Anda di halaman 1dari 28

CASE REPORT

POLA ASUH ORANG TUA ANGKAT YANG BERPENGARUH TERHADAP


PENGGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA

DISUSUN OLEH :
HABIBI (1102007132)

BLOK ELEKTIF BIDANG KEPEMINATAN DRUG ABUSE


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jakarta
2012

Abstrak
Latar belakang
Penggunaan (Narkotika dan obat- obat berbahaya) narkoba dikalangan remaja masih marak terjadi
dibelahan dunia bahkan penggunanya semakin meningkat. Hal ini menjadi momok yang menakutkan bagi keluarga
terutama orang tua dalam menjaga anak anaknya dari bahaya narkoba. Tetapi hal ini berbalik dengan beberapa
kasus yang terjadi , salahnya pola didik dan kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua yang
menyebabkan anak mencoba memakai narkoba.
Presentasi kasus
Pasien laki- laki bernama Joni (nama samaran) berumur 15 tahun diduga kecanduan narkoba yang berjenis
ganja dan obat golongan analgetik (pemakaian dosis tidak wajar), dia sering mengalami kondisi tidak sadarkan diri,
gelisah, berhalusinasi dan merasa flu. Dalam kesehariannya di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RS. KO), Joni
kurang bisa bergaul dengan pasien yang lainnya. Hal ini disebabkan Joni mempunyai perilaku austistik. Sebelum
tinggal di RS.KO, Joni hidup terpisah dengan orangtua kandungnya dan dia hidup bersama orang tua angkatnya.
Diskusi
Narkoba merupakan kumpulan dari berbagai senyawa yang membuat para penggunanya mengalami
kecanduan obat akut yang sebenarnya digunakan didalam dunia medis untuk menganastesi pasien yang akan
dioperasi atau untuk obat dalam penyakit tertentu. Tetapi yang digunakan merupakan senyawa dari psikotropika
yang berdosis rendah. Hal ini sangat disayangkan ketika remaja saat ini menyalahgunakan fungsi dari narkoba
tersebut. Para remaja menggunakan narkoba sebagai obat penenang dalam menghadapi situasi hidup dan sebagai
gaya hidup karena mereka berfikir memakai narkoba akan menjadikan mereka sebagai sosok remaja yang gaul.

Orang tua seharusnya berperan aktif dalam mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba serta memberikan
bimbingan akan dampak bahaya narkoba. Peran agama dalam menyikapi masalah pola didik orang tua terhadap
anak.
Simpulan
Narkoba merupakan momok permasalahan terbesar dikehidupan remaja yang disebabkan karena psikologis
remaja masih labil dimana masa remaja tersebut mencari identitas diri mereka. Sehingga hal ini dimanfaatkan oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menjerumuskan mereka. Dalam hal ini peran sebuah keluarga
khususnya orang tua sangat penting dalam menghindari narkoba dan menjaga perilaku anaknya. Pola didik orang tua
yang benar dapat menghindari anak- anak dari bahaya narkoba. Orang tua tidak boleh terlalu otoriter terhadap
anaknya karena dapat mengganggu psikologis anak. Permasalahan yang timbul diantara keluarga sebaiknya tidak
menggunakan anak sebagai pelampiasan akan kemarahan orang tua. Dengan cara ini anak khususnya remaja dapat
bersikap baik dan menghindari dari segala sesuatu yang jelek khususnya menghindari narkoba.

DAFTAR ISI
Abstrak.i
Daftar isi..ii
1. Latar Belakang.1
2. Presentasi Kasus...4
3. Diskusi..........6
3.1.
Definisi Remaja7
3.2.
Definisi Keluarga .....9
3.2.1. Bentuk- bentuk keluarga10
3.2.2. Fungsi Keluarga.12
3.2.3. Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan.13
3.3.

Penggunaan dan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja...13

4. Kesimpulan..24
5. Daftar Pustaka.27

ii

Latar belakang
Belakangan ini berjuta-juta remaja di Asia telah menggunakan narkoba mulai dari
menghirup bahan- bahan kimia sampai pemakaian narkoba berjenis ekstasi dan heroin oleh
remaja. Sebenarnya ada banyak definisi dari narkoba yang kini beredar di masyarakat saat ini, di
antaranya: Narkotika dan Obat-obatan Terlarang, Narkotika dan Obat-obatan berbahaya dan
Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat berbahaya
Dasar terjemahan narkoba sebenarnya memang sangat tidak jelas. Secara umum narkoba
adalah terjemahan dari kata Narkotika, dan Bahan-bahan berbahaya. Bahan-bahan berbahaya ini
termasuk di dalamnya obat-obatan yang tidak mempunyai kandungan Narkotika (sekarang
disebut Psikotropika), alkohol, dan zat-zat cair atau padat lainnya seperti pestisida, limbahlimbah beracun. Selanjutnya muncul istilah NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zatzat Adiktif lainnya).
Sebelum tahun 1997, permasalahan tentang narkoba sudah diatur dan tertera dalam UU
No. 9 Tahun 1976. Sedangkan untuk psikotropika, belum ada undang-undang yang mengatur
tentang hal tersebut. Psikotropika hanya diatur sebatas dalam UU Kesehatan dan berbagai
Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan. Berdasarkan pengalaman pada tahuntahun sebelumnya, ternyata psikotropika keberadaannya banyak disalahgunakan dan dijual dalam
perdagangan gelap. Karena ketidaktegasan dalam aturan, maka dibuatlah UU No. 5 Tahun 1997.
Dalam Pasal 1 ayat 1 terdapat pernyataan berbunyi, Psikotropika adalah zat atau obat, baik yang
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Disebutkan pula yang termasuk psikotropika adalah ekstasi, shabu-shabu, obat
1

penenang/ obat tidur, obat anti depresi, dan obat anti psikosis. Undang-undang ini keluar
bersamaan dengan UU No. 5 Tahun 1997 mengenai Psikotropika dan merupakan pengganti UU
No. 9 Tahun 1976. Undang-undang ini ditambah dengan penambahan maksimal hukuman serta
denda dan perubahan lainnya. Dalam undang-undang ini, pengertian mengenai narkotika dalam
Pasal 1 ayat 1, yaitu Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan. Dalam undang-undang ini, narkotika dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu:
1. Golongan opiate: heroin, morfin, candu, dll.
2. Golongan kanabis: ganja, hashis, dll.
3. Golongan koka: kokain, crack, dll.
Masalah narkoba ini mulai muncul ke permukaan sebagai suatu sebab yang menakutkan
dalam kaitannya dengan kehidupan generasi penerus bangsa sekitar awal tahun 80-an. Sebelum
tahun itu, sering terdengar kata morphinis yang disandang oleh para pengguna narkoba. Hanya
saja, saat itu belum banyak orang memperdulikan masalah ini karena pada umumnya
penggunanya hanya merupakan kalangan elite saja. Seperti yang digambarkan dalam film-film,
narkoba dalam bentuk morphin ini menjadi monopoli mafia-mafia dan menjadi komoditas
berharga tinggi. Lama-kelamaan, narkoba telah merambah ke semua golongan, entah elite atau
golongan kelas bawah secara pesat. Akibatnya semua golongan ikut merasakan kegelisahan akan
hal ini, apalagi dampaknya yang tidak tanggung-tanggung.

Ada macam-macam jenis narkoba yang telah ditemukan. Namun di sini akan dijabarkan
beberapa saja dari golongan narkoba maupun psikotropika.
o Jenis narkoba:

Heroin: Putaw, Pete, Bedak,

Morphin

Cocain

Ganja: mariyuana, gelek, rumput, cimeng, mBako

Codein, dll.
o Jenis psikotropika:

Shabu-shabu: SS, Kristal, Ubas, Blue eyes, Tawas

Ekstasy: Inex. X,kancing

Pil koplo: Magadhon, Rohipnol, Leksotan, BK, Valium, dan lain-lainya yang masuk
daftar G.
Penyebaran narkoba dikalangan remaja hingga kini tidak bisa dicegah. Hampir seluruh

penduduk dunia dapat dengan mudah mendapatkan narkoba dari oknum oknum yang tidak
bertanggung jawab. Upaya pemberantasan narkoba sudah sering dilakukan untuk menghindarkan
narkoba dari kalangan remaja. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah
penyalahgunaan narkoba yaitu pendidikan keluarga.
3

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui pola didik orang tua terhadap
anaknya yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba pada remaja serta faktor penyebab
remaja menggunakan narkoba. Penulisan ini bedasarkan hasil wawancara dengan seorang pasien
dengan usia 15 tahun di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur, Jakarta.

1. Presentasi kasus
Pasien laki- laki bernama Joni (nama samaran) berumur 15 tahun diduga kecanduan
narkoba yang berjenis ganja dan obat golongan analgetik (pemakaian dosis tidak wajar), dia
sering mengalami kondisi tidak sadarkan diri, gelisah, berhalusinasi dan merasa flu. Dalam
kesehariannya di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RS. KO), Joni kurang bisa bergaul dengan
pasien yang lainnya. Hal ini disebabkan Joni mempunyai perilaku austistik. Sebelum tinggal di
RS.KO, Joni hidup terpisah dengan orangtua kandungnya dan dia hidup bersama orang tua
angkatnya.
Saat tinggal bersama orangtua angkatnya, Joni sering diperlakukan kasar, terutama oleh
ibu angkatnya. Oleh sebab itu, Joni sering tidak berada dirumah melainkan dia senang mencari
kegiatan lainnya bersama teman karibnya yang bernama Jono (nama samaran). Jono
menawarkan obat jenis tramadol (dengan dosis tidak wajar). Dari Jono, Joni mengenal salah satu
jenis narkoba, sehingga Joni mau mencoba menggunakan obat tersebut dan akhirnya dia menjadi
ketergantungan dengan obat tersebut. Jono juga menawarkan narkoba jenis yang lain seperti
ganja. Joni pun tertarik untuk menggunakan ganja tersebut sampai dia mengetahui efek dari
penggunaan ganja dapat membuat Joni merasakan rileks. Efek ganja yang lain dirasakan oleh
Joni juga membuatnya sering tidak sadarkan diri dan berhalusinasi. Hal ini menyebabkan Joni
4

sangat ketergantungan sehingga dia bersama teman-temannya berusaha mendapatkan uang


dengan cara mengamen untuk membeli narkoba.
Pada suatu hari orangtua angkat Joni mengetahui bahwa dia menggunakan narkoba,
sehingga dengan sigap orang tua angkatnya membawa Joni ke Rumah Sakit Islam Jakarta. Dari
Rumah Sakit Islam Jakarta, Joni diberikan surat rujukan ke RS.KO yang menangani khusus
masalah narkoba. Akhirnya Joni ditempatkan ke dalam ruang detoksifikasi. Selama di RS.KO,
Joni mendapatkan pelayanan berupa makan, minum, obat, dan sebagainya. Joni juga mengakui
apa yang telah dilakukannya selama ini merupakan tindakan yang salah dan merugikan orang
terdekatnya terutama kedua orang tuanya. Oleh sebab itu Joni berjanji untuk tidak menggunakan
narkoba lagi.
Diskusi
Definisi remaja
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh berkembang atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat
yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Menurut Joy G. Dryfoos (1990 dikutip dari Clemens Bartollas,Op. Cit: 70) mengatakan bahwa
masa remaja ditandai saat individu berkembang dengan menunjukkan tanda-tanda seksual,
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta
terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
Selain itu, masa remaja merupakan masa kritis dalam pencarian identitas dimana remaja
berupaya untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Masa remaja
5

merupakan masa transisi perkembangan antara anak dan dewasa, biasanya anak remaja dimulai
saat berumur 12 tahun hingga akhir dua puluh tahun.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat definisi tentang remaja
yaitu:
1) Pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18
tahun dan umur 12-20 tahun anak laki- laki.
2) Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang
belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3) Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 1618 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.
4) Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila
cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki.
5) Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun,
yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.

3.1.1 Tahap- tahap perkembangan remaja


Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja:
a. Remaja awal
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan- perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-

perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
b. Remaja madya
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan- kawan. Ia senang kalau banyak
teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman- teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam
kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramairamai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialistis, dan sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipus complex(perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa anak- anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan- kawan.
c. Remaja akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal yaitu:
- Minat yang makin mantap terhadapfungsi- fungsi intelek.
- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang- orang lain dan dalam
-

pengalaman- pengalaman baru.


Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan

keseimbangan antara kepentingandiri sendir dengan orang lain.


Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya dan masyarakat umum
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal
perkembangan

remaja

serta

cirri-cirinya.

Berdasarkan

sifat

atau

cirri

perkembangannya, masa remaja ada tiga tahap yaitu :


a. Masa remaja awal (10-12 tahun)
Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
Tampak dan merasa ingin bebas
Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa remaja tengah (13-15)
Tampak dan ingin mancari identitas diri.
Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
7


c.

Timbul perasaan cinta yang mendalam.


Masa reamja akhir (16-19 tahun)
Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
Memiliki citra (gambaran, keadaaan, peranan) terhadap dirinya.
Dapat mewujudkan perasaan cinta
Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak

3.1. Penggunaan dan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja


Masyarakat mengenal narkoba merupakan kependekan dari Narkotika dan Obat
Berbahaya. Padahal definisi dari Narkoba sendiri merupakan kumpulan dari berbagai senyawa
yang membuat para penggunanya mengalami kecanduan obat akut. Sebenarnya narkoba
digunakan didalam dunia medis untuk menganastesi pasien yang akan dioperasi atau untuk obat
dalam penyakit tertentu. Tetapi yang digunakan merupakan senyawa dari psikotropika yang
berdosis rendah. Saat ini remaja kurang memahami fungsi penggunaan narkoba dalam dunia
medis, sehingga mereka menyalahgunakan fungsi dari penggunaan narkoba yang sebenarnya.
Definisi dari penyalahgunaan zat narkoba merupakan sebuah pola perilaku yang kurang adaptif
dengan cara waktu lebih dari sebulan dan pelakunya terus menggunakan zat tersebut walaupun
mereka mengetahui bahwa mereka terancam bahaya akan penyalahgunaan tersebut.
Penyalahgunaan narkoba dapat menjadikan ketergantungan pada zat narkoba baik secara
fisiologis, psikologis, atau keduanya. Hal ini akan terus berlangsung sampai masa dewasa.
Narkoba yang membuat ketergantungan terutama berbahaya bagi remaja karena merangsang
bagian- bagian dari otak yang sedang berubah di masa remaja (Papalia Olds Feldmans, 2009:
27).
Di Indonesia, perkembangan pecandu narkoba semakin pesat khususnya para pecandu
narkoba di tingkat remaja yang berusia 11 sampai 24 tahun yang merupakan usia produktif.
8

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku
dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu
mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba(khususnya dikalangan
usia muda dan anak- anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam).
Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba- coba
mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat- zat adiktif (zat yang
menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya. Menurut riset BNN bekerja
sana dengan Universitas Indonesia menemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi
narkoba jenis inhalan(uap yang dihirup), usia 8 tahun sudah memakai ganja dan usia 10 tahun
menggunakan narkoba dari bernagai jenis narkoa seperti heroin, morfin, ekstasi dan jenis
lainnya. Data statistik BNN tahun 2007 menunjukan bahwa usia kurang dari 16 tahun, pengguna
narkoba sebanyak 508 orang sedangkan usia 16- 20 tahun terdapat 6373 orang. Di Amerika
Serikat, pada tahun 2004 penggunaan narkoba dikalangan usia produktif meningkat sebanyak
15,2% siswa kelas enam(12 tahun), sebanyak 31,1% siswa kelas 10(16 tahun) dan 38,8%
siswa kelas 12(18 tahun) menggunakan narkoba. Temuan ini berasal dari serangkaian survey
tahunan yang diadakan pemerintah terhadap sampel sebanyak 49.474 siswa di 406 sekolah.
(Papalia Olds Feldmans, 2009: 27).
Banyak faktor yang menyebabkan anak remaja menyalahgunakan fungsi narkoba yaitu
faktor internal berupa pengaruh kondisi kejiwaan dan kesalahan sikap psikologis anak dalam
mengartikan kondisi lingkungan disekitarnyadan faktor eksternal berupa pengaruh orang, sosial
dan budaya dari luar. Richard Dembo, et al (1994) menambahkan beberapa faktor penyebab anak
remaja menggunakan narkoba yaitu:
1. Pergaulan (teman)
9

Usia remaja adalah usia di mana anak-anak sedang mencari jati diri dan merupakan
peralihan dari usia anak-anak menuju ke tingkat dewasa. Istilahnya mereka masih
meraba-raba masa depan mereka. Apabila mereka salah memilih jalan dan berada dalam
lingkungan pergaulan yang salah, mereka mungkin dengan kepolosannya mau-mau saja
masuk ke lingkungan pecandu narkoba apabila tak dipandu dan diarahkan dengan benar.
2. Coba-coba
Umumnya, pada usia remaja, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang amat besar.
Dengan sedikit iming-iming menggairahkan, maka anak-anak bisa terjebak untuk
mencoba apakah benar narkoba itu enak atau tidak. Namun, rupanya narkoba bagaikan
lumpur hidup yang mampu menjebak orang selamanya untuk berada di situ walau masuk
sedikit saja.
3. Ingin lari dari masalah
Narkoba bagaikan cokelat. Ia menawarkan kenikmatan dan ketenangan dengan candunya.
Itulah yang dibutuhkan oleh jiwa-jiwa yang penat dengan masalah. Ia bisa menyingkirkan
masalah-masalah rumit dari otak. Namun perlahan-lahan dan dengan tidak disadari, ia
membawa malapetaka besar di kemudian hari.
4. Faktor keluarga yang kurang mendukung
Remaja memang lebih sensitif dan peka pada lingkungan keluarganya dibandingkan pada
fase-fase sebelumnya. Melihat keluarganya yang bermasalah, hal itu bisa membuat
mereka sedih. Lalu mereka mencari jalan keluar untuk menghilangkan kesedihannya
karena merasa kurang diperhatikan karena keluarganya lebih sibuk mengurusi
masalahnya sendiri. Ketika ia salah jalan, narkoba bisa menjadi opsi pelampiasannya
karena narkoba menawarkan kenikmatan dan ketenangan yang tidak mereka rasakan saat
di lingkungan keluarga. Biasanya kasus ini sering terjadi pada remaja yang tumbuh dalam
keluarga broken home. Pada intinya, seorang user itu mempunyai masalah yang sangat

10

besar dan krisis kepercayaan pada dirinya sendiri. Mereka membutuhkan orang yang
peduli terhadapnya, terutama orang yang paling dekat dengannya.
Hal yang harus diwaspadai jika remaja menunjukkan beberapa gejala ini, yaitu:
1. Perubahan perilaku pada dirinya
Biasanya gejala-gejala ini akan terlihat sangat menonjol dan Nampak sangat
ganjil. Ia mengalami perubahan yang amat berbeda dengan sebelum ia mencoba narkoba.
Bisa jadi ia lebih tertutup atau merasa cepat gelisah.
2. Jadi pemalas
Karena narkoba juga berefek pada organ tubuh, orang yang mencoba narkoba
akan merasa mengalami perbedaan pada tubuhnya sehingga ia enggan berbuat banyak hal
karena rasa ketidaknyamanan pada tubuhnya itu.
3.Mudah tersinggung
4. Pintar berbohong.
Orang yang sudah terlanjur mencoba narkoba dan kecanduan akan sering banyak
menyimpan rahasia karena rasa takut jika ia ketahuan mengkonsumsi narkoba.
5.Suka bolos sekolah
6. Menjadi anak yang durhaka terhadap orang tua
7.Perubahan pola tidur
Karena narkoba berpengaruh besar pada syaraf, maka syaraf yang mengaturnya
untuk tidur pun terganggu dan tak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tak jarang
pecandu narkoba sering nampak lelah dan bermata merah karena kurang tidur.
Sedangkan Ciri-ciri yang nampak pada tiap-tiap pengguna narkoba itu berbedabeda tergantung dari jenis apa yang dikonsumsi. Menurut dr.H Nasruddin Noor SpKJ,
(2012) menjelaskan dampak dan akibat menggunakan narkoba:
1. Ganja
Mata merah
11

Suka melantur
Merasa senang, kadang juga sedih (tergantung pada pembawaan awal ketika

mengkonsumsi ganja)
Pembohong
2. Putaw
Kusam
Mudah tersinggung
Pemalas
Pembohong
3. Ekstasi
Caranya berbicara melantur
Hiperaktif
Pemarah
Pembohong
4. Shabu-shabu
Bicaranya tidak jelas
Hiperaktif
Pembohong
Tidak semua orang yang menggunakan narkoba dapat dikatakan sebagai pecandu.
Sebelum seseorang menjadi pecandu narkoba, ia akan melewati tahap-tahap berikut:
User (pemakai coba-coba)
Remaja menggunakan narkoba pada waktu yang jarang dan hanya sekali-kali saja.
Misalnya, menggunakan narkoba sebagai perayaan kelulusan, ulang tahun, dll. Di tahap ini,
hubungan user dengan keluarga dan masyarakat masih baik-baik saja. Demikian juga dalam
prestasi akademiknya. Hal itu dikarenakan si user masih dapat mengontrol dirinya.
Abuser (pemakai iseng)
Di tahap ini, seorang user meningkatkan lagi intensitasnya dalam menggunakan narkoba.
Narkoba mulai digunakan untuk melupakan masalah, mencari kesenangan, dan sebagainya. Di
tahap ini, control diri seseorang mulai berkurang sehingga ia tampak sering bermasalah baik
dengan keluarga, masyarakat,dan pendidikan. Konsentrasi mereka mulai melemah.
12

Pecandu (pemakai tetap)


Pada tahap ini, seseorang akan kehilangan control sama sekali dalam penggunaan
narkoba. Narkoba telah mengontrol mereka. Karena perilakunya sudah tidak terkontrol lagi,
maka hubungan pengguna dengan orang lain sudah rusak.
Menurut Novalina Kristina Manurung (2009), penyalahgunaan narkoba akan berdampak
kepada tiga hal, yaitu fisik, psikis, dan sosial apabila dilakukan secara terus-menerus.
1. Fisik
Akan terjadi perubahan pada tubuh secara kasat mata. Pecandu akan mudah
mengantuk dan mudah lelah. Pecandu juga jadi sering melamun. Wajahnya tampak
tidak segar dan tidak bersemangat. Organ tubuhnya kemungkinan terjadi kerusakan,
seperti gagal ginjal, radang usus, lever, gangguan menstruasi, atau gangguan hormon
lainnya, dan lain-lain. Pengguna putaw yang sering menggunakan jarum suntik
(dispet) dapat tertular HIV maupun hepatitis apabila menggunakan jarum suntik
secara bergantian atau juga berhubungan seks dengan orang yang telah tertular pada
saat dirasuki narkoba tersebut. Seorang pecandu narkoba bisa menyakiti tubuhnya
sendiri. Ketika sudah tidak ada lagi uang untuk membeli narkoba, sugesti dalam
pikirannya mempengaruhi dia agar dia melukai tangannya sendiri dengan silet.
Setelah darahnya keluar, dia menghisap darahnya karena dia bersugesti bahwa
kandungan putaw yang tadinya ia suntikkan melalui darah masih ada. Bahkan lebih
ekstrimnya, dia melukai lidahnya sendiri sehingga sekarang lidahnya rusak karena
bekas perbuatannya saat sakaw
2. Psikis
Sering sekali terjadi perubahan perilaku pada pecandu narkoba secara sangat
menonjol dan bertolak belakang dari perilaku mereka sebelumnya. Pola pikiran
mereka sederhana saja, hanya berkisar bagaimana cara mendapatkan barang
13

(narkoba) di saat yang akan datang. Biasanya muncul khayalan yang tidak jelas pada
pecandu, ketakutan yang berlebihan (paranoid), ada pula kemungkinan gangguan
kejiwaan secara permanen, malas berpikir, dan sugesti merasa hebat dalam segala hal
dari siapapun. Mereka juga menjadi sangat mudah marah dan minder untuk bergaul.
Perasaannya sangat sensitif. Terkadang tidak percaya diri. Intinya mereka sering
sekali merasa gelisah seakan-akan takut jika diketahui menjadi pecandu narkoba.
Dampak secara psikis ini sangat tampak sekali pada pengguna psikotropika, terutama
jenis halusinogen dan stimulan. Dampak pada psikis inilah yang paling sulit
dipulihkan. Hal ini karena menyangkut kejiwaan serta sugesti yang selalu ingin
mengulang apa yang pernah ia rasakan.
3. Sosial
Kecenderungan para pengguna narkoba dan pelaku peredaran gelap adalah tertutup
dan masa bodoh dengan lingkungan. Mereka berkumpul hanya dengan satu
komunitas, para pengguna narkoba saja. Mereka juga rapi dalam menjaga rahasia,
cenderung menghindar dari pertemuan ilmiah atau keagamaan. Lebih sering
berkumpul dalam keramaian, misalnya di tempat-tempat hiburan untuk mencari atau
mengimbangi kesenangan dengan house music. Dampak dari keluarga, yaitu ia
mendapat krisis kepercayaan. Di lingkungan masyarakat, ia akan dikucilkan. Bahkan
ia sangat mungkin dijauhi oleh teman-temannya setelah diketahui menggunakan
narkoba karena selain menunjukkan perilaku yang cenderung tidak menyenangkan,
teman-teman di sekelilingnya akan merasakan ketakutan ikut menjadi pecandu
narkoba dan tertular virus HIV-AIDS apabila mendekati pengguna.
Keluarga

14

Keluarga adalah sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya


terdiri dari dua individu atau lebih, asosianya di cirikan oleh istilah- istilah khusus, yang boleh
jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi berfungsi sedemikian rupa sehingga
mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga. Menurut Depatemen Kesehatan
mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Menurut Depkes RI Tahun 1983, Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan
manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya,
tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain, mereka hidup
bersama dalam satu rumah atau tempat tinggal biasanya di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Bentuk- bentuk keluarga
Bentuk-bentuk keluarga di.....
1. Tradisional.
1. Nuclear Family
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi- sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah
2. Reconstitued Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri.
Tinggal dalam satu rumah dengan anak- anaknya bail itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru.
3. Aging couple

15

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua- duanya bekerja dirumah, anakanak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan / meniti karier.
4. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear
Suami istri tanpa anak.
5. Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
6. Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
7. Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8. Single Adult
Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.
9. Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
10. Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah
2 Non Tradisional.
1) Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,
pengalaman yang sama.
2) Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
16

3) Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
4) Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
5) Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak
Fungsi Keluarga
Fungsi adanya keluarga diantaranya:
a. Fungsi Biologis
(1) Untuk meneruskan keturunan
(2) Memelihara dan membesarkan anak
(3) Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga
(4) Memelihara dan merawat anggota keluarga\
b. Fungsi Psikologis
(1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
(2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
(3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
(4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
(1) Membina sosialisasi pada anak
(2) Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak
(3) Meneruskan nilai-nilai keluarga
d. Fungsi Ekonomi
(1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
17

(2) Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi


kebutuhan keluarga
(3) Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan
datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

e. Fungsi Pendidikan
(1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
(2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
(3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

3.2.3

Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga mempunyai tugas

dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Membagi 5 tugas
kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :
1. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak membantu
dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.

18

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga kesehatan


yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
Kecenderungan remaja menggunakan narkoba dikarenakan kesalahan pada pola didik
orang tua dalam mengasuh anaknya dan kurangnya komunikasi. Menurut Godam(2008) ada
berbagai pola didik yang salah yaitu pola didik permisif, pola didik otoriter dan pola didik
otoritatif. Pola didik permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa
pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak
kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya. Biasanya pola
pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk
dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh
anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu
mau tumbuh dan berkembang menjadi apa. Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode
semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak
berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah
bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah
dewasa. Sedangkan pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan,
keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh
anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak
melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental
dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan
disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya. Anak yang besar dengan
teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan,
mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di
19

balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai
keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
Berbeda dengan pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi
kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan
kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini
adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif,
cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah
stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.
Dalam deskripsi study case diatas, bahwa orang tua angkat Joni menggunakan pola didik
otoriter pada anaknya yaitu pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku
sehingga sering kali Joni mendapatkan perilaku kasar dari orang tua angkat Joni khususnya
ibunya. Hal ini menyebabkan Joni tidak senang berada dirumah, Joni lebih memilih berada diluar
rumah bersama teman-temannya. Seharusnya sebagai orang tua angkatnya Joni memberikan
perhatian yang extra dan sikap perilaku yang baik terhadap Joni bukan memberikan perilaku
yang kasar terhadapnya. Orang tua angkat Joni seharusnya menjaga psikologis Joni karena status
Joni bukan sebagai anak kandung mereka tetapi sebagai anak angkat. Banyak kasus yang terjadi
bahwa psikologis sebagi anak angkat lebih mudah emosi, sensitif dan mudah tersinggung. Hal ini
harus diperhatikan oleh orang tua angkatnya. Komitmen dalam hak adopsi anak pun yang harus
dijaga yaitu menyayangi anak angkatnya seperti anak kandung sendiri. Komitmen ini harus
dipegang dan dijalankan sampai anak tumbuh menjadi anak yang sukses. Tetapi hal ini berbeda,
seperti yang telah diketahui diatas bahwa orang tua angkat Joni tidak memikirkan dengan
20

masalah yang timbul dalam pengangkatan anak tersebut, yaitu hukum anak angkat dan faktor
psikososial. Selain itu, kurangnya keharmonisan komunikasi antara anak dengan orang tua akan
bimbingan

pengetahuan

bahaya

narkoba

menjadi

suatu

penyebab

terbesar

didalam

penyalahgunaan narkoba tersebut, sehingga anak mudah terpengaruh dan terjerumus oleh
narkoba. menurut Undang- Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20
menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak dari bahaya narkoba. Tetapi
faktanya masih banyak remaja kurang diberi pengetahuan tentang narkoba dan kurangnya
pengawasan dari orang tua mendorong anak untuk mencoba- coba hal yang baru salah satunya
adalah penggunaan narkoba. Didalam kasus Joni, Joni menggunakan narkoba karena Joni ingin
melampiaskan amarahnya akan perlakuan kasar dari orang tuanya dan mencari suasana rileks
dari masalah yang terjadi di hidupnya setelah Joni mengetahui bahwa dia merupakan anak
angkat.
Dalam pandangan islam pengangkatan seorang anak merupakan hal yang mulia. Umat
Islam mendorong seorang muslim untuk memelihara anak orang lain yang tidak mampu, miskin,
terlantar dan lain-lain. Tetapi tidak boleh memutuskan hubungan dan hak-haknya dengan orang
tua kandungnya. Menurut Nasir (2010) menentang akan memutuskan hak dan hubungan antara
anak angkat dan orang tua angkat bahwa hal ini jelas bertentangan dengan apa yang disebutkan
dalam Al-Qur an surat Ahzab ayat 4 dan 5 yang artinya: "dan dia menjadikan anak-anak
angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri) yang demikian itu hanyalah perkataan dimulut saja.
Dan ALLAH mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang benar".
"Panggilan mereka (anak-anak itu) dengan memakai nama bapak-bapak mereka. Itulah
yang adil pada sisi ALLAH dan jika kamu tidak bapak-bapak mereka, maka (Panggilah mereka)
21

sebagai saudara-saudaramu, seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap
apa yang khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah
ALLAH maha pengampun lagi maha penyayang"dari ketentuan di atas dapatlah diambil
kesimpulan, bahwa yang dilarang dalam ajaran Islam adalah pengangkatan anak sebagai anak
kandung dalam segala hal, dengan kata lain memberikan status yang sama dengan anak
kandungnya sendiri. Sedangkan kalau yang dimaksud dengan pengangkatan anak dalam
pengertian yang terbatas yaitu hanya bersifat mengasuh anak dengan tujuan agar diperbolehkan.
Pengangkatan anak disini ditekankan pada perlakuan sebagai anak dalam segi kecitaan,
pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan segala kebutuhannya.
Pandangan Islam terhadap pemanakaian narkoba...
Simpulan
Upaya pemberantasan narkoba sudah sering dilakukan untuk menghindarkan narkoba dari
kalangan remaja tetapi hal ini belum berhasil. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk
mencegah penyalahgunaan narkoba yaitu pendidikan keluarga. Pola didik orang tua kepada
anaknya juga sangat berpengaruh akan perkembangan psikologis anak. Orang tua sebaiknya
tidak terlalu otoriter tehadap anaknya karena hal ini dapat berdampak anak menjadi tidak
bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di
luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Akibatnya anak akan mengambil langkah lain untuk
melampiaskan amarahnya dan salah satunya menggunakan narkoba. Banyak faktor- faktor yang
menjadikan anak menggunakan narkoba dan permasalahan di dalam keluarga serta salah
pergaulan menjadi faktor utama yang menyebabkan psikologis anak terganggu yang
mempengaruhi penggunaan narkoba.

22

Saran :

4. Daftar Pustaka
Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur (RSKO) Jakarta.
Murnikusumawatie Sp.M, dr. Rita(2012). Pengantar Penyusunan Laporan Kasus dan Selaku
Tutor. Jakarta: Universitas Yarsi.
Noor SpKJ, dr.H Nasruddin(2012). Kuliah Pakar Materi Narkoba dan Zat Adiktif. . Jakarta:
Universitas Yarsi.
Feldmans, Papalia Olds. (2009). Human development edisi 10 buku 2: 27-30. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika.
Dryfoos, Joy G (1990). Adolescents at Risk, Prevalence and Prevention. New York: Oxford
University Press, hal. 25 yang dikutip dari Clemens Bartollas, Op. Cit., hal.70.
Et. Al, Richard Dembo (1994). Development and Assessment of a Classification of High Risk
Youth: Journal of Drug Issues 24 hal 26. Dikutip dari Clemens Bartollas, Op.Cit, hal 70.
Al-Qur an surat Ahzab ayat 4 dan 5.
UU No. 9 Tahun 1976 tentang Narkoba.
UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1 tentang Psikotropika dan Hukuman Bagi Pengguna.
23

UU No. 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak.


UU Perkawinan No.1 tahun 1979 tentang Kategori Anak Remaja.
Undang- Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20
Depkes RI Tahun 1983 tentang Definisi dan Peran Keluarga.
Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia tentang Statistik Pengguna Narkoba
Tingkat Remaja. Diakses 21 April 2012: 17.30 di website: www.bnn.or.id.
Tribudiani S.Psi,Jelita (30/11/2011). Nafza = Madesu. Diakses 21 April 2012: 17.30 di website:
http://sman5tangerang.sch.id/index.php?action=mading.cover.
Godam (28/09/2008). Jenis/Macam Tipe Pola Asuh Orangtua Pada Anak & Cara
Mendidik/Mengasuh Anak Yang Baik. Diakses 21 April 2012: 17.30 di website:
http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-cara-mendidikmengasuh-anak-yang-baik.
Artikel Remaja, Pengertian dan Definisinya pertama kali diterbitkan dunia psikologi
(27/11/2008).
Diakses
21
April
2012:
17.30
di
website:
http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/.
Nasir (14/5/2010). Adopsi anak dalam pandangan Islam. Diakses 21 April 2012: 17.30 di
website:http://www.waspada.co.id/index.php/Afiliasi/images/flash/index.php?
option=com_content&view=article&id=114485:adopsi-anak-dalam-pandanganislam&catid=33:artikel-jumat&Itemid=98.
Manurung, Novalina Kristina (3/6/2009). Tesis: Kebijakan Kriminal Terhadap Anak Pemakai
Narkoba
di
Medan.
Diakses
21
April
2012:
17.30
di
website:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4809/1/09E01778.pdf.
Berikut ini adalah data-data statistik mengenai penyebaran narkoba di Indonesia:

Data meningkatnya jumlah penderita HIV di Yogyakarta tahun 2006 yang mencapai
minimal 308 penderita berdasarkan temuan Dinas Kesehatan DIY, angkanya untuk
pemakai narkoba member kontribusi yang sangat besar. Perubahan pola konsumsi
pemakai narkoba, dari pola hisap dan telan ke pola suntik.
24

Pada tahun 2006, ada lima juta pecandu narkoba. Satu juta di antaranya dinyatakan
positif terkena HIV. Angka pecandu ini mengharuskan dibukanya ruang konsultasi,
adanya media curhat, pelayanan pendampingan dan sarana penampungan kreatifitas yang
bisa mengalihkan perhatian pecandu. Gerakan bersama antar komponen ini diharapkan
bisa menolong para pecandu narkoba.

25

Anda mungkin juga menyukai