PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A.
JUDUL PENELITIAN :
Upaya meningkatkan ketuntasan belajar Kimia siswa kelas XI IPA SMAN
16 Surabaya melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
pada materi pokok Sistem Koloid.
B. LATAR BELAKANG MASALAH:
Dengan semakin menurunnya minat belajar siswa menjadi permasalah
yang serius bagi guru untuk segera dilakukan tindakan nyata. Guru harus
pandai menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi
berbagai kendala yang sering muncul di kelas dalam proses belajar
mengajar yang dapat menurunkan minat belajar siswa. Kendala itu antara
lain: malas, ngantuk, melamun, ramai atau mengobrol sendiri ketika
pembelajaran berlangsung. Solusinya adalah menjadikan pembelajaran
menjadi menyenangkan. Banyak model-model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi.
Diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD(Student
Team Achievement Division) yang akan digunakan dalam penelitian ini..
C.
RUMUSAN MASALAH:
Sebagai rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas adalah :
“Apakah penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan
ketuntasan belajar Kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 16 Surabaya
pada materi pokok Sistem Koloid?”
“Bagaimana peningkatan ketuntasan belajar Kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 16 Surabaya
melalui penerapan model pembelajaran STAD pada materi Sistem Koloid ?”
D.
1.
Page 1
Proposal PTK
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
E.
a. Kajian Teori
Belajar adalah kegiatan para siswa, baik dengan bimbingan guru atau dengan usaha sendiri. Pendidik
berusaha membantu agar siswa belajar lebih terarah, cepat, lancar, dan berhasil baik atau istilah lain dengan
membelajarkan siswa. Suatu pembelajaran agar berhasil perlu dilaksanakan secara sistematis dengan
mempertimbangkan segala aspek.
Pembelajaran di dalam kelas baik secara klasikal atau individual dibutuhkan adanya model pembelajaran.
Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu pengertian model secara umum. Model dalam kehidupan sehari
– hari merupakan suatu pola yang di contoh, baik dalam bentuk fisik suatu hasil kerja atau suatu pola
tertentu menghasilkan perilaku belajar yang baik. Model pembelajaran merupakan penyederhanaan dari
hubungan berbagai komponen yang ada dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Komponen –
komponen pembelajaran meliputi : metode belajar, sarana dan prasarana, guru, siswa, kurikulum, alat evaluasi,
dan sebagainya. Menurut Zamroni, (1988:79), mengatakan model merupakan inti dari teori dalam bentuk
sederhana , sehingga mudah dibaca dan dipahami.
a. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD
Pembelajaran kooperatif adalah strategi mengajar yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari siswa-siswa dengan tingkat kemampuan berbeda. Siswa akan menggunakan sejumlah
kegiatan untuk mengembangkan pemahaman terhadap suatu konsep atau sub konsep.
Model pembelajaran kooperatif ada 4 yaitu :
a. STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Pembagian prestasi kelompok siswa dimana diberikan quis/tes
dalam menjajaki belajar mereka.
b. TGT (Teams Games Tournament)
Komponen sama dengan STAD, untuk tes dan perbaikan skor individu diganti dengan turnamen game
akademik.
c. JIGSAW
Pada intinya dalam mempelajari sebuah materi pelajaran tertentu, materi tersebut diperoleh dengan
cara menggabungkan sub-sub komponen yang dibagikan pada anggota kelompok.
d. Group Investigation
Merupakan teknik cooperation learning dimana para siswa bekerja
di dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani berbagai
macam proyek kelas. Dalam metode ini hadiah atau point tidak
diberikan. (Ibrahim dkk:2000)
Penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD. Adapun langkah-langkah
pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif STAD : (Ibrahim, dkk, 2000: 6)
a. Persiapan
Menciptakan kondisi belajar siswa dengan membagi siswa dalam
kelompok secara heterogen. Memberikan lembar diskusi pada tiap
kelompok (1 kelompok 1 lembar diskusi agar ada saling
ketergantungan satu sama lain).
b. Pelaksanaan
1) Guru memberikan informasi materi secara garis besar kepada
siswa sesuai dengan kompetensi dasar dilanjutkan dengan
diskusi sesuai lembar diskusi yang diberikan
2) Pembahasan soal pada lembar diskusi secara bersama-sama
Page 2
Proposal PTK
sampai memperoleh suatu kesimpulan.
c. Evaluasi/tindak lanjut
1) Mengerjakan tes individu setiap selesai diskusi, dimana satu
sama lain tidak boleh saling membantu.
2) Memperdalam materi dengan pembahasan tes individu sambil
mengulang hal-hal yang dianggap sulit oleh siswa.
3) Membuat skor/nilai perkembangan individu dari tes individu
setiap selesai diskusi.
4) Memberikan penghargaan bagi kelompok yang paling baik guna
memotivasi belajar mereka.
Tabei 1. Ketentuan skor perkembangan pada evaluasi model pembelajaran
kooperatif
STAD (Ibrahim dkk, 2000:57)
No
Keterangan
Skor
1.
0 poin
2.
10 poin
Page 3
Proposal PTK
3.
Skor terkini sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
20 poin
4.
30 poin
5.
Pekerjaan sempurna
30 poin
Skor kelompok diperoleh dengan cara mencari nilai rata-rata skor perkembangan yang diperoleh oleh
masing-masing anggota. Tiap-tiap tim akan memperoleh penghargaan yang diperoleh oleh masing-masing
anggota. Tiap-tiap tim akan memperoleh penghargaan sesuai dengan skor kelompok yang diperolehnya.
Tabel 2. Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif STAD (Ibrahim dkk,
2000:57)
Penghargaan
Page 4
Proposal PTK
Tim Standar
Tim Baik
Tim Hebat
Tim Super
Page 5
Proposal PTK
Peniaian Pendidikan, Pengertian butir 10).
2. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek kompetensi pengetahuan dan
praktik dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 –
100.
3. Penetapan KKM dilakukan oleh dewan pendidik pada awal tahun
pelajaran melalui proses penetapan KKM setiap Indikator, KD, SK
menjadi KKM mata pelajaran, dengan mempertimbangkan, hal-hal
sebagai berikut.
- Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang
harus dicapai oleh peserta didik.
- Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang
bersangkutan.
- Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
- Ketuntasan belajar setiap indikator, KD, SK dan mata pelajaran
yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar
antara 0 – 100%.
- Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 %.
- Dewan guru dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dibawah nilai ketuntasan belajar ideal, namun secara bertahap harus
meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal.
- KKM tersebut dicantumkan dalam LHB (berlaku untuk pengetahuan
maupun praktik) dan harus diinformasikan kepada seluruh warga
sekolah dan orang tua peserta didik.
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan
dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap
kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm
referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh
guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau
sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai
ketuntasan dalam belajar.
Asumsi dasarnya adalah:
bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda,
standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus
atau tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya
adalah:
Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar
Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar(KD)
Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dancprogram pengayaan.
Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti
pengamatan, kuesioner, dsb.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes
diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan
menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri
hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas
pencapaian ketuntasan belajar, meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas
Page 6
Proposal PTK
ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga
memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap
sekolah dan atau daerah.
c. MATERI : SISTEM KOLOID
SIKLUS I
I. Pengertian Sistem Koloid
Sistem koloid adalah campuran antara campuran homogen dan campuran
heterogen. Diameter partikel koloid lebih besar daripada partikel larutan
sejati, tetapi lebih kecil daripada partikel suspensi kasar. Partikel koloid mempunyai diameter lebih besar
daripada 10–7 cm(100nm) dan lebih kecil daripada 10–5(1 nm) cm atau antara 1–100
nm (1 nm = 10–9 m = 10–7 cm). Partikel koloid dapat menembus pori-pori kertas saring tetapi
tidak dapat menembus selaput semipermeabel.
Pembuatan Sistem Koloid
A. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion)
bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan
reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi
rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
2. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
3. Dekomposisi Rangkap
4. Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi
dengan penggantian pelarut.
B. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.
Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan
loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
1. Cara Mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau
penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu,
kemudian diaduk dengan medium dispersi.
2. Cara Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan
protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
3. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid
digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam
medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di
antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut
mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara
dispersi dan cara kondensasi.
SIKLUS II
Page 7
Proposal PTK
a. Komponen Penyusun Koloid
Sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan
medium dispersi atau fasa
pendispersi. Fasa terdispersi bersifat diskontinu
(terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat
kontinu. Pada campuran susu dengan air yang disebut di atas, fasa terdispersi adalah
susu, sedangkan
medium dispersi adalah air. Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi disimpulkan dalam
tabel berikut ini.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
Heterogen
Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100nm
Page 8
Proposal PTK
Satu fasa
Dua fasa
Dua fasa
Stabil
Tidak stabil
Dapat disaring
Contoh:
air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan
air
b.Penggolongan Koloid
Ada 8 jenis koloid seperti yang terdapat pada table berikut :
Page 9
Proposal PTK
No
Fasa Terdispersi
Fasa Pendispersi
Nama
Contoh
padat
gas
aerosol
padat
cair
sol
Page 10
Proposal PTK
padat
padat
sol padat
cair
gas
aerosol
kabut (fog)
cair
cair
Page 11
Proposal PTK
emulsi
cair
padat
emulsi padat
jeli, mutiara,
gas
cair
buih
gas
padat
Page 12
Proposal PTK
buih padat
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas
disebut aerosol. Jika zat
yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut
aerosol cair.
Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut
sol. Koloid jenis sol banyak
kita temukan dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam industri.
Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut
emulsi.
Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih.
Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
c. Sifat-sifat Sistem Koloid
1. Efek Tyndall
Efek TyndalI merupakan gejala penghamburan cahaya yang
dijatuhkan oleh seberkas cahaya yang dijatuhkan pada sistem koloid.
Sifat koloid ini dapat digunakan untuk membedakan larutan sejati dan
sistem koloid. Hal ini disebabkan oleh partikel koloid di udara yang
menghamburkan cahaya matahari.
2. Gerak Brown
Jika diamati dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak
lurus
dengan sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus menerus dengan
gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama
penemunya, seorang ahli biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan
listrik.
5. Adsorpsi
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan
sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi).
6. Koagulasi
Apabila muatan suatu koloid dilucuti, maka kestabilan koloid
tersebut akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi
atau penggumpalan(koagulasi).
7. Koloid pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi. Koloid
semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung
ini membentuk lapisan di sekeliling partikel
Page 13
Proposal PTK
koloid yang lain sehingga
melindungi muatan koloid tersebut. Tinta dan cat perlu diberi koloid pelindung.
8. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid dilakukan
dengan cara dialisis..
d. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid
disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan
mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut
koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan
(Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua
jenis koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
No
Sol Hidrofil
Sol Hidrofob
Mengadsorpsi mediumnya
Page 14
Proposal PTK
Bersifat reversibel
Tidak reversibel
Page 15
Proposal PTK
Yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah penerapan Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan ketuntasan belajar Kimia kelas
XI-IPA SMA Negeri 16 Surabaya pada materi pokok Sistem Koloid.
F.
RANCANGAN PENELITIAN
a. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-6 SMAN 16
Surabaya tahun pelajaran 2009-2010. Siswa kelas XI IPA berjumlah
35 orang yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa
perempuan.
b. Variabel Yang Diteliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah peningkatan ketuntasan belajar
siswa kelas XI-IPA 6 SMA Negeri 16 Surabaya melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi pokok Sistem Koloid.
c. Rencana Tindakan
Gambar 1. Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1) Perencanaan
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 2(dua) siklus.
Tiap siklus terdiri dari 3 jam pelajaran (2 tatap muka) dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada
materi Sistem Koloid siswa kelas XI-IPA .
Adapun langkah-langkah dalam perencanaan tindakan adalah
1. Menetapkan materi bahan ajar dalam pembelajaran.
2. Menyusun skenario pembelajaran.
3. Menentukan metode pembelajaran
4. Menyiapkan instrumen penelitian
5. Menyusun lembar kerja kelompok
2) Implementasi Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario.
SIKLUS I
A. Kegiatan Pra PBM
1. Guru menyiapkan bahan ajar sesuai kompetensi dasar yang akan
dibahas.
2. Guru memeriksa daftar hadir siswa.
3. Guru menyiapkan lembar kerja kelompok.
B. Kegiatan Awal
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa.
2. Guru menyampaikan pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki
siswa sebelum mempelajari sistem koloid yaitu campuran.
3. Guru memberikankan motivasi : Pernahkah kalian membuat
minuman kopi tubruk dan kopi instan? Adakah perbedaan
disaring?
4. Guru membentuk kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen
(menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lainnya.
C. Kegiatan Inti
1. Guru menyajikan informasi kepada siswa sambil mengadakan
eksplorasi/ menggali pengetahuan siswa tentang materi yang
Page 16
Proposal PTK
sedang dipelajari dengan melalui kegiatan demonstrasi atau
memberikan bahan bacaan.
2. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara kerja
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan diskusi secara efisien.
3. Guru membimbing setiap kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas. Guru bersama-sama siswa membuat
simpulan.
4. Guru memberikan evaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari berupa kuis yang harus dijawab, dalam hal ini
siswa dilarang keras bekerja sama.
5. Guru memberikan klarifikasi jawaban yang benar dari kuis
tersebut.
6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang skor
perkembangannya baik.
D. Penutup
1. Guru melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa.
2. Guru melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,
tugas atau kegiatan yang sesuai untuk pengayaan atau remidi
atau implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
3). Observasi
Kegiatan observasi meliputi tindakan yang dilakukan oleh
kolaborator bertujuan untuk mengamati dampak dari diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran 1 dan 2,
dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan
yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri
dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Dibuat dalam
dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran
yang telah dilaksanakan. Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, kolaborator/pengamat melakukan pengamatan
terhadap guru yang sedang mengajar dan siswa yang sedang
belajar dengan mengisi lembar observasi telah disiapkan oleh
peneliti. Hasil observasi akan didiskusikan bersama dan merupakan
bahan masukan yang sangat penting artinya bagi peneliti karena
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan
pembelajaran pada siklus berikutnya.
4) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti melakukan evaluasi, mengkaji
melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan apakah telah sesuai
dengan rancangan skenario yang dibuat . Jika ternyata belum sesuai dengn yang diharapkan maka perlu
adanya rancangan ulang berupa perbaikan, modifikasi dan atau jika dirasakan sangat perlu maka akan disusun
skenario baru untuk melakukan siklus berikutnya.
SIKLUS II.
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I artinya jika ada kekurangan pada siklus I
maka akan diperbaiki pada bagian yang kurang pada siklus II, tetapi jika sudah baik maka tidak perlu ada
pengulangan tetapi pembelajaran bisa dilanjutkan pada materi berikutnya dengan model pembelajaran yang
Page 17
Proposal PTK
sama. Peneliti berharap melalui dua siklus, pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan ketuntasan belajar kimia pada materi sistem koloid.
d. Data Dan Cara Pengumpulannya
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan dokumen siswa. Data tersebut adalah
hasil nilai mid semester genap siswa sebelum penelitian, data hasil tes siswa sesudah diberi tindakan yaitu
nilai tes formatif pada setiap akhir siklus, data observasi keaktifan siswa, dan hasil observasi aktivitas kinerja
guru, data dari angket dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jenis data. Data
diambil dengan cara sebagai berikut:
a) Data kualitatif diambil pada saat pertemuan dengan mengisi lembar
observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan mengisi angket pada
akhir pembelajaran.
b) Data kuantitatif diambil dengan memberikan tes di akhir
pembelajaran pada setiap siklus.
e. Indikator Keberhasilan
Yang mejadi ukuran keberhasilan bagi siswa adalah sebagai berikut :
1. Terjadi peningkatan nilai rata-rata penguasaan konsep , persentase
aktivitas belajar dan keterampilan siswa pada materi pokok sistem
koloid setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dari siklus ke siklus.
2. Terjadi peningkatan persentase siswa yang mencapai ketuntasan
belajar(KKM) dan ketuntasan secara klasikal mencapai minimal
85% setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dari siklus ke siklus. ( KKM mata pelajaran Kimia di SMA Negeri
16 Surabaya adalah 72)
G. JADUAL PENELITIAN
Kegiatan
1. PERSIAPAN
a. Pembuatan Proposal : April minggu ke 4-5
b. Mengurus Perizinan : Mei minggu ke-1
c. Mengembangkan Instrumen : Mei minggu ke 2-3
2. PELAKSANAAN(Pengambilan Data)
a. Siklus I : Mei minggu ke-3
b. Siklus II : Mei minggu ke-4
3. PENYUSUNAN LAPORAN
a. Analisis Data : Juni minggu ke - 1-2
b. Menyususn Konsep Laporan : Juni minggu ke-2
c. Perbaikan Laporan : Juni minggu ke-3
H. PERSONALIA PENELITIAN
I. Ketua Peneliti
a. Nama
: Sri Utami, S. Pd
b. NIP
: 19701216 200701 2 014
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Pangkat/Golongan
: Penata Muda/III-a
e. Mata Pelajaran Yang Diampu : Kimia
f. Asal Sekolah
: SMA Negeri 16 Surabaya
2. Kolaborator
a. Nama
: Mintarti, S. Pd
Page 18
Proposal PTK
b. NIP
: 19500813 197710 2 002
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Pangkat/Golongan
: Pembina/VI-a
e. Mata Pelajaran Yang Diampu : Kimia
f. Asal Sekolah
: SMA Negeri 16 Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineksa Cipta
Hadi, Sutrisno. 1998. Meto
Page 19