satu kebutuhan tersebut dalam tahap dini akan menjadika
n bibit-bibit tumbuhnya perasaan iri pada diri kita. Kalau perasaan ini semakin
bertumpuk akan menjadi kronis dan berdampak negatif terhadap berbagai segi kehid
upan, mulai fisik hingga spiritual. Orang yang merasa iri karena tetangganya sel
alu berpakaian mahal, akan terangsang untuk bersaing, berupaya sekuat tenaga bag
aimana agar bisa membeli pakaian yang jika mungkin lebih mahal dari yang dikenak
an tetangganya. Hati dan perasaannya akan terasa panas jika keinginannya tidak t
erpenuhi, stres jadi meningkat, nafsu makan berkurang dan ....sakit!
Meski rasa iri ini bertendensi negatif, bisa pula iri ini digunakan sebagai tool
untuk merangsang diri kita supaya lebih maju dari pada orang lain. Tengok saja
panggilan adzan Hayya alal falaah.. berlomba-lombalah menuju kebaikan. Ini berarti
kita diijinkan menggunakan rasa iri sebagai suatu yang bertujuan positif. Hal y
ang demikian itu tidak mudah, membutuhkan latihan serta kesabaran. Training! Per
lu berbagai upaya yang keras agar bisa tercapai. Beberapa resep dibawah ini bisa
membantu agar rasa iri yang negatif bisa berubah menjadi positif:
1. Pemahaman diri. Memahami diri sendiri berarti mengetahui: siapa saya, dimana
saya berada, kemana tujuan saya, apa yang saya kerjakan, mengapa saya melakukann
ya dan bagaimana kondisi saya. Kalau kita lihat contoh petani diatas, jika seora
ng petani menyadari bahwa dia adalah seorang petani sederhana yang tinggal di de
sa dekat persawahan, sehari-hari kegiatannya bergelut dengan alat-alat pertanian
, tidak mengenakan sepatu jika berangkat kerja, dan latar belakang kenapa jadi p
etani ya...mungkin saja karena tradisi keluarga, maka tidak ada gunanya jika pet
ani tersebut merasa iri terhadap tetangganya yang bekerja di rumah sakit yang se
tiap hari harus tampak rapi, berpakaian putih, dan harus selalu terkesan bersih.
Seringakli kita terjebak akan kelemahan memahami diri sendiri ini. Kegagalan me
nempatkan diri sendiri pada proporsi yang sebenarnya akan berakibat tumbuhnya ke
cemburuan yang kurang sehat.
2. Pemanfaatan potensi. Ada kalanya orang iri karena dia tidak cantik atau tampa
n. Padahal kecantikan dan ketampanan adalah persoalan yang amat relatif seperti
halnya quality. Kita bisa merubah diri kita menjadi cantik atau tampan apabila k
ita mampu memanfaatkan potensi yang ada didalam diri ini secara maksimal. Karena
setiap pribadi dibekali oleh Allah SWT bakat-bakat yang akan tumbuh jika dilati
h dengan baik. Seorang yang berbakat menulis tidak akan bisa menjadi penulis yan
g baik tanpa latihan. Orang yang tidak memiliki bakat menulis pun asalkan mau me
latih diri menulis dengan tekun, akan bisa menjadi seorang penulis yang handal.
Hasil tulisannya bisa saja mempengaruhi banyak orang. Buahnya? Secara otomatis o
rang akan memberikan penghargaan bagi kita. Jika kita sudah dalam posisi yang de
mikian, kecantikan dan ketampanan akan muncul dengan sendirinya tanpa perlu memo
les jasmani.
3. Yang terakhir dan yang paling penting adalah syukur. Selalu mensyukuri nikmat
Allah SWT atas segala kebaikan yang dilimpahkan kepada kita karena Allah Mahaad
il itu utama. Lihat saja Pulau Madura yang kering ternyata bisa menghasilkan Bat
ik Madura yang terkenal, jagung, garam, hingga aneka makanan laut yang bisa dini
kmati oleh manusia di pulau-pulau lain. Pasuruan yang katanya panas, namun rasa
mangganya tidak ada yang menandingi, sehingga Malang pun yang konon kaya akan bu
ah dan sayur, harus memborong dari sana. Jika sudah tinggal di Pasuruan, kenapa
harus iri untuk bisa memiliki villa di Malang? Banyuwangi kaya akan pisangnya, M
adiun terkenal akan durian dan brem nya, dan lain-lain. Seorang PRT kelihatannya
tidak bisa apa-apa, namun apa jadinya rumah yang biasanya bergantung kepada PRT
jika dia harus cuti atau sedang sakit? Mobil yang mewah tidak berarti apa apa ta
npa keterlibatan buruh pabrik karet. Karena itulah kita wajib bersyukur terhadap
nikmat yang besar ini.
Menanggulangi perasaan yang satu ini tidak semudah membalik tangan. Iri bisa ber
bahaya sekali apabila tidak diantisipasi. Orang bisa terjerumus ke dalam jurang
yang lebih curam hanya karena persoalan yang sepele. Oleh sebab itu kita harus h
ati-hati menghadapi penyakit ini. Pemahaman terhadap diri sendiri, pemanfaatan p
otensi, serta senantiasa bersyukur kepada Allah barangkali sejumlah langkah yang
bisa dimanfaatkan untuk penanggulangannya. Yang lebih penting lagi adalah adany
a kesadaran bahwa hidup ini harus diperjuangkan. Dengan begitu InsyaAllah kita b
isa kebal dan tidak mudah terkotori oleh virus kronis yang sudah menginfeksi sem
ua sendi kehidupan ini. Wallahu a lam!
Syaifoel Hardy
shardy@emirates.net.ae