Anda di halaman 1dari 3

SEMBILAN MATA AIR KEBERANIAN

Menjadi berani, bukan berarti sama sekali tak punya rasa takut. Takut da
n
berani, adalah sifat dasar manusia. Itu alasannya, ketika orang-orang kafir Qura
ys
hampir saja mengetahui keadaan Rasulullah saw dan Abu Bakar di dalam gua Tsur,
Rasul saw berkata kepada Abu Bakar ra, laa tahzan, jangan takut dan jangan
khawatir. Perkataan Rasulullah yang diabadikan dalam Al-Quran surat at-Taubah aya
t
40 itu, tidak menafikan adanya kekhawatiran. Tapi semacam memberi jaminan bahwa
kedua perasaan itu meski ada dalam diri setiap manusia, tidak perlu dibesar-
besarkan.
Ada banyak sikap yang perlu ditumbuhkan untuk menunjang keberanian.
Pertama, takut kepada Allah. Rasa takut tidak dapat dihilangkan tapi han
ya
bisa direstrukturisasi. Jauhi rasa takut yang tidak pada tempatnya. Dalam Al-Qura
n
Allah menyebut kata takut yang diistilahkan khosyah sebanyak 48 kali. Dalam bany
ak
ayat itu Allah menekankan bahwa rasa takut yang paling benar hanyalah kepada All
ah.
Salah satunya adalah firman-Nya yang berbunyi, Pada hari ini orang-orang kafir
telah berputus asa terhadap agama kamu. Oleh sebab itu janganlah takut kepada
mereka, dan takutlah kepada-Ku (Allah). (QS. Al-Maidah: 3)
Kedua, yakinlah kepada pertolongan dan bantuan Allah. Allah itu dekat.
Bahkan lebih dekat dari urat leher. Manusia akan merasa jauh dari Allah jika ia
melanggar larangan dan meninggalkan perintah-Nya. Akibatnya ia tak memiliki
keyakinan lagi akan bantuan Allah. Hatinya selalu takut dan pernuh rasa tidak
percaya diri.
Ketiga, milikilah tujuan hidup yang benar. Setiap orang mempunyai tujuan

hidup. Tujuan hidup manusia berbeda-beda. Ada orang yang ingin hidup kaya, sehin
gga
ia mencari kekayaan siang malam tanpa henti. Tanpa mempedulikan orang lain. Ada
orang yang tujuan hidupnya ingin dihormati. Sehingga ia selalu mencoba berelasi
dengan orang-orang penting, berambisi akan kedudukan, meremehkan orang-orang kec
il
dan selalu ingin dijunjung tinggi. Ada orang yang tujuan hidupnya ingin menjadi
pandai, maka kepandaianlah yang diagungkan. Semua dikur dari akal, yang tidak ma
suk
akal ditolak.
Keempat, tanamkan orientasi cinta pada akhirat. Rasulullah bersabda, yan
g
menyebabkan kelemahan dan kekalahan umat ini adalah karena mereka cinta dunia da
n
takut mati. Jadi kalau sudah cinta dunia bisa dipastikan takut mati. Dunia itu
permainan, kelezatan dan kesenangan. Semua itu bisa menjadikan kita enggan
berjuang, karena terbelenggu oleh permainan, kelezatan dan kesenangan dunia
itu. Cinta dunia takkan bertemu dengan cinta jihad, cinta harta tak mungkin padu
dengan cinta pengorbanan, begitu ungkap Ali Gharisah, ulama asal Mesir.
Kelima, memperdalam kisah-kisah tokoh pahlawan yang memiliki keberanian.

Abdullah bin Abdul Aziz Al Amri adalah salah seorang ulama di zaman Khalifah Har
un
Al Rasyid. Suatu ketika khalifah sedang melaksanakan ibadah haji. Sebagaimana
lazimnya penguasa, seluruh tempat yang akan dilaluinya tertutup untuk umum. Pada

saat kahlifah melakukan sai antara bukit Marwah dan Shofa seorang diri, sambil
disaksikan ribuan jamaah haji, berangkatlah Abdullah bin Abdul Aziz ke tempat sai
.
Sesampainya di Shofa, kebetulan khalifah baru saja tiba. Ia berteriak, Haruun.
Tanpa menyebut embel-embel kekhalifahan. Mendengar suara itu, seluruh jamaah
termasuk khalifah terkejut, dan menoleh ke arah datangnya suara. Melihat wajah y
ang
memanggil, khalifah menjawab, Lababika ya amm?, ada apa wahai paman? Naiklah ke
bukit Shofa, lihatlah ke arah Kabah, berapa jumlah mausia di sana? ujar Abdullah
bin Abdul Aziz.
Khalifah menjawab, Tak ada yang mengetahui kecuali Allah. Abdullah
mengatakan, Ketahuilah setiap orang dari mereka akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti di hadapan Allah, dan kamu akan diminta
pertanggungjawabanmu oleh Allah atas dirimu dan atas seluruh rakyatmu. Lihatlah
dirimu, apakah pantas engkau perlakukan umat seperti ini? Mendengar uraian
Abdullah, Khalifah Harun Al Rasyid menangis dan mengakui kesalahan yang ia lakuk
an.
Keenam, berolahraga dan melakukan latihan-latihan fisik. Ini penting,
selain untuk memelihara stamina tubuh, juga untuk menumbuhkan mental atau nyali
agar tidak lemah. Rasulullah adalah orang yang paling menjaga ketahanan fisik da
n
menganjurkan umatnya untuk berlatih bermain ketangkasan, seperti memanah, naik
kuda, berenang dan sebagainya. Melalui aktivitas seperti itu, jiwa akan menjadi
sportif dan berani menanggung risiko. Ali ra menceritakan pada saat situasi pera
ng
Badar semakin memanas, para sahabat berlindung di belakang Rasulullah. Rasulullah

adalah orang yang paling berani, demikian ujar Ali ra. (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Ketujuh, biasakanlah hidup susah dan aktivitas penuh tantangan. Sebab,
seperti kata Rasulullah, karunia dan kenikmatan itu tidak abadi. Menjalani hidup

sebagai orang kaya semua bisa. Tapi mengarungi hidup susah, tidak semua orang si
ap.
Padahal sewaktu-waktu orang bisa jatuh pailit dan hidupnya susah. Sesorang yang
dibiarkan hidup enak terus, katanya bisa menghambat sukses hidupnya kelak. Ia ak
an
kaget, kalau sewaktu-waktu harus jatuh melarat. Mungkin saja ia mangalami guncan
gan
jiwa dan hidupnya berantakan.
Kedelapan, bergaul dengan orang-orang yang penuh semangat dan bergelora.

Pepatah Arab mengatakan, seseorang itu tawanan lingkungannya. Mencipatakan
lingkungan atau komunitas yang kondusif untuk melahirkan keberanian sangatlah
penting. Karena kepribadian seseorang sangat tergantung dengan lingkungan tempat
ia
kerap berhubungan dengannya. Para sahabat dahulu biasa saling berlomba menampilk
an
berbagai pengorbanan dan keberaniannya dalam menegakkan Islam. Umar bin Khattab
radhiallahuanhu, selalu ingin mencari kesempatan untuk melebihi Abu Bakar ra.
dalam beinfaq. Rasulullah pun, meski ia selaku pimpinan tertinggi saat itu, sela
lu
menjadi panutan dalam soal keberanian.
Kesembilan, kuasai argumentasi dan alasan rasional yang bisa digunakan
untuk mempertahankan kebenaran. Karena sesungguhnya kebenaran itu pasti logis da
n
rasional. Seseorang yang tak mampu menyampaikan sisi logis dan rasionalnya sebua
h
kebenaran akan dikalahkan oleh kesalahan yang bisa diargumentasikan secara logik
a.
Kesembilan cara menghidupkan keberanian ini, intinya kembali pada keyaki
nan
seseoang terhadap kebenaran itu sendiri. Sejauh mana seseorang yakin dengan sebu
ah
kebenaran, maka sebesar itulah ia memiliki keberanian untuk mempertahankannya.
Wallahu alam bi shawab.

Anda mungkin juga menyukai